• Tidak ada hasil yang ditemukan

adoc.pub bab v metode pelaksanaan struktur atas

N/A
N/A
Gabriel Julessio Tambunan

Academic year: 2023

Membagikan "adoc.pub bab v metode pelaksanaan struktur atas"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

5.1 Uraian Umum

Metode konstruksi proyek adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu. Aspek teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan.

Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan.

Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan dimana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang dikerjakan. Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun konstruksi jalan dan jembatan.

(2)

Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana. Hal yang berpengaruh dalam metode pelaksanaan gedung adalah :

Kondisi dari lokasi proyek

Volume pekerjaan

Keadaan sekitar dari lokasi proyek

Keadaan jalan akses untuk material dan peralatan

Ketersediaan alat

Tingkat kualitas yang dibutuhkan

Jadwal pelaksanaan (schedule)

Ketersediaan dari teknologi konstruksi dan sember daya

Perencanaan metode pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal waktu yang disediakan untuk item pekerjaan tersebut. Dari perencanaan metode ini akan diperoleh data kebutuhan alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang akan dibutuhkan, teknis dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta pola pengendalian mutu yang harus diterapkan.

Apabila waktu pelaksanaan yang tersedia tidak mencukupi dalam pelaksanaan gedung tersebut, maka berdasarkan kemampuan sumber daya yang ada pada daerah tertentu dibuat schedule pelaksanaan yang realistis yang telah memperhitungkan segala kemungkinan dalam pelaksanaan gedung.

(3)

5.2 Pekerjaan Persiapan Material Proyek

Pekerjaan struktur terbagi atas dua berdasarkan letaknya terhadap tanah yaitu substructure dan upperstructure. Pekerjaan substructure pada dasarnya adalah pekerjaan struktur yang berada di bawah level permukaan tanah. Pekerjaan ini menuntut perhatian lebih pada batasan tanah dan air yang ada. Sedangkan pekerjaan upperstructure menuntut perhatian pada siklus pekerjaan yang tipikal dan bekerja pada ketinggian yang cukup tinggi.

5.3 Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan antara lain terdiri dari : 1. Site Installation

2. Survey Utilitas

3. Perijinan dan surat-surat yang berkaitan dengan pembangunan proyek 4. Mobilisasi alat-alat berat

5. Review Design dari Shopdrawing 6. Proses Approval Material

Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan persiapan:

1. Perencanaan urutan pelaksanaan pekerjaan dan zoning kerja, dengan berbagai pertimbangan yang ada sehingga diperoleh kerja yang efektif dan efisien. Pertimbangan dapat dilihat dari volume pengecoran dan disesuaikan dengan schedule pelaksanaan dengan detail perhitungan dapat dilihat pada metode struktur.

2. Penentuan jumlah material per zone (bekisting, pembesian dan beton) berdasarkan metode dan zona kerja yang sudah dibagi.

3. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk menentukan lokasi elemen struktur dengan bantuan alat theodolit dan waterpass.

4. Perkejaan kordinasi dan perijinan tidak dapat ditinggalkan dalam proses pelaksanaan pada tahap persiapan sebab proses ini sangat vital

(4)

dalam hal legalitas pelaksanaan proyek sehingga dalam pelaksanaan pembangunan proyek tidak terganggu.

Setalah pekerjaan pengukuran lalu dilanjutkan dengan pekerjaan struktur, dimana stuktur di desain agar mampu menopang beban. Pekerjaan struktur meliputi pekerjaan :

1. Pekerjaan Pembesian 2. Pekerjaan Bekisting 3. Pekerjaan Pengecoran 4. Pekerjaan Beton/Curing

5.4 Pekerjaan Plat Lantai dan Balok

Step Pekerjaan Plat Lantai bisa dilihat pada flowchart berikut :

Gambar 5.1 Diagram step pekerjaan Plat & Balok

5.4.1 Pekerjaan Plat Lantai & Balok Langkah-langkah pelaksanaan:

1. Pekerjaan Pengukuran dan Pengecekan

Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur dan memastikan kerataan ketinggian balok dan pelat. Pengecekan bertujuan untuk memastikan lokasi pekerjaan plat tepat dengan yang ada di shopdrawing.

2. Pembuatan Bekisting

Pekerjaan bekisting Plat & Balok merupakan satu kesatuan karena pekerjaannya dilaksanakan bersamaan. Pembuatan panel bekisting harus sesuai dengan shopdrawing. Dalam pemotongan plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil Pekerjaan

Bekisting

Pekerjaan

Pembesian

Pekerjaan

Pengecoran

(5)

dibuat. Pekerjaan plat dan balok dilakukan langsung di lokasi dengan mempersiapkan material utama antara lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12, papan plywood.

3. Pabrikasi Besi

Untuk balok dan plat, pemotongan dan pembengkokan besi dilaukan sesuai dengan kebutuhan dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian balok dirakit di atas bekisitng yang sudah jadi begitu juga dengan pembesian plat.

5.4.2 Tahap Pekerjaan Beksting Plat & Balok a. Pembekistingan Balok

Tahap pembekistingan adalah sebagai berikut :

1. Tentukan as, elevasi dan kedudukan lantai harus sesuai dengan shopdrawing.

2. Scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat.

3. Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur base jack atau U-head jack nya.

4. Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah melintangnya, kemudian dipasang pasangan plywood sebagai alas balok.

b. Pembekistingan Pelat

Tahap pembekistingan pelat sebagai berikut :

1. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok. Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk pelat lebih tinggi daripada balok dan diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint pin. Perhitungkan ketinggian

(6)

scaffolding pelat dengan mengatur base jack dan U-head jack nya

2. Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace dan diatas girder dipasang suri- suri dengan arah melintangnya.

3. Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku.. Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran.

4. Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.

c. Pengecekan

Setelah pemasang bekisting balok dan plat selesai selanjutnya pengecekan tinggi level pada bekisting balok dengan waterpass, jika sudah selesai maka bekisting untuk balok dan pelat sudah siap untuk selanjutnya di lakukan pekerjaan pembesian

5.4.3 Tahap Pekerjaan Pembesian Plat & Balok a. Pembesian Balok

Pemasangan tulangan plat yang digunakan untuk basement 1 sampai basement 2 berkisar antara D15 – D32 dengan mutu baja (fy) 240 Mpa untuk tulangan berukuran < 10 mm dan 400 Mpa untuk tulangan berukuran > 10 .

Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut :

1. Untuk Pembesian balok dilakukan langsung di lapangan.

(7)

Gambar 5.2 Pembesian pada Balok & Plat

2. Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan di atas bekisting balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom.

3. Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton pada alas dan samping balok lalu diikat.

4. Tulangan bawah balok di daerah lapangan lebih banyak daripada tulangan atas balok karna menerima gaya tarik lebih besar.

5. Tulangan atas balok di daerah tumpuan lebih banyak daripada tulangan bawah balok karna menerima gaya tarik lebih besar.

a. Pembesian Plat

Setelah tulangan balok terpasang. Selanjutnya adalah tahap pembesian pelat, antara lain :

1. Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap. Besi tulangan diangkat menggunakan tower crane dan dipasang di atas bekisting pelat.

(8)

2. Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu.

Kemudian pasang tulangan.

3. Selanjutnya secara menyilang dan diikat menggunakan kawat ikat.

4. Letakkan beton deking antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas pelat. Pasang juga tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas dan bawah pelat.

Gambar 5.3 Pembesian Pada Plat b. Pengecekan

Setelah pekerjaan pembesian balok dan pelat dianggap selesai, kemudian diadakan pekerjaan checklist oleh pengawas atau inspektor konstruksi. Adapun hal yang diperiksa untuk pembesian sebagai berikut :

1. Jumlah tulangan utama.

2. Diamater tulangan.

3. Jarak antar tulangan.

4. Jumlah dan jarak tulangan sengkang.

5. Jumlah dan jarak tulangan ekstra.

6. Lokasi plumbing.

7. Beton decking. 8. Kebersihannya.

(9)

Pengecekan dilakukan untuk mencocokan kondisi lapangan dengan shopdrawing sebelum dilakukan pengecoran, karena bisa saja terjadi kelalaian dalam pekerjaan pembesian yang tidak bisa diperbaiki apabila sudah terlanjur dilakukan pengecoran. Kelalaian pada pekerjaan pembesian meliputi jarak tulangan yang terlalu rapat, jumlah tulangan sengkang yang kurang, pemasangan sambungan pembesian yang tidak mengikuti standar detail, dll.

5.4.4 Tahap Pekerjaan Pengecoran Plat & Balok

Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penulangan adukan beton ke dalam suatu cetakan elemen struktur yang telah dirakit tulangannya. Sebelum dilakukan pengecoran, harus dilakukan berbagai inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai dengan rencana.

a. Administrasi Pengecoran

1. Setelah bekisting dan pembesian siap, engineer mengecek ke lokasi atau zona yang akan dicor.

2. Setelah semua dinyatakan OK, engineer membuat izin cor dan mengajukan surat izin ke konsultan pengawas.

3. Kemudian tim konsultan pengawas melakukan survey atau pengecekan ke lokasi yang diajukan dalam surat cor.

4. Setelah OK, konsultan pengawas menandatangani surat izin pengecoran tersebut.

5. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran dapat dilaksanakan.

b. Proses pengecoran plat lantai dan balok

Pengecoran plat lantai dan balok dilakukan secara bersamaan.

Peralatan untuk pengecoran antara lain bucket, truck mixer, vibrator, lampu kerja dan alat throwel. Adapun proses pengecoran plat dan balok yang penulis amati di lapangan sebagai berikut :

(10)

1. Setelah mendapatkan ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi pihak batching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang dibutuhkan di lapangan.

2. Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air compressor sampai benar-benar bersih.

Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian di siram air untuk membersihkan bucket dari debu-debu atau sisa pengecoran sebelumnya.

Gambar 5.4 Pembersihan dengan Air Compressor 3. Truck Mixer tiba di proyek dan laporan ke satpam

kemudian petugas dari PT. Semen Merah Putih menyerahkan bon penyerahan barang atau yang disebut juga docket yang berisi waktu keberangkatan, kedatangan, waktu selesai, volume.

(11)

Gambar 5.5 Bon penyerahan barang atau docket 4. Lalu konsultan pengawas dan engineer melakukan

pengecekan adukan beton dengan mengambil sampel benda uji kemudian dilakukan slump test. Ketentuan slump test adalah 12 ±2 cm.

Gambar 5.6 Slump test

5. Apabila hasil slump sudah OK, Kemudian adukan beton dicampur lagi dengan bahan Integral Waterproofing

(12)

Gambar 5.7 Bahan Integral Waterproofing

6. Kemudian disiapkan bucket atau concrete pump. Penggunaan concrete pump apabila volume pengecoran

>100 m3

7. Beton yang keluar dari truk kemudian dituang ke bucket lalu bucket diangkut dengan TC.

8. Setelah bucket sampai pada tempat yang akan dicor, petugas bucket membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton ke area pengecoran.

9. Kemudian beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator.

(13)

10.Setelah dipadatkan, maka dilakukan perataan permukaan dengan menggunakan alat Throwel atau bisa dengan perata manual

Gambar 5.9 Peraataan menggunakan Throwel 11.Setelah pengecoran selesai sampai batas pengecoran, maka

dilakukan finishing.

c. Pembongkaran Bekisting

Untuk pelat pembongkaran bekisting dilakukan setelah 4 hari pengecoran sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Sebagai penunjang sampai pelat benar – benar mengeras.

d. Perawatan (curing)

Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

(14)

Gambar 5.10 Curing Beton pada Plat

5.5 Pekerjaan Kolom

Step Pekerjaan Plat Lantai bisa dilihat pada flowchart berikut :

Gambar 5.11 Diagram Pekerjaan Kolom 5.5.1 Pekerjaan Pembesian Kolom

Pelaksanaan pembesian utama kolom dilakukan di tempat terpisah dan setelah pembesian utama sudah selesai dirakit kemudian diangkut menggunakan tower crane untuk dipasang pada tempatnya. Setelah itu baru lah tulangan ties dipasang.

Tulangan yang digunakan dalam tulangan kolom adalah : 1. Untuk tulangan pokok digunakan tulangan D25 – D32.

2. Untuk tulangan sengkang digunakan tulangan D13.

3. Untuk tulangan ties digunakan tulangan D13.

4. Besi yang digunakan adalah besi ulir dengan mutu baja (fy) ) 240 Mpa untuk tulangan berukuran < 10 mm dan 400 Mpa

Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan

Pengecoran

(15)

Untuk tahap pekerjaan, kolom dikerjakan dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Marking sepatu kolom sebagai tempat batas bekisting.

2. Stek-stek untuk kolom dibersihkan dan dirapikan.

3. Siapkan tulangan kolom dengan menggunakan sengkang, jarak sengkang harus lebih rapat di daerah tumpuan, hal ini disebabkan karna gaya geser semakin besar pada daerah tumpuan.

Gambar 5.12 Pembesian pada Kolom

4. Angkat tulangan kolom yang sudah dirakit dengan tower crane dan ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan shopdrawing.

5. Pasang besi kolom kedalam stek besi yang sudah ada, selanjutnya disambung dengan stek kolom dengan overlap di sesuaikan dengan spesifikasi penyaluran (Ld) tulangan tekan dan tarik.

6. Ikat tulangan kolom yang lama dan tulangan kolom yang baru dipasang dengan menggunakan sengkang.

(16)

Gambar 5.13 Pemasangan sengkang pada Kolom 7. Untuk penyambungan tulangan kolom dilakukan berselang-

selang, artinya sebagian dari tulangan kolom disambung pada lantai bawah dan diatasnya.

8. Antara papan bekisting dengan besi tulangan, diganjal dengan beton decking sehingga besi tulangan tidak melekat pada papan bekisting dan memudahkan pada waktu pembongkaran bekisting.

5.5.2 Pekerjaan Bekisting Kolom

Pekerjaan bekisitng merupakan pekerjaan pembuatan cetakan beton agar sesuai dengan bentuk dan dimensi yang sudah direncanakan. Bekisting umumnya terdiri atas perancah dan cetakan beton. Bekisting pada kolom menggunakan bekisiting knockdown atau bongkar pasang.

(17)

Gambar 5.14 Bekisting Knockdown atau Bongkar Pasang berikut adalah contoh gambar kerja bekisting kolom :

Gambar 5.15 Gambar Kerja Bekisting Langkah Pelaksanaan Bekisting Kolom :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan bekisitng kolom

2. Lakukan pengecekan untuk intalasi yang akan ditanam kedalam struktur kolom seperti instalasi pipa pembuangan (Jika ada).

(18)

3. Buat penandaan di lantai untuk posisi kolom pada tanda yang telah dibuat agar posisi kolom bekisting sesuai garis tanda (marking).

4. Oleskan panel bekisting menggunakan pelumas.

5. Bersihkan lokasi yang akan dipasang bekisting. Selalu membersihkan bekisting sebelum dipasang, adanya kotoran pada dinding bekisting dapat menimbulkan hasil cor beton tidak rapi, retak atau bahkan kegagalan struktur.

6. Bekisting diangkut menggunakan tower crane untuk kemudian diletakan di lokasi kolom yang akan di cor

7. Kemudian pasang bekisting. Pemasangan menyesuaikan garis marka ukur yang telah dibuat.

Gambar 5.16 Pemasangan Bekisting 8. Cek ukuran (posisi, ketegakan, kedataran) dengan

menggunakan theodolit.

9. Cek Perkuatan bekisting apakah sudah benar-benar kuat.

10.Jika sudah OK maka bisa dilakukan pengecoran beton.

5.5.3 Pekerjaan Pengecoran Kolom

Pada pengecoran kolom ketinggian 3 m dilakukan 1 kali

(19)

bucket dan pipa tremi dengan bantuan alat tower crane. Pengecoran kolom dilakukan apabila pekerjaan tulangan kolom dan bekisting kolom telah selesai dikerjakan dan telah mendapat persetujuan melalui surat izin pengecoran dari konsultan pengawas. Urutan pengecoran kolom adalah sebagai berikut : 1. Pertama engineer membuat surat izin pelaksanaan pengecoran

kolom kepada konsultan pengawas. Kemudian memeriksa kebersihan pada sambungan/ pada batas pengecoran.

Gambar 5.17 Surat Izin Pengecoran

2. Sebelum ke lapangan para pekerja menggunakan perlengkapan K3LM selama bekerja.

3. Di lapangan, para pekerja membersihkan bekisting dengan kompressor dan air. Kemudian memeriksa tulangan, jumlah tulangan, jarak sengkang, selimut beton dan batas cor.

4. Setelah memeriksa tulangan untuk pengecoran kolom, kemudian memeriksa sambungan panel bekisting kolom.

5. Pada saat melaksanakan pengecoran mutu beton yang digunakan harus sesuai dengan slump testt 12 ± 2 cm.

(20)

6. Pada lantai yang tinggi pengecoran dilakukan dengan bucket cor dan pipa tremi yang diangkat oleh tower crane, kemudian memadatkan beton dengan vibrator, diratakan mengikuti pengecoran sampai dengan level yang ditentukan.

7. Setelah dilakukan pengecoran pekerja mengetok bekisting dengan palu/ karet, pada bagian luar bekisting mengikuti arah cor.

8. Kemudian para pekerja membersihkan sisa beton yang tumpah.

9. Setelah semua proses pengecoran kolom selesai, lalu dilaksanakanlah curing setelah beton berusia 24 hari.

Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan berikut ini:

1. Beton harus dituang sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam cetakan. Tinggi jatuh beton maksimum adalah adalah 1,5 m (menurut pedoman pengerjaan beton CUR 2). Penuangan beton dengan tinggi jatuh beton melebihi 1,5 m akan menyebabkan bahan-bahan yang lebih berat akan jatuh terlebih dahulu sehingga terjadi pemisahan agregat pada beton (segregasi) dan akan sangat mempengaruhi kualitas beton.

2. Pemadatan tiap layer dengan menggunakan concrete vibrator (jarum penggetar). Pemadatan dilakukan untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terjebak didalam adukan semen yang timbul pada saat penuangan beton. Penggetaran beton harus dilakukan dengan baik agar menghasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang diinginkan. Kesalahan dalam penggetaran beton akan mengakibatkan penurunan mutu beton.

3. Alat penggetar sedapat mungkin dimasukkan ke dalam

(21)

khusus boleh miring sampai dengan. Penggetaran dengan sudut yang lebih besar akan menyebabkan pemisahan agregat.

4. Harus dijaga agar alat penggetar tidak mengenai bekisting atau bagian beton yang mulai mengeras, untuk menghindari hal ini posisi vibrator dibatasi maksimum 5 cm dari bekisting.

5. Sedapat mungkin vibrator tidak mengenai tulangan kolom.

6. Penggetaran dihentikan apabila adukan beton mulai kelihatan mengkilap di sekitar alat penggetar dan pada umumnya dicapai setelah maksimum 30 detik.

7. Pengawasan berkelanjutan terhadap pelaksanaan pengecoran.

Pembongkaran Bekisting Kolom

Pembongkaran bekisting kolom dilakukan sehari setelah pengecoran. Kondisi paling ekstrim adalah 6 jam setelah pengecoran. Diasumsikan bahwa beton telah mengeras dan semen telah mencapai waktu ikat awal.

Pembongkaran bekisting harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pengawas proyek dan pada saat proses pelepasan dilakukan dengan hati – hati untuk menghindarkan kolom dari kerusakan.

Bekisting yang telah dilepas tersebut diangkat dengan bantuan tower crane dan dibersihkan bagian permukaan dalamnya serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada kolom berikutnya.

Proses pembongkaran bekisting kolom merupakan tahap terakhir dari pekerjaan kolom, berikut urutan prosesnya : 1. Pertama-tama mengendorkan semua baut/wing nut yang

terdapat pada bekisting. Pembongkaran Bekisting Kolom dapat dilaksanakan pada umumnya 48 jam, namun bisa juga 24 jam setelah pengecoran, dengan tenaga manusia.

(22)

2. Langkah kedua adalah mengendorkan Kicker brace dan secara bersamaan bekisting kolom akan lepas dengan sendirinya dari muka beton.

3. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan/dipasang pada kolom berikutnya dengan bantuan alat Tower Crane. Sebelum digunakan lagi permukaan plywood-nya dibersihkan dan diberi minyak terlebih dahulu.

Perawatan Beton Kolom

Setelah pembongkaran bekisting, harus dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan pemberian compound pada permukaan beton atau dengan berbagai cara sesuai dengan jenis struktur yang dilaksanakan.

Perawatan beton (curing) berfungsi untuk melindungi beton selama berlangsungnya proses pengerasan beton terhadap sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya. Perawatan beton dilakukan untuk menghindari : 1. Kehilangan banyak air pada proses awal pengerasan beton

yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.

2. Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama.

3. Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak-retak pada beton.

Adapun cara yang digunakan dalam perawatan beton yang dilakukan dalam proyek ini adalah dengan melakukan penyiraman antisol pada permukaan beton setiap hari.

Apabila terjadi hujan maka cukup air hujan itu saja yang digunakan.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada PT.. BPR Arta Utama Pekalongan, Jurnal Studi Manajemen &