• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ahmad Sarwat, Lc., MA - Publikasi IAIN Batusangkar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Ahmad Sarwat, Lc., MA - Publikasi IAIN Batusangkar"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

Sholat badan merupakan sholat yang unik karena mungkin merupakan satu-satunya sholat yang tidak memerlukan rukuk dan letih, bahkan tidak ada istilah rakaat.

Hukum dan Syarat

Hukum Shalat Jenazah

Syarat Berjamaah

Pensyariatan

Keutamaan

  • Hadits Pertama
  • Hadits Kedua
  • Hadits Ketiga
  • Hadits Keempat

34: Yang lebih kecil dari dua qiroth adalah seperti Gunung Uhud," jawabnya, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian. Kemudian Ibnu Umar mengutus Khabbab kepada Aisyah radhiyallahu 'anhu, untuk bertanya kepadanya tentang kebenaran Abu Hurairah. riwayat.Ibnu Abbas lalu berkata: “Wahai Kuraib (bekas budak Ibnu Abbas), lihatlah berapa ramai orang yang menyembahyangkan jenazahnya.” Kuraib berkata: “Saya keluar, ternyata orang ramai telah berkumpul dan saya memberitahu mereka Ibnu Abbas. Soalan terdahulu daripada Abbas.

Kerana aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal dunia lalu disembahyangkan (solat jenazah) oleh 40 orang, yang tidak menyekutukan Allah walaupun yang paling kecil. , tetapi Tuhan akan melakukannya. terimalah syafaat (doa) mereka untuknya.” (HR. Muslim).34; Tidak disembahyangkan mayat (dengan solat jenazah) oleh sekumpulan orang Islam yang mencapai 100 orang, lalu mereka semua memberi syafaat (mendoakan kebaikan untuk kepada ), maka syafaat (doa) mereka akan diterima." (HR. Muslim).

Tata Cara

Rukun

  • Niat
  • Berdiri Bila Mampu
  • Takbir 4 kali
  • Membaca Surat Al-Fatihah
  • Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
  • Doa Untuk Jenazah
  • Salam

Niat itu ada di dalam hati dan maksudnya adalah keteguhan dan kesengajaan di dalam hati bahwa kita akan melaksanakan shalat tertentu saat ini. Sholat jenazah tidak sah jika dilakukan sambil duduk atau di atas kendaraan (menunggangi hewan), selama orang tersebut mampu berdiri dan tidak mengenal usia. Dari Jabir ra, Rasulullah SAW mendoakan jenazah Raja Najasyi (doa gaib) dan beliau mengambil 4 takbir.

Bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu membacanya saat shalat jenazah dan berkata, "Ketahuilah bahwa itu sunnah". Dalam sejarah Al-Baihaqi, pembacaan surat Al-Fatihah ini dilakukan setelah takbir pertama dan tanpa didahului dengan doa iftitah. Namun pendapat yang berlaku di kalangan mazhab Asy-Syafi'i tidak mempermasalahkan apakah Al-Fatihah dibacakan setelah takbir pertama, kedua, ketiga, atau keempat.

Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW Shalawat dimaksudkan sebagai doa. Shalawat dimaksudkan sebagai doa Ibrahimiyah, yaitu di dalamnya terdapat selawat dan salam untuk Nabi Ibrahim juga. Pendapat terakhir dalam mazhab Asy-Syafi'iyah ialah tidak wajib membaca selawat kepada keluarga Nabi Muhammad SAW. Mazhab Al-Hanabilah mengatakan bahawa doa ini sama dengan doa yang dibaca dalam lafadz tasyahhud.

Ya Allah, jadikanlah kuburnya sebagai taman di antara taman-taman syurga dan jangan jadikan kuburnya lubang dari lubang-lubang neraka. Dari Ibn Masud radiyallahu anhu berkata bahawa Rasulullah SAW memberi salam kepada jenazah sebagai penghormatan dalam solat.

Syarat

  • Semua Syarat Sah Shalat
  • Jenazahnya Beragama Islam
  • Jenazah Suci dari Najis
  • Jenazah Sudah Dimandikan
  • Aurat Jenazah Tertutup
  • Jenazah Diletakkan di Depan
  • Berbagai Perbedaan Pendapat

Adapun jenazah orang islam yang mempunyai masalah, seperti bid’ah, orang yang bunuh diri dan sejenisnya, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, apakah jenazahnya dimaafkan atau tidak, dan asal usulnya pun berbeda. Para ulama mengatakan syarat sahnya jenazah untuk disalat adalah jenazah telah dimandikan terlebih dahulu, sehingga tidak ada lagi kotoran dan najis. Meskipun para ulama secara umum sepakat bahwa tujuan mencuci janaba bukan hanya untuk menghilangkan kotoran saja, namun tujuannya adalah untuk menghilangkan hadis-hadis besar yang terdapat pada jenazah.

Sebab, mazhab Asy-Syafi’iyah meyakini bahwa salah satu dari enam penyebab utama hadats adalah kematian seseorang. Namun lain halnya dengan orang yang mati syahid, syaratnya syahid tidak perlu dimandikan. Para ulama juga menuntut agar jenazah yang sah disalat dalam keadaan tertutup, misalnya orang yang masih hidup.

Mazhab Al-Malikiyah dan Asy-Syafi'iyah berbeza dengan mazhab Al-Hanafiyah mengenai syarat jenazah harus diletakkan di atas tanah. Pendapat mazhab Al-Hanafiyyah mengharuskan jenazah yang disembahyangkan diletakkan di atas tanah. Manakala mazhab Al-Malikiyah dan Asy-Syafi'iyah membenarkan jenazah tidak diletakkan di atas tanah.

Berbeda dengan pendapat mazhab lain, mazhab Al-Malikiyah secara mandiri menghendaki pemakaman dilakukan secara berjamaah agar salat jenazahnya sah. Sedangkan pendapat semua mazhab kecuali Al-Malikiyah mengatakan diperbolehkannya salat jenazah sendirian (munfarid). Perbedaan mazhab Al-Hanafiyah dengan mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah dalam hal diperbolehkannya salat jenazah tanpa kehadiran jenazah itu sendiri, atau yang sering disebut dengan salat gaib.

Manakala mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabil berpendapat bahawa solat jenazah tanpa kehadiran jenazah hanya sah. Walaupun jenazah tidak jauh dari tempat pengampunan (kurang dari jarak kashar). Malah, mazhab ini juga membenarkan pengebumian dilakukan tanpa dilihat walaupun sudah lebih sebulan.

Posisi Imam

Al-Hanafiyah : Dada Jenazah

Al-Malikiyah

Yang Dishalati dan Tidak Dishalati

  • Beragama Islam
  • Jenazah Orang Bunuh Diri
  • Jenazah Anak-anak
  • Jenazah Orang Fasik
  • Ahlu Bid'ah
  • Jenazah Yang Sudah Dikuburkan
  • Shalat Ghaib
    • Pengertian
    • Dalil
    • Pendapat Yang Tidak Mendukung
    • Pendapat Yang Mendukung
    • Bahtsul Masail NU

Mayat orang yang membunuh diri disembahyangkan dan diperlakukan seperti mayat orang Islam, sedangkan dosanya adalah urusannya sendiri. Tidak digalakkan al-imam al-a'dzham (ketua negara) atau imam setiap kampung yang menjadi hakim mendoakan jenazah perompak dan orang yang mati bunuh diri. Jumhur ulama seperti mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah dan Asy-Syafi'iyah bersepakat bahawa jenazah orang fasik tetap disembahyangkan semasa hayatnya.

Bahawa Nabi SAW tidak menyembahyangkan jenazah orang yang membunuh diri agar tidak diikuti oleh orang ramai, tetapi agar para sahabat mendoakannya. Dalil di atas digunakan oleh jumhur ulama, di mana mereka yang mati bunuh diri dianggap sebagai orang jahat. Cuma Al-Malikiyah memalukan dalam hal ini apabila orang yang diutamakan seperti ulama dan seumpamanya mendoakan jenazah ahli bidaah ini.

Dasarnya karena ahli bid'ah itu kedudukannya lebih buruk daripada orang yang membunuh nyawanya sendiri atau yang meninggal dengan meninggalkan hutang. Tentu saja yang dimaksud dengan bid’ah di sini bukan hanya permasalahan yang masih menjadi perbedaan pendapat dalam fiqih furu’iyah di kalangan para ulama. Sayangnya, karena pemahaman masyarakat awam terhadap permasalahan tersebut, banyak masyarakat yang terjebak dengan istilah bid'ah dan pelakunya.

Begitu juga apabila Umar bin Al-Khattab menyebut solat tarawih sebagai bid'ah, jelas beliau tidak bermaksud bid'ah sesat yang membawa kepada kekufuran. Maka, istilah bid'ah yang dimaksudkan di sini adalah bid'ah dalam konteks kesesatan akidah iaitu kekufuran dan semua ulama sepakat tentang kesesatannya. Dan mereka yang percaya turunnya Jibril membawa wahyu kepada imam yang ma'shum di kalangan ahli bid'ah termasuk dalam kategori ahli bid'ah.

Kedua-dua hadis di atas adalah fakta yang tidak dapat dipertikaikan bahawa Nabi SAW memang melakukan sembahyang ghaib ke atas jenazah Raja An-Najasyi dari Habsyah. -Maidah: 82) Raja Najasyi adalah orang yang membela pelarian di kalangan para Sahabat dan melindungi mereka apabila Rasulullah SAW meminta mereka berhijrah. Terbukti selain An-Najasyi, beliau tidak pernah menunaikan solat ghaib ini.

Adapun secara rinci, para ulama yang mengakui adanya salat gaib masyru'iyah terkadang berbeda satu sama lain. Meski tetap mewakili salah satu unsur pemikiran Al-Hanabilah dan mengakui masyru'iyah shalat ghaib, namun Ibnu Taimiyah dalam Fatawa Al-Kubra memberikan syarat bahwa yang didoakan adalah tokoh penting.

Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian kalangan mengatakan bahwa pemerintahan Turki Usmani (sekitar 922 H/1516 M) mempunyai peranan signifikan dalam hal ini. Bahkan, melalui kekuatan politik kekuasaan.

Ada banyak analisa, salah satu diasumsikan bahwa mazhab ini tidak eksis di Spanyol, sehingga Imam Ibnu Rusyd yang memang berdomisili di negeri itu nyaris tidak