• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deforestasi Tanpa Henti di Indonesia

Femmy Khoerunnisa

Academic year: 2023

Membagikan "Deforestasi Tanpa Henti di Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor AK : 4

Nama Anggota Keluarga : 1. Nathanael Kevin Maheswara Yuwono 2. Alif Nur Hidayah

3. Alif Rolf Bahy Athallah 4. Dimas Cahyaning Tyas 5. Femmy Khoerunnisa 6. Gusti Vita Caulina D 7. Ismatulloh Mahdi 8. Raden Rahmanda

9. Rahma Nur Aini Azzahra 10. Risma Agustina

11. Sholehudin Firdaus 12. Seni Nuraeni

13. Syaraviena Putri Prasetya 14. Tiara Andini

15. Widya Ananda Suryani Manurung

Deforestasi Tanpa Henti di Indonesia

Deforestasi adalah perubahan situasi dimana suatu lahan berupa hutan berubah menjadi non-hutan akibat ulah manusia. Deforestasi dapat terjadi melalui berbagai macam hal seperti illegal logging (penebangan illegal), kebakaran hutan, pemetaan lahan, dsb. Deforestasi tanpa henti merupakan salah satu penyebab terjadinya climate change akibat ulah manusia. Pada tahun 2012, Indonesia mendapat peringkat ke 6 sebagai negara penghasil emisi karbon per tahun tertinggi di dunia yaitu sekitar 1,98 miliar karbon dioksida per tahun. Pada tahun 2013 yang merupakan tahun puncak terjadinya deforestasi di Indonesia. Setiap menitnya kawasan hutan Indonesia mengalami deforestasi seluas lapangan sepak bola. Hal ini sungguh memprihatinkan, karena jika terus dibiarkan akan berakibat fatal bagi keberlangsungan kawasan hutan di Indonesia. Indonesia memiliki komitmen dan

(2)

target dalam mengurangi emisi gas karbon sebesar 29% ketika dilakukan oleh negara sendiri tanpa bantuan dari negara lain, dan target sebesar 41% jika Indonesia mendapat bantuan secara internasional pada tahun 2030.

Kehutanan merupakan sektor penyumbang pelepasan emisi terbesar akibat adanya deforestasi dan degradasi hutan alam. Pemerintah berupaya mengatasi hal tersebut dengan membuat Peraturan Presiden RI No.61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan dilanjutkan dengan kesepakatan paris (COP 21) yang menghasilkan perjanjian paris sebagai bentuk kesepakatan bersama dalam mengurangi emisi karbon.

Pada tahun 2013, hutan seluas satu lapangan sepak bola hilang akibat deforestasi di tiap menitnya. Hal ini menggambarkan betapa cepatnya kehilangan hutan di Indonesia. Dalam periode 2013-2016, sebanyak 34 lapangan sepak bola lenyap akibat pembukaan lahan. Salah satu penyebab utama deforestasi adalah ekspansi kebun kelapa sawit. Sektor kelapa sawit memang menjadi salah satu pilar ekspor yang penting bagi Indonesia dalam meningkatkan devisa negara. Namun, perlu disadari bahwa penyebab terbesar perubahan iklim berasal dari deforestasi.

Perlu dilakukan berbagai pendekatan agar sektor kelapa sawit tetap menghasilkan keuntungan yang maksimal namun tetap menjaga kelestarian alam dan meminimalisir terjadinya deforestasi.

Solusi untuk mengatasi deforestasi dapat melibatkan berbagai pendekatan.

Salah satunya melalui pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan hutan yang lestari. Pengelolaan hutan yang seimbang antara aspek lingkungan dan ekonomi akan membantu menjaga keberlanjutan hutan dengan mempertahankan kualitas dan produktivitas hutan untuk jangka waktu sekarang dan yang akan datang. Selain itu, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi faktor penting dalam meminimalisir deforestasi. Memberikan edukasi kepada generasi muda dan mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah langkah penting untuk membangun dasar ekonomi hijau yang kuat bagi negara.

Peran rimbawan atau tenaga ahli dalam bidang kehutanan juga penting dalam upaya meminimalisir deforestasi. Rimbawan perlu berperan aktif dalam

(3)

mengadopsi pendekatan yang modern dan terkini dalam menjaga keberlanjutan hutan. Melalui modernisasi, penggunaan teknologi, dan berbagai gebrakan inovasi dalam pengelolaan hutan, deforestasi dapat ditekan secara maksimal bahkan dihentikan secara efektif. Salah satu contoh inovasi yang dapat meminimalisir pengeluaran emisi gas karbon adalah rancang bangun knalpot inovatif berteknologi catalytic converter dengan logam katalis baja karbon rendah sebagai pereduksi polutan gas buang kendaraan bermotor yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Jember (Sanata, 2017).

Deforestasi tidak terlepas dari dinamika ekonomi yang terjadi di suatu negara. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, deforestasi seringkali terjadi sebagai konsekuensi yang tidak diinginkan. Namun, perlu diingat bahwa deforestasi adalah situasi di mana suatu lahan yang sebelumnya berupa hutan berubah menjadi non- hutan akibat aktivitas manusia. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan tanggung jawab kolektif dari berbagai pihak.

Penanaman kesadaran ekologi yang mendalam (deep ecology) terhadap semua elemen masyarakat, baik itu pemerintah maupun individu juga menjadi solusi yang tepat untuk meminimalisir tingkat deforestasi. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengedukasi masyarakat mengenai isu deforestasi dan menjadikannya sebagai bagian integral dari kebijakan nasional.

Pendidikan mengenai pentingnya menjaga keberlanjutan hutan dan dampak negatif deforestasi harus diperkenalkan sejak dini kepada generasi muda. Dengan demikian, generasi mendatang akan memiliki pemahaman yang kuat tentang pentingnya keberlanjutan alam dan menjadi agen perubahan yang berperan aktif dalam menjaga kelestarian hutan.

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta juga diperlukan. Pembangunan berkelanjutan harus menjadi prioritas bersama yang melibatkan semua pihak terkait. Dalam hal ini, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat diberikan dukungan untuk menerapkan praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pemerintah juga dapat memberikan

(4)

insentif dan fasilitas yang memadai bagi pelaku usaha yang berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan hutan dan mengurangi deforestasi.

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut:

Penegakan Hukum yang Ketat: Pemerintah perlu mengintensifkan penegakan hukum terhadap aktivitas pembalakan ilegal dan pembakaran hutan yang merusak lingkungan. Langkah ini termasuk penindakan terhadap pelaku ilegal, baik itu individu maupun perusahaan yang terlibat dalam deforestasi ilegal.

Perlindungan Hutan dan Ekosistem: Pemerintah harus meningkatkan upaya perlindungan hutan dan ekosistem penting di Indonesia, seperti hutan hujan tropis, lahan gambut, dan kawasan konservasi. Penunjukan lebih banyak kawasan perlindungan dan penegakan ketat terhadap larangan aktivitas ekstraktif di dalamnya sangat penting.

Pengembangan Alternatif Ekonomi: Salah satu penyebab deforestasi adalah kegiatan ekonomi yang merusak lingkungan, seperti perkebunan kelapa sawit yang membuka lahan secara besar-besaran. Pemerintah perlu mendorong diversifikasi ekonomi di daerah-daerah terdampak, mempromosikan pertanian berkelanjutan dan industri ramah lingkungan.

Pemberdayaan Masyarakat Lokal: Melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam mereka dapat membantu mengurangi deforestasi ilegal. Pemerintah perlu mendukung program pelatihan, memberikan akses ke teknologi pertanian yang berkelanjutan, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan hutan.

Kerjasama Internasional: Deforestasi adalah masalah global dan kerjasama internasional penting untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah Indonesia perlu bekerja sama dengan negara-negara lain, organisasi internasional, dan lembaga swadaya masyarakat untuk memperkuat pengawasan dan mendapatkan dukungan dalam upaya pelestarian hutan.

Edukasi dan Kampanye: Pendidikan dan kampanye publik yang menyasar masyarakat umum juga penting dalam mengubah kesadaran dan perilaku

(5)

terkait deforestasi. Pemerintah harus melibatkan masyarakat melalui program-program penyuluhan, kampanye kesadaran lingkungan, dan pendidikan tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan.

Penting untuk diingat bahwa mengatasi deforestasi tidak akan terjadi dalam semalam. Diperlukan komitmen jangka panjang dari pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan memastikan hutan Indonesia tetap lestari.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sanata A, Sholahuddin I. 2017. Rancang bangun knalpot inovatif berteknologi catalytic converter dengan logam katalis baja karbon rendah sebagai pereduksi polutan gas

buang kendaraan bermotor. Home.

https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/78740

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan REL nasional, diperkirakan stok karbon yang akan hilang dari deforestasi dan degradasi hutan adalah sebesar 100 Mega ton per tahun atau setara dengan

negara non-Annex I yang meliputi investasi pada proyek2 pengurangan emisi di negara non-Annex I, aforestasi (penghijauan di lahan bekas hutan yang telah mengalami deforestasi

Bab II menyajikan tentang Kontributor Terbesar Pemanasan Global ; Bab III menyajikan Hutan dan Deforestasi Global ; Bab IV menyajikan tentang Lahan Gambut Global dan Kelapa

internasional mengenai pencemaran udara lintas batas. 2) Untuk mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan dari kebakaran hutan. dan lahan di Indonesia. 3) Untuk mengetahui

Untuk mengetahui lebih detail terkait asal usul lahan perkebunan sawit di Indonesia, dilakukan sinkronisasi land cover yang terdiri dengan 22 tipe dari mulai hutan tak

Luas hutan yang mengalami deforestasi diperkira- kan akan mengalami peningkatan drastis pada tahun ke 7 dan 17 karena pada tahun-tahun tersebut terjadi peningkatan luas lahan kelapa

Dari hasil analisis dan pembahasan mengenai pemodelan tingkat deforestasi pada kawasan hutan lindung di Indonesia dengan menggunakan metode regresi global dan

Masyarakat di lereng Gunung Slamet Banyumas seringkali bermasalah dengan suplai air yang keruh, kekhawatiran bencana tanah longsor dan banjir akibat deforestasi hutan lindung terbuka