• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKAD MUDHARABAH PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I (Studi Pada Produk Pembiayaan BMT Al-Muawanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "AKAD MUDHARABAH PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I (Studi Pada Produk Pembiayaan BMT Al-Muawanah "

Copied!
88
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka pokok permasalahan yang akan dibahas adalah Bagaimana implementasi akad Mudharabah di BMT IAIN Bengkulu dalam perspektif Imam Syafi'i. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Akad Mudharabah dari sudut pandang Imam Syafi'i (Studi Pada Produk Pembiayaan BMT Al-Muwanah IAIN Bengkulu). b) Untuk Penelitian Lainnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan perbandingan bagi peneliti yang melakukan penelitian serupa.

Penelitian Terdahulu

Pada dasarnya dengan akad mudharabah dirasa paling tepat untuk melakukan pembiayaan, karena keduanya dapat memberikan keuntungan bagi shahibul maal dan mudharib. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan konsep akad mudharabah mutlaqah pada deposito yang merupakan investasi tidak terbatas dan bagi hasil yang signifikan. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan akad mudharabah mutlaqah di KSPPS BMT El Labana Semarang adalah persaingan dengan pihak koperasi lain, kerugian yang dialami pengelola dana berdampak pada penyedia dana atau investor, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap koperasi syariah, teknologi. yang berkembang pesat, perkantoran yang kecil.10 Perbedaan penelitian terdahulu dengan penulis terletak pada objek dan tempat yang diteliti.

10 Mukti Nelasari, Mutlaqah Tabungan Berjangka (SIJAKA) di KSPPS BMT EL Labana SEMARANG (Perspektif Manajemen Dakwah), (Disertasi UIN Walisongo Semarang, 2018). Penerapan akad mudharabah dalam kerjasama ini sesuai dengan Peraturan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah. Fadillah Ahmad, Analisis Implementasi Akad Mudharabah Mutlaqah Tabungan Mabrur Biaya Perjalanan Haji (Studi Pada Bank SYARIAH MANDIRI KCP BELITANG), (Disertasi UIN Raden Intan Lampung, 2018).

Mengenai kesepakatan antara akad mudharabah di SMF dengan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 07/DSNMUI/IV/2000 di SMF, secara umum sudah sesuai dengan fatwa MUI. Namun dari segi nisbah kerugian dan bagi hasil pada akad mudharabah SMF tidak sesuai dengan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 07/DSN-MUI/IV/2000.12.

Metode Penelitian

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Waktu dan Lokasi Penelitian
  • Informan Penelitian
  • Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan di BMT Al-Muwanah IAIN Bengkulu karena penulis menemukan permasalahan pada judul yang akan penulis terima. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek atau informasi yang diperlukan untuk mencari informasi adalah Gustia Sunarti, S.H.I selaku Teler BMT Al-Muwanah IAIN Bengkulu. Data primer adalah data yang diperoleh atau diperoleh langsung dari informan atau subjek yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dengan Gustia Sunarti, S.H.I selaku teler BMT Al-Muawanah IAIN Bengkulu, yang berkaitan dengan pembahasan pelaksanaan Akad Mudharabah. Wawancara ini dilakukan dengan berbagai pihak yang dipilih sebagai informan serta dengan sumber data yang akan diungkap 15 Penelitian ini melakukan wawancara tatap muka dengan Ny. Gustiya Sunarti, S.H.I di Ruang BMT Al-Muawanah IAIN Bengkulu. Observasi adalah kegiatan mengamati dan mengamati serta mencatat data atau informasi untuk memperoleh data konkrit di lokasi penelitian.

Observasi pertama dilakukan dengan mengundang BMT Al-Muawanah IAIN Bengkulu dan menanyakan tentang akad Mudharabah. Observasi ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi permasalahan Akad Mudharabah dari sudut pandang Imam Syafi'i (Studi pada BMT Al-Muwanah IAIN Produk Keuangan Bengkulu. 3).

KAJIAN TEORI

Jenis-jenis Akad Mudharabah

  • Mudharabah Mutlaqah
  • Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah mutlaqah adalah akad berbentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan bidang usaha. 23 Dalam pembahasan fiqh ulama salafus alim, hal ini sering digambarkan dengan if'al ma syi'ta (berbuatlah sesukamu). ) dari shahibul maal dan mudharib yang memberikan kekuatan yang sangat besar. Adanya pembatasan tersebut seringkali mencerminkan kecenderungan umum shahibul maal untuk memasuki jenis dunia usaha.24 Jenis mudharabah ini merupakan titipan khusus dimana.

Landasan Hukum Mudharabah

Bank tidak wajib membayar bagi hasil secara rutin kepada nasabah pembiayaan, namun disesuaikan dengan pendapatan/. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar sah, aman dan menguntungkan karena akan ada pembagian keuntungan yang nyata dan nyata. Hakikat mekanisme bagi hasil pada dasarnya terletak pada kerjasama yang baik antara pemilik modal (satuan belanja surplus) dan pengelola usaha (satuan belanja defisit).

Sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Arabi bahwa transaksi ekonomi tanpa unsur ‘ivadh sama saja dengan riba’ Ivadh dapat dipahami sebagai persamaan pertimbangan berupa resiko (ghurmi), kerja dan usaha (kasb) dan tanggung jawab (dhaman). Menurut Imam Sarakhsi dari Mazhab Hanafi, riba diartikan sebagai tambahan yang diwajibkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya “ivadh (setara) yang dibenarkan oleh Syariah untuk penambahan tersebut. Iwadh adalah transaksi bisnis yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil, misalnya proyek bagi hasil.

Oleh karena itu, jika perusahaan mengalami suatu risiko, maka dalam konsep bagi hasil, kedua belah pihak akan menanggung risiko tersebut secara bersama-sama. Di satu sisi pemilik modal menanggung kerugian atas modalnya, dan di sisi lain kontraktor proyek akan mengalami kerugian atas pekerjaan yang diinvestasikan. Karim menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Perbankan Islam: Fiqh dan Analisis Keuangan bahwa ketentuan nisbah keuntungan akad mudharabah adalah sebagai berikut: 27.

Persentase, artinya rasio keuntungan sebaiknya dinyatakan dalam bentuk persentase, bukan dinyatakan dalam nilai nominal tertentu. Untuk untung dan rugi, artinya dalam akad mudharabah yang termasuk dalam akad investasi (Natural Uncertainty Contacts), return dan timing arus kasnya bergantung pada kinerja sektor riil. Filosofi ini hanya bisa berjalan jika rasio keuntungan ditentukan dalam bentuk persentase, bukan dalam bentuk nominal tertentu.

Dalam praktiknya, dalam perbankan modern, hubungan tawar-menawar antara pemilik modal dan bank syariah hanya terjadi pada deposan besar. Bank syariah hanya akan mencantumkan nisbah yang ditawarkan, setelah itu penyimpan bisa menerimanya atau tidak. Jika tidak setuju, penyimpan dapat mencari bank syariah lain yang menawarkan hubungan yang lebih menarik.

13/13/PBI/2011 tentang Pengelolaan Aset Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu dalam bentuk. Berdasarkan perjanjian atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain bahwa pihak lain yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas pendanaan wajib mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu sebagai imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil (Wangsawidjaja, 2012 : 78 ) ). Pembiayaan merupakan tugas utama bank yaitu penyediaan fasilitas pendanaan untuk memenuhi kebutuhan unit defisit (Karim, 2013:113).

Jadi pembiayaan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan penyaluran dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana untuk dibelanjakan.

Mudharabah Prespektif Imam Syafi‟i

Namun menurut Imam Syafi'i, akad tersebut masih bersifat tidak mengikat (ghair lâzim) meskipun mudharib sudah memulai kegiatan usahanya, sehingga sewaktu-waktu dapat dibatalkan. Mengenai silsilah Imam Syafi`i, Muhammad Al-Aqil menjelaskan sebagai berikut: Imam Syafi`i adalah Muhammad bin Idris bin. 42 Ahmad Nahrowi Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi`i (al-Imam al-Syafi`i Mazdhabihi al-Qadim wa al-Jadid,) diterjemahkan oleh Usman Sya`roni, (Jakarta: Mizan Publica, 2008), h.

Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Imam Syafi`i masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Raulullah Saw. Mahmud Syalthut berkata: Imam As-Syafi, atas usaha ibunya, mampu hafal Al-Qur'an di usia yang masih sangat muda. Memahami kutipan di atas, maka dapat dikatakan bahwa Imam Syafi'i telah menjadi penghafal Al-Qur'an ketika ia masih kecil.

Bahkan dengan segala pembatasan yang ada, Imam Syafi`i harus mencari tempat pembuangan sampah untuk menemukan alat yang bisa. Guru Imam Syafi'i yang pertama adalah Muslim Khalid Az-Zinji dan lainnya dari para imam Mekkah. Imam Syafi`i menyerap karakteristik berbeda dari berbagai mazhab fiqih dari berbagai daerah, antara lain Makkah, Yaman, Irak, dan Mesir.

Perjalanan pengajian Imam Syafi`i menghasilkan penyelarasan pelbagai perbezaan yang muncul di setiap wilayah dan seterusnya menghasilkan perpaduan dalam pemikiran baharu. Imam Syafi'i adalah seorang pentafsir kesimpulan hukum dari Al-Quran dan Al-Hadis, beliau seorang yang bijaksana dan melihat "An-Nasikh" dan "Al-Mansukh AL. Yakut yang diriwayatkan dalam "Mu'jam Al- Udaba" alasan pelik kematian Imam Syafi'i, katanya salah seorang sahabat "Malik bin Anas" bernama "Futian" bergaduh dengan Imam Syafi'i.

Karena ini merupakan penyebab yang luar biasa, karena yang diketahui banyak orang, Imam Syafi'i meninggal karena penyakit wasir. Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan, sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan mengenai akad Mudharabah sudut pandang Imam Syafi'i pada pembiayaan BMT IAIN Bengkulu. Jika dikatakan: “Saya bekerjasama mudharabah dengan Anda dengan manfaat penuh bagi Anda” maka di mazhab Syafi’i tidak sah.

Akad Mudharabah dalam sudut pandang Imam Syafi'i dalam pembiayaan BMT Al-Muawanah IAIN Bengkulu, merupakan suatu usaha antara pemilik modal (BMT) dan pengusaha, dimana pemilik modal menyediakan. Pembiayaan mudharabah pada BMT Al-Muwanah IAIN Bengkulu Dari sudut pandang Imam Syafi'i merupakan kerjasama antara pemilik modal dan pengelola modal untuk menggunakannya. Produk pembiayaan mudharabah menurut sudut pandang Imam Syafi'i harus dalam bentuk uang tunai, seperti dinar, dirham, rupiah atau dollar dan lain sebagainya, hal ini sama dengan pelaksanaan akad Mudharabah Al-Muawanah IAIN Bengkulu yang dimana modal harus berbentuk uang dan bukan dalam bentuk barang.

Ensiklopedia Imam Shafit (Imam al-Sayyava Mozdhiba, Lama dan Baru), Penterjemah Nag Osman Syarn.

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi pembiayaan mudharabah muqayadah pada Bank Muamalat Indonesia, jenis usaha di tentukan oleh pemilik modal, modal yang diberikan dalam bentuk tunai, kerugian di

menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan usaha mikro dengan sistem; jual beli,4. bagi hasil,

dana) membiayai 100 % kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha. c) Jangka waktu usaha, tatacara

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Penetapan Besarnya Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah Pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) (Studi Pada Baitul

Di dalam BMT Bina Umat Sejahtera Lasem pembiayaan dana modal kerja dengan akad Mudharabah digunakan untuk membiayai atau membantu usaha nasabah yang mengalami

Setelah anggota menerima dana pembiayaan dari KSPPS dan telah menggunakan untuk modal kerja, maka anggota memiliki kewajiban untuk membayar pinjaman modal ditambah

“ Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

2.2.9 Pengakuan Dan Pengukuran Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan PSAK No 105, mudharabah adalah pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua