• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina. Lana. A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV. Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina. Lana. A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

44 BAB IV

Studi Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Mina Lana

A. Pengelolan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah

Pengelolaan pembiayaan mudharabah bermasalah adalah usaha yang dilakukan oleh BMT untuk mencegah kemungkinan timbulnya kerugian lebih besar pada usaha yang dibiayai serta menyelamatkan dana BMT Mina Lana yang telah diberikan.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh BMT Mina Lana dalam

pengelolaan pembiayaan mudharabah bermasalah.29 Pertama, menggolongkan

kolektabilitas pembiayaan (kelancaran nasabah dalam melakukan angsuran pokok maupun bagi hasil). Kedua, BMT akan melakukan pemgelolaan pembiayaan bermasalah sesuai dengan tingkat kolektabilitas pembiayaan nasabah.

BMT Mina Lana membagi kolektabilitas dalam pembiayaan mudharabah menjadi lima bagian,

a. Lancar

Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada ketepatan waktu nasabah dalam membayar angsuran pokok dan bagi hasil.

b. Kurang Lancar

Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada keterlambatan angsuran pokok dan bagi hasil dalam jangka waktu satu sampai dua bulan.

c. Perhatian Khusus

29

Wawancara dengan Zaenul Abror selaku Manajer, BMT Mina Lana Kota Pekalongan, pada tanggal 26 Agustus dan 17 September 2014.

(2)

45 Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada,

1) Keterlambatan angsuran pokok dan bagi hasil dalam jangka waktu dua

sampai tiga bulan,

2) Menurunya jumlah bagi hasil dalam jangka waktu dua sampai tiga

bulan.

d. Diragukan

Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada ketidak mampuan nasabah untuk untuk menyelesaikan kolektabilitas perhatian khusus yang telah jatuh tempo.

e. Macet

Sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau pengelolaan pada tahap kolektabilitas keempat yang tidak berhasil, yang kemudian dikategorikan pembiayaan macet.

Setelah menentukan tingkat kolektabilitas nasabah, langkah pengelolaan yang dilakukan BMT Mina Lana selanjutnya adalah melakukan tindakan pengelolaan pembiayaan bermasalah. Dalam pengamatan penulis tindakan pengelolaan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh BMT Mina Lana antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling)

Yaitu merubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya. Langkah ini digunakan untuk mengelola pembiayaan dalam kolektabilitas kurang lancar, dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu BMT akan memberikan surat peringatan pertama

(3)

46 peringatan pertama ini diberikan kepada nasabah pada hari ke lima belas sejak jatuh tempo pembayaran kewajiban nasabah.

2. Jika dalam waktu lima belas hari, tidak ada kepastian atau

konfirmasi yang diberikan oleh nasabah bersangkutan maka BMT akan melakukan pendekatan kepada nasabah melalui silaturahmi kepada nasabah dalam waktu dua sampai empat kali kunjungan.

3. BMT akan menggali informasi dari nasabah terkait dengan

keterlambatan nasabah dalam mengangsur kewajibannya, melalui data arus kas, nota-nota serta tanya jawab kepada nasabah.

4. BMT akan memberikan arahan kepada nasabah terkait

tindakan-tindakan yang perlu untuk dilakukan nasabah.

5. Jika diperlukan BMT melakukan perubahan jadwal pembayaran

kewajiban nasabah berdasarkan informasi yang diperoleh serta sesuai dengan perkembangan usaha nasabah.

b. Persyaratan kembali (reconditioning)

Tindakan yang dilakukan oleh BMT untuk merubah sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada pihak BMT, langkah ini akan ditempuh jika upaya perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah (rescheduling) tidak ada perbaikan atau kemajuan dalam waktu satu bulan. Adapun tahapanya antara lain meliputi:

1. BMT akan Terlebih dahulu memberikan surat peringatan kedua

(4)

47

2. BMT akan lebih sering melakukan kunjungan atau pemantaun

terhadap usaha serta nasabah yang bersangkutan,

3. BMT akan melakukan perubahan jangka waktu pembayaran

angsuran tahap kedua dengan jangka waktu yang lebih panjang dari pada tahap pertama, tanpa menampah jumlah pokok.

4. BMT akan melakukan perubahan proyeksi bagi hasil, yang

disesuaikan dengan kondisi yang ada,

5. BMT akan melakukan perubahan nisbah, sesuai dengan kondisi

yang terjadi.

Langkah ini digunakan untuk mengelola pembiayaan dalam kolektabilitas perhatian khusus.

c. Penataan kembali (restructuring),

Yaitu perubahan persyaratan pembiayaan atau konversi akad pembiayaan. Pada tahap ini yang menjadi fokus pihak BMT adalah menyelamatkan pokok pembiyaan. Sebelumnya BMT akan memberikan surat peringatan ketiga, setelah itu BMT akan merubah atau mengkonversi akad pembiayaan mudharabah menjadi pembiayaan Qordhul Hasan atau pembiayaan tanpa bagi hasil. Sehingga nasabah hanya mengangsur pada kekurangan pokok pembiyaan, selain itu BMT juga memperikan kelonggaran kepada nasabah yang bersangkutan untuk mengangsur atas beban kewajibannya sesuai dengan kemampuan. Pola ini digunakan untuk mengelola pembiayaan dalam kolektabilitas diragukan dan macet. Langkah ini akan dijalankan selama nasabah yang bersangkutan masih memiliki itikat baik untuk menyelesaikan

(5)

48 kewajibannya, dan jika nasabah sudah tidak memiliki itikat baik untuk menyelesaikan kewajibannya, maka BMT akan melakukan lelang agunan nasabah bersangkutan.

d. Lelang Agunan

Langkah ini merupakan langkah terakhir oleh pihak BMT jika langkah

penataan kembali (restructuring) tidak berhasil serta nasabah

bersangkutan sudah tidak ada itikad baik untuk menyelsaikan kewajibannya. Pada prakteknya BMT akan bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Tetapi jika terjadinya kolektabilitas kelima disebabkan faktor kecelekaan kerja yang tidak disengaja (kebakaran serta meninggal dunia) maka akan terlebih dahulu dilakukan investigasi oleh lembaga asuransi (Bumi Putra) sebelum lelang anggunan.

B. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Mudharabah di BMT Mina Lana

Dalam kenyataannya tidak semua pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh BMT Mina Lana akan berjalan dengan mulus sesuai dengan keinginan dan tujuan BMT Mina Lana. Hal ini karena ada beberapa diantara pembiayaan yang tidak produktif dan mungkin mengalami kemacetan dalam pengembalian pinjaman dari nasabahnya. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor penyebab. Faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor intern yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah pada BMT Mina Lana, yaitu:

(6)

49

a. Aspek Analisa Pembiayaan.

Kurang baiknya pemahaman pihak BMT atas usaha yang dilaksanakan oleh nasabah.

b. Kurang dilakukan evaluasi apakah laporan yang disajikan oleh

nasabah wajar atau tidak dan kurang teliti terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh nasabah saat pembagian keuntungan.

c. Aspek Perhitungan Modal.

Dalam hal ini pihak BMT Mina Lana kurang teliti dalam membiayai suatu proyek, maksudnya pembiayaan (jumlah dana/modal) yang diberikan oleh BMT Mina Lana kepada nasabah kurang sesuai dengan bisnis yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan

d. Aspek Sumber Pengembalian.

Aspek yang mempengaruhi dalam penyebab pembiayaan bermasalah selanjutnya adalah aspek sumber pengembalian modal, dalam hal ini pihak BMT Mina Lana terlalu optimis bahwa nasabah akan mengembalikan dana tersebut tepat pada waktunya dan return yang akan diperoleh BMT Mina Lana relatif besar/tinggi, padahal itu belum tentu akan terjadi.

e. Pihak bank kurang memperhatikan nasabah.

BMT Mina Lana kurang memperhitungkan kebiasaan berbisnis di pasaran dan kurang memperhatikan aspek kompetitor lain, yang bersumber dari lembaga/perusahaan lain.

(7)

50 BMT Mina Lana kurang memperhitungkan aspek marketable, dalam hal ini adalah jaminan/agunan yang diberikan oleh nasabah untuk memperoleh pembiayaan, BMT Mina Lana hanya menganggap jaminan tersebut sebagai pelengkap saja tanpa memperhitungkan adanya resiko yang terjadi dalam pembiayaan proyek/kerja.

g. Kurangnya perhatian atas keterlambatan pembayaran keawajiban

nasabah.

Pihak BMT Mina Lana jarang melakukan kunjungan ke lokasi usaha nasabah, sehingga apabila ada side streaming (pemakaian pembiayaan yang menyimpang dari perjanjian) dan permasalahan nasabah tidak dapat terdeteksi sejak awal.

Selain disebabkan oleh faktor intern, pembaiayaan bermasalah pada pembiayaan mudharabah juga dapat disebabkan oleh faktor ekstern, faktor ini meliputi faktor nasabah dan diluar nasabah pembiayaan,

a. Faktor Nasabah, diantaranya yaitu :

1. Produk yang dihasilkan nasabah kalah dalam persaingan usaha di

pasaran.

2. Usaha yang dijalankan oleh nasabah relatif baru sehingga

konsumen belum mengetahui terhadap produksi tersebut.

3. Nasabah tidak amanah dalam penggunaan dana pembiayaan.

4. Nasabah kurang menguasai bidang usahanya.

5. Character nasabah tidak bagus, nasabah beritikad tidak baik

terhadap dana pembiayaan yang diberikan.

(8)

51

1.Lingkungan.

Faktor lingkungan akan ikut berpengaruh dengan nilai permintaan barang yang dihasilkan, seperti pabrik sarung pada lingkungan yang mayoritas beragama Islam.

2.Kondisi mikro dan makro ekonomi.

Dampak dari ketidak stabilan mikro dan makro ekonomi akan berpengaruh pada kenaikan barang-barang atau jasa. Hal ini akan ikut berdampak terhadap usaha nasabah pembiayaan mudharabah, diantaranya kenaikan biaya produksi yang dikarenakan naiknya bahan produksi, menurunya daya beli akibat naiknya harga-harga kebutuhan pokok.

3.Kebijakan Pemerintah.

Kebijakan pemerintah terkait Upah Minimum Pekerja (UMP), Upah Minimum Regional (UMR) dan kebijakan pemerintah terkait infrastruktur akan ikut berpengaruh dengan cost produksi yang dikeluarkan.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang juga menentukan besarnya nilai efisiensi yang dimiliki oleh boiler adalah besarnya nilai kalor dari bahan bakar yang digunakan, yang mana semakin besar nilai

SMA Negeri 1 Kalasam merupakan salah satu SMA unggulan yang keberadaannya sudah cukup lama dan terbukti mampu memberikan sumbangsih dalam mencerdaskan kehidupan

" Selain itu, pendapat-pendapat tentang fasiitas penunjang pekerjaan masih saja dikeluhkan oleh beberapa pegawai, sebagaimana kutipan wawancara dari responden sebagai berikut :

Material Requirement Planning (MRP) dan menentukan penjadwalan produksi dengan metode Dannenbring agar tidak terjadi keterlambatan pengiriman produk kepada konsumen..

Setiap kegiatan keilmuan yang melibatkan manusia sebagai subjek atau partisipan, Setiap kegiatan keilmuan yang melibatkan manusia sebagai subjek atau partisipan, termasuk dalam

Hasil dari program pengolahan kreatif yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: masyarakat mengetahui bagaimana pemanfaatan jeruk nipis yang selama ini belum

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi

Adapun batasan masalahnya yaitu penelitian ini variabel yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Beban Operasional