• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akhlak dan Konsepsi Tasawuf

N/A
N/A
rr

Academic year: 2023

Membagikan "Akhlak dan Konsepsi Tasawuf"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Akhlak dan Konsepsi Tasawuf

1. Pengertian Tasawuf

Secara lughawi pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian, seperti di bawah ini. Pertama tasawuf berasal dari kata ahlu suffah ا له ا ةفصصصل yang berarti sekelompk orang pada masa Rasulullah SAW, yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Kedua tasawuf berasal dari kata shafa ( ء افص) berarti “bersih”

atau “suci” maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya. Ketiga tasawuf berasal dari kata shaf ( فص)artinya orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf paling depan. Keempat, istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari bani Shufah. Kelima, tasawuf berasal dari kata saufi (ئف وس ) yang berarti kebijaksanaan. Keenam, tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu dan banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah arab. Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf ( ف وص) yang berarti bulu domba atau wol.

Dalam ensiklopedi Islam diungkapkan pendapat para sufi sendiri tentang pengertian tasawuf. Diantaranya oleh Zakaria al-Anshari (852-925 H) mengartikan tasawuf sebagai cara untuk mengajarkan mensucikan diri, meningkatkan akhlak dan membangun kehidupan jasmani dan rohani untuk mencapai kehidupan abadi.

Sedangkan menurut al-Junaidi alBaghdadi (w 289 H), tasawuf adalah proses membersihkan hati dari sifat-sifat basyariyah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberi tempat bagi sifat-sifat kerohanian berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberikan nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji kepada Allah SWT dan mengikuti syariat Rasulullah SAW. Jadi unsur utama tasawuf adalah mensucikan diri dan tujuan akhirnya kebahagiaan dan keselamatan abadi

2. Dasar Tasawuf 1) Al-Qur’an

Agama Islam sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an senantiasa menganjurkan manusia untuk membersihkan diri agar jauh dari dosa dan kesalahan, dengan melakukan amalan-amalan yang digariskan Allah untuk hamba-Nya. Disamping itu banyak ayat-ayat AlQur’an yang menganjurkan kepada manusia untuk bertawakal, sabar serta taubat. Dan beribadat yang lain sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai seorang Insan Kamil. Al-Qur’an yang kebenarannya tidak diragukan lagi, menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa (alBaqarah/2:2). Ia sebagai al-Furqan (pembeda antara yang benar dan yang salah) (al-Furqan/25:1) mempunyai fungsi sebagai kitab suci yang berisi ajaran dan pedoman yang dapat dipakai untuk mengarungi kehidupan ini. Ia juga sebagai al-Dzikru (peringatan) (al-Hijr/15:9) agar manusia hidup bahagia dunia dan akhirat.

Tasawuf lahir karena didorong oleh ajaran Islam sebagaimana yang terkandung dalam sumbernya alQur’an dan Hadist. Yakni mendorong untuk hidup sufistik. Selain itu kedua sumber itu mendorong agar umatnya

(2)

berperilaku baik, tolong menolong, beribadah, berpuasa dan sebagainya. Yang semua itu merupakan inti tasawuf.

Al-Qur’an mendeskripsikan sifat-sifat orang yang wara’ dan taqwa dalam surat al-Ahzab ayat 35, yang artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim laki-laki dan perempuan yang mukmin laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar (jujur), sabar, khusyu’ mau mengeluarkan sedekah, mau berpuasa, mau memelihara kehormatannya, yang banyak dzikir kepada Allah, maka Allah akan menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (al- Ahzab:35)”.

2) Al-Sunnah

Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an tentang ajaran tasawuf, hadistpun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Berikut ini terdapat teks hadist yang dapat dipahami dengan pendidikan tasawuf. Pandangan mengenai cinta kepada Allah berdasarkan kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung antara manusia dengan Tuhannya. Kesadaran dan komunikasi langsung dengan Tuhannya berakar pada ajaran Islam, yakni al-Ihsan.

Kehidupan Nabi Muhammad SAW yang melambangkan dengan kesederhanaan baik perabot rumah tangga, pakaian dan makanan. Beliau tidak memikirkan kemegahan dan kemewahan, sementara beliau sangat mampu untuk berbuat sebaliknya. Mengingat kekayaan dan finansial seluruh umat Islam berada dalam kekuasaanya, dan sangat memungkinkan beliau mempergunakan sekehendaknya. Namun beliau hidup sederhana, bagai kehidupan orang yang fakir dan miskin.

3. Jenis-Jenis Tasawuf

Secara keseluruhan tasawuf dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

akhlaki, amali dan falsafi. Tasawuf akhlaki ialah tasawuf yang menitik beratkan pada pembinaan akhlak al-Karimah. Akhlak adalah keadaan yang tertanam dalam jiwa yang menumbuhkan perbuatan, dilakukan dengan mudah, tanpa dipikir dan direnungkan lebih dahulu. Dengan demikian nampak adanya perbuatan itu didorong oleh jiwa ada motivasi (niat) kuat dan tulus ikhlas, dilakukan dengan gampang, tanpa dipikir dan direnungkan, sehingga perbuatan itu nampak otomatis.

a. Tasawuf Akhlaki

Tasawuf akhlaki yang ajarannya membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku guna mencapai kebahagiaan yang optimal, manusia harus lebih dahulu mengidentifikasikan dirinya yang di dalam ilmu tasawuf dikenali dengan takhalli (pengosongan diri dari sifat tercela) tahalli (menghiasi diri dengan sifat terpuji) dan tajalli (terungkapnya Nur Ghaib bagi hati yang bersih sehingga mampu menangkap cahaya ketuhanan).

b. Tasawuf Falsafi

(3)

Tasawuf falsafi, yakni tasawuf yang dipadukan dengan filsafat. Dari cara memperoleh ilmu dengan menggunakan rasa, sedangkan menguraikannya dengan menggunakan rasio. Ia tidak bisa dikatakan tasawuf secara total dan tidak bisa pula disebut filsafat, tetapi perpaduan antara keduanya yang selanjutnya disebut tasawuf falsafi.

Dalam upaya mengungkapkan pengalaman rohaniyahnya para sufi falsafi sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang samar-samar yang dikenal dengan Syathahat, yaitu suatu ungkapan yang sulit dipahami. Hal ini sering mengakibatkan kesalahpahaman pihak luar dan menimbulkan perbedaan pendapat.

c. Tasawuf Amali

Tasawuf amali yaitu tasawuf yang menitik beratkan kepada amalan lahiriyah yang didorong oleh qolb (hati) dalam bentuk wirid, hizib dan do’a.

Selanjutnya tasawuf ini terkenal dengan sebutan tariqot (jalan menuju Allah) yang selanjutnya menjelma menjadi organisasi ketasawufan yang diikat dalam sebuah organisasi dan dilengkapi aturan-aturan yang ketat dengan mengkaitkan diri kepada seorang guru (mursyid).

Ketiga macam tasawuf ini hanya sebatas dalam sistematika keilmuan bukan tataran praktis. Semua proses bertasawuf akan melalui tahapan takhalli dan tahalli secara simultan, sehingga tercapai tajalli, tersikapnya tabir antara seorang hamba dengan Tuhan.

4. Perilaku Tasawuf dalam kehidupan

Diantaranya, contoh perilaku tasawuf dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1) Perilaku dermawan terhadap sesama.

2) Perilaku ridha terhadap apa yang diterima

3) Perilaku sabar terhadap apa yang menimpa pada dirinya.

4) Perilaku simbolik dan sadar menerima perintah aturan Allah SWT.

5) Perilaku menyendiri dan tidak mencintai hal-hal dunia

6) Perilaku berpakaian yang sederhana dan tidak memuja materi.

7) Perilaku yang menjalankan perintah rohani yang tulus dengan menuntut ilmu agama dan shaum.

8) Perilaku untuk bersikap hidup sederhana dan juga ikhlas.

5. Hubungan Akhlak dan Tasawuf

Dalam ajaran akhlak islam dan tasawuf tentu tidak ada yang bertentangan secara substansi. Akhlak islam menginginkan umat islam mendapatkan kemuliaan akhlak berdasarkan agama sedangkan tasawuf pun menuju kepada hal tersebut. Titik tekan akhlak islam berlandaskan 3 hal yang telah disebutkan di atas, sedangkan tasawuf pada kecintaan dan kebersihan jiwa. Penerapannya mungkin tasawuf memiliki hal yang berbeda, namun secara tujuan tidaklah bertentangan. Ajaran Tasawuf dan akhlak sama-sama tidak menginginkan keburukan dan kerusakan yang terjadi.

(4)

Dengan demikian itu untuk menuju wilayah tasawuf, seseorang harus mempunyai akhlak yang mulia berdasarkan kesadarannya sendiri. Bertasawuf pada hakekatnya adalah melakukan serangkaian ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, dan ibadah sangat berkaitan erat dengan akhlak. Menurut Harun Nasution, mempelajari tasawuf sangat erat kaitannya dengan Al-Quran dan Al-Sunnah yang mementingkan akhlak. Cara beribadah kaum sufi biasanya berimplikasi kepada pembinaan akhlak yang mulia, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di kalangan kaum sufi dikenal istilah altakhalluq bi akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau juga istilah al-ittishaf bi sifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat – sifat yang dimiliki oleh Allah.

Source:

http://eprints.walisongo.ac.id/7427/3/BAB%20II.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/KD-CIBIRU/132312854-Jenuri/Pendidikan%20Agama

%20Islam/Konsep%20Akhlak%20dan%20Tasawuf.pptx https://dalamislam.com/akhlaq/hubungan-akhlak-dan-tasawuf

http://alimpolos.blogspot.com/2015/09/keterkaitan-antara-akhlak-dan-tasawuf.html

https://www.kompasiana.com/dhiasyarafanaislamy/5563ded1b27a613d7ccc2883/pengertian- dasar-akhlak-tasawuf-persamaan-perbedaannya-dengan-etika-dan-moral

Referensi

Dokumen terkait

Lalu bagaimana caranya supaya jiwa menjadi suci?. Menurut Majid al-Shayigh, upaya penyucian jiwa adalah dengan mengembalikan jiwa dari dosa-dosa yang telah

Selain Al-qur ‟an dan hadits yang merupakan acuan dalam pendidikan keimanan, konsep Wahdat Al-wujud dalam pemikiran Tasawuf falsafi juga bisa dijadikan acuan dalam

tasawuf dalam kitab Al-Minah Al-Sani<yah karya ‘Abd Al -Wahha<b Al- Sha’rani > yang berupa maqa<mat-maqa<mat seperti maqa<m taubat (istiqomah

Syī‟ah Iṡnā „Asyariyyah sama halnya dengan kelompok yang lain, bahwa yang menjadi sumber dasar dan pegangan agama Islam adalah kitab suci al-Qur‟an. Al-Qur‟an

terhadap Kitab Suci al-Qur‟an menitik beratkan kepada metode tahlili , dalam artian ia menafsirkan ayat al-Qur’an secara runtut dan komprehensif dengan beraneka

Adapun asas dari Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia adalah ) al-Qur‟an, dengan kepercayaan bahwa al-Qur‟an 1 ( merupakan kitab suci yang sempurna dan terakhir,

Menurut hasil analisa yang berdasarkan kepada kitab suci Al-Qur‟an, menjadi jelas bahwa fakor utama yang menyebabkan timbulnya berbagai macam problematika kehidupan

Al-Qur‟an sebagai kitab suci (kitâbun muthahharah) maupun sebagai pedoman hidup (hudan linnas) sangat menghargai adanya pluralitas. Pluralitas oleh al-Qur‟an