Makalah Tentang
“Akhlak Mulia Rasulullah dalam Kehidupan Sehari-hari”
Disusun Oleh:
RAHMAT DWI PRASSETYO 352311083
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS IE.23.C.2
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur sebelumnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AKHLAK KEPADA RASULULLAH” ini dengan tepat waktu. Sholawat beserta salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nanti – nantikan di yaumul kiamah nanti. Alhamdulillah, puji syukur sebelumnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AKHLAK KEPADA RASULULLAH” ini dengan tepat waktu. Sholawat beserta salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nanti – nantikan di yaumul kiamah nanti.
Penulis menyadari dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam penulisan maupun penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini kedepannya.
Cibitung, Maret 2024
RAHMAT DWI PRASETYO
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI...3
BAB I...4
PENDAHULUAN...4
LATAR BELAKANG...4
RUMUSAN MASALAH...4
BAB II...5
MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW...5
Alasan Mengapa Kita Harus Meneladani Akhlak Rasul...6
BAB III...7
Akhlak Rasul yang Patut Kita Contoh...7
KESIMPULAN...10
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menjadi pribadi muslim yang baik tentunya harus senantiasa dihiasi dengan akhlak-akhlak yang mulia. Meneladani akhlak Rasulullah Saw. sudah menjadi kebiasaan dalam keseharianya baik dalam interaksi antar manusia maupun dengan makhluk lainya. Namun, fenomena di zaman ini malah memperburuk citra seorang muslim, banyak di antaranya yang mengaku muslim akan tetapi perilaku dalam keseharianya tidak mencerminkan seorang muslim. Saling mencela sesama muslim sudah banyak terjadi bahkan yang lebih ironisnya sampai timbul kericuhan hingga saling membunuh satu sama lain. Kemaksiatan yang dilakukan pun merupakan hal yang dianggap biasa bahkan dijadikan kebiasaan dalam keseharianya. Tidak hanya itu, sebagian yang menyaksikan menganggap kemaksiatan yang dilakukan merupakan sesuatu hal yang lumrah.
Oleh karena itu, hal inilah yang menjadi daya tarik penulis untuk membahas pentingnya meneladani akhlak Rasulullah Saw. dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah SAW memiliki sifat-sifat yang luar biasa, seperti kesabaran, kejujuran, dan kebaikan hati. Beliau selalu memaafkan orang lain, bahkan ketika dirinya dianiaya. Akhlak beliau menjadi landasan bagi umat Muslim dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari?
2.
Apa contoh konkret dari akhlak beliau yang dapat kita petik hikmahnya?
3.
Apa dalil Al-Qur’an dan hadis yang mendukung akhlak Rasulullah?
BAB II
MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “khuluqun”
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Ada banyak pengertian mengenai akhlak, di antaranya akhlak menurut al-Ghazali adalah sesuatu yang menetap dalam jiwa dan muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Akhlak bukan merupakan
perbuatan akan tetapi akhlak merupakan sesuatu yang bersifat kejiwaan, maksudnya yaitu akhlak itu sebenarnya tidak dapat dilihat secara langsung dengan mata akan tetapi adanya akhlak dapat dibuktikan dengan perilaku dan tindakan yang dilakukan. Konsep akhlak Rasulullah Saw dalam Islam dapat dipahami berdasarkan hadis. Hadis adalah apapun yang berasal dari Nabi Muhammad Saw, baik yang tersebar di dalam kitab-kitab hadis maupun teraktualisasi di masyarakat, yang dikenal dengan istilah sunnah. Hadis
mengenai akhlak Rasulullah Saw sangat melimpah. “Telah menceritakan kepada kami Abdurrozzaq dari Ma’mar dari Qotadah dan Zuroroh dari Sa’ad bin Hisyam berkata, saya bertanya kepada Aisyah, saya katakan; Tolong kabarkan kepadaku tentang akhlak Rasulullah Saw. Aisyah menjawab, “Akhlak beliau adalah al- Qur’an”. Pembahasan hadis tentang akhlak Rasulullah Saw. merupakan bidang kajian ilmu hadis. Ilmu hadis adalah ilmu tentang hadis. Hadis tentang akhlak Rasulullah Saw dapat dijelaskan melalui ilmu hadis berkenaan dengan status, pemahaman, dan pengamalan hadist.
Di dalam ilmu hadis terdapat ilmu dirayah hadist, yaitu ilmu yang objek
materialnya ialah rawi, sanad, dan matan hadis. Rawi adalah periwayat hadis, sanad ialah mata rantai periwayat hadis, matan yaitu teks hadist. Ilmu hadis menetapkan syarat kesahihan (otentisitas) suatu hadis, yaitu: Rawi mesti ‘adl (memiliki kualitas kepribadian yang terpuji) dan dhabit (memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni) serta tsiqah (memiliki integritas yang tidak diragukan) yakni perpaduan antara ‘adl dan dhabit; Sanad mesti tersambung (muttashil) dalam arti tidak boleh terputus (munfashil); dan Matan tidak boleh janggal (syadz) dan tidak boleh ada cacat (‘illat). Apabila memenuhi seluruh syarat otentisitas, maka status hadis disebut shahih, sedangkan bila tidak memenuhi salah satu syarat tersebut maka kualitas hadis disebut dhaif. Menurut ilmu hadis, hadis shahih bersifat maqbul (diterima), sedangkan hadis dhaif bersifat mardud (tertolak). Akan tetapi, hadis dhaif dapat naik derajatnya menjadi hasan li ghairihi bila terdapat syahid dan mutabi. Syahid adalah matan hadis lain
sedangkan mutabi ialah sanad hadis lain. Meskipun demikian, tidak setiap hadis
maqbul dapat diamalkan (ma’mul bih), dalam arti ada kategori hadis maqbul tetapi tidak dapat diamalkan (ghair ma’mul bih), hal ini bergantung konteks dalam arti situasi dan kondisi.Tahapan takhrij hadist mengisyaratkan untuk
mengeluarkan hadist dari kitab yang kemudian diteliti kesahihannya. “Hadist berbuat baik dan memaafkan”:
Telah menceritakan kepada Abu Hisyam ar-Rifa’i Muhammad bin Yazid; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari alWalid bin Abdullah bin Jumai’ dari Abu Thufail dari Hudzaifah ia berkata, Rasulullah Saw.
bersabda,”Janganlah kalian menjadi orang yang suka mengekor orang lain. Jika manusia menjadi baik, maka kami juga akan berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zalim, maka kami juga akan berbuat zalim. Akan tetapi mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat zalim.” Berkata Abu Isa: ini merupakan hadits hasan gharib tidak kami ketahui kecuali melalui jalur ini (H.R.
Tirmidzi No.1930).
Alasan Mengapa Kita Harus Meneladani Akhlak Rasul
1. Rasulullah adalah manusia yang paling baik ibadahnya.
Bahkan sampai-sampai bengkak kakinya.
2. Rasul adalah orang yang paling bertakwa di antara orang- orang bertakwa
3. Rasulullah adalah manusia yang paling mulia dan terpuji baik di langit maupun di bumi,di dunia dan di akhirat.
4. Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya mahluk Allah di muka bumi ini. Baik akhlaknya maupun bentuknya.
5. Rasulullah adalah manusia yang paling suci dan manusia yang diharapkan syafaatnya di hari kiamat kelak.
6. Rasulullah adalah manusia yang sabar dalam menyampaikan
dakwah. Ia tidak pernah dendam, apalagi sakit hati.
BAB III
Akhlak Rasul yang Patut Kita Contoh
1. Berpegang Teguh Terhadap Kejujuran
Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang sangat jujur sehingga mendapatkan gelar Al Amin yang artinya dapat dipercaya. Allah SWT pun sangat menyukai hamba-nya yang berperilaku jujur.Untuk
zaman sekarang, orang yang memiliki sifat jujur itu sangat jarang.
Tapi, sebagai umat Islam, hendaklah kita bersikap jujur.Allah Ta’ala
berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 23-24 yang berbunyi:
Artinya: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.
Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka pula ada yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya), agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang jujur itu karena kejujurannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima taubat
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Dari ayat Al Quran di atas menyatakan bahwa Allah akan
memberikan balasan bagi orang yang jujur. Begitupula Allah akan memberikan azab kepada orang-orang yang munafik. Semoga kita dimudahkan untuk memiliki akhlak yang mulia ini, yaitu selalu berlaku jujur dalam segala hal.
2. Senantiasa Berhusnudzan (Berprasangka Baik)
Berhusnuzhan atau baik sangka akan membuat setiap pribadi menjadi lapang dan mengalami ketenangan jiwa.Selain itu, dengan berprasangka baik kepada sesama akan membuat komponen umat Islam Islam bersatu, saling bekerjasama dan tidak terjadi
perpecahan.Sedangkan bersuudzan atau berburuk sangka hanya akan menimbulkan “kesempitan dada” bagi pelakunya
serta menjadi pemicu awal manusia untuk saling membenci dan memusuhi saudaranya.Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari)
Hadist itu jelas menunjukkan bahwa seorang muslim harus menjauhi sifat berburuk sangka kepada orang lain apalagi sesama muslim.
Alangkah lebih baiknya jika mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya.
3. Selalu Menjawab Salam
Mengucapkan salam hukumnnya adalah sunnah dan menjawab
salam hukumnya wajib. Sebab salam merupakan salah satu tanda
cinta untuk sesama muslim.Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling
mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.” (HR Muslim No. 54)
4. Tidak Ikut Campur Urusan Orang Lain
Mencampuri urusan orang lain yang bukan privasi diri sendiri pada dasarnya sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW juga telah mengajarkannya kepada seluruh umat muslim. Selain akan menimbulkan fitnah, ikut campur dalam urusan orang lain dikatakan akan mengurangi kebahagiaan seseorang. Sebagaimana Allah
berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 58 yang berbunyi:
Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang
mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58)
5. Menjaga Pandangan dari yang Haram
Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan akhlak yang mulia, bahkan
Rasulullah SAW menjamin masuk surga bagi orang-orang yang salah satu dari sifat-sifat mereka dalam menjaga pandangan.Abu Umamah berkata, ”Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari
menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.”
6. Mengerjakan Perbuatan Amal Ma’ruf Nahi
Munkar
Amal ma’ruf nahi munkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah Perintah yang ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau menganjurkan perilaku kebaikan dan mencegah perilaku buruk.Bagi umat Islam, amal ma’ruf nahi munkar adalah wajib, sebab syariat Islam memang menempatkannya pada hukum dengan level wajib.Dan siapa pun dari kita yang meninggalkannya, maka kita akan berdosa dan mendapatkan hukuman berupa siksa yang sangat pedih dan menyakitkan.Dari Abu Sa’îd al-Khudri Radhiyallahu anhu, pernah berkata:
“Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan
tangannya (kekuasaannya); jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.’”
KESIMPULAN
Akhlak adalah bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun" berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Akhlak menurut al-Ghazali adalah sesuatu yang menetap dalam jiwa dan muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
terlebih dahulu. Akhlak bukan merupakan sesuatu yang bersifat kejiwaan, maksudnya akhlak itu sebenarnya tidak dapat dilihat secara langsung dengan mata akan tidak dapat dibuktikan dengan perilaku dan tindakan yang dilakukan.
Kasemuan akhlak Rasulullah Saw dalam Islam dapat dipahami berdasarkan hadis. Hadis adalah apapun yang berasal dari Nabi Muhammad Saw, baik yang tersebar di kitab-kitab hadis maupun teraktualisasi di masyarakat, yang dikenal dengan istilah sunnah. Hadis
mengenai akhlak Rasulullah Saw sangat melimpah, yaitu: Rawi mesti ‘adl (memiliki kualitas
kepribadian yang terpuji) dan dhabit (memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni) serta
tsiqah (memiliki integritas yang tidak diragukan). Ilmu hadis menetapkan syarat kesahihan
(otentisitas) suatu hadis, yaitu: Rawi mesti ‘adl (memiliki kualitas kepribadian yang terpuji)
dan dhabit (memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni) serta tsiqah (memiliki integritas yang tidak diragukan) yakni perpaduan antara ‘adl dan dhabit; Sanad mesti tersambung (muttashil) dalam arti tidak boleh terputus (munfashil); dan Matan tidak boleh janggal (syadz) dan tidak boleh ada cacat (‘illat).
Tahapan takhrij hadist mengisyaratkan untuk mengeluarkan hadist dari kitab yang kemudian diteliti kesahihannya. “Hadist berbuat baik dan memaafkan”:
Rasulullah adalah manusia yang paling baik ibadahnya, adalah orang yang paling bertakwa di
antara orang-orang bertakwa, adalah manusia yang paling mulia dan terpuji baik di langit
maupun di bumi, di dunia dan di akhirat. Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya mahluk
Allah di muka bumi ini. Baik akhlak maupun bentuknya, suci dan manusia yang paling suci
dan manusia yang diharapkan syafaatnya di hari kiamat kelak. Rasulullah adalah manusia
yang sabar dalam menyampaikan dakwah.