ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 429-436 429
AKUNTANSI PENGELOLAAN DANA DESA SESUAI DENGAN PERMENDAGRI NOMOR 113 TAHUN 2014 PADA DESA O’O KECAMATAN DONGGO
KABUPATEN BIMA
Sumiati1, Arsyad Paweroi2, Astuty Hasti3 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar
sumiatiahamid44gmail.com1, [email protected]2, [email protected]3
ABSTRACT
This research aimed to find out the accountability of village fund management at O’o Village Donggo, Bima Regency.
Techniques of data collection were observation, interviews, and documents. Techniques of data analysis were descriptive qualitative. The results of this research showed that the analysis of accountancy on village fund management was done based on the Home Ministry rules number 113 year 2014 and the regent rules number 10 year 2016 on village fund management that consists of planning, execution, management, report and accountability. It was found that the problem faced by the village government is low ability of human resourcces and less socialization that resulted in slow action of village program since members of village asked for their rights over the priority.
Keywords: Village accountancy, village fund management.
PENDAHULUAN
Otonomi Desa dalam Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah desa adalah unsur penyelenggara pemerintah desa yang mempunyai tugas pokok antara lain yang pertama melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintah umum, membangun dan membina masyarakat. Kedua menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten. Sedangkan pemerintah desa menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang desa yang dimaksud dengan pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pemerintah desa adalah kepala desa atau yang
disebut nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa (Rohman, ferine, Ermadiani, 2018:6).
Kushandajani (2018:1) Desa sebagai struktur pemerintah terkecil di Indonesia secara politis maupun sosiologis memiliki posisi yang sangat strategis, mengingat posisinya yang paling dekat dengan masyarakat. Meskipun terjadi perubahan sosial, ekonomi, dan pemerintahan yang menggeser jumlah desa menjadi kelurahan, namun dengan sekitar 74.000(tujuh puluh empat ribu) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sebagian besar hidup didesa.
Menurut peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lainselanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagaimana amanat Undang-Undang tentang desa pada tahun 2014 yaitu, undang- undang Nomor 6 tahun 2014. Dimana dalam Undang-undang dijelaskan bahwa desa nantinya pada tahun 2015 akan mendapatkan kucuran
Dana sebesar 10 % dari APBN. Dimana kucuran Dana tersebut tidak akan melewati perantara, dana tersebut akan langsung sampai kepada desa.
Kehadiran pemerintah desa menjadi sangat penting bagi masyarakat desa pada saat ini.
Masyarakat desa membutuhkan pemerintah desa yang partisipatif, efektif, transparant, dan akuntabel.
Tabel 1. Data tentang dana yang dikelola oleh
“Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima” selama 3 (tiga) tahun terakhir.
Tahu n
Jumlah Dana Keteranga n 2016 Rp.
1.165.751.033
Ada kenaikan 2017 Rp.
1.287.051.763
Ada kenaikan 2018 Rp.1.229.042.32
6
Mengalami penurunan
Sumber: APBDesa O’o Tahun 2016-2018.
Peneliti memiliki alasan dalam memilih program Pengelolaan Dana Desa di Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima dari tahun 2016-2018 dikarenakan program pengelolaan Dana Desa memiliki keterlibatan yang sangat besar terhadap pembangunan sebuah desa setiap Kabupaten yang ada di Indonesia. Dimana dana tersebut di gunakan untuk membiayai bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat serta belanja tidak terduga lainnya. Maka peneliti tertarik mengangkat judul mengenai ”Akuntansi Pengelolaan Dana Desa Sesuai Dengan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pada Desa O’o kecamatan Donggo kabupaten Bima”.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Akuntansi Pengelolaan dana desa pada Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima sudah sesuai dengan aturan yang berlaku (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014)?.
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas bahwa tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengelolaan Dana Desa sudah sesuai dengan aturan yang berlaku (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak diantaranya: 1.
Praktis,
Memberikan gambaran tentang bagaimana Analisis yang dilakukan dalam Akuntansi pengelolaan dana desa. 2.Teoritis,
Berdasarkan tujuan penelitian yang dicapai secara teoritis hasil penelitian diharapkan bermanfaat yaitu :1).Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti tentang Analisis Akuntansi pengelolaan Dana Desa.
2).Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak desa untuk bisa meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerjanya khususnya pada pengelolaan Dana Desa.
3).Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan manfaat bagi yang melakukan penelitian mengenai Analisis Akuntansi pengelolaan Dana Desa kedepannya.
TINJAUAN LITERATUR
Akuntansi adalah suatu kegiatan dalam mencatat data keuangan sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna bagi pemakaianya. (IAI, 2015:6). Pihak-pihak yang membutuhkan dan senantiasa menggunakan informasi akuntansi, diantaranya:
1. Pihak internal
Pihak internal adalah pihak yang berada didalam struktur organisasi desa, yaitu kepala desa, sekretaris desa, bendahara, dan kepala urusan/kepala seksi.
2. Badan permusyawaratan desa (BPD) Yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan APBDesa.
3. Pemerintah
Dalam hal ini baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota mengingat bahwa anggaran desa berasal baik dari APBN dan APBD melalui transfer, bagi hasil, dan bantuan keuangan.
4. Pihak lainnya
Selain pihak-pihak sebelumnya,masih banyak lagi pihak yang memungkinkan untuk melihat laporan keuangan desa,
ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 429-436 431 misalnya lembaga swadaya desa, RT/RW dan sebagainya.
Soemarso (2016:3) beberapa pengertian akuntansi yang dikemukakan oleh American Accounting Association yang mendefinisikan akuntansi sebagai Proses mengidentifikasian, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
Hasti, Artiska (2018:86) Sistem akuntansi adalah struktur organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
Ismail, widagdo, widodo, (2016: 329) Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya.
Akuntansi Desa dan Pemerintah Desa
Sujarweni (2015:17) Akuntansi Desa adalah pencatatan dari proses transaksi yang terjadi di desa, dibuktikan dengan nota-nota kemudian dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sehingga akan menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan pihak-pihak yang berhubungan dengan desa.Pihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan desa diantaranya adalah: 1).
Masyarakat desa
, 2).Perangkat desa, 3).
Pemerintah daerah.
Laporan Keuangan Desa Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 yang wajib dilaporkan oleh pemerintah desa berupa: 1). Anggaran, 2). Buku kas, 3). Buku pajak, 4). Buku bank, 5). Buku rincian pendapatan, 6). Laporan realisasi anggaran.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi:
1. Perencanaan yaitu pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu
pada perencanaan pembangunan kabupaten dan kota.
2. Pelaksanaan yaitu dalam pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan sebelumnya timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.
3. Penatausahaan
a. Penatausahan dilakukan oleh bendahara desa
b. Bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.
c. Bendahara desa wajib
mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban
d. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan setiap bulan kepada kepala desa dan paling lambat 10 bulan berikutnya 4. Pelaporan
a. Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota berupa laporan semester pertama dan laporan semester akhir tahun.
b. Laporan semester pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa laporan Realisasi APBDesa.
c. Laporan realisasi pekaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat pada akhir bulan juli tahun berjalan.
d. Laporan semester akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat akhir tahun berikutnya.
5. Pertanggungjawaban yaitu dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 pertanggungjawaban terdiri dari:
a. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran.
b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan
.
Yustisia (2015:3) Pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sujarweni (2015:121) Pemerintah desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang memiliki peran strategis untuk mengatur masyarakat yang ada diperdesaan demi mewujudkan pembangunan pemerintah
.
Tikolah dan Ngampo, (2018:88) Berdasarkan pasal 71 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa
“Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa”.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Herlianto (2017:19) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa, Anggaran pendapatan dan belanja desa, selanjutnya disebut APBDesa, adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa.
Perencanaan APBDesa adalah persoalan (mengelola aspirasi dan kebutuhan masyarakat) dan bagian dari agenda pengelolaan program kerja desa. Dengan kata lain, menyusun APBDesa harus diawali dengan menyusun rencana program kerja tahunan. Dana yang akan digali (pendapatan) kemudian digunakan untuk membiayai pelaksanaan program itu.
Pengelolaan dana desa 1. Penganggaran dana desa 2. Pengalokasian dana desa 3. Penyaluran dana desa 4. Penggunaan dana desa
5. Pelaporan, pemantauan, evaluasi dan sanksi Asas-asas pengelolaan keuangan desa
Indrawati (2017:26) Dana desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa, pengelolaannya dilakukan dalam kerangka pengelolaan keuangan desa.
Wijaya (2018:7 dan 48) didalam pengelolaan dana desa, akan ada resiko terjadinya kesalahan baik bersifat administratif maupun substansif yang dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan hukum mengingat belum memadainya kompetensi kepala desa dan aparat desa dalam penatausahaan, pelaporan bahkan pertanggungjawaban keuangan desa. Hal itu
terjadi karena pemerintah desa yang akan mendapatkan pendanaan program dan kegiatan dari berbagai sumber (APBN dan APBD provinsi atau kabupaten harus mampu mengelola secara:
1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintah desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perungang-undangan yang berlaku.
2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Akuntabel menemtukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan perauran perundang-undangan.
3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintah desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.
4. Serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya.
Laporan keuangan dana desa
Komite Standar Akuntansi Pemerintah (2016:4 dan 7) Laporan keuangan desa adalah untuk menyajikan informasi Realisasi Anggaran dan posisi keuangan pemerintah desa yang bermanfaat bagi para pengguna dalam mengevaluasi kebijakan/keputusan lalu dan merencanakan kebijakan dimasa depan.
Komponen Laporan Keuangan Desa adalah:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yaitu menyediakan informasi mengenai apakah Sumber daya Ekonomi telah diperoleh dan dipergunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan realisasi anggaran desa memuat anggaran dan realisasi selama periode pelaporan.
2. Neraca Desa memberikan informasi mengenai asset (kekayaan) dan kewajiban entitas pemerintah desa pada tanggal pelaporan dan
ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 429-436 433 perubahan kekayaan selama periode berjalan.
Informasi ini digunakan pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas pemerintah desa dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintah desa dimasa mendatang.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
Dalam hal ini pemerintah desa menyusun catatan atas laporan keuangan desa agar dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran untuk memahami dan menjelaskan Pengelolaan Dana Desa pada Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima pada tahun 2018. Lokasi penelitian ini dilaksanakan Pada Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima yang terletak di jalan Lintas Pasanggarahan. Waktu penelitian yang direncanakan 45 Hari dimulai sejak tanggal 10 juli sampai dengan 24 Agustus 2019.
Sumber data dalam penelitian ini adalah Data Primer merupakan data asli yang dikumpulkan dan diperoleh langsung oleh peneliti melalui hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi untuk menjawab masalah penelitian secara khusus. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang ada dan dari sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku terkait dana desa, skripsi terdahulu serta jurnal yang ada hubungannya dengan obyek penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung terhadap pihak- pihak yang bersangkutan yaitu sekretaris desa dan bendahara desa guna mendapatkan data dan keterangan yang berdasarkan pada tujuan penelitian.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu analisis pengumpulan data
dimana peneliti mencatat data yang diperoleh sesuai dengan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian menganalisis data yang diperoleh tersebut dengan membandingkan masalah yang ada di desa dengan berdasarkan pada teori Pengelolaan dana desa pada Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa mulai dari tahapan perencanan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan maupun pertanggungjawaban dengan pikiran yang logis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Permendagri Nomor 113 tahun 2014 Sekretaris desa dalam menyusunan Rancangan peraturan Desa tentang Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDesa) diperlukan Peraturan Desa tentang APBDesa yang disepakati bersama antara BPD dengan Pemerintah Desa, selanjutnya dapat disampaikan kepada Bupati melalui camat untuk di lakukan evaluasi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah rencana keuangan tahunan desa yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa yang dibahas dan disepakati bersama antara pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa (BPD) serta ditetapkan dengan peraturan desa.
Berdasarkan hal tersebut, para pihak sepakat terhadap Peraturan Desa tentang Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDesa) untuk disahkan oleh Pemerintah desa menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang meliputi Pendapatan Desa, Belanja Desa, dan Pembiayaan Desa yang dapat menjadi dasar pelaksanaan program kerja Pemerintah Desa.
Dana Desa digunakan untuk Belanja Desa yang meliputi Lima (5) Bidang dapat dilihat sebagai berikut:
1. Belanja bidang penyelenggaraan pemerintahan desa
2. Belanja bidang pelaksanaan pembangunan 3. Belanja bidang pembinaan kemasyarakatan 4. Belanja bidang pemberdayaan
kemasyarakatan desa.
Ringkasan APBDesa yang dikelola oleh Desa O’o pada Tahun Anggaran 2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Sumber: Data diolah Berdasarkan APBDesa Tahun 2018.
Berdasarkan Tabel 2. Tentang Ringkasan APBDesa dimana Pendapatan Desa Sebesar 1.229.042.326,00 sedangkan realisasi
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah sebesar 1.220.322.326,00 dimana terdapat surplus (Defisit) dari Dana tersebut Sebesar 8.720.000 untuk digunakan pembiayaan ditahun selanjutnya serta Penerimaan pembiayaan dari Silpa Tahun sebelumnya sebesar 1.280.000. Dalam hal pelaksanaan pengelolaan dana desa pemerintah desa mengalami kendala yaitu rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan minimnya sosialisasi sehingga memperlambat pemerintah desa dalam proses pembangunan dikarena adanya masyarakat yang meminta tidak sesuai dengan yang di prioritaskan. Meskipun demikian para pemerintah desa memiliki semangat untuk tetap mengsukseskan pelaksanaan program pengelolaan dana desa yang berasal dari pemerintah pusat tersebut.
Dalam pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka “pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.
Buku Bank digunakan oleh Bendahara Desa untuk mencatat semua transaksi, baik penerimaan maupun pengeluaran desa yang terkait dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).
Bendahara Desa dalam penatausahaan keuangan desa melakukan pencatatan dengan menggunakan aplikasi SISKEUDES.
Buku Bantu Rincian pendapatan digunakan oleh Bendahara Desa untuk mencatat transaksi terkait dengan pendapatan asli Desa, alokasi dari APBN (Dana Desa), pendapatan transfer dan bagi hasil restribusi daerah.
Pada akhir periode bendahara Desa menyusun Laporan Realisasi Anggaran. Dimana laporan realisasi anggaran adalah kegiatan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah desa yang menunjukan ketaatan terhadap anggaran desa dalam satu periode pelaporan.
Pengelolaan dana desa merupakan bagian dari pengelolaan keuangan desa yang terdapat didalam Anggaran pendapatan dan belanja Desa(APBDesa) yang merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa (BPD) dan ditetapkan dalam peraturan desa, yang meliputi tahap
Nomor
Urut Jumlah
1 3
4,500,000
3,000,000
-
1,500,000
1,224,542,326
735,366,343
473,638,713
15,537,270
- - - -
- -
1,229,042,326
Belanja Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa 472,038,713
Belanja Bidang Pelaksanaan Pembangunan 582,766,343
Belanja Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa 5,000,000 Belanja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa 160,517,270
Belanja Bidang Tidak Terduga -
Jumlah Belanja 1,220,322,326 Surplus (Defisit) 8,720,000 PEMBIAYAAN DESA
Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) 1,280,000
Penerimaan Dana Cadangan -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan -
1,280,000 Pendapatan Lain-lain
Hibah dan Sumbangan dari Pihak Lain Lain-lain Pendapatan Desa yang Sah
BELANJA DESA
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Jumlah Pendapatan Dana Desa Dari APBN
Alokasi Dana Desa
Bagian Desa dari Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat Bantuan Keuangan dari Pemerintah Propinsi Bantuan Keuangan dari Pemerintah Kabupaten Pendapatan Asli Desa
Hasil Usaha Desa
Hasil Pengelolaan Kekayaan/ Aset Desa Lain-lain Pendapatan Asli Desa Yang Sah Pendapatan Transfer
DESA O'o KECAMATAN DONGGO RINGKASAN APBDESA TAHUN ANGGARAN 2018
Uraian
2
PENDAPATAN DESA
ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 429-436 435 perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Semua proses ini dijalankan oleh pemerintah desa didampingi oleh tim pendamping dari pemerintah serta adanya partisipasi dari masyarakat dalam pengawasan dana desa karna dana desa sangat penting bagi pembangunan desa.
Pengelolaan Dana Desa Pada Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima memiliki aturan atau pedoman yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa dan peraturan Bupati Kabupaten Bima Nomor 9 Tahun 2018 tentang tata cara pembagian dan penetapan Rincian dana desa setiap desa di Kabupaten Bima Tahun Anggaran 2018. Sumber pendapatan yang diperoleh dari desa yaitu dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berupa dana desa dari kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah desa melalui Undang-Undang Desa.
Tahapan pengelolaan dana desa tersebut meliputi:
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Penatausahaan 4. Pelaporan
5. Pertanggungjawaban
PENUTUP
Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Analisis akuntansi pengelolaan dana desa pada Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupten Bima maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tahapan pengelolaan dana desa di Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima telah sesuai dengan Peraturan yang Berlaku (Permendagri Nomor 113 Tahun 2014) dan Peraturan Bupati Bima Nomor 10 Tahun 2016 tentang pengelolaan keuangan desa yang Meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.
2. Terdapat kendala yang dihadapi oleh pemerintah desa yaitu rendahnya kualitas
sumber daya manusia dan
minimnyasosialisasi sehingga memperlambat pemerintah desa dalam proses pembangunan dikarena adanya masyarakat yang meminta tidak sesuai
dengan yang di prioritaskan. Meskipun demikian para pemerintah desa memiliki semangat untuk tetap mengsukseskan pelaksanaan program pengelolaan dana desa.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada, maka saran dari penulis untuk pemerintah desa, Sebaiknya pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan, melakukan sosialisasi lebih mendalam kepada seluruh masyarakat dengan mengadakan Musyawarah di tiap-tiap Dusun terkait pengelolaan dana desa agar mempercepat pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan. Serta kepala desa mengambil keputusan berdasarkan kesepakatan bersama oleh BPD, toko masyarakat (Pkk, karang taruna), toko pemuda, toko agama dan lembaga adat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasti, A, Artiska, CLMC. (2018). Evaluasi Sistem Akuntansi Penjualan Kredit. Pada PT. Sekawan Mujur Sejahtera Makassar.
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi. Volume 13 No.2. STIE-
YPUP. http://ojs.stkip-
ypup.ac.id/index.php/equity/issue/view/
9/Astuty%20Hasti%2C%20Claudia%20 La%20Mareta%20Cosari%20.Artiska
Herlianto D. (2017). Manajemen Keuangan Desa.
Cetakan pertama. Yogyakarta: Gosyen Publising.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa.
Yogyakarta.
Ismail M, Widagdo, A.K, Dan Widodo, A.
(2016). Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa. Universitas Sebelas Maret.
http://ejournal.uksw.edu.
Indrawati, S.M. (2017). Buku Saku Dana Desa.
Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Kushandajani. (2018). Kewenangan Desa Dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa
Dalam Perspektif UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Cetakan Pertama.
Departemen Politik Dan Pemerintahan FISIP: Universitas Diponegoro.
Komite Standar Akuntansi Pemerintah. (2016).
Standar Pelaporan Keuangan Pemerintah Desa(Proses Publikasi).
Jakarta.
Peraturan Bupati Bima Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Bupati Bima Nomor 26 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Bima Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembagian Dan Penetapan Besaran Dana Desa Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, Besaran Alokasi Dana Desa, Dan Besaran Bagian Desa Dari Pajak Dan Retribusi Daerah Kabupaten Bima Tahun Anggaran 2016
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Rohman A, Ferine I.S, Ermadiani. (2018).
Pengelolaan Administrasi Keuangan Pemerintah Desa. Cetakan pertama.
Yogyakarta: UPP Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) YKPN.
Soemarso S.R. (2016). Akuntansi suatu pengantar. Edisi kelima. Salemba empat.
Yogyakarta.
STIE-YPUP. (2019). Pedoman Penulisan Artikel Ilmiah Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Pendidikan Ujung Pandang.
Sujarweni, w.v. (2015). Akuntansi Desa. Cetakan 2015. Yogyakarta.
Tikollah, M.R, Ngampo M.YA. (2018). Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kecamatan Mare Kabupaten Bone.
Jurnal ekonomi dan pendidikan vol. 1 (1) januari 2018:87-96. Universitas Negeri
Makassar.
http://ojs.unm.ac.id/JEKPEND.
Yustisia V.T. (2015). Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan peraturan terkait. Cetakan pertama. Jakarta:
Visimedia.