A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan bacaan sempurna dan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu dapat menandingi al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.1 Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab yang terpelihara nilai otentisitasnya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 9 Allah menyatakan keaslian al-Qur’an:
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Al-Hijr: 9)2 Allah senantiasa menjaga otentitas al-Qur’an sampai akhir zaman. Dalam pemeliharaannya, manusia agar ikut berperan aktif di dalamnya. Dengan adanya hal tersebut setiap muslim wajib percaya bahwa apa yang didengar dan dibaca sebagai al-Qur’an itu sama dengan apa yang pernah dibaca oleh Nabi dan sahabatnya.3
1M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (t.tp:
Mizan, T.tp), 3.
2 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an per Kata, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2011), 237.
3 Muniron, dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi, (Jember: STAIN Jember Press, 2010), 63.
Al-Qur’an yang menjadi sumber dasar ajaran Islam dan merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia yang isinya mencakup segala pokok ajaran agama yang disyariatkan oleh Allah kepada manusia. Al-Qur’an merupakan petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesuksesan di dunia dan di akhirat. Pokok ajaran agama yang terdapat dalam al-Qur’an antara lain syari’at, ibadah, akhlaq, muamalah, dan lain-lain. Umat Islam mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan eksistensi al-Qur’an.4
Sebagai kitab suci umat Islam, maka harus mampu membaca, mempelajari, dan mengamalkannya. Sebelum mengamalkan isi dari al-Qur’an tersebut, maka harus mampu membacanya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Muzammil ayat 4:
Artinya: “Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (sesuai ilmu tajwid)” (Q.S Al-Muzzammil: 4)5
Dalam membaca al-Qur’an sesuai ilmu tajwid, banyak ahli yang menyusun sebuah metode praktis membaca al-Qur’an. Dengan banyaknya metode yang ada, semuanya memiliki visi yang sama, yakni dapat membaca al- Qur’an sesuai ilmu tajwid. Beberapa metode antara lain adalah metode Qira’ati, yang digagas oleh Alm. Kyai H. Dahlan Salim Zarkasyi dari Semarang, Jawa
4Fitri Rahmawati, Penerapan Metode Yanbu’a dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an Husnut Tilawah Payaman Mejobo Kudus, (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009), 1.
5 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an per Kata, 518.
Tengah diluncurkan pada tanggal 1 Juli 1986,6 selanjutnya metode Iqro’ yang digagas oleh As’ad Humam dari Kota Gede, Yogyakarta dan diluncurkan pada tahun 1991, metode pembelajaran tersebut menyebar ke seluruh Indonesia dan diajarkan oleh siapa saja tanpa perlu adanya pengesahan. Pada pertengahan tahun 2000 muncul metode Tilawati yang dikarang langsung oleh Alhafidz Ustadz Syamsul Arifin. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Darul Hidayah, Kesilir, Wuluhan, Jember, Jawa Timur.7 Selanjutnya metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh beberapa Tim yang terdiri dari Drs. H. Hasan Sadzili, Drs. H. Ali Muaffa. dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya.8 Pada tahun 2004 berkembang metode Yanbu’a yang diketuai oleh Kyai H. Ulil Albab Arwani dari Kudus,9 pada pertengahan tahun 2007 muncul metode Ummi yang digagas oleh Masruri dan A.Yunus MS,10 Dan masih banyak metode yang lain. Salah satu metode yang diteliti ialah metode pembelajaran at-tanzil.
Setiap lembaga pendidikan menerapkan metode praktis membaca al- Qur’an yang berbeda. Salah satunya metode at-tanzil yang diterapkan di pondok pesantren putri Bustanul Ulum (PPBU) Bulugading, Langkap, Kecamatan Bangsalsari. Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 03 Tahun 1979 yang dikutip oleh Abd. Halim Soebahar yang mengklarifikasikan pondok pesantren menjadi empat tipe. Salah satunya ialah Tipe D yang mana
6 Laila Anisa, Implementasi Metode Tilawati dalam Pembelajaran Al-Qur’an, (Skripsi, UIN Malik Ibrahim, Malang, 2009), 42.
7 Syaiful Rohman, http: //Cara Cepat Belajar Al-Qur’an metode Tartili//, 13 April 2013.
8Laila Anisa, Implementasi Metode Tilawati dalam Pembelajaran Al-Qur’an, 45 .
9Fitri Rahmawati, Penerapan Metode Yanbu’a dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an Husnut Tilawah Payaman Mejobo Kudus, 11.
10 Masruri dan A.Yusuf, Belajar Mudah Membaca Al-Qur’an Ummi, (Surabaya: KPI, 2007)
penyelenggaraannya terdiri dari dua sistem yaitu sistem pondok pesantren dan sistem sekolah atau madrasah.11
Pondok Pesantren Bustanul Ulum merupakan salah satu pondok pesantren dengan tipe D, yang mana pondok pesantren tersebut memiliki pendidikan formal di bawah naungannya dari Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), MTs (Madrasah Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan MTs terakreditasi B, sedangkan MA terakreditasi A. Pondok pesantren Bustanul Ulum merupakan salah satu pendidikan non formal terbesar di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Pondok pesantren Bustanul Ulum juga merupakan koordinator cabang Jember Yayasan al-Khoirot metode at-tanzil.12
Pentingnya belajar membaca al-Qur’an, diperuntukkan pada semua jenjang, baik remaja, dewasa, lansia, yang mengalami cacat fisik, pria dan wanita. Setiap kalangan dan usia dalam mempelajari sesuatu, memiliki peranan masing-masing. Khususnya dalam membaca al-Qur’an yang diperuntukkan pada kalangan wanita. Wanita memiliki peran utama dalam keluarga untuk mendidik anak-anak, wanita pula yang mengenalkan kitab suci al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam kepada anak-anak. Semua wanita merupakan calon ibu, karena ibu sebagai sumber kasih sayang yang memberikan pendidikan sifat ramah tamah, asah, asih, dan asuh kepada anaknya. Dalam syair yang dikutip oleh Abdul Mujib disebutkan: “Orang yatim bukanlah orang yang ditinggalkan kesusahan hidup sehingga ia hina oleh
11Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam dari Ordonasi Guru sampai Undang-undang Sisdiknas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 46.
12 Ustadzah Firda, Wawancara, Bangsalsari, 20 Januari 2015.
ayahnya, tetapi sesungguhnya yatim adalah seorang yang ibunya tidak mempedulikan pendidikan sedang ayahnya sibuk.”13 Dan Menurut Dra. Hj.
Masruroh Wahid, M. Si dalam sebuah artikel:
“Seorang anak pasti tak mungkin menjadi anak yang baik, sehat, hebat, dan kuat ketika tidak mempunyai seorang ibu yang peduli terhadap mereka. Perempuan adalah tiang negara. Sebuah negara akan baik, jika warganya dilahirkan oleh ibu-ibu yang baik. Intinya, bagaimana seorang ibu selain bertanggung jawab untuk melahirkan dan menyusui, juga mendidik dan mengantarkan anak-anaknya menjadi manusia-manusia yang terpilih.”14
Jadi seorang perempuan mampu mengenalkan kitab suci al-Qur’an kepada anak-anak dan mengajarkannya. Sebagaimana sabda Raulullah:
ُهَمَّلَعَو َناْرُقْلا َمَّلَعَ ت ْنَم ْمُكُرْ يَخ : لاق ملسو هيلع الله ىلص بينلا نع ُهْنَع ُلله ا َيِضَر َناَمْثُع ْنَع ( ملسم هاور )
Artinya: “Dari Utsman ra.dari Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baikmu adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R Muslim).15
Pada realita yang terjadi banyak kalangan anak-anak, baik laki-laki maupun wanita dalam membaca al-Qur’an tidak sesuai dengan ilmu tajwid.
masih ada orang tua yang tidak memperhatikan dalam membaca al-Qur’an sesuai ilmu tajwid, Peran orang tua sebagai pendidikan utama bagi anak-anak kurang berfungsi, Orang tua yang lebih memperhatikan nilai akademik anak-
13Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 231.
14Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Timur, Majalah Mimbar, (Surabaya: PT Antar Surya Jaya, 2014), 6.
15 Zaenuddin Ahmad Azzubaidi, Terjemah Hadits Shahih Bukhari jilid II, (Semarang: CV. Toha Putra, 1986), 550.
anak dibandingkan dengan membaca kitab suci al-Qur’an. Asatidz pun yang merupakan lembaga pendidikan kedua bagi anak-anak juga kurang berfungsi dengan baik dalam hal memperhatikan membaca al-Qur’an. Dan asatidz yang kurang pengawasannya dalam mendidik anak dalam membaca al-Qur’an dengan tartil.
Oleh sebab itu, penulis mengangkat judul “Metode Pembelajaran At- tanzil dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Putri Bustanul Ulum Bulugading, Langkap, Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian sebagai berikut:
1. Pokok Masalah
Bagaimana metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Putri Bustanul Ulum Bulugading Langkap Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Sub Pokok Masalah
a. Bagaimana perencanaan metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Putri Bustanul Ulum Bulugading Langkap Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?
b. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren
Putri Bustanul Ulum Bulugading Langkap Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?
c. Bagaimana evaluasi metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Putri Bustanul Ulum Bulugading Langkap Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al- Qur’an di Pondok Pesantren Putri Bustanul Ulum Bulugading Langkap Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan perencanaan metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Putri Bustanul Ulum Bulugading Langkap Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Putri Bustanul Ulum Bulugading Langkap Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015.
c. Untuk mendeskripsikan evaluasi metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren
Putri Bustanul Ulum Bulugading Langkap Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Menjadi salah satu tawaran alternatif pemilihan metode belajar membaca al-Qur’an dengan menggunakan metode at-tanzil.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti ketika terjun di masayarakat khususnya calon guru Pendidikan Agama Islam dalam penguasaan membaca Al-Qur’an dengan fasih dan tartil, dan dapat mengetahui salah satu metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di negara Indonesia. Dan dijadikan sebagai prasyarat untuk menempuh tugas akhir perkuliahan.
b. IAIN Jember, sebagai bahan informasi bagi mahasiswa IAIN Jember yang mengembangkan kemampuan dasar mengajar, khususnya pembelajaran membaca Al-Qur’an di bidang Pendidikan Agama Islam.
c. Lembaga pendidikan yang diteliti, diaharapkan penelitian dapat dijadikan sebagai contoh riil bagi yang lain, yang ingin meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap santri sesuai kaidah ilmu tajwid melalui metode at-tanzil yang sudah diterapkan di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading Langkap, Kecamatan Bangsalsari.
E. Definisi Istilah
1. Metode Pembelajaran At-tanzil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan.16 Sedangkan pembelajaran menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.17
At-tanzil merupakan salah satu metode praktis membaca al-Qur’an.
Nama pencetusnya ialah ustadz A.Suroto Suruji dari Bata-Bata, Pamekasan, Madura.. Adapun nama At-tanzil adalah identik dengan peluncuran perdananya yaitu pada malam peringatan “Nuzulul Qur’an” (17 Ramadhan 1422). penyusunan jilid I-IV disahkan pada tanggal 17 Ramadhan 1422 H. Selanjutnya jilid V-VI disahkan pada tanggal 18 Ramadhan 1422 H.18
Dan yang dimaksud peneliti ialah metode pembelajaran at-tanzil dari jilid I-jilid VI yang diterapkan di Pondok Pesantren Putri Bustanul Ulum.
16 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 952.
17 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
18Tim Penyusun, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an At-tanzil Jilid I, (Pamekasan:
Yayasan Al-Khoirot), 1.
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan berasal dari kata “mampu” dan mendapat awalan ke- dan akhiran an-. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kuasa;
sanggup melakukan sesuatu; kecakapan dapat; berada.19
Menurut Crawley dan Mountain yang dikutip oleh Farida Rahim membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafakan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menterjemahkn simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan rumus.20
Sedangkan al-Qur’an menurut ulama ushul fiqih dan ulama bahasa adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Mauhammad Saw yang lafadz-lafadnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat Al-fatihah sampai surat An-Nas.21
Yang dimaksud peneliti ialah mampu membaca al-Qur’an dengan huruf hijaiyah, ilmu tajwid, dan gharib atau musykilat.
19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 909.
20 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara: 2008), 2.
21 Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 2.
3. Santri Putri
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia santri adalah (a) orang yang mendalami agama Islam; (b) orang yang beribadat dengan sungguh- sungguh; orang yang saleh.22 Menurut Abd. Halim Soebahar santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di pondok pesantren.23 Sedangkan putri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (a) anak perempuan raja-raja (b) wanita.24
Jadi menurut peneliti santri putri adalah siswa putri yang menuntut ilmu agama di pondok pesantren khususnya belajar membaca al-Qur’an dengan metode at-tanzil sekaligus menuntut ilmu di Madrasah yang duduk di kelas VII, VIII, dan IX MTs.
4. Pondok Pesantren Bustanul Ulum
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pondok adalah (a) bangunan tempat tinggal sementara (seperti yang didirikan di ladang, di hutan); (b) rumah (sebutan untuk merendahkan diri); (c) bangunan tempat tinggal yang berpetak-petak yang berdinding bilik dan beratap rumbia; (d) madrasah dan asrama (tempat mengaji, belajar agama Islam).25
Sedangkan pesantren berasal dari “pe-santri-an. Awalan pe- dan akhiran an- yang dilekatkan pada kata “santri” ini menyiratkan dua arti.
22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1266.
23 Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendiidkan Islam: dari Ordanansi Guru sampai Undang- undang Sisdiknas, 38.
24 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1145.
25 Ibid., 1118.
Pertama, pesantren bisa berarti “tempat santri” sama dengan kata pemukiman yang berarti tempat bermukim. Dan kedua, pesantren bisa berarti “proses menjadikan santri” sama dengan kata pencalonan yang berarti proses menjadikan calon.26
Pondok pesantren Bustanul Ulum merupakan pondok pesantren yang terdapat di Bulugading, Langkap, Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember yang menerapkan metode at-tanzil di pondok pesantren putri pada tahun 2008.
Dari beberapa definisi istilah tersebut dapat disimpulkan yang dimaksud peneliti adalah metode pembelajaran at-tanzil dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesanatren Putri Bustanul Ulum, Bulugading, Langkap, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember tahun pelajaran 2014/2015.
F. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini membahas beberapa pokok bahasan yang terdiri dari lima pokok bahasan yang tersusun sebagai berikut:
Bab satu adalah pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.
Bab dua adalah kajian kepustakaan. Dalam bab ini terdiri dari kajian terdahulu dan kajian teori, di dalam kajian terdahulu disajikan untuk mengetahui apakah objek yang menjadi bahan penelitian sudah pernah diteliti
26 Ainur Rafik, Pendidikan Islam dalam Sisdiknas, (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 63
sebelumnya atau belum. Sedangkan dalam kajian teori berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran metode at-tanzil dalam meningkatkan membaca al-Qur’an.
Bab tiga adalah metode penelitian. Dalam bab ini dibahasa tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, keabsahan data, dan sistematika pembahasan.
Bab empat adalah penyajian data dan analisis, dalam bab ini dibahas tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan temuan.
Bab lima adalah kesimpulan dan saran. Dalam bab ini ditulis kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti di lapangan
Selanjutnya dalam skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka, surat pernyataan keaslian dan lampiran-lampiran yang berkaitan dengan proses penelitian.
A. Penelitian Terdahulu
Peneliti mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, berikut adalah beberapa penelitian terdahulu:
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Siti Fatimatus Zahro (2006/2007) skripsi STAIN Jember, Jurusan Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan judul “Implementasi Metode Qiraati dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Al-Qur’an pada Peserta Didik di TKA-TPA-TQA Al- Baitul Amien Jember Tahun Pelajaran 2006/2007”. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan praktek dan pembiasaan daripada teori.
Pembahasan teori diberikan setelah peserta didik mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil.
Pada penelitian selanjutnya oleh Siti Hamidah (2008/2009) skripsi STAIN Jember, Jurusan Tarbiyah, Prodi PAI dengan judul “Metode Pembelajaran Tartila dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di TPA Al-Lathifiyah Kecamatan Puger Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2008/2009”. Dalam penelitian ini memfokuskan perencanaan, aplikasi, dan evaluasi metode Tartila dalam meningkatkan kemampuan membaca al- Qur’an.
Sedangkan pada penelitian selanjutnya dilakukan oleh Velly Maryaning Dias T. (2011/2012) skripsi STAIN Jember, Jurusan Tarbiyah, Prodi PAI dengan judul “Peranan TPQ dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Jenggawah Tahun Pelajaran 2011/2012”. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan peranan TPQ dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa, dengan menggunakan metode Yanbu’a yang diterapkan di SMP Negeri 2 Jenggawah.
Dari beberapa penelitian yang ada, belum pernah ada peneliti yang menggunakan metode at-tanzil, salah satunya yang diterapkan di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Bulugading Langkap, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember.
B. Kajian Teori
1. Metode Pembelajaran At-tanzil
Metode at-tanzil merupakan salah satu metode praktis membaca al- Qur’an yang dicetuskan oleh Ustadz Suroto Suruji dari Bata-Bata, Pamekasan, Madura. Dinamakan at-tanzil karena bersamaan dengan peluncuran buku at-tanzil pada bulan Ramadhan yang bersamaan dengan peringatan Nuzulul Qur’an. Adapun peluncuran jilid I-IV at-tanzil pada tanggal 17 Ramadhan 1422 H, selanjutnya jilid V-VI at-tanzil pada tanggal 18 Ramdhan 1422 H. Pembuatan metode tersebut merupakan usulan masyayikh Madura kepada Ustadz Suroto untuk membuat sebuah metode
praktis membaca al-Qur’an, karena sebelumnya Ustadz Suroto berada di Lembaga Qiro’ati selama 10 tahun.27
Kelebihan metode at-tanzil yaitu dari segi penulisan buku at-Tanzil jilid I-VI setiap kalimah atau kata mengambil dari al-Qur’an semua dan mengandung makna, bukan bacaan yang mengandung mainan, seperti metode-metode yang lain. Ada tambahan tanda baca untuk memudahkan anak mengetahui bacaan yang terkandung di dalamnya, selain itu tulisannya sangat mudah dibaca anak-anak yang disesuaikan dengan Rasm Naskhi.28
Dari hasil mengikuti pelatihan untuk asatidz metode at-tanzil pada tanggal 09-10 Januari 2015 di Pondok Pesantren Nurul Huda-Gambiran, Kecamatan Mumbulsari, narasumber dari kegiatan tersebut ialah Ustadz Suroto Suruji yang merupakan pencetus dari metode at-tanzil. Peneliti memperoleh pokok-pokok dari metode pembelajaran at-tanzil sebagai berikut:
a. Ketentuan-ketentuan Proses Mengajar At-tanzil 1) Siap mental dan menguasai kelas
2) Harus mampu memberi contoh yang baik dalam segala hal a) Tingkah laku yang baik sehari-hari (berakhlaqul karimah) b) Perkataan yang baik
c) Penampilan sopan dan rapi
d) Mampu memberikan contoh yang baik
27 Ustadz Suroto Suruji, Wawancara, Mumbulsari-Jember, 10 Januari 2015.
28 Ustadz Hamidin, Wawancara Via telepon, Jember, 16 Mei 2015.
3) Menguasai materi pembelajaran
a) Materi wajib terdiri dari: (1) tulisan (2) Ubudiyah (3) bertingkah laku sopan
b) Materi penunjang terdiri dari (1) do’a-do’a (2) surat-surat pendek (3) tepuk-tepuk, dan lain-lain
4) Harus mengetahui pokok pembahasan
5) Harus mengetahui karakter anak (Psikologi Anak) 6) Harus keras kemauan meliputi T7
a) Tekun b) Tabah
c) Telaten (tidak ada pilihan antara cerdas dan ediot) d) Teliti dan meneliti (situasi dan kondisi)
e) Tanggulangi bersama f) Tawakkal
g) Taqwa dan amanah
7) Ikhlas mendidik anak sehingga muridnya diperlakukan layaknya anak sendiri
b. Tahapan-tahapan Penyampaian Metode At-tanzil 1) Muqoddimah yaitu mengatur anak-anak
2) Iftitah (pembukaan) yaitu mengucapkan salam
3) Ar-robtu yaitu pre-test atau menjajaki kemampuan anak 4) Al-ardhu yaitu penyajian pelajaran baru
5) At-tadbiq yaitu evaluasi atau diisi tanya jawab, dan lain-lain
6) Ikhtitam yaitu mauidhoh atau pesan-pesan yang baik dan ditutup dengan do’a senandung al-Qur’an beserta salam
c. Teknis Penyampaian metode At-tanzil
1) Guru harus menerangkan mulai dari halaman dan seterusnya 2) Materi dibaca langsung tanpa dieja
3) Dalam memberikan contoh harus berulang-ulang seperti alat peraga, dan lain-lain
4) Memberikan contoh yang disesuaikan dengan kaidah ilmu tajwid 5) Tidak boleh membahas kaidah ilmu tajwid pada jilid I
6) Disesuaikan dengan kemampuan anak
7) Mendahulukan bunyi bacaan ketimbang dengan hurufnya.
d. Syarat-syarat Menjadi guru 1) Siap mental (menguasai kelas)
2) Penampilan harus (mampu memberi contoh atau cermin yang baik dalam semua aspek)
3) Suara harus jelas dan lantang
4) Mengetahui dan memahamai pokok-pokok pembahasan 5) Tulisan harus jelas
6) Harus menguasai materi pelajaran secara total
7) Guru harus mengetahui pola pikir dan kebiasaan murid 8) Wajib tahu membaca (bagi murid)
9) Guru wajib menganjurkan menulis (tapi murid tidak wajib mengetahuinya)
10) Ubudiyah
11) Berperilaku positif dan perkataan baik (Berakhlaqul Karimah) e. Kurikulum Metode At-tanzil
1) Jilid I
a) Materi Pokok : Huruf hijaiyah (dengan fathah).29 b) Materi Penunjang terdiri dari:
(1) Tepuk : Islam, rukun Islam dan anak sholeh (2) Surat-surat : Al-Ikhlas dan Al-Kautsar
(3) Do’a : keluar rumah, mau makan, sesudah makan, mau tidur, dan bangun tidur
(4) Nasyid : shalat fardhu, salam penghormatan, rukun Islam yang lima, dan siapakah Tuhanmu.30
2) Jilid II
a) Materi Pokok : huruf hijaiyah (dengan semua harakat), panjang dan pendek kalimat, dan bunyi huruf hijaiyah.31
b) Materi Penunjang terdiri dari:
(1) Tepuk : harokat, rukun Iman, Kholifah Rosul, Malaikat (2) Surat-surat : An-Nasru dan Al-Fil
(3) Do’a : ketika ada petir, masuk WC, keluar WC, untuk kedua orang tua, kebaikan dunia akhirat
29 Tim Penyusun, Metode Mengajar Praktis, (Pamekasan: Lembaga TK-TPA Al-Qur’an Mambaul Ulum Bata-bata, 2001), 4.
30 Tim penyusun, Do’a dan Tepuk-tepuk, (Pamekasan: Depot At-tanzil, 2001), 1
31 Tim Penyusun, Metode Mengajar Praktis, 8.
(4) Nasyid : mad thobi’i/panjang, ngaji beneran, nabi Muhammad.32
3) Jilid III
a) Materi Pokok : bunyi huruf hijaiyah (mendalam), pengenalan hokum ro’ (tafkhim dan tarqiq), dan tasydid (dibaca dua).33 b) Materi Penunjang terdiri dari:
(1) Tepuk : kitab Allah, huruf idzhar, idgham bigunnah, idgham bilagunnah, dan huruf qolqolah
(2) Surat-surat : Al-Lahab dan Al-Qurays
(3) Do’a-do’a : sesudah adzan, bercermin, kedatangan musibah, dan kedatangan nikmat
(4) Nasyid : mim sukun dan sayang-sayang.34 4) Jilid IV
a) Materi pokok : tanda aula’, hukum al, Hukum lafadz Allah, pengenalan dasar-dasar tajwid serta cara bacaannya, hukum nun sukun dan tanwin serta cara bacannya, hukum mim sukun serta cara bacanya, fawatihus shuwar.35
b) Materi penunjang terdiri dari:
(1) Tepuk : huruf qalqalah, huruf ghunnah, nun sukun dan tanwin, dan fardhu wudhu’
(2) Surat-surat : Al-Kafirun, Al-Maa’un, dan At-Takatsur
32 Tim penyusun, Do’a dan Tepuk-tepuk, 2.
33 Tim Penyusun, Metode Mengajar Praktis, 11.
34 Tim penyusun, Do’a dan Tepuk-tepuk, 4.
35 Tim Penyusun, Metode Mengajar Praktis, 16
(3) Do’a-do’a : mau memakai celak, mau wudhu, sesudah wudhu’, naik, kendaraan, masuk masjid, keluar masjid, ketika i’tidal, angin ribut
(4) Nasyid : di mana-mana ada TK Qur’an.36 5) Jilid V
a) Materi pokok : tanda waqaf, qolqolah, perbedaan bunyi (tsa’
sukun dan syin sukun), mad wajib muttashil dan mad jaiz munfasil, kalimat (ana) dibaca pendek, nun kecil (iwadl dan idzhar), dan lafadz (illa).37
b) Materi penunjang terdiri dari:
(1) Tepuk : sifat wajib bagi Rosul, sifat muhal bagi Rosul, dan kholifah Rosul.
(2) Surat-surat : Ad-dhuha dan At-tiin
(3) Do’a-do’a : mau mandi, mau berpakaian, dan berbuka puasa.
(4) Nasyid : huruf qolqolah, nun sukun dan tanwin.38 6) Jilid VI
a) Materi pokok : baca Al-Qur’an dengan tajwid, ghorib/musykilat al-Qur’an serta prakteknya.
b) Materi penunjang terdiri dari:
(1) Tepuk : semua tepuk-tepuk dari Jilid I-jilid VI (2) Surat-surat : semua surat surat dari Jilid I-jilid VI
36 Tim penyusun, Do’a dan Tepuk-tepuk, 6.
37 Tim Penyusun, Metode Mengajar Praktis, 21.
38 Tim penyusun, Do’a dan Tepuk-tepuk, 8.
(3) Do’a-do’a : semua do’a-doa dari Jilid I-jilid VI
(4) Nasyid : semua nasyid dari Jilid I-jilid VI, dan nasyid ghorib.39
Untuk strategi yang digunakan pada pembelajaran metode at-tanzil yaitu menggunakan metode drill dan metode klasikal individual. Selain itu menggunakan metode ceramah dalam menerangkan materi yang disampaikan pada peserta didik.
Khatam untuk at-tanzil dan khotmil qur’an 1,5 tahun. Jadi, jika sudah khatam jilid VI, maka khatam juga membaca al-Qur’an dari juz 1-30.
Dimulai program membaca al-Qur’an dari jilid IV. Disamping membaca jilid IV, membaca al-Qur’an dari juz 1, dilanjutkan sampai jilid V dan VI bersamaan membaca al-Qur’an ke juz selanjutnya sampai khatam juz 30.40 a. Perencanaan Pembelajaran
Menurut Cunningham yang dikutip oleh Hamzah perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memfisualisasi dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.41 Menurut Yusuf Enoch yang dikutip oleh Zulaichah Ahmad perencanaan adalah sebagai suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan
39 Tim Penyusun, Metode Mengajar Praktis, 24.
40Hamidin, Wawancara via telepon, Jember, 12 Januari 2015.
41Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 1.
datang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.42
Sedangkan menurut Sugeng Listoyo dan Faridah Nurmaliyah perencanaan pembelajaran adalah merupakan suatu upaya untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam kaitan dengan upaya mencapai kompetensi yang diharapkan.43
Dari beberapa pengertian perencanaan pembelajaran pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peneliti adalah hal-hal yang direncanakan dalam metode pembelajaran at-tanzil. Hal-hal yang direncanakan tersebut terdiri dari: (1) kompetensi guru; (2) bahan ajar; (3) materi pembelajaran; (4) media pembelajaran; (5) strategi pembelajaran.
1) Kompetensi Guru
Kompetensi menurut Kamus Bahasa Indonesia ialah kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan suatu hal.44 Sedangkan definisi guru memiliki pengertian dari banyak aspek, yakni dari segi psikologi, pemerintah, dan menurut pakar-pakar yang lain.
Guru kata lainnya ialah pendidik. Menurut ‘Abdul Hamid Al-Hasyimi yang dikutip oleh Mahmud guru adalah pendidik dengan orang yang secara sengaja mengasuh individu atau
42Zulaichah Ahmad, Perencanaan Pembelajaran PAI, (Jember: Madania Center Press, 2008), 8.
43Sugeng Listoyo Prabowo, Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 2.
44Andini T.Nirmala, Aditya A.Pratama, Kamus Lengkap Bahasa indonesia, (Surabaya: Prima Media, 2003), 222.
beberapa individu lainnya agar di bawah pengasuhnya, dan individu tersebut dapat tumbuh dan berhasil dalam menjalani kehidupan.45
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dikutip Mahmud, Pemerintah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No.14 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:
a) Kompetensi paedagogik, yaitu adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
4. Evaluasi hasil belajar, dan lain-lain.
b) Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang:
1. Stabil 2. Dewasa
3. Berakhlakul karimah
4. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, dan lain-lain.
45 Mahmud, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 105.
c) Kompetensi sosial, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk:
1. Berkomunikasi lisan dan tulisan
2. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik.
3. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
d) Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, meliputi:
1. Materi ajar
2. Konsep, struktur, dan metode keilmuan, koheren dengan materi pelajaran, dan lain-lain.46
2) Bahan Ajar
Menurut Widodo dan Jasmadi yang dikutip oleh Ika Lestari bahan ajar ialah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode-metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.47
Untuk membuat bahan ajar membutuhkan banyak sumber, tergantung bagaimana mengonsep bahan ajar yang sesuai dengan mata pelajaran. Di antaranya sumber yang didapatkan ialah al-
46 Ibid., 107-108.
47Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Bebasis Kompetensi, (Padang: Akademia Permata, 2013), 1.
Qur’an, al-Hadits, tafsir, buku referensi yang bisa didapatkan di toko, surat kabar, majalah, buletin, dan sebagainya.
3) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Ada beberapa jenis materi pelajaran. Jenis-jenis itu adalah fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai. Materi pembelajaran yang termasuk fakta misalnya nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang termasuk konsep misalnya pengertian, definisi, ciri khusus, komponen, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang temasuk prinsip seperti dalil, rumus, teorema.
Materi pembelajaran yang berupa prosedur adalah langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan tugas. Sikap atau nilai merupakan materi pembelajaran afektif seperti kejujuran, kasih sayang, semangat, minat belajar, dan sebagainya.48
Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Fatah Yasin materi pendidikan Islam itu menyangkut dua hal, yaitu: materi tentang ilmu syari’at dan ilmu yang non syari’at. Ilmu syari’at meliputi ilmu ushul, ilmu al-Qur’an, ilmu furu’, dan lain-lain. Sedangkan
48 Ibid, 9-10.
ilmu yang non syari’at meliputi kedokteran, berhitung, pertabian, ekonomi, dan lain-lain.49
4) Media Pembelajaran
Media yang diungkapkan oleh Rusman yang dikutip oleh Rif’an adalah media berasal dari kata medius yang bermakna tengah, perantara atau pengantar. Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Dalam bahasa arab, media adalah wasail atau wasilah yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.50
Menurut Marshall McLuhan yang dikutip oleh Oemar media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Sesuai dengan rumusan tersebut, media komunikasi mencakup surat-surat, televisi, film, dan telepon, bahkan jalan raya dan jalan kereta api merupakan media yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang-orang lainnya.51
5) Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian
49 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),122.
50 Rif’an Humaidi, Media Pembelajaran Konsep dan Implementasi, (jember: STAIN Jember Press, 2013),10.
51 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 201.
(asesmen) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.52
Sedangkan menurut Moore yang dikutip oleh Martinis berpendapat bahwa strategi pembelajaran merupakan keseluruhan perencanaan untuk mengajar pelajaran tertentu yang memuatkan metode dan urutan langkah-langkah yang diikuti untuk melaksanakan kegiatan belajar.53
Dalam pembelajaran al-Qur’an, dikenal berbagai macam strategi diantaranya:54
a) Sorogan atau privat atau individual
Individual yaitu suatu strategi yang diterapkan dalam belajar mengajar, yakni dengan cara satu persatu secara bergiliran siswa belajar kepada gurunya sesuai dengan pelajarannya masing-masing, strategi ini diterapkan jika : (1) Jumlah guru dengan jumlah siswanya tidak seimbang.
(2) Jumlah ruangan kelas yang tidak mencukupi.
(3) Dalam satu kelas para siswa terdiri dari bermacam-macam jilid (bercampuran).
52 Suyono Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 20.
53 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013), 4.
54 Syafruddin, Buku Ajar Studi Al-Qur’an, (Jember: STAIN Jember Press, 2010), 108.
b) Klasikal Individual
Klasikal individual yaitu strategi mengajar dengan cara sebagian waktu digunakan mengajar secara klasikal dan waktu selebihnya mengajar individu. Strategi ini diterapkan jika : (1) Jumlah guru sebanding dengan jumlah siswa.
(2) Jumlah ruangan kelas mencukupi.
(3) Dalam satu kelas hanya terdiri dari satu macam jilid saja.
Tidak boleh dicampur berbagai macam jilid.
c) Klasikal baca simak
Klasikal baca simak yaitu strategi yang digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan al-Qur’an orang lain. Klasikal baca simak yaitu membaca bersama-sama secara klasikal, bergantian membaca secara individu dan kelompok, murid yang lain menyimak.
Jadi, dari pembahasan tentang perencanaan pembelajaran yang dimaksud peneliti adalah perencanaan metode pembelajaran at-tanzil yang meliputi kompetensi guru, bahan ajar, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran di PPBU putri.
b. Pelaksanaan Pembelajaraan
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelaksanaan adalah perihal (perbuatan, usaha) melaksanakan (rancangan, keputusan).55 Jadi pelaksanaan pembelajaran merupakan seorang pendidik melakukan
55 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 798.
suatu kegiatan dengan menyampaikan suatu materi yang telah direncanakan, dan hal-hal lain yang telah direncanakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Menurut Suryo Subroto hal-hal yang dilakukan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Pembuka
Membuka pelajaran usaha atau kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan pra kondisi bagi murid agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberika efek terhadap kegiatan pembelajaran.
Sehubungan dengan membuka pelajaran, kegiatan yang dilakukan guru untuk menumbuhkan kesiapan mental siswa dalam menerima pelajaran adalah:
a) Mengemukakan tujuan pelajaran yang akan dicapai
b) Mengemukakan masalah-masalah pokok yang akan dipelajari c) Menentukan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar
d) Menentukan batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pembelajaran.56
2) Kegiatan Inti
Pelaksanaan interaksi belajar mengajar adalah proses hubungan antara guru dengan siswa selama berlangsungnya
56 Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 39
pengajaran. Menurut Suharsimi Arikunto interaksi belajar mengajar meliputi:
a) Persiapan, terdiri dari:
(1) Menenangkan kelas
(2) Menyiapkan perelngkapan belajar
(3) Apersepsi (menghubungkan dengan pelajaran yang lalu) (4) Membahas pekerjaan rumah (PR)
b) Kegiatan pokok belajar, terdiri dari : (1) Merumuskan tujuan pembelajaran (2) Guru mencatat atau mendiktekan
(3) Guru menerangkan secara lisan atau tulisan (4) Guru mendemonstrasikan
(5) Murid mencoba mendemonstrasikan sendiri
(6) Murid mencoba mendemonstrasikan secara berkelompok (7) Diskusi kelas
(8) Murid belajar sendiri
(9) Guru memberikan bantuan belajar secara individual kepada siswa
(10) Guru bertanya (11) Murid bertanya c) Penyelesaian, terdiri dari:
(1) Evaluasi foramtif
(2) Guru menjelaskan kembali bagi pelajaran tertentu
(3) Guru memberikan tugas tertentu atau pekerjaan rumah.57 3) Kegiatan Penutup
Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan menutup pelajaran terdiri dari:
a) Merangkum atau membuat garis besar persoalan yang dibahas b) Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang
diperoleh dalam pelajaran
c) Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari sehingga merupakan suatu kesatuan yang berarti dalam memahami materi.58
Kegiatan penutup dapat berupa kesimpulan dari materi yang diberikan atau guru memberi kata kunci dari materi yang telah disampaikan. Guru juga dapat meberi motivasi kepada siswa. Dan terakhir dapat berupa salam.
Dari pembahasan sebelumnya tentang pelaksanaan pembelajaran, yang dimaksud peneliti adalah pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dalam pembelajaran membaca al-Qur’an dengan metode at-tanzil di Pondok Pesantren putri Bustanul Ulum.
57 Ibid., 51-52
58 Ibid., 52
c. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai (asses) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran.59 Secara umum evaluasi dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar para siswa telah tercapai dalam program pendidikan yang telah dilaksanakannya.
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran dapat menjadi acuan pada fungsi penilaian hasil belajar, di antaranya adalah:
(1) Formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi peserta didik.
(2) Sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penetuan lulus tidaknya peserta didik.
(3) Diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.60
59 Suyono Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran., 210 .
60 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 20
Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peneliti adalah evaluasi yang dilakukan oleh ustadzah yang meliputi evaluasi sumatif, evaluasi formatif dan evaluasi diagnostik.
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Huruf Hijaiyah 1) Hijaiyah Tunggal
Tabel 2.1.1
Nama-nama Huruf Hijaiyah
No Huruf No Huruf No Huruf
1 ا (Alif) 11 ز (za’) 21 ق (qaaf) 2 ب (Baa’) 12 س (siin) 22 ك (kaaf) 3 ت (Taa’) 13 ش (syiin) 23 ل (laam) 4 ث (tsaa’) 14 ص (shaad) 24 م (miim) 5 ج (jim) 15 ض (dhaad) 25 ن (nuun) 6 ح (haa’) 16 ط (thaa’) 26 و (wawu) 7 خ (khaa’) 17 ظ (zha’) 27 ه (haa’) 8 د (dal) 18 ع (‘ain) 28 ء (hamzah) 9 ذ (dzal) 19 غ (ghain) 29 ي (yaa’) 10 ر (raa’) 20 ف (faa’)
Sumber: Faisol, Cara Mudah Belajar Ilmu Tajwid, 2010: 2-3 2) Hijaiyah berangkai dua
Hijaiyah berangkai dua merupakan huruf hijaiyah yang terdiri dari dua huruf hijaiyah yang disambung.
Contoh: َيَس - َجَب
3) Hijaiyah berangkai tiga
Hijaiyah berangkai tiga merupakan huruf hijaiyah yang terdiri dari tiga huruf hijaiyah yang disambung.
Contoh: َل ِخُد - َج َرَخ اًتَبُس – ذ ْوُعَا 4) Makharijul huruf
Menurut Ibnu al-Jazary yang dikutip oleh Faisol makhrijul al- Huruf adalah tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah.61 Sedangkan menurut lembaga pengembangan Al-Qur’an Jam’iyyatul Qurro’ Wal Hufadh yang dikutip oleh Faisol makhraj adalah tempat keluarnya huruf sehingga dapat dibedakan satu, huruf dengan huruf yang lain.62 a. ف ْوَجْلَا (lubang tenggorokan dan mulut), yaitu tempat yang keluar dari lubang tenggorokan dan mulut dan merupakan tempat keluar huruf mad (panjang). Hurufnya adalah:ا ,ي ,و . 63
b. ُقْلَحْلَا (tenggorokan ), yaitu tempat keluar huruf dari tenggorokan, dan ada 6 huruf yang termasuk ke adalam al-halq yaitu antara lain:
1. Pangkal tenggorokan, tempat keluar huruf: ء, ه 2. Tengah tenggororkan, tempat keluar huruf: ع ,ح 3. Tenggorokan atas, tempat keluar huruf: غ ,خ. 64
61 Faisol, Cara Belajar Ilmu Tajwid, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 7.
62 Syafruddin Edi Wibowo, Studi Al-Qur’an, (Jember: STAIN Jember Press, 2010), 89-90.
63 Ibid., 90.
64 Ibid., 90.
c. ناَسلّلَا (lidah), yaitu tempat keluar huruf dari lidah. Berikut beberapa pembagiannya:
1. Pangkal lidah, tempat keluar huruf: ق
2. Hampir pangkal lidah, tempat keluar huruf: ك 3. Lidah bagian tengah, tempat keluar huruf: ش ,ج ,ي
4. Ujung atas dan kiri kanan lidah dengan rapat, tempat keluar huruf: ض
5. Ujung lidah dan permukaan: tempat keluar huruf: ل 6. Ujung lidah di bawah makhraj lam, tempat keluar huruf: ن 7. Ujung lidah menentang dua gigi muka atas naik sedikir ke
langit-langit, tempat keluar huruf: ر
8. Ujung lidah dan pangkal gigi muka atas, tempat keluar huruf: ط ,د ,ت
9. Ujung lidah dan ujung gigi muka atas, tempat keluar huruf: ,ز ص ,س
10. Ujung lidah dan ujung muka atas, tempat keluar huruf: ظ ,ذ ,ث.
65
d. ناَتَفّشلَا (kedua bibir), yaitu tempat keluar huruf dari kedua bibir, Berikut beberapa pembagiannya:
1. Perut bibir dan merapat di ujung gigi muka atas, tempat keluar huruf: ف
65 Ibid., 90
2. Bibir bawah dan atas, dengan rapat-rapat benar, dengan membuka sedikit, tempat keluar huruf: و ,م ,ب . 66
e. موُشْيَخْلَا (pangkal hidung), yaitu tempat keluar huruf dari pangkal hidung, Berikut beberapa pembagiannya:
(1) ن ketika di idghamkan (idgham bigunnah), ditasydid, di ikhfa’kan, dan diiqlabkan
(2) م yang di tasydid
(3) ب yang di ikhfa’ kan (ikhfa’ syafawi). 67 5) Sifat-sifat Huruf
Sifat menurut arti bahasa adalah sesuatu yang bermakna, baik dengan perasaan (hissi) seperti kuning, merah, dans ebagainya. Atau yang maknawi (abstrak) seperti halnya kemuliaan, kehormatan, dan lain sebagainya.
Sedangkan sifat menurut istilah cara untuk mengetahui huruf yang berlawanan ketika diucapkan. Seperti jalannya pernafasan.
Pada huruf-huruf mahmusah (huruf-huruf yang samar) dan tidak melalui pernapasan pada huruf-huruf majhurah (tampak atau terang) dan lain sebagainya.68 Berikut pembagiannya:
66 Ibid., 90
67 Ibid., 90.
68 Ibid., 91.
a) Sifat-sifat yang berlawanan (1) Al-Hams (سمهلا)
Menurut bahasa artinya samar atau tidak terang.
Maksudnya ialah huruf apabila diucapkan atau dimatikan berdesis (napas terlepas). Huruf-huruf hams ada sepuluh yang terkumpul dalam kalimat:
ْتَكَس ٌص ْخَش ُهُّشَحف Contoh:
ْفَب , ُف , ِف , َف . 69 (2) Al-Jahr (رهجلا)
Menurut bahasa artinya tampak atau terang.
Maksudnya adalah huruf apabila diucapkan atau dimatikan tidak mengeluarkan desis (napas tertahan). Huruf-hurufnya adalah semua huruf selain huruf hams. Yakni ada 19 huruf, yaitu:
ٍّضَغ ْيِذ ٍئ ِر اَق ُن ْز َو َمُظ َع َبَلَط ٍّد ِخ
Contoh:
ْبَب , ُب ,ِب , َب. 70 (3) Al-Syiddah (ةدشلا)
Menurut bahasa artinya kuat. Maksudnya adalah apabila diucapkan atau dimatikan suaranya bertahan atau
69 Ibid., 92.
70 Ibid., 92.
berhenti. Huruf-hurufnya ada delapan yang terkumpul dalam kalimat:
ْتَكَب ِطَق ْد ِجَا Contoh:
ْجَب ,ُج ,ِج ,َج . 71 (4) Al-Rikhwah (ةوخرلا)
Menurut bahasa artinya lunak atau kendor.
Maksudnya adalah huruf apabila diucapkan atau dimatikan suaranya terlepas atau masih berjalan beserta huruf itu.
Huruf-hurufnya adalah semua huruf selain syiddah dan huruf-huruf tawassuth. Huruf-hurufnya terkumpul dalam kalimat:
ِه اَس َي َز ِص ْوُش ِّضَف َّظَح َّثَغ ْذُخ Contoh:
ِغ َغ
ْغَب ُغ – ْخَب ُخ ِخ ُخ. 72 (5) Al-Tawassuth (طسوتلا)
Menurut bahasa ialah tengah-tengah, yaitu huruf apabila diucapkan atau dimatikan suaranya antara tertahan dan terlepas. Yakni antara syiddah dan rikhwah. Huruf- hurufnya dirumuskan dalam kalimat:
ْرَمُع ْنَمِل
71 Ibid., 92.
72 Ibid., 92.
Contoh:
ْنَن ُن ِن َن - ْلَب ُل ِل َل . 73 (6) Al-Isti’la (ءلاعتسلاا)
Menurut bahasa berarti naik atau terangkat.
Maksudnya adalah ketiksmengucapkan huruf, lidah terangkat (naik) ke atas langit-langit mulut. Huruf-hurufnya ada tujuh yang terkumpul dalam kalimat:
ْظِق ٍطْغَض ِّصُخ Contoh:
, ُص , ِص , َص ْصَب . 74 (7) Al-Istifaaal (لافتسلاا)
Menurut bahasa artinya turun atau ke bawah.
Maksdunya adalah ketika mengucapkan huruf, lidah turun ke dasar mulutnya. Huruf-hurufnya adalah semua huruf selain huruf-huruf isti’laa. Tiap-tiap huruf Istifaaal selalu disertai dengan suara tipis (قْيِق ْرَت = tarqiq). Huruf-hurufnya terkumpul dalam kalimat:
َتَبَثاَكَش َّلَس ْذِا هَف ْرَحُدِّوَجُي ْنَم ُّزِع Contoh:
ْثَب , ُث ,ِث , َث . 75
73 Ibid., 92.
74 Ibid., 92.
75 Ibid., 92.
(8) Al-Ithbaaq (قابطلاا)
Menurut bahasa artinya melekat. Maksudnya adalah lidah melekat pada langit-langit mulut ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya ada empat, yaitu:
ظ - ط - ض - ص Contoh:
ْطَب ,ُط ,ِط ,َط . 76 (9) Al-Infitaah (حاتفنلاا)
Menurut bahasa artinya terbuka. Maksudnya adalah lidah merenggang dari langit-langit mulut ketika mengucapkan huruf.adapun huruf-hurufnya adalah ialah semua huruf-huruf selain huruf-huruf ithbaaq. Huruf- hurufnya terkumpul dalam kalimat:
ْنَمٍثْيَغ ُب ْرُش ُهَل ٌّقَح اَك َزَف ًةَعَس َدَج َو َذَخَا Contoh:
ْشَب , ُش , ِش , َش . 77 (10) Al-Idzlaaq (قلاذلاا)
Menurut bahasa artinya ujung. Maksudnya adalah huruf-huruf yang keluar dari lidah atau ujung bibir, karena itu cepat terucapkan. Huruf-hurufnya ialah:
ِّبُل ْنِم َّرِف
76 Ibid., 93
77 Ibid., 93
Contoh:
ْرَب , ُر , ِر , َر . 78 (11) Al-Ishmaat (تامصلاا)
Menurut bahasa artinya menahan atau diam.
Maksudnya ialah lawan daripada sifat idzlaq. Yaitu huruf- huruf yang tidak bertempat di ujung lidah atau ujung bibir.
Huruf-huruf ini agak lamban atau kurang cepat ketika terucapkan dibanding dengan huruf-huruf idzlaq. Huruf- hurufnya terkumpul dalam kalimat:
َكُّضُحَي هَظَع َو ْذِا ٍةَقِث َّدص ٍط ِخ اَس ٍّشِغ ُّزَج Contoh:
ْقَب ,ُق ,ِق ,َق . 79
b) Sifat-sifat yang tidak berlawanan (1) Al-shafiir (ريفصلا)
Menurut bahasa berarti siul atau seruit. Maksudnya adalah huruf-huruf yang mempunyai suara seruit bagaikan siul burung atau belalang. Huruf-hurufnya adalah:
س - ز - ص Contoh:
َنْيِقِد اَص . 80
78 Ibid., 93.
79 Ibid., 93.
80 Faisol, Cara Belajar Ilmu Tajwid, 22.
(2) Al-Qalqalah (هلقاقلا)
Menurut bahasa artinya goncang. Yaitu huruf aabila diucapkan terjadi goncongan pada makhrajnya sehingga terdengar pantulan suara yang kuat. Huruf-hurufnya terkumpul dalam kalimat:
ٍدَج ُبْطَق Contoh:
َدَم َّصلا ّللَّا . 81 (3) Al-Laiin (نيللا)
Menurut bahasa artinya lunak. Yaitu mengeluarkan huruf secara lunak tanpa paksaan. Yaitu sifat dari pada huruf و dan ي yang mati dan jatuh setelah fathah.
Contoh:
ْوَأ, يَأ . 82 (4) Al-Inhiraaf (فارهنلاا)
Menurut bahasa artinya condong. Yaitu condongnya huruf dari makhrajnya sendiri kepada makhraj lain, yaitu sifatnya huruf:
ر - ل Contoh:
ٍع ْر َزَك . 83
81 Ibid., 23.
82 Ibid., 23.
83 Ibid., 23.
(5) Al-Takriir (ريركتلا)
Menurut bahasa artinya mengulang-ulang.
Maksudnya ialah ujung lidah bergetar ketika mengucapkan huruf ر, akan tetapi yang dimaksud ialah jika mengucapkan Ra’ (ر) supaya ujung lidahnya tidak terlalu banyak bergetar.
Contoh:
َّر ِب . 84
(6) Al-Tafasysyiy (ىشفتلا)
Menurut bahasa artinya meluas atau tersebar.
Maksudnya adalah meratanya angin dalam mulut ketika mengucapkan huruf ش hingga bersambung dengan makhraj ظ.
Contoh:
ُسْم َّشل َا . 85
(7) Al-Istithaalah (ةلاطتسلاا)
Menurut bahasa artinya memanjang. Yaitu memanjangnya suara ض dari permulaan tepi lidah hingga penghabisan lidah (bersambung dengan makhraj lam).
Contoh:
اَمُهَل ْض ِفْخا َو . 86
84 Ibid., 23.
85 Ibid., 24.
86 Ibid., 24
(8) Al-Ghunnah (هنغلا)
Menurut bahasa artinya dengung. Yaitu suara dengung yang enak dalam hidung yang tersusun dalam huruf م – ن baik hidup maupun mati yang idzhar, ikhfa’, atau idgham. Ghunnah adalah sifat yang tetap bagi kedua huruf ini. Hanya saja waktu tasydid lebih kuat dari waktu idgham, waktu idgham lebih kuat dari waktu sukun, sedangkan waktu sukun lebih kuat dari waktu hidup.
Contoh:
اَمًّنِا . 87
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan yang dimaksud peneliti adalah membaca al-Qur’an dengan huruf hijaiyah yang meliputi hijaiyah tunggal, hijaiyah berangkai dua, tiga, makharijul huruf, dan sifat-sifat huruf diberikan pada jilid ke-berapa pada buku at-tanzil.
b. Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Ilmu Tajwid
Tajwid menurut bahasa (etimologis) adalah “memperindah sesuatu”. Sedangkan menurut istilah (terminologis) ilmu tajwid adalah
“memberikan kepada semua huruf akan haknya baik berupa sifat, mad, dan lain sebagainya seperti bacaan tarqiq dan tafkhim”. Tujuan belajar tajwid adalah “untuk memperbaiki dalam pengucapan lafadz-lafadz Al-
87 Ibid., 24
Qur’an dari apa (sesuai) yang sudah diberikan Nabi Muhammad SAW secara fasih”.88
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah “hukumnya fardhu kifayah, tetapi waktu mengamalkan atau membaca Al-Qur’an maka hukumnya menjadi wajib ‘ain bagi orang-orang Islam laki-laki dan wanita yang mukallaf”. Ulama’ tajwid memberikan hukum di atas berdasarkan firman Allah dalam surat al-Muzzammil ayat 4 sebagai berikut:
...
Artinya: “... dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (sesuai ilmu tajwid)” (Q.S AL-Muzzammil: 4)89
Menurut Sayyidina Ali r.a pengertian tartil adalah:
ديوجت فوقولا ةفرعمو فورحلا Artinya: “Membaguskan pengucapan huruf serta mengerti tempat-
tempat waqaf”.90
1) Hukum-hukum Bacaan Ilmu Tajwid a) Nun Tasydid dan Mim Tasydid
Apabila ada huruf nun yang bertasydid atau mim yang bertasydid maka wajib dibaca ghunnah (mendengung), sedang lama ghunnahnya adalah 1 alif atau 2 harakat.
88 Syafruddin Edi Wibowo, Buku Ajar Studi Al-Qur’an, 75.
89 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an per Kata, 518.
90 Syafruddin Edi Wibowo, Buku Ajar Studi Al-Qur’an,76.
Contoh:
اَّنِكَل َو – اَّمَلَف . 91 b) Huruf Tebal dan Tipis
Huruf lam (ل) dan huruf ra’ (ر) ada yang dibaca tebal (ميخفت) dan ada pula yang dibaca tipis (قيقرت). Sedangkan ra’ (ر) ada yang boleh keduanya; dibaca tipis dan dibaca tebal.
(1) Lam dibaca Tebal/ةمخفملا ملا
a) Lam (ل) yang terdapat pada lafadz jalalah (الله) harus dibaca tebal (ميخفت) dengan cara mengangkat semua lidah dan menekannya ke langit-langit atas sambil menekankan suara yang cukup kuat.
b) Lam (ل) yang terdapat pada lafadz jalalah (الله) harus dibaca tebal (ميخفت) bila didahului huruf yang berharakat fathah ( ََ) atau berharakat dhommah ( َُ)
Contoh:
ُ ّللّا َل ْوُس َر – ّللّاَد ِهَش . 92 (2) Lam dibaca Tipis/ ةفقرملا ملا
Lam (ل) yang terdapat dalam semua perkataan bahasa Arab selain perkataan jalalah (الله) harus dibaca tipis (قيقرت).
91 Ibid., 76.
92 Faisol, Cara Belajar Ilmu Tajwid, 72.
Contoh:
هَل ْنَكَي ْمَل َو – ْي ِذَّلَا . 93 (3) Ra’ dibaca Tebal/ةمخفملا ءرلا
(a) Ra’ (ر) berharakat fathah ( ََ) atau berharakat dhommah ( َُ) atau berharakat dhommatain ( ٌَ)
Contoh:
ا ًرْي ِفَك – قَلَفْلا ِّب َر
(b) Ra’sukun ( ْر) sedang huruf yang sebelumnya berharakat fathah ( ََ) atau berharakat dhommah ( َُ).
Contoh:
ْمُت ْر ُز – اوُلِس ْرُا
(c) Ra’sukun ( ْر) sedang huruf yang sebelumnya berharakat kasroh ( َِ) yang tidak asli perkataan Arab.
Contoh:
ا ْوُع ِج ْرِا - اَنْمَح ْرِا
(d) Ra’sukun ( ْر) sedang huruf yang sebelumnya berharakat kasroh ( َِ) asli, sesudah ra’ (ر) itu berupa huruf isti’la’ (ءلاعتسا), yaitu:
Khaa’(خ), shaad (ص), dhaad (ض), ghain (غ), thaa’
(ط), qaaf (ق), dan dhaa’(ظ)
93 Ibid., 73.