1. Dalam perkara perdata, beban pembuktian (onus probandi) biasanya ada pada pihak yang mengajukan tuntutan atau eksepsi. Secara umum, penggugat atau pihak yang menuntut harus membuktikan fakta yang menjadi dasar tuntutannya, sedangkan tergugat atau pihak yang diuntungkan dari keberlanjutan status quo biasanya tidak diwajibkan membuktikan kebenaran klaim mereka.
Berdasarkan pasal 1866 KUH Perdata/pasal 164 HIR, alat bukti yang diakui dalam perkara perdata terdiri dari;
a. Bukti Tulisan: Dokumen tertulis seperti kontrak, surat, atau bukti lain yang tertulis.
b. Bukti Saksi: Kesaksian lisan dari individu yang memiliki pengetahuan langsung atau tidak langsung tentang perkara tersebut.
c. Bukti Keterangan Ahli: Pernyataan dari seseorang yang memiliki pengetahuan khusus atau keahlian di bidang tertentu yang relevan dengan perkara.
d. Bukti Pengakuan: Pengakuan atau pernyataan pihak yang bersangkutan mengenai suatu fakta.
e. Bukti Replikasi: Barang atau objek fisik yang dihadirkan sebagai bukti.
Pihak yang memegang bukti harus menyajikannya secara jelas dan meyakinkan. Mahkamah juga dapat mengakui bukti elektronik, rekaman, dan bukti lain yang sesuai dengan hukum yang berlaku. Penting untuk mengingat bahwa prinsip pembuktian dapat bervariasi berdasarkan yurisdiksi dan hukum yang berlaku dalam suatu negara.
Unus testis nullus testis merupakan sebuah adagium yang artinya "satu saksi tidak ada saksi", bahwa untuk membuktikan suatu fakta atau kebenaran di pengadilan, butuh setidaknya minimal 2 bukti atau 2 saksi untuk mendukung klaim tersebut. Adagium ini di aplikasikan dalam peradilan di Indonesia, sebagaiman yang tercantum dalam Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang berbunyi:
Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
2. Jenis gugatan yang dapat digunakan adalah gugatan Class Action karena kedudukan si pengacara adalah mewakili kepentingan Masyarakat yang menjadi korban keracunan obat sirup. Gugatan yang digunakan adalah gugatan Class Action karena gugatan ini merupakan di mana satu atau lebih penggugat mengajukan gugatan atas nama kelompok yang lebih besar. Setiap hasil dari gugatan class action setelah biaya hukum, baik melalui putusan atau penyelesaian, ada pembagian di antara semua anggota kelompok.
3.
A. Upaya Hukum Biasa
Setelah hakim tingkat pertama mengeluarkan putusannya, kuasa hukum dapat mengajukan upaya hukum banding selagi putusan tersebut belum berkekuatan hukum tetap (inkrah), artinya sebelum 14 hari semenjak dibacakannya putusan pengadilan tingkat pertama. Jika kuasa hukum ingin mengajukan banding dapat datang ke pengadilan tingkat pertama yang memutus perkaranya dan mendatangi meja administrasi untuk mengutarakan keinginannya melakukan banding.
Setelah kuasa hukum mendaftarkan perkaranya kepada tingkat banding dan sudah di registrasi oleh panitera maka kuasa hukum menyiapkan memori banding untuk kemudian di serahkan kepada panitera. Kemudian
panitera akan memberitahukan pihak terbanding bahwasannya pihak yang kalah mengajukan upaya banding. Setelah itu, pihak terbanding akan mengajukan kontra memori banding.
Selanjutnya Hakim tingkat banding akan menyelesaikan perkara paling lambat 3 bulan. Dalam perkara banding, hakim masih menggunakan judex fictie.
Jika pada perkara banding kuasa hukum masih kalah, maka si kuasa hukum dapat mengajukan kasasi lalu permohonan kasasi di ajukan kepada panitera selambat- lambatnya dalam waktu 14 hari sesudah putusan diberitahukan oleh hakim. Dan selanjutnya, panitera akan membuat akta permohonan kasasi. Pengadilan yang berwenang itu menyelesaikan perkara tingkat kasasi adalah Mahkamah Agung menggunakan judex juris.
Permohonan kasasi wajib menyampaikan memori kasasi maksimal 14 hari sesudah pernyataan kasasi diterima oleh panitera pengadilan negri. Putusan kasasi dapat diterima maksimal 30 hari.
B. Upaya Hukum Luar Biasa
Dapat dilakukan oleh kuasa hukum terhadap putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap dengan tidak menghentikan eksekusi pada putusan tersebut. Adapun upaya hukum luar biasa yang dapat di tempuh oleh kuasa hukum adalah Peninjauan Kembali (PK).
Permohonan PK dapat di ajukan jika ditemukannya hal- hal sebagai berikut;
a. Adanya suatu kebohongan, tipu muslihat atau bukti-bukti palsu.
b. Adanya bukti baru (Novum).
c. Adanya putusan hakim yang mengabulkan suatu hal yg tidak dituntut dalam gugatan.
d. Adanya kenyataan bahwa putusan itu mengandung suatu kekeliruan yang nyata.
Syarat pengajuan PK diatas dapat diajukan dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak diketahui. Terhitung selama 14 hari kerja sejak ketua pengadilan negeri yang memeriksa perkaranya menerima permohonan peninjauan kembali, pihak panitera berkewajiban menyampaikan salinan permohonan peninjauan kembali kepada pihak lawannya.
Pihak lawan yang akan mengajukan jawaban atau permohonan peninjauan kembali, hendaknya diajukan dalam tempo selama 30 hari. Jika jangka waktu tersebut terlampaui, permohonan peninjauan kembali segera dikirimkan ke Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Berdasarkan Pasal 129 ayat (1) atau Pasal 83 Rv upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan verstek adalah perlawanan atau verzet. Yang berhak mengajukan permohonan penolakan (verzet) hanya tergugat, sedang kepada Penggugat tidak diberikan hak mengajukan penolakan, Sebagaimana yang di atur dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 524K/Sip/1975 tanggal 28 Pebruari 1980 Yurisprudensi Mahkamah Agung Tahun 1979. Menurut pasal 129 ayat (2) HIR tenggang waktu untuk mengajukan perlawanan (verzet) adalah 14 hari terhitung dari tanggal pemberitahuan putusan verstek oleh Jurusita Pengganti kepada tergugat atau kuasanya. Namun apabila putusan Verstek tidak disampaikan kepada tergugat,
maka verzet masih bisa diajukan sampai hari ke 8 (delapan) sesudah aanmaning. apabila tengang waktu tersebut telah habis, maka Gugurlah hak tergugat untuk mengajukan verzet. Lalu verzet diajukan kepada Pengadilan Negri yang memutus perkara verstek. Perlawanan terhadap verstek bukan perkara baru, melainkan berupa bantahan yang diajukan kepada ketidakbenaran dalil gugatan dengan alasan verstek yang dianggap keliru dan tidak benar.
4. Sita jaminan dilakukan atas perintah Hakim / Ketua Majelis sebelum atau selama proses pemeriksaan berlangsung dan untuk penyitaan tersebut Hakim / Ketua Majelis membuat surat penetapan. Penyitaan dilaksanakan oleh Panitera Pengadilan Negeri / Juru Sita dengan dua orang pegawai pengadilan sebagai saksi.
Ada dua macam sita jaminan, yaitu sita jaminan terhadap barang milik tergugat (conservatoir beslag) dan sita jaminan terhadap barang milik penggugat (revindicatoir beslag) (Pasal 227, 226 HIR. Pasal 261, 260 RBg.).
Permohonan agar dilakukan sita jaminan, baik itu sita conservatoir atau sita revindicatoir, harus dimusyawarahkan Majelis Hakim dengan seksama, apabila permohonan tersebut cukup beralasan dan dapat dikabulkan maka Ketua Majelis membuat penetapan sita jaminan. Sita jaminan dilakukan oleh Panitera / Jurusita yang bersangkutan dengan disertai dua orang pegawai Pengadilan Negeri sebagai saksi.
Sebelum menetapkan permohonan sita jaminan Ketua Pengadilan / Majelis wajib terlebih dahulu mendengar pihak tergugat.
Dalam mengabulkan permohonan sita jaminan, Hakim wajib memperhatikan :
a. Penyitaan hanya dilakukan terhadap barang milik tergugat (atau dalam hal sita revindicatoir terhadap barang bergerak tertentu milik penggugat yang ada di tangan tergugat yang dimaksud dalam surat gugat), setelah terlebih dahulu mendengar keterangan pihak tergugat (lihat Pasal 227 ayat (2) HIR/Pasal 261 ayat (2) RBg.).
b. Apabila yang disita adalah sebidang tanah, dengan atau tanpa rumah, maka berita acara penyitaan harus didaftarkan sesuai ketentuan dalam Pasal 227 (3) jo Pasal 198 dan Pasal 199 HIR atau pasal 261 jo pasal 213 dan Pasal 214.
c. Dalam hal tanah yang disita sudah terdaftar / bersertifikat, penyitaan harus didaftarkan di Badan Pertanahan Nasional. Dan dalam hal tanah yang disita belum terdaftar / belum bersertifikat, penyitaan harus didaftarkan di Kelurahan. Tindakan tersita yang bertentangan dengan larangan tersebut adalah batal demi hukum.
d. Barang yang disita ini, meskipun jelas adalah milik penggugat yang disita dengan sita revindicatoir, harus tetap dipegang / dikuasai oleh tersita. Barang yang disita tidak dapat dititipkan kepada Lurah atau kepada Penggugat atau membawa barang itu untuk di simpan di gedung Pengadilan Negeri.
Apabila telah dilakukan sita jarninan dan kemudian tercapai perdamaian antara kedua belah pihak yang berperkara, maka sita jaminan harus diangkat.
Macam-macam sita:
1. Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) Sita jaminan merupakan sita yang diletakkan terhadap benda-benda milik tergugat, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, yang dijadikan jaminan untuk pelunasan utang atau pemenuhan prestasi. Persyaratan dilakukannya sita jaminan adalah terdapat sangka yang beralasan bahwa tergugat memiliki niat untuk menggelapkan atau melarikan barang-barangnya.
Berdasarkan Pasal 227 HIR dan Pasal 261 RBg, sita jaminan dapat dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri berdasarkan permintaan penggugat.
2. Sita Revindikasi (Revindicatoir Beslag) Sita revindikasi ialah sita yang dimohonkan oleh pemilik suatu benda bergerak terhadap bendanya yang berada dalam penguasaan tergugat atau pihak lain. Ketentuan terkait sita revindikasi tercantum dalam Pasal 226 HIR dan Pasal 714 Rv. Permohonan atas sita revindikasi diajukan kepada pengadilan negeri di tempat orang yang menguasai benda tersebut berdomisili. Untuk mengajukan permohonan ini, barang yang diminta untuk diletakkan di bawah sita harus berada di bawah penguasaan tanpa hak. Selain itu, dalam surat permohonan harus dijelaskan secara rinci mengenai identitas barang, seperti jenis, ukuran, jumlah, dan sebagainya.
3. Sita Marital (Maritaal Beslag) Sita marital merupakan sita yang dimohonkan oleh pihak istri terhadap harta perkawinan, baik yang berbentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, dalam rangka menjamin agar barang tersebut tidak dialihkan atau diasingkan oleh sang suami selama proses perceraian berlangsung.
Pada dasarnya, sita marital bertujuan untuk menjamin agar setelah proses perceraian selesai pihak isteri tetap mendapat harta yang menjadi bagiannya.
4. 4.Sita Eksekusi (Executoir Beslag) Sita eksekusi adalah sita yang dilakukan terhadap barang-barang yang tidak dapat dieksekusi secara langsung dan tercantum dalam amar putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Biasanya, sita eksekusi hanya menyangkut jaminan pelunasan utang atau pemenuhan prestasi. Apabila sebelumnya telah diletakkan sita jaminan terhadap suatu benda, maka tahap sita eksekusi dengan sendirinya dikecualikan dan dihapuskan menurut hukum, dikarenakan sita jaminan otomatis beralih menjadi sita eksekusi pada saat perkara yang bersangkutan telah diputus.
Ketentuan mengenai sita eksekusi ini diatur Pasal 208 RBg. Setelah putusan berkekuatan hukum tetap, pihak yang kalah harus melaksanakan isi putusan secara suka rela. Namun, jika pihak yang kalah tidak mrnjalankan putusan secara sukarela maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi.
Selanjutnya, ketua PN mengeluarkan penetapan peringatan eksekusi/aanmaning selanjutnya pihak tergugat akan dipanggil oleh ketua pengadilan untuk di peringatkan terkait pelaksanaan putusan. Setelah proses Aanmaning selesai (8 hari) dan pihak yang kalah belum juga melaksanakan putusan maka ketua PN dapat melakukan eksekusi dengan di dampingi aparat dan panitera.
5. SURAT GUGATAN
Bogor, 26 Juni 2023
Kepada, Yth:
Ketua Pengadilan Negeri Cibinong Di -
Tempat
Perihal : Perbuatan Melawan Hukum Dengan Hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Ananda Khalaisya, SH.
2. Chika Siti Puspita Hana, SH.
Masing-masing adalah Advokat/Penasihat Hukum yang beralamat kantor di Jl. Puri Indah Kec. Cibinong Kab. Bogor, Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Surat Kuasa Khusus, tertanggal 26 Juni 2023. Bertindak untuk dan atas nama kepentingan hukum Pemberi Kuasa/Klien kami:
Nama : Soleh dan Wasis
Alamat : Jl. Sentiong, Jakarta Pusat
Selanjutnya mohon disebut sebagai...Penggugat;
Dengan ini Penggugat hendak mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri Cibinong, terhadap:
Nama : Aci dan Amir
Alamat : Kebun Waru, Kab.Bogor
Selanjutnya mohon disebut sebagai...Tergugat;
Adapun dalil/alasan-alasan Penggugat untuk mengajukan gugatan ini adalah sebagai berikut:
1. Bahwa benar Soleh selaku pemilik tanah menjual tanahnya kepada Wasis dengan Sertifikat No.821/Jaksel seluas 2000m² yang beralamat di Jl. Kebun Melati 2, Cipulir, Jakarta Selatan.
2. Sertifikat Soleh tersebut masih dalam penguasaan Aci. Hal ini dikarenakan Soleh memiliki Hutang kepada Aci sebesar Rp. 1.000.000.000,-
3. Jika Soleh tidak membayar hutangnya kepada Aci dalam kurung waktu 1 tahun, maka Sertifikat No.821/Jaksel berpindah kepemilikannya kepada Aci.
4. Pada saat jatuh tempo, Soleh tidak dapat membayar hutagnya kepada Aci. Namun, Soleh akan menebus hutangnya kepada Aci dengan cara menjual tanahnya kepada Aci seharga Rp. 2.000.000.000,-
5. Sertifikat tanah tersebut yang sebelumnya di kuasi oleh Aci sudah digadaikan kepada Amir dengan harga Rp.
1.200.000.000,-
6. Saat ini Sertifikat tersebut dikuasai oleh Amir.
7. Bahwa terkait dengan pengertian Perbuatan Melawan Hukum dihubungkan dengan perbuatan tergugat yang telah menggadaikan Sertifikat tanah milik Soleh yang dengan hal itu telah berhasil melakukan tindakan dan perbuatan yang menimbulkan kerugian terhadap penggugat.
Bahwa dalam kenyataannya dalam perkara aquo tergugat telah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum yang sangat merugikan penggugat. Berdasarkan dalil/alasan-alasan tersebut di atas, maka Penggugat memohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Cibinong kiranya dapat berkenan memanggil para pihak yang berperkara untuk diperiksa, didengar dan diadili yang untuk selanjutnya dapat memutuskan perkara-perkara ini dengan amarnya sebagai berikut:
PRIMAIR
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian terhadap penggugat;
3. Menyatakan Jual Beli antara Aci dan Amir tidak sah dan mengembalikan Sertifikat tanah tersebut kepada Soleh (Penggugat);
4. Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya perkara yang timbul dalma perkara ini;
5. Untuk mencegah Tergugat melakukan Hal-hal lain, maka kami meminta Hakim untuk melakukan Sita Jaminan terhadap objek sengketa;
6. Menghukum dan memerintahkan terhadap tergugat untuk tunduk dan patuh pada putusan Pengadilan Negeri Cibinong.
SUBSIDAIR
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cibinong yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono);
Atas perhatian dan kebijaksanaanya kami ucapkan Terima Kasih.
Hormat kami,
KUASA HUKUM PENGGUGAT
Ananda Khalaisya, S.H. Chika Hana, S.H.