• Tidak ada hasil yang ditemukan

alih fungsi lahan pertanian menjadi tambak lele

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "alih fungsi lahan pertanian menjadi tambak lele"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI TAMBAK LELE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT DESA MUSTOKOHARJO, KABUPATEN PATI,

TAHUN 1995-2010

Proposal Skripsi

Diajukan untuk menempuh ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sejarah

Disusun oleh:

Riyan Sanjaya 13030110130042

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2017

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SEKRIPSI

Dengan ini saya, Riyan Sanjaya, menyatakan bahwa karya ilmiah skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan baik Strata Satu (S1), Strata Dua (S2), maupun Strata Tiga (S3) pada Universitas Diponegoro maupun perguruan tinggi lain.

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari penulis baik yang dipublikasikan maupun tidak telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari karya ilmiah skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya pribadi sebagai penulis.

Semarang, Agustus 2017 Penulis,

Riyan Sanjaya

NIM 13030110130042

(3)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

"Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah"

-Lessing-

"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak”

- Aldus Huxley -

Dipersembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta, kakakku tersayang, masyarakat Desa Mustokoharjo, Pati.

Keluarga Besar, dan segenap Civitas Akademika Universitas Diponegoro

(4)

Disetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Alamsyah, M. Hum.

NIP 19721119199802

(5)

Skripsi dengan judul Alih Fungsi Lahan Pertanian Jadi Tambak Lele dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Mustokoharjo, Kabupaten Pati, tahun 1995-2010 yang disusun oleh Riyan Sanjaya (13030130042) telah diterima dan disahkan oleh panitia ujian skripsi program Strata-1 Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro pada hari

Ketua, Anggota I,

Prof. Dr. Yety Rochwulaningsih., M. Si. Dr. Alamsyah, M. Hum.

NIP 196106051986032001 NIP NIP 19721119199802

Anggota II, Anggota III,

Dr. Haryono Rinardi, M. Hum. Dra. Sri Indrahti, M. Hum.

NIP 196703111993931004 NIP 196602151991032001

Mengesahkan, Dekan,

Dr. Redyanto Noor, M.Hum.

NIP 195903071986031002

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, serta telah senantiasa melimpahkan rezeki dan kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Alih Fungsi Lahan Pertanian Jadi Tambak Lele dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Mustokoharjo, Kabupaten Pati, tahun 1995-2010”. Skripsi ini disusun untuk menempuh ujian strata 1 pada Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil studi dan penelitian dalam bidang ilmu sejarah. Selama proses penulisan skripsi ini terdapat berbagai hambatan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan berbagai pihak, baik berupa bimbingan, bantuan materi maupun spiritual kepada:

1. Kedua orang tua dan kakak yang telah sabar, serta tak henti-hentinya selalu memberi dukungan, mengingatkan dan menguatkan. Tidak hanya dukungan materil namun juga dukungan moril.

2. Dr. Alamsyah, M.Hum. selaku dosen pembibing yang telah sabar dalam memberikan arahan selama proses penulisan skripsi hingga akhirnya tersusun menjadi sebuah karya ilmiah.

3. Dra. Sri Indrahti, M. Hum. selaku dosen wali yang telah bersedia memberikan nasihat serta memperhatikan perkembangan kemajuan akademik penulis.

4. Prof. Dr. Yety Rochwulaningsih., M. Si., Dra. Sri Indrahti, M. Hum., dan Dr.

Haryono Rinardi, M. Hum. selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji saya, saat Komprehensif dan juga sidang skripsi.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya yang telah sudi berbagi ilmu selama proses perkuliahan.

(7)

6. Seluruh staf TU, perpustakaan Departemen Sejarah, dan perpustakaan UNDIP yang telah membantu kelancaran akademik serta kelancaran studi pustaka.

7. Seluruh Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Pusat Statistik, Kesatuan Bangsa dan Politik (KesBangPol), Bappeda, dan Balai Desa Mustokoharjo yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk melakukan penelitian guna mengumpulkan data sebagai sumber penulisan, serta telah membantu penulis dalam mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan apa yang sedang penulis bahas.

8. Teman-teman jurusan sejarah, Risda, Bang Jon, Fadil, Galuh, Cepe, Azka, Pak Guru Doel, Arif, Sayaf dan semua teman-teman jurusan sejarah yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

9. Pasukan Sriyono Kingdom, Sugeng Noob, Iwancuk, Wawan Cesar, Satya, Justin, Aburame, Bang Firdaus, Baron, Amat, dan Ilmar yang telah memberikan tempat untuk saya berbagi cerita, canda dan tawa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Tidak ada hal lain yang penulis harapkan selain kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan penulisan skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan.

Semarang, Agustus 2017

Riyan Sanjaya

(8)

DAFTAR ISI

Halaman:

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii

HALAMAN MOTO DAN PERSEBAHAN iii

HALAMAN PERSETUJUAN iv

HALAMAN PENGESAHAN v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR SINGKATAN x

DAFTAR ISTILAH xii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR TABEL xvi

RINGKASAN xvii

SUMMARY xviii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang dan Permasalahan 1

B. Ruang Lingkup 4

C. Tujuan Penelitian 6

D. Tinjauan Pustaka 6

E. Kerangka Pemikiran 11

F. Metode Penelitian 15

G. Sistematika Penulisan 18

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUSTOKOHARJO TAHUN

1995-2010 20

A. Kondisi Geografis 20

B. Kondisi Demografis 24

C. Kondisi Sosial Ekonomi 26

D. Kondisi Sosial Budaya 34

(9)

BAB III PERKEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK LELE DESA MUSTOKOHARJO TAHUN 1995 – 2010 40 A. Peralihan Dari Pertanian Menjadi Tambak Lele 40

B. Perkembangan Budidaya Tambak Lele 43

C. Proses Produksi Budidaya Tambak Lele 47

1. Lahan 47

2. Modal dan Pemasaran 50

3. Transoprtasi 54

D. Faktor Pendukung dan Penghambat 55

1. Faktor Pendukung 55

Faktor Internal 55

a. Sumber Daya Manusia 55

b. Kesejahteraan Berkelanjutan 56

Faktor Eksternal 57

a. Kebijakan Pemerintah 57

b. Sistem Kemitraan 61

2. Faktor Penghambat 61

Faktor Internal 61

a. Masalah Pakan Lele 61

Faktor Eksternal 63

a. Kegagalan Panen dan Serangan Hama 63

BAB IV DAMPAK BUDIDAYA IKAN LELE TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA MUSTOKOHARJO TAHUN 1995-2010 65

A. Dampak Ekonomi 66

1. Usaha Penggilingan Ikan 73

2. Produk Olahan Lele 75

a. Olahan Lele 77

b. Olahan Limbah Lele 79

B. Dampak Sosial 79

C. Dampak Lingkungan 82

BAB V SIMPULAN 88

DAFTAR PUSTAKA 90

DAFTAR INFORMAN 97

DAFTAR LAMPIRAN 100

(10)

DAFTAR SINGKATAN

BBP4B : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi BPS : Badan Pusat Statistik

DKP : Dinas Kelautan dan Perikanan

Ha : Hektare

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kg : Kilogram

KIK : Kredit Investasi Kecil

KKP : Kementrian Kelautan dan Perikanan

Km : Kilometer

KMKP : Kredit Modal Kerja Permanen PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNS : Pegawai Negeri Sipil

Pokkdakan : Kelompok Budidaya Ikan

Pokwasmas : Kelompok Pengawas Masyarakat PPI : Pangkalan Pendaratan Ikan PRA : Participatory Rural Appraisal PRASASTI

MINA

: Program Rintisan dan Akselerasi Sosialisasi Teknologi Inovasi Kelautan dan Perikanan

RI : Republik Indonesia

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SD : Sekolah Dasar

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMU : Sekolah Menengah Umum

(11)

Th : Tahun

TPI : Tempat Pelelangan Ikan

UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UU : Undang-undang

ZEE : Zona Ekonomi Ekslusif

(12)

DAFTAR ISTILAH

Agroinput : Bagian dari konsep agribisnis pertanian yang mencakup sub sistem agroindustri hulu (agroinput), agroindustri hilir (pengolah hasil-hasil pertanian), kegiatan pemasaran (termasuk angkutan dan pergudangan), dan kegiatan-kegiatan penunjang (keuangan/perbankan, penelitian. pendidikan/penyuluhan, dan lain-lain)

Akuakultur : Kegiatan untuk memproduksi biota (organisme ) akuatik dilingkungan terkontrol dalam rangka mendapat keuntungan (profit)

Bakul : Seseorang yang berprofesi sebagai penjual di pasar Bali Ndeso Mbangun

Deso

: Konsep untuk mengarahkan kembali orientasi pembangunan ke pedesaan yang bersifat menyeluruh, terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia, alam, lingkungan, sosial, budaya, politik dan kewilayahan

Bandar ikan : Seseorang yang menampung hasil ikan dari petani tambak yang dimaksudkan untuk mendapat harga yang lebih rendah

Bandar pasar : Seseorang yang memiliki pengaruh dalam rantai ekonomi di dalam sebuah pasar

Change : Perubahan atau berubah

Cold Storage : Sebuah ruangan yang akan dirancang khusus dengan kondisi suhu tertentu dan akan digunakan untuk menyimpan berbagai macam produk dengan tujuan untuk mempertahankan kesegarannya.

(13)

Crustacea : Suatu kelas hewan yang kepala dan tubuhnya tertutup lapisan rangka luar (eksoskeleton)

Deep frying : Cara memasak bahan makanan dengan menggunakan oven tanpa menggunakan minyak atau air

Degradasi : Proses di mana kondisi lingkungan biofisik berubah akibat aktivitas manusia terhadap suatu lahan

Diversifikasi : Usaha Penganekaragaman Produk

Efek Domino : Sebuah metafora dari sebuah kejadian beruntun dan berkaitan akibat dua peristiwa atau lebih

Foot sealer : Alat yang digunakan untuk melakukan pengemasan produk dengan menggunakan pijakan kaki

Hand sealer : Alay yang digunakan untuk merekatkan plastik dengan menggunakan sistem pemanas elektrik

Hinterland : Suatu daerah yang berfungsi sebagai pemasok dan pemenuhan kebutuhan bahan makanan pokok serta tempat produksi komoditi eksport

Inovasi : Suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya

Intensifikasi Tambak : Usaha Pemerintah untuk mendorong para petani tambak agar mau meningkatkan produksi udang dan bandeng di tambak, supaya pendapatan-nya meningkat, sehingga meningkat pula kesejahteraan dan taraf hidupnya

Irigasi : Usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian

Komoditas : Sesuatu benda nyatayang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama

(14)

Migrasi : Perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat yang lain, yang bertujuan untuk menetap

Minapolitan : Konsepsi pembangunan ekonomi kelautan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efesiensi berkualitas dan percepatan

Moluska : Suatu kegiatan penanganan komoditas secara komprehensif mulai dari hulu sampai hilir (pengadaan dan penyaluran minainput, proses produksi, pengolahan, dan pemasaran)

Otodidak : Belajar sendiri

Pasar domestik : Seluruh kegiatan perdagangan yang berlangsung di suatu negara di luar ekspor impor

Pengepul : Bandar-bandar kecil yang biasanya mengumpulkan atau membeli hasil produksi petani disekitar wiayahnya Rapid growth : Pertumbuhan yang terjadi dengan dalam waktu yang

cepat

Sedekah Bumi : Suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi

Simbiosis Mutualisme : Hubungan antar dua mahluk hidup berbeda yang saling menguntungkan

Tengkulak : Pedagang yang berkembang secara tradisional di Indonesia dalam membeli komoditas dari petani dengan

cara sebagai pengepul, pembeli, pialang, pedagang, pemasaran dan kadang sebagai kreditor

Value added : Nilai tambah

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Peta Kecamatan Pati 21

3.1 Industri kacang tanah Desa Mustokoharjo tahun 2010 42 3.2 Industri kacang tanah Desa Mustokoharjo tahun 2010 42 3.3 Papan nama kelompok tani Pokkdakan Mina Mandiri 45 3.4 Lumbung penyimpanan kelompok tani Lele Sejahtera 46 3.5 Lahan tambak lele Desa Mustokoharjo tahun 2010 48 3.6 Lahan tambak lele Desa Mustokoharjo tahun 2010 49 3.7 Bagan jalur pemasaran ikan lele Desa Mustokoharjo 53

4.1 Tempat penggilingan ikan Bapak Sutrisno 74

4.2 Alat penggilingan ikan tradisional 75

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel:

2.1 Luas wilayah Desa Mustokoharjo tahun 1995 dan 2010 22 2.2 Daftar tanah kas Desa Mustokoharjo Kecamatan Pati 23 2.3 Jumlah Penduduk Desa Mustokoharjo tahun 1995-2010 24 2.4 Jumlah Kepadatan Penduduk Desa Mustokoharjo tahun 1995-

2010 25

2.5 Mata pencaharian penduduk Desa Mustokoharjo 28

2.6 Penggunaan area lahan sawah Desa Mustokoharjo tahun 1995 30

2.7 32

2.8 Jumlah sekolah, guru dan murid Kecamatan Pati tahun 2010 35 2.9 Jumlah penduduk menurut agama Desa Mutokoharjo tahun

1995-2010 36

3.1 Luas lahan tambak Desa Mustokoharjo tahun 1995-2010 50 3.2 Biaya produksi kelompok tani Mina Mandiri tahun 2010 51 3.3 Harga pele di Kabupaten Pati tahun 1996-2009 62

(17)

RINGKASAN

Skripsi ini berjudul “Alih Fungsi Lahan Pertanian Jadi Tambak Lele dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Mustokoharjo, Kabupaten Pati, tahun 1995-2010”. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana proses peralihan dari pertanian sawah menjadi budidaya tambak lele, bagaimana perkembangan budidaya tambak lele dari tahun 1995-2010 serta bagaimana dampak perkembangan budidaya tambak lele bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Mustokoharjo. Penelitian menggunakan metode sejarah kritis yang terbagi ke dalam empat tahap yaitu,heuristik,pengumpulan sumber;kritik sumber, mengkritisi sumber yang telah dikumpulkan untuk mengetahui otentisitas dan kredidibilitas sumber; interpretasi, menyusun antara fakta satu dengan yang lainnya;historiografi, proses penulisan kembali peristiwa sejarah.

Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa wilayah Pati yang selama ini terkenal oleh hasil bumi berupa tanaman pangan seperti padi dan palawija, ternyata memiliki potensi lain yaitu potensi perikanan berupa perikanan tangkap dan budidaya ikan. Salah satu daerah yang mengembangkan perikanan budidaya adalah Desa Mustokoharjo. Sebelum membudiayakan lahan tambak lele, penduduknya berprofesi sebagai petani sawah. Lahan tersebut dialihkan menjadi tambak lele karena berkurangnya tingkat produktivitas lahan akibat dari limbah industri. Hal ini membuat tingkat produksi dari tanaman pangan seperti padi menurun. Sehingga, alih fungsi lahan merupakan solusi agar lahan tersebut tetap dapat digunakan.

Budidaya lele mulai dilakukan di Desa Mustokoharjo pada awal tahun 1996.

Pada awal pembudidayaannya tahun 1996 hingga 1999, respon untuk membudidayakan lele masih sangat kurang karena petani belum mengerti cara membudidayakan lele, serta kendala pemasaran. Seiring berjalannya waktu dan telah terciptanya jalur pemasaran yang baik membuat budidaya lele di Desa Mustokoharjo semakin berkembang. Hal ini terlihat dari semakin luasnya jumlah tambak budidaya lele. Perkembangan budidaya lele ini membawa pengaruh yang baik bagi kehidupan ekonomi petani, seperti tumbuhnya usaha baru tempat penggilingan ikan dan usaha olahan lele. Kegiatan budidaya tambak lele juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya, seperti peningkatan kesehatan penduduk, sektor pendidikan masyarakat yang semakin baik, usia harapan hidup, menekan kriminalitas, dan pemerataan kesejahteraan. Sesuai dengan Surat keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.41/Men/2009 Desa Mustokoharjo dijadikan sebagai kampung lele di Kabupaten Pati, karena Desa Mustokoharjo merupakan penghasil lele terbesar di wilayah Pati, Jawa Tengah.

(18)

SUMMARY

This thesis is entitled "The Transfer of Agricultural Land Function to Fishery Farm and Its Impact on Socio-Economic Life of Mustokoharjo Village, Pati Regency, 1995-2010". The problem discussed in this thesis is how the transition process from rice farming to catfish farming, how the development of catfish farming from the year 1995-2010 and how the impact of the development of catfish farming for the socio- economic life of the people of Mustokoharjo Village. The study uses a critical historical method that is divided into four stages: heuristics, source collection; Source critic, criticize the sources that have been collected to know the authenticity and credibility of the source; Interpretation, composing facts with one another;

Historiography, the process of rewriting historical events.

From the research, it is known that Pati area which has been famous by crops such as rice and palawija, has other potential that is fishery potential in the form of capture fishery and fish cultivation. One of the areas that develops aquaculture fishery is Mustokoharjo Village. Before membudiayakan catfish pond area, the inhabitants work as farmers of rice fields. The land is diverted into a catfish farm because of the reduced level of land productivity resulting from industrial waste. This makes the production rate of food crops such as rice decrease. So, land conversion is a solution to make the land still usable.

Cultivation of catfish began in Mustokoharjo Village in early 1996. At the beginning of cultivation in 1996 to 1999, the response to cultivate catfish is still very less because farmers do not understand how to cultivate catfish, as well as marketing constraints. Over time and has created a good marketing path makes the cultivation of catfish in the growing Mustokoharjo Village. This is evident from the growing number of ponds catfish farming. The development of catfish farming has a good effect on the economic life of farmers, such as the growth of new business where fish milling and processed catfish business. Catfish farming activities also affect the social life of the community, such as improving the health of the population, the better education of the community, the age of life expectancy, the suppression of crime, and the equity of welfare. In accordance with the Decree of the Minister of Marine and Fisheries No.KEP.41 / Men / 2009 Mustokoharjo Village served as the village of catfish in Pati Regency, because Mustokoharjo Village is the largest catfish producer in Pati, Central Java.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Permasalahan

Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya mayoritas adalah bercocok tanam. Potensi pertanian Indonesia yang tinggi salah satunya dikarenakan kondisi alam yang sangat mendukung, hamparan lahan yang luas, keberagaman hayati yang melimpah, serta beriklim tropis. Sebagai negara agraris, mayoritas penduduk Indonesia telah memanfaatkan sumberdaya alam untuk menunjang kebutuhan hidupnya dan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Masyarakat pedesaan lebih sering diidentikkan dengan masyarakat agraris dengan kegiatan ekonomi yang terpusat pada sektor pertanian.1 Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting sebagai penghasil pangan.

Perkembangan sektor pertanian, khususnya pertanian sawah sering mengalami masalah. Permasalahan tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang tidak pro petani, organisasi tani yang tidak berfungsi, rendahnya penguasaan teknologi dan informasi, keterbatasan modal dan lahan, serta semakin rendahnya produktifitas lahan pertanian. Luas lahan dan tingkat produktifitas lahan pertanian sangat menentukan hasil yang diperoleh petani dari mengelola lahan pertanian. Ketika lahan yang dimiliki oleh petani tidak terlalu luas dan kurang produktif, maka hasil yang didapatpun sedikit.

Hasil sensus pertanian pada tahun 2010 menunjukkan luas lahan pertanian sawah di Jawa Tengah sekitar 1 juta Ha yang dimiliki oleh 4 juta jiwa petani sawah.2

1I. N. Beratha ,Teknologi Desa(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm.13.

2Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Jawa Tengah dalam angka tahun 2010, hlm. 91.

(20)

2

Perbandingan antara besarnya jumlah rumah tangga petani tidak sebanding dengan jumlah lahan pertanian yang tersedia. Kehidupan petani sawah seringkali identik dengan kemiskinan. Pekerjaan petani sawah dianggap sebagai profesi yang tidak menjamin kesejahteraan hidup dimasa depan dan kurang bergengsi. Petani sawah menjadi kelompok yang terpinggirkan dan terbelenggu dalam kemiskinan. Hal itu menjadi salah satu penyebab para petani tidak bangga lagi bekerja sebagai petani sawah. Akibatnya banyak petani sawah yang menjual lahannya dan mengalihkan mata pencahariannya diluar pertanian. Di Jawa Tengah yang sektor pertanian sawahnya masih menjadi tumpuan hidup masyarakat adalah Kabupaten Pati.

Kabupaten Pati merupakan daerah yang memiliki sumber daya alam yang cukup baik. Potensi utama kabupaten ini adalah pada sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.3 Keterbatasan lahan pertanian disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan dapat diartikan sebagai perubahan penggunaan lahan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.4

Lahan merupakan salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan manusia serta sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Aktivitas manusia terhadap lahan dilakukan melalui pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam. Kebutuhan lahan untuk kegiatan non-pertanian terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian. Alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari akibat kecenderungan

3Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati, Pati dalam angka tahun 2010, hlm.

21.

4T. Lestari, Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani

(21)

3

tersebut.5 Berbagai permasalahan pada sektor pertanian sawah diantaranya adalah peningkatan jumlah penduduk.6 Di sisi lain banyak petani sawah di Kabupaten Pati yang meninggalkan profesinya sebagai petani dan beralih ke profesi lain karena dipandang lebih menguntungkan.7

Terjadinya alih fungsi lahan pertanian di Pati terpadat di desa Mustokoharjo.

Di desa Mustokoharjo pada tahun 1994 sekitar 47% lahannya digunakan sebagai lahan sawah tadah hujan maupun sawah irigasi.8 Namun demikian sejak beroperasinya sebuah industri pada akhir 1995, lahan persawahan di desa Mustokoharjo kehilangan sifat produktifnya karena adanya pengolahan limbah dari industri tersebut yang kurang baik.9

Melihat berhasilnya daerah-daerah lain di Kabupaten Pati dalam melakukan budidaya tambak, para petani pemilik lahan di desa Mustokoharjo yang terkena dampak dari limbah industri tergerak untuk mencoba melakukan usaha budidaya tambak. Hal ini juga didukung dengan diperkenalkan program intensifikasi tambak pada tahun 1978 dan dilanjutkan dengan intensifikasi tambak musim tanam 1984/1985 oleh pemerintah daerah Jawa Tengah. Hingga akhirnya pada tahun 1996, para petani pemilih lahan mulai tergerak untuk mengalih fungsikan lahan persawahan mereka menjadi budidaya tambak air tawar.10 Mereka memilih ikan lele sebagai

5B. Irawan,Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola, Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 23, Nomor 1, Juni 2005 (Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian), hlm. 26.

6Karwan A. Salikin, Sistem Pertanian Berkelanjutan (Yogyakarta: Kanisius, 2003) hlm. 43.

7Lihat Lampiran A.

8Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati, Pati dalam angka tahun 1994, hlm.

14.

9Wawancara dengan Legiman, tanggal 9 Mei 2017.

(22)

4

komoditas yang di budidayakan pada tambak mereka. Hal ini dikarenakan ikan lele memiliki nilai ekonomis yang cukup baik dan pemeliharaannya terbilang cukup mudah.

Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang diangkat dalam skripsi yang berjudul ” Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Tambak Lele dan Dampaknya terhadap kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Mustokoharjo Kabupaten Pati Tahun 1995 - 2010” ini adalah :

1. Bagaimana terjadi proses alih fungsi lahan ?

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan di desa Mustokoharjo ?

3. Bagaimana dampak alih fungsi lahan tersebut terhadap kehidupan sosial ekonomi sebagian masyarakat desa Mustokoharjo ?

B. Ruang Lingkup

Setiap penulisan sejarah dituntut untuk menentukan batasan-batasan yang mencakup ruang lingkup spasial, ruang lingkup temporal, dan ruang lingkup keilmuan. Hal ini perlu dilakukan guna menentukan langkah-langkah penelitian menuju arah yang jelas dan menjadikan penelitian tersebut lebih mudah untuk dilakukan secara empiris, metodologis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Taufik Abdullah, penentuan ruang lingkup yang terbatas dalam suatu studi sejarah bukan saja lebih praktis dan mempunyai kemungkinan dikaji secara empiris, namun juga dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis.11

1. Ruang Lingkup Spasial

Dalam ruang lingkup ini penulis mengambil wilayah desa Mustokoharjo dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu desa yang terletak di

11Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada

(23)

5

Kabupaten Pati. Wilayah Pati menyimpan berbagai potensi yang dapat dikembangkan, daerah pantai dan dataran rendah yang cocok untuk pertanian, kelautan, dan budidaya perikanan. Pati juga merupakan daerah yang mempunyai wilayah tambak terluas nomor 2 di Jawa Tengah setelah Brebes.

2. Ruang Lingkup Temporal

Ruang lingkup temporal adalah batasan waktu yang dipilih dalam penelitian. Batasan waktu sangat tergantung pada sifat peristiwa atau fenomena yang diteliti. Peristiwa yang berlangsung singkat dan segera mengendap menjadi peristiwa masa lampau dapat dijadikan lingkup waktu.12Batasan waktu yang digunakan penulis adalah tahun 1995 hingga tahun 2010. Pembahasan dimulai pada tahun 1995, karena pada tahun 1995 lahan-lahan persawahan di desa Mustokoharjo mulai dialihfungsikan menjadi sarana pembudidayaan ikan lele. Hal itu dikarenakan lahan persawahan tidak lagi dapat digunakan sebagai media penanaman padi yang disebabkan oleh limbah yang dihasilkan oleh industri berskala menengah.

Pemilihan tahun 2010 sebagai akhir pembahasan diambil dengan dua pertimbangan. Pertama, lima belas tahun merupakan waktu yang cukup untuk melihat perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani tambak di desa Mustokoharjo.

Kedua, pada tahun tersebut daerah kecamatan Pati khususnya desa Mustokoharjo mulai dikenal sebagai daerah sentra lele.13Disamping itu komoditas ikan yang mulai dibudidayakan tidak hanya lele saja, namun para petani tambak mulai mencoba untuk membudidayakan komoditas ikan lainnya seperti bandeng dan ikan nila. Oleh karena itu keadaan tersebut penulis anggap sudah tidak relevan lagi dengan permasalahan skripsi ini.

3. Ruang Lingkup keilmuan

12Tim Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNDIP,Pedoman Penulisan Skripsi(Semarang: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNDIP, 2006), hlm. 10.

(24)

6

Secara keilmuan skripsi ini dapat dikategorikan sebagai sejarah sosial ekonomi.

Sejarah sosial ekonomi membicarakan mengenai kegiatan perekonomian dengan menguraikan gajala-gejala yang terdapat di sekitar permasalahan ekonomi.14 Ilmu sosial terutama sosiologi digunakan untuk membantu menganalisis kondisi sosial kehidupan petani yang berinteraksi dengan masyarakat maupun lingkungan sekitar.

Ilmu ekonomi digunakan untuk menganalisis perubahan dalam kehidupan ekonomi petani yang selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Kedua ilmu tersebut membantu penulis untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kondisi sosial ekonomi petani selama berkembangnya lahan pertanian hingga beralih menjadi tambak budidaya ikan lele, sehingga karya ini disebut sebagai karya sejarah sosial ekonomi.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan batasan ruang lingkup di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, pertama untuk mengungkapkan latar belakang yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi tambak lele. Kedua, menjelaskan faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi tambak lele. Ketiga, mengungkapkan dampak alih fungsi tersebut terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di desa Mustokoharjo.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai permasalahan di atas, penulis menggunakan beberapa buah, laporan penelitian, serta artikel yang memiliki relevansi dengan objek penelitian dalam penulisan skripsi ini. Sumber-sumber tersebut sangat berguna karena relevan dengan permasalahan pada penelitian ini.

(25)

7

Tinjauan pustaka pertama adalah laporan penelitian “Studi Pengembangan Sektor Perikanan Di Kabupaten Pati”.15 Objek yang menjadi kajian tulisan tersebut adalah petani tambak tradisional yang berada di Kabupaten Pati. Usaha pertambakan umumnya memerlukan teknologi dan permodalan yang cukup besar. Dalam perkembangannya ternyata mereka yang mempunyai modal besar dan menguasai teknologi tinggi saja yang mampu mengembangkan usaha tambaknya, sedangkan mereka yang tidak mempunyai modal cukup dan teknologi hanya bertahan dengan sistem tambak tradisional yang hasilnya relatif kecil jika dibandingkan dengan pola semi-intensif dan intensif. Keberhasilan petani tambak pada umumnya sangat dipengaruhi oleh penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh petambak yang bersangkutan. Dalam hal ini penguasaan pengetahuan dan ketrampilan petani tambak di Kabupaten Pati banyak dibantu dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh PPL dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati.

Relevansi laporan penelitian tersebut dengan skripsi ini adalah bagaimana usaha para petani tradisional mengembangkan usaha budidaya tambaknya. Selain itu, penulis mendapat gambaran mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan pada budidaya tambak baik itu faktor pendukung maupun penghambat. Dibentuknya beberapa kelompok usaha tani juga merupakan salah satu sarana untuk menyalurkan bantuan dari pemerintah kepada para petani untuk mengembangkan usaha tambak. Bantuan tersebut dapat berupa penyuluhan tentang teknologi yang berkaitan dengan tambak maupun penyaluran modal usaha kepada para petani.

Tinjauan pustaka yang kedua berupa Memori Penyerahan Jabatan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati periode tahun 1992-1997, dan

15Evi Yulita Purwanti, Studi Pengembangan Sektor Perikanan Di Kabupaten Pati, (Semarang: Laporan Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,

(26)

8

Memori Penyerahan Jabatan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati periode tahun 1997-2002.16 Kedua laporan tersebut merupakan laporan pertanggungjawaban dari kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati.

Laporan ini menulis kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan selama 10 tahun dan memuat informasi mengenai perkembangan perikanan di Kabupaten Pati termasuk dalam bidang budidaya tambak. Pada laporan pertanggungjawaban yang pertama menjelaskan perkembangan masyarakat petani tambak dan hasil produksi tambak dari tahun ke tahun. Disamping itu, juga menerangkan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh petani tambak seperti kekurangan modal dan teknologi, masalah sosial (pendidikan petani yang rendah), dan faktor alam (banjir, rob, dan pencemaran), membahas kegiatan-kegiatan lapangan dari Dinas Perikanan seperti penyuluhan dan kursus-kursus untuk petani tambak, dan memuat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain berupa program intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi, penghijauan daerah sekitar tambak dengan penanaman pohon bakau, serta pembinaan petani tambak melalui kelompok tani tambak. Pada laporan ini dijelaskan tentang desa-desa yang menjadi daerah program intensifikasi tambak dan perencanaan administrasi untuk kebutuhan benih, pakan, serta pestisida yang dibutuhkan.

Pada laporan pertanggungjawaban yang kedua, dijelaskan mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh dinas Perikanan dalam lima tahun yang mencakup perkembangan produksi, pemasaran hasil tambak, pelaksanaan pembinaan mutu hasil tambak, serta pendidikan dan penyuluhan bagi petani tambak. Pada periode ini terjadi peningkatan hasil tambak yang disebabkan oleh terlaksananya program Intam dan semakin pahamnya petani tentang pengelolaan tambak yang baik dan benar. Tulisan ini juga menjelaskan mengenai pemasaran hasil tambak yang banyak dilakukan

16Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, Memori Peyerahan Jabatan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pati Tahun 1992-1997 dan periode 1997-2002

(27)

9

petani di TPI atau pasar ikan baik yang berada di daerah sekitar tambak maupun pasar-pasar ikan yang berada di luar daerah seperti Semarang, Jepara dan Kudus. Dari kedua laporan tersebut diatas penulis mendapat banyak masukan dan informasi penting mengenai perkembangan petani tambak di Kabupaten Pati selama 10 tahun yang sangat berguna untuk penulisan skripsi ini.

Tinjauan pustaka Ketiga adalah “Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan”.17 Buku ini memberikan gambaran mengenai politik pertanian dalam berbagai bidang yang ada hubungannya dengan pertanian. Politik tersebut tidak hanya sebagai kebijakan praktis yang dijalankan oleh pemerintah, tetapi juga terdapat dasar- dasar teoritis atau landasan keilmuan bagi berbagai kebijakan pertanian. Dalam kajian buku ini terdapat peranan pemerintah yang penting untuk memajukan pertanian dan meningktkan kesejahteraan petani. Terdapat laporan mengenai perinsip untuk mendorong kegiatan rakyat di jawa dalam mengelola dan memperbaiki tanah, dengan merangsang minat untuk mencapai hasil yang dapat diperoleh dari pekerjaan itu, hanya dapat diharapkan bila ada perubahan mendasar dari keseluruhan sistem kepemilikan dan penguasaan tanah.

Terdapat juga kondisi sosial keluarga petani mengenai dorongan agar petani tidak pasif defensif, tetapi aktif ofensif, supaya orang tani tahu akan harga diri, tahu tanggung jawab dan hak disamping kewajibannya. Itulah usaha yang mesti dijalankan. Terdapat laporan mengenai petani yang memiliki cara untuk memelihara kebaikan dan kesuburan tanah. Serta mengenai arti pengertian pemanfaatan lahan hutan bagi manusia. gambaran kondisi petani serta perjalanan pembaharuan agraria yang belum selesai. Laporan ini secara detail menguraikan peroses cara petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan rumah sebagai sumber pendapatan keluarga. Laporan penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam penulisan skripsi karena

17Rizal Baihaqi, Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (Yogyakarta:

UGM, 2005).

(28)

10

memberikan gambaran umum seputar permanfaatan lahan pekarangan dan kehidupan keluarga tani.

Tinjauan pustaka keempat berupa laporan penelitian yang berjudul “Dampak Alih Fungsi Lahan Dari Sawah Ke Tambak Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat (Studi Kasus di Desa Cebolek Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati)”.18 Objek yang menjadi kajian tulisan tersebut adalah petani tambak tradisional yang berada di wilayah desa Cebolek Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Pada laporan penelitian ini dijelaskan mengenai perihal yang dapat menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam usaha pertambakan, seperti diperlukannya teknologi dan permodalan yang cukup besar, perubahan kondisi alam dan adanya pengaruh dari masyarakat luar desa tersebut. Laporan tersebut memberikan gambaran kepada penulis mengenai dampak-dampak yang mungkin terjadi dari adanya pengalihan fungsi lahan pertanian sawah menjadi tambak, baik dalam bidang sosial maupun dalam bidang ekonomi.

Laporan penelitian ini hampir serupa dengan penelitian yang penulis lakukan.

Akan tetapi, penelitian yang penulis lakukan memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut yaitu pertama, penulis meneliti kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar yang terkena alih fungsi lahan pertanian baik setelah maupun sebelum terjadinya alih fungsi, sedangkan skripsi ini hanya membahas mengenai perubahan mata pencaharian penduduk yang terkena alihfungsi lahan. Kedua, objek dan tempat penelitian yang ditulis juga berbeda. Ketiga, karena ruang lingkup keilmuan yang digunakan oleh penulis dengan laporan peneletian ini berbeda, tentu saja metode penelitian yang digunakan pun akan berbeda.

18Dwi Prasetya, Dampak Alih Fungsi Lahan Dari Sawah Ke Tambak Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat (Studi Kasus Di Desa Cebolek Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati), (Semarang: Laporan Penelitan pada Jurusan Pendidikan Sosial Dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

(29)

11

Tinjauan pustaka kelima adalah “Analisis Penawaran Ikan Lele Di Kabupaten Pati”.19 Laporan penelitian ini memberikan informasi mengenai penawaran dan permintaan terhadap ikan lele yang terdapat pada Kabupaten Pati pada tahun 1994 sampai tahun 2008. Selain itu, laporan ini memberikan gambaran umum mengenai pembudidayaan ikan lele yang ada di Kabupaten Pati dari tahun 1994 hingga tahun 2009. Laporan ini menguraikan secara detail mengenai perkembangan harga jual ikan lele, ekspektasi dari hasil produsen, informasi perkembangan harga pakan dan analisa penyebab naik dan turunnya harga pakan buatan pabrik, teknologi pembudidayaan ikan lele dan krisis pembudidayaan ikan lele yang terjadi di Kabupaten Pati.

Informasi yang diberikan dari laporan penelitian ini sangat jelas dan lengkap karena disertai dengan tabel-tabel yang bersumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati.

Laporan penelitian ini sangat relevan dengan penelitian yang penulis lakukan.

Pertama, karena ruang lingkup temporal yang terdapat pada laporan penelitian ini sesuai dengan yang penulis lakukan yaitu tahun 1994 sampai tahun 2008, sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu tahun 1995 hingga tahun 2010. Kedua, ruang lingkup spasialnya yang juga sesuai yaitu berlokasi di Kabupaten Pati, sedangkan penelitian penulis berlokasi di salah satu desa di Kabupaten Pati, yaitu Desa Mustokoharjo.

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian sejarah tidak semata-mata bertujuan untuk menceritakan peristiwa pada masa lampau, tetapi juga mengaji sebab-sebab dan kondisi lingkungan dan sosial budaya yang menjadi konteks peristiwa itu. Dalam hubungan itu diperlukan suatu

19Anang Budi Setiawan, Analisis Penawaran Ikan Lele di Kabupaten Pati, (Surakarta: Laporan Penelitian pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

(30)

12

kerangka pemikiran atau kerangka referensi yang mencakup berbagai konsep dan teori untuk memahami dan menjelaskan peristiwa sejarah yang dikaji.20

Skripsi ini membahas tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Tambak Lele di Desa Mustokoharjo, Kabupaten Pati dalam rentang temporal 1995 sampai 2010 serta dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat pada bidang ekonomi sosial. Alih fungsi lahan sawah atau pertanian adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia (anthropogenic)21, bukan suatu proses alami. Percetakan sawah dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya konversi lahan tersebut sulit dihindari dan terjadi setelah sistem produksi pada lahan sawah berjalan dengan baik.

Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya konversi lahan menjadi masalah karena terkadang terjadi di atas lahan pertanian yang masih produktif.22

Menurut Agus alih fungsi lahan pertanian dilakukan secara langsung oleh petani pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan sawah. Proses alih fungsi lahan sawah pada umumnya berlangsung cepat, jika akar penyebabnya terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan sektor ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi jauh lebih tinggi (misalnya untuk pembangunan kawasan industri, kawasan perumahan, dan sebagainya) atau untuk pemenuhan kebutuhan mendasar (prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, untuk lahan tempat tinggal pemilik lahan yang

20Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 2.

21Segala benda atau perkara yang dihasilkan, disebabkan atau dipengaruhi oleh manusia.

22F. Agus, Konversi dan Hilangnya Multifungsi Lahan Sawah (Bogor: Pusat

(31)

13

bersangkutan.23Secara ekonomi alih fungsi lahan yang dilakukan petani baik melalui transaksi penjualan ke pihak lain, ataupun mengganti pada usaha non padi merupakan ketupusan yang rasional. Sebab dengan keputusan tersebut petani berekspetasi pendapatan totalnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang akan meningkat.24

Proses terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor. Supriyadi mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah. Faktor pertama yaitu faktor eksternal, faktor ini disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial), demografi maupun ekonomi. Kedua adalah faktor internal, faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan. Ketiga adalah faktor kebijakan, yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.25

Definisi tambak atau kolam adalah badan air yang berukuran 1 m2hingga 2 ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan manusia.26 Tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan sebagai tempat untuk membudidayakan ikan, udang dan hewan air lainnya yang bisa hidup di air payau. Istilah kolam biasanya digunakan untuk tambak yang terdapat di daratan dengan air tawar, sedangkan tambak untuk air payau atau air

23E. Murninigtyas, Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian (Jakarta: Direktorat Pangan dan Pertanian Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007), hlm. 36.

24Ilham dkk, Perkembangan dan Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Lahan Sawah Serta Dampak Ekonominya(Bogor: IPB Press, 2003), hlm. 24.

25A. Supriyadi, Kebijakan Alih Fungsi Lahan Dan Proses Konversi Lahan Pertanian(Institut Pertanian Bogor, 2004).

(32)

14

asin.27 Salah satu fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis biota air. Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota yang dibudidayakan. Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi:

tambak intensif, tambak semi intensif, tambak tradisional dan tambak organik.

Sedangkan penambak atau petani tambak adalah orang yang pekerjaannya bertambak.28

Adapun untuk memperjelas pembahasan dalam penulisan skripsi ini mengguankan pendekatan sosiologi ekonomi. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masyarakat, yang di dalamnya mengulas hubungan antar manusia di dalam suatu kelompok sosial.29Pada kelompok sosial dipedesaan masing- masing individu dalam masyarakat mempunyai kedudukan dan peranan.30 Peranan tersebut akan membentuk struktur sosial yang akan menempatkan pada jenjang stratifikasi sosial tertentu. Oleh sebab itu dengan pendekatan sosiologi dapat dipelajari masalah pembangunan yang ada di pedesaan terutama di desa Mustokoharjo dengn subyek utama petani. Petani sebagai makhluk sosial berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadinya maupun masyarakat melalui kerja sama dalam kelompok sosial.31

Pendekatan ekonomi digunakan untuk menganalisis kegiatan ekonomi yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian

27Lani Puspita, L., E. Ratnawati, I N. N. Suryadiputra, A. A. Meutia, Lahan Basah Buatan di Indonesia (Bogor: Wetlands International - Indonesia Programme, 2005), hlm. 31.

28Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia:

Edisi Kedua(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 997.

29Adham Nasution,Sosiologi(Bandung: alimni, 1983), hlm. 1.

30Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet. 16 Ed. 4 (Jakarta;

Rajawali Press, 1992), hlm. 26.

31Soerjono Soekanto,Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat,

(33)

15

menjadi tambak. Pendekatan ekonomi menjelaskan tentang gambaran lengkap mengenai proses serta dampak terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi tambak lele yang sangat berpengaruh besar terhadap identitas desa Mustokoharjo yang dijadikan sebagai ladang perekonomian petani. Pembudidayaan ikan lele disini telah memacu pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya terutama yang berkaitan dengan masalah penyediaan kesempatan kerja, tingkat kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan masyarakat.

F. Metode Penelitian

Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Dengan mempergunakan metode sejarah, sejarawan berusaha merekonstruksi peristiwa yang terjadi pada masa lampau.32 Penulisan ini mempergunakan metode penelitian sejarah kritis sesuai dengan kaidah ilmu sejarah.

Penelitian sejarah kritis analitis merupakan penelitian untuk mengungkapkan peristiwa masa lampau dengan melalui tahap pengujian dan penganalisisan rekaman masa lampau secara kritis. Peristiwa masa lampau tersebut berusaha direkonstruksikan atau ditulis kembali menjadi suatu kesatuan berdasarkan pada data- data yang telah terkumpul dengan menggunakan kaidah ilmu sejarah.

Heuristik adalah tahap pengumpulan data berupa sumber-sumber tertulis dan lisan dari peristiwa masa lampau baik berupa sumber primer maupun sumber sekunder. Dalam skripsi yang berjudul “Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Tambak Lele dan Dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat Desa Mustokoharjo Kabupaten Pati tahun 1995-2010” ini, sumber-sumber primer yang digunakan berasal dari beberapa lembaga kearsipan dan perpustakaan seperti Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Semarang, Kantor Perpustakaan BPS (Badan

32Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta: Universitas Indonesia-Press, 1975), hlm. 32.

(34)

16

Pusat Statistik) Kabupaten Pati dan Provinsi Jawa Tengah (di Jln. Pahlawan, Semarang), Kantor Kecamatan Pati, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pati dan Kantor Desa Mustokoharjo. Pengumpulan sumber juga dilakukan melalui penelitian lapangan tempat terjadinya pristiwa yang diteliti.

Untuk melengkapi sumber primer, penulis juga menggunakan metode sejarah lisan (oral history). Sejarah lisan ini dilakukan dalam rangka mengisi kekurangan yang terdapat pada catatan atau sumber tertulis dan sebagai sumber pembanding bagi sumber primer. Hasil wawancara beberapa tokoh yang representative diseleksi dan dibandingkan, sehingga akan diperoleh data yang objektif. Wawancara dilakukan dengan para informan yang dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu orang- orang yang terlibat langsung dalam peristiwa, orang-orang yang menyaksikan peristiwa, tetapi tidak terlibat langsung di dalamnya, dan orang-orang yang tidak terlibat dalam peristiwa, tetapi mendapat keterangan dari orang yang terlibat dalam pristiwa. Sumber primer lisan yang penulis lakukan salah satunya adalah wawancara dengan bapak Irwanto.33 Bapak Irwanto merupakan ketua dari salah satu Paguyuban petani tambak di Desa Mustokoharjo. Sumber lisan kedua wawancara dengan bapak Tuko34 yang merupakan salah satu pemilik lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi tambak lele. Sumber lisan ketiga wawancara dengan bapak Legiman yang pada saat ini menjabat sebagai Kepala Desa Mustokoharjo.35 Sumber sekunder diperoleh dengan cara melakukan riset kepustakaan, berupa bahan karya ilmiah yang relevan dengan pembahasan yang dikaji. Sumber sekunder digunakan untuk melengkapi data yang tidak ditemukan dari sumber primer. Sumber sekunder diperoleh dari telaah pustaka di berbagai perpustakaan di antaranya, Perpustakaan Universitas Diponegoro Widya Puraya, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya

33Wawancara dengan Irwanto, tanggal 10 Mei 2017.

34Wawancara dengan Tuko, tanggal 10 Mei 2017.

(35)

17

Universitas Diponegoro, Perpustakaan Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro, dan Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah. Penelusuran sumber sekunder melalui internet juga digunakan untuk melengkapi data.

Setelah pengumpulan sumber dipandang cukup, kritik merupakan tahapan kedua setelah sumber-sumber yang diinginkan sebagai bahan penulisan telah ditemukan. Kritik terdiri dari kritik eksteren dan interen. Kritik eksteren dilakukan dengan mengadakan penelitian fisik yang bisa dilihat dari bahan sumber, tulisan, dan bahasa yang sesuai dengan zaman pembuatannya. Kritik ini bertujuan untuk menguji keaslian, keutuhan, dan kebenaran sumber atau biasa disebut dengan pembuktian otentisitas sumber.36 Kritik interen bertujuan membuktikan bahwa informasi yang diperoleh dari sebuah sumber merupakan informasi yang dapat dipercaya kebenarannya. Kritik interen dilakukan terhadap hasil data tertulis dan hasil wawancara. Kritik interen terhadap sumber tertulis yang banyak didapat dari majalah dan koran dilakukan dengan cara membandingkan informasi dari satu sumber dengan sumber lainnya, kemudian dilakukan penyilangan informasi dengan buku atau literatur yang jadi penunjang, hingga didapat informasi yang dibutuhkan.

Tahap ketiga adalah interpretasi yang bertujuan untuk membuat hubungan kausalitas dan merangkaikan fakta sejarah yang sejenis dan kronologis untuk memperoleh alur cerita yang sistematis melalui penafsiran fakta yang telah diuji kebenarannya, agar dapat diceritakan kembali. Fakta yang telah diperoleh melalui telaah terhadap sumber kemudian disusun, atau diberi penekanan dan ditempatkan pada urutan-urutan logis yang disebut sintesis. Setelah itu dilakukan interpretasi, yaitu pemahaman terhadap fakta sehingga bisa menunjukan secara kronologis mengenai peristiwa masa lampau yang saling terkait. Pada tahap ini imajinasi sangat diperlukan untuk menggabungkan fakta yang telah disintesiskan dan kemudian diinterpretasikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat agar mudah untuk dipahami.

36G. J. Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, terjemahan Muin Umar

(36)

18

Tahap terakhir adalah historiografi. Bertujuan untuk memaparkan fakta dalam bentuk tulisan yang sudah disintesiskan dan dianalisis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Tahap ini juga dapat dikatakan sebagai penyajian fakta secara utuh dan diperlukan suatu kemahiran tertentu, sehingga dapat tersusun suatu bentuk karya sejarah.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul “Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Tambak Lele dan Dampaknya terhadap kehidupan Sosial Ekonomi sebagian Penduduk di Desa Mustokoharjo Kabupaten Pati Tahun 1995-2010” ini terdiri dari lima bab.

Bab I pendahuluan, yang meliputi latar belakang dan permasalahan, ruang lingkup, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, kerangka penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II gambaran umum daerah penelitian yaitu sesa Mustokoharjo yang meliputi kondisi geografis, kondisi demografis, mata pencaharian penduduk serta kondisi sosial, ekonomi dan budaya .

Bab III menjelaskan alih fungsi penggunaan lahan pertanian yang ada di desa Mustokoharjo yang menjadi tambak lele. Pembahasan dalam bab ini meliputi, peralihan lahan pertanian hingga menjadi tambak lele, perkembangan tambak lele, proses produksi yang digunakan, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat alih fungsi.

Bab IV membahas mengenai dampak dari setelah terjadinya alih fungsi lahan pertanian tersebut terhadap kehidupan sosial ekonomi sebagian penduduk desa Mustokoharjo, khususnya pada komunitas petani. Di dalam bab ini juga diuraikan mengenai keadaan sosial ekonomi penduduk desa Mustokoharjo sebelum terjadi alih fungsi.

Bab V Simpulan. Pada bab ini membahas kesimpulan dari hasil-hasil yang didapat dari bagian pembahasan, yaitu hasil-hasil penelitian dari faktor-faktor

(37)

19

penyebab alih fungsi dan akibat serta dampak yang ditimbulkan dari terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi tambak lele itu.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh alih fungsi lahan pertanian menjadi penggunaan non pertanian terhadap sosial ekonomi masyarakat meliputi

Dalam penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Kondangjaya, Kecamatan

Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di kabupaten karanganyar diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor

Menganalisis alih fungsi lahan pertanian di Desa Tambak Suro Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto di mana pendirian perumahan tersebut apakah sudah membawa kemaslahatan atau

Perubahan alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian merupakan kegiatan yang lumrah dan sering terjadi di perkotaan, namun dalam hal ini adanya perubahan alih fungsi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan adalah: (a) kondisi lahan dan faktor pertanian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diajukan pada penelitian ini yaitu “Bagaimana dampak alih fungsi lahan pertanian teradap produksi padi

PENUTUP Pengawasan terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang yaitu pertama terlibat dalam perizinan