DALAM PERBINCANGAN GASTRONOMI DI PERPUSTAKAAN TROTOAR MALANG
SKRIPSI
OLEH
HASBILAH AHMAD FERDIANTO NPM 216.01.07.1.003
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA AGUSTUS 2020
ii SKRIPSI Diajukan kepada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
OLEH
HASBILAH AHMAD FERDIANTO NPM 216.01.07.1.003
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
AGUSTUS 2020
xii
Ferdianto, Hasbilah Ahmad. 2020. Alih Kode dan Campur Kode dalam
Perbincangan Gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang. Skripsi, Bidang Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang.
Pembimbing I: Dr. Ari Ambarwati, S.S., M.Pd.; Pembimbing II:
Prayitno Tri Laksono, M.Pd.
Kata kunci: alih kode, campur kode, gastronomi, tuturan
Manusia menguasai dua bahasa atau lebih dalam hidupnya sehingga disebut dengan diwbahasawan. Proses komunikasi manusia dengan beragam bahasa mendorong munculnya masyarakat yang bilingual atau multilingual.
Fenomena kedwibahasaan menimbulkan penggunaan unsur-unsur antarbahasa yang disebut alih kode dan campur kode. Gastronomi merupakan topik tuturan yang kerap diperbincangkan antara penutur dan mitra tutur sebab berkaitan dengan pangan yang merupakan kebutuhan sehari-hari. Perpustakaan Trotoar Malang menjadi salah satu ruang publik yang dapat dijadikan untuk
melangsungkan perbincangan gastronomi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk alih kode dan bentuk campur kode, serta faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang.
Pendekatan studi yang dipakai yakni kualitatif deskriptif. Studi ini mengkaji fenomena tutur alih kode dan campur kode yang dilakukan subjek penjaga dan pengunjung di Perpustakaan ini mendeskripsikan temuan penelitian berupa transkripsi percakapan tentang gastronomi, yang dilandaskan pada situasi yang natural atau tidak dibuat-buat. Sumber data yang digunakan yakni penjaga dan pengunjung perpustakaan. Analisis data mengacu pada tahapan analisis meliputi identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan deskripsi data dengan memanfaatkan instrumen tabel penjaring data.
Penelitian ini menghasilkan 21 tuturan yang diklasifikasikan ke dalam 1 bentuk alih kode dan 20 bentuk campur kode. Bentuk alih kode yakni berupa peralihan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Bentuk campur kode berupa penyisipan kata, penyisipan frasa, penyisipan klausa, serta penyisipan kata dan frasa. Faktor penyebab terjadinya alih kode yakni faktor penutur yang bertujuan untuk mengimbangi lawan tutur, sedangkan faktor penyebab terjadinya campur kode yakni faktor penutur bertujuan menunjukkan kemampuannya, berlatar belakang pada kebahasaan karena keterbatasan penggunaan kode, karena bertujuan, dan faktor kebiasaan.
xiii
Undergaduated Thesis, Bidang Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang. Pembimbing I: Dr. Ari Ambarwati, S.S., M.Pd.; Pembimbing II:
Prayitno Tri Laksono, M.Pd.
Keywords: code-switching, code-mixing, gastronomy, speeches
Humans speak two or more languages in their lives called bilingual
speakers. The human communications with various languages cause a bilingual or multilingual society. The phenomenon of bilingualism results in the use of inter- language components called code-switching and code-mixing. Gastronomy is a topic of speech often discussed between speakers and speech partners related to daily food. Perpustakaan Trotoar Malang becomes one of the public spaces to talk about gastronomic.
This study aims to describe the form of code-switching and code mix forms and the factors that cause code-switching and mixed code for gastronomic conversation at Perpustakaan Trotoar Malang. It is a descriptive qualitative, and the sources are from the library’s members and visitors based on natural context.
The primary data sourced from library’s members and visitors. Data analysis refers to the stages of analysis, including identification, classification,
interpretation, and description of the data by utilizing the data filtering instrument table.
This study resulted 21 speeches classified to 1 form of the code-switching and 20 forms of code-mixing. The form of code-switching is from Javanese to Indonesian, mixed forms of code in the form of word insertion, phrase insertion, clause insertion, and word and phrase insertion. Factors that cause code-switching are speaker factors to show their abilities, while factors that cause code-mixing are speaker factors, background on language due to language limitations, aimed factors, and habits.
1
PENDAHULUAN
Pada Bab Pendahuluan dibahas terkait latar belakang dan konteks penelitian ini dilaksanakan, yakni terjadinya fenomena dwibahasaan pada perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang.
1.1. Konteks Penelitian
Perbincangan antarmanusia merupakan hal yang dinamis, terutama di Indonesia yang memiliki keberagaman bahasa daerah. Gastronomi adalah salah satu topik yang kerap dijadikan bahasan dalam suatu perbincangan karena berhubungan dengan pangan yang notabene kebutuhan primer sehari-hari.
Gastronomi menjadi kajian menarik sebab memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri yang berkaitan erat dengan kekayaan bahasa dan variasi bahasa daerah.
Variasi tersebut memungkinkan timbulnya peristiwa alih kode dan campur kode dalam perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang sebagai perpustakaan ruang publik yang tidak membatasi pengunjungnya untuk berinteraksi.
Manusia hidup sebagai makhluk sosial yang memerlukan manusia lainnya demi terjalinnya proses interaksi dan komunikasi. Alat yang digunakan untuk menjalin interaksi dan komunikasi sehari-hari tersebut yakni bahasa. Bahasa memegang peran esensial saat ini dalam kehidupan manusia yang dinilai sebagai aspek pokok dan tidak bisa dipisahkan dari dimensi sosial manusia itu sendiri.
Menurut Keraf (dalam Suandi, 2014:4) bahasa yakni sarana komunikasi berbentuk simbol suara bunyi hasil dari kerja alat ucap yang dimanfaatkan antaranggota masyarakat. Merujuk pada pendapat tersebut, disimpulkan bahwa bahasa berarti alat komunikasi paling esensial yang dipunyai manusia guna mengutarakan sebuah konsep, gagasan, ide ataupun pesan pada lawan tuturnya.
Bentuk bahasa yang digunakan dapat melalui lisan maupun tulisan.
Meski masyarakat cenderung memakai bahasa lisan sebagai tuturan sehari-hari.
Siertsema (dalam Ong, 2012:7) menyatakan bahwa di manapun manusia berada, mereka memiliki bahasa, dan pada dasarnya bahasa diucapkan dan didengar dalam dunia yang penuh suara. Proses komunikasi antarmanusia menciptakan suatu kontak bahasa. Terjadinya kontak bahasa didorong oleh pertemuan dua atau lebih bahasa pada suatu proses komunikasi sosial. Adapun kontak bahasa yaitu situasi sosiolinguistik yang menyebabkan kemungkinan timbulnya perilaku seorang penutur secara spontan untuk menggantikan fungsi kode bahasa yang tengah dipraktikkan pada suatu proses komunikasi.
Indonesia merupakan negara multikultural dengan beragam bahasa, budaya, dan suku yang dimilikinya. Beberapa ragam bahasa yang digunakan di Indonesia antara lain bahasa Indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah. Kondisi keberagaman bahasa di Indonesia tersebut memungkinkan penggunaan lebih dari satu bahasa pada setiap individu masyarakatnya. Penguasaan lebih dari satu bahasa menyebabkan kedwibahasaan dalam proses komunikasi. Pada kondisi ini, manusia disebut sebagai dwibahasawan. Seorang bayi lahir dengan bahasa ibu masing- masing. Akan tetapi, dalam proses perkembangannya, seorang anak mampu
menguasai bahasa yang lain, di samping bahasa ibu. Hal ini dikarenakan terjadinya kontak bahasa yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain.
Pemakaian bahasa asing dan bahasa daerah dalam kaitannya dengan bahasa nasional kerap memunculkan persoalan antara lain timbulnya interferensi, integrasi, kesalahan fungsi dalam penggunaannya, serta problema bahasa asing bukan bahasa asli yang dipergunakan dan hidup di negara itu, di samping bahasa nasional. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai dwibahasawan atau bilingualis sebab mampu menguasai lebih dari satu bahasa untuk berkomunikasi.
Misalnya, penguasaan bahasa Jawa pada masyarakat Jawa yang dibarengi dengan penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi.
Peristiwa kedwibahasaan dijelaskan oleh Azhar et al. (2011:9) bahwa fenomena kedwibahasaan erat kaitannya dengan praktik oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasa dalam menggunakan dua atau lebih bahasa secara bergantian. Begitupun dengan Mackey dan Fishman (dalam Chaer dan Agustina, 2010:84) yang mengartikan kedwibahasaan sebagai pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur saat bergaul dengan orang lainnya secara silih berganti.
Penutur yang melibatkan penggunaan dwi bahasa dan sekaligus melibatkan dua budaya atau kerap dinamakan dwibahasawan tentu tidak dapat dilepaskan dari dampak pemfungsian dwi bahasa tersebut. Sebagai salah satu akibat digunakannya kedwibahasaan yakni terjadinya tumpang tindih pada dua sistem bahasa yang dipraktikkan. Hal ini mendorong pemakaian unsur-unsur bahasa yang satu pada penutur bahasa yang lain, atau disebut alih kode (code switching) dan
campur kode (code mixing). Makna alih kode yaitu gejala beralihnya bahasa yang dipakai disebabkan perubahan situasi komunikasi. Campur kode yakni gejala diselipkannya unsur-unsur berupa kata atau frasa atau aspek lain bahasa asing atau daerah (Chaer dan Agustina, 2010:107).
Alih kode didefinisikan sebagai pertukaran pemakaian satu kode bahasa ke kode bahasa yang lain. Sementara itu, campur kode yakni pemakaian morfem dari bahasa yang satu ke bahasa lainnya dengan tujuan mengembangkan ragam atau gaya bahasa, mencakup penggunaan sapaan, idiom, klausa, frasa, dan kata (Kridalaksana, 2008:40). Alih kode yakni pertukaran pemfungsian ragam atau bahasa terntu ke bahasa lainnya, penggunaan variasi bahasa alih kode digunakan untuk beradaptasi dengan keadaan atau peran yang berbeda dikarenakan hadirnya partisipan dari luar. Campur kode yaitu praktik pemakaian satuan bahasa yang dimiliki suatu bahasa dengan satuan bahasa lain agar ragam atau gaya bahasa penutur dapat berkembang (Nirmala, 2013:11).
Campur kode dan alih kode berperan penting di masyarakat, kaitannya dengan penggunaan variasi bahasa oleh kelompok masyarakat atau individu, terlebih pada praktik bahasa oleh masyarakat yang multilingual atau bilingual.
Seseorang atau kelompok ketika berinteraksi sosial akan memaksimalkan potensi variasi bahasa dalam bentuk campur kode atau alih kode demi menjaga keberlangsungan hubungan di komunitas tersebut, misalnya di perpustakaan masyarakat atau komunitas.
Perpustakaan komunitas merupakan tempat pembelajaran nonformal yang menjadi tempat bertemunya masyarakat umum. Definisi komunitas merujuk
pada sekelompok individu yang saling membagikan kegemaran, persoalan, atau perhatian tentang suatu subjek dan mendalami keahlian serta wawasan mereka melalui proses interaksi yang berkelanjutan (Wenger, McDermott, dan Synder, 2002:4). Pengelola perpustakaan dan pengunjung menggunakan bahasa-bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi terkait topik tertentu. Suasana informal di perpustakaan komunitas membuat pengunjung merasa lebih dekat dan nyaman untuk berkomunikasi dengan pengunjung atau pengelola. Koleksi dan sumber informasi yang disediakan di perpustakaan komunitas dapat menjadi media yang mendukung terciptanya komunikasi antarpenutur. Salah satu bentuk perpustakaan komunitas yang dapat menjadi ruang berkomunikasi adalah Perpustakaan Trotoar Malang. Pada tindak komunikasi pengunjung Perpustakaan Trotoar Malang, alih kode dari satu bahasa yang digunakan ke bahasa lainnya dapat dialami, demikian halnya campur kode.
Pengunjung Perpustakaan Trotoar Malang yang dwibahasawan, berperan penting dalam kegiatan Perpustakaan Trotoar Malang dan merupakan subjek utama penelitian ini. Saat berlangsungnya proses komunikasi antarpengunjung, sangat mungkin pengunjung yang dwibahasawan memutuskan pilihan kode untuk digunakan untuk berkomunikasi. Keputusan tersebut pun mendorong pengunjung agar mempartisipasikan dirinya pada peristiwa-peristiwa bahasa di tengah multilingualisme masyarakat. Bahasa sebagai suatu fenomena mencakup gejala pertukaran penggunaan bahasa disebabkan situasi yang berubah (alih kode), dan gejala penyisipan campuran bahasa diakibatkan situasi yang berubah (campur kode). Penyebab munculnya fenomena tersebut dapat datang dari dalam diri
pengunjung Perpustakaan Trotoar Malang (internal) maupun dari luar diri (eksternal).
Manusia dengan manusia lain saling melakukan proses interaksi, yakni di tengah proses tersebut, penutur bisa memakai lebih dari bahasa tunggal yang dikuasainya. Sebagai akibat dari proses tersebut, antara satu bahasa dengan bahasa lain dapat timbul kontak antarbahasa, atau dengan kata lain terjadi campur kode dan alih kode pada proses komunikasi. Fenomena alih kode yakni gejala beralihnya bahasa yang digunakan karena situasi dalam bertutur yang beralih. Beberapa faktor yang memengaruhi alih kode yakni hubungan antara penutur dengan lawan tuturnya, datangnya pihak ketiga, dan mengambil manfaat.
Berikutnya, fenomena alih bahasa yang dimaksud dapat terlihat dari tindak komunikasi pengelola Perpustakaan Trotoar Malang. Dalam hal ini, pengelola yang semula menggunakan bahasa Indonesia kemudian bertukar ke bahasa jawa, atau sebaliknya. Fenomena peralihan bahasa ini juga dapat tampak pada saat pengelola dan pengunjung berkomunikasi tentang gastronomi.
Gastronomi merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang pangan.
Gastronomi yakni seni atau upaya untuk mencari makanan yang berkualitas, meliputi memilih, menyiapkan, melayankan, dan menikmati hidangan, serta gaya masakan, dan keberagaman kultur (Soegiarto, 2008:59). Dalam dialog gastronomi nasional disebutkan pula bahwa serapan kata gastronomi dibandingkan dengan istilah kuliner lebih erat kaitannya dengan sektor pariwisata karena gastronomi tidak hanya merujuk pada makanan dan minuman sebagai kebutuhan primer
manusia tetapi juga menggabungkan makanan dan minuman dengan latar belakang sejarah dan budayanya.
Penggunaan kode dalam peralihan bahasa tentang gastronomi pada Perpustakaan Trotoar Malang dapat memperkaya cakupan istilah tentang gastronomi. Hal ini dilakukan dengan penyediaan informasi yang memadai di Perpustakaan Trotoar Malang tentang gastronomi. Pangan merupakan kebutuhan primer yang memiliki ciri khas pada setiap daerah. Keberagaman informasi tentang pangan memunculkan variasi bahasa yang berbeda-beda dari beragam daerah.
Pengunjung perpustakaan yang berasal dari beragam latar belakang memiliki pengetahuan bahasa masing-masing tentang gastronomi. Sebagai tempat yang berfungsi sebagai sumber informasi, Perpustakaan Trotoar Malang menyediakan informasi gastronomi melalui bahan bacaan di Perpustakaan Trotoar Malang.
Penggunaan kode bahasa pengunjung perpustakaan dapat dimunculkan melalui interaksi dan komunikasi yang dilakukan pengelola perpustakaan dengan pengunjung.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan tersebut, maka penulis bermaksud mengangkat judul penelitian “Alih Kode dan Campur Kode dalam Perbincangan Gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang”.
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk alih kode perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang?
2. Bagaimana bentuk campur kode perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang?
3. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan bentuk alih kode perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang.
2. Mendeskripsikan bentuk campur kode perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang.
3. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitan memberikan manfaat secara teoretis dan praktis bagi peneliti dan pihak-pihak terkait. Adapun manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1.4.1. Kegunaan Teoretis
Secara teoritis, studi ini diharap dapat berperan untuk menyumbangkan kegunaan bagi berkembangnya teori linguistik dan dapat
memperluas khasanah studi pada kajian sosiolonguistik, terlebih pada lingkup campur kode dan alih kode perbincangan gasronomi.
1.4.2. Kegunaan Praktis a. Bagi Pengelola Perpustakaan
Hasil dari riset ini diharapkan mampu memperkaya kebahasaan pengelola Perpustakaan Trotoar Malang terkait dengan campur kode dan alih kode gastronomi, pengelola termotivasi guna mempelajari gastronomi dan keragaman bahasa daerah di Indonesia, melatih kemampuan berkomunikasi dengan pengunjung atau pengelola lain yang berasal dari lain daerah, serta mendorong pengelola untuk menambah koleksi Perpustakaan Trotoar Malang, yang memiliki subjek gastronomi.
b. Bagi Pengunjung Perpustakaan
Pengunjung Perpustakaan Trotoar Malang diharapkan dapat memperoleh manfaat praktis berupa kemampuan kebahasaan tentang gastronomi di Indonesia, pengunjung tergerak untuk mengetahui lebih jauh tentang kebahasaan dan terma-terma gastronomi yang khas di daerah masing- masing, pengunjung juga dapat berbagi pengetahuan serta pengalaman dengan pengelola atau pengunjung perpustakaan yang lainnya.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Lain dari itu, harapan dari studi ini yakni dapat menyumbangkan kontribusi berupa hasil riset bagi studi berikutnya yang akan menjalankan studi serupa terkait campur kode dan alih kode dalam bingkai gastronomi. Riset ii juga diharap dapat memperluas wawasan pembaca, penulis, dan para pemerhati
persoalan kebahasaan yang berkaitan dengan alih kode dan campur kode gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang.
1.5. Penegasan Istilah
Berkaitan dengan subjek penelitian, dalam rangka menyamakan konsep terminologi dan untuk memperjelas persoalan tersebut, maka dipertimbangkan oleh peneliti untuk memberikan batasan atas definisi istilah-istilah, dalam bentuk penegasan istilah berikut ini:
1. Bahasa: Simbol atau tanda yang memiliki ciri arbitrer (manasuka) dan difungsikan oleh masyarakat dalam mengidentifikasi diri, berkoordinasi, dan berinteraksi.
2. Kedwibahasaan: Perilaku kebahasaan dalam memakai bahasa lebih dari satu secara silih berganti, atau kapasitas individu dalam penguasaan bahasa.
3. Bahasa dan Konteks: pemakaian suatu bahasa dalam konteks tertentu atau secara kontekstual, tidak ada ketentuan mutlak tentang bahasa apa yang terbaik untuk digunakan saat berkomunikasi. Seluruhnya bergantung pada situasi yang ada saat berkomunikasi.
4. Tanda atau kode: Segala unsur kebahasaan yang mencakup aras tutur, (speech level), laras tutur (speech style), dialek, dan bahasa.
5. Pemilihan bahasa: Suatu gejala pada fenomena penggunan dwibahasa yang disebabkan adanya bahasa yang beragam.
6. Alih kode: Peralihan bahasa yang dipraktikkan pengunjung perpustakaan dari suatu bahasa ke bahasa yang berbeda, dilakukan dalam keadaan sadar disebabkan pergantian suasana tutur.
7. Campur kode: Penyelipan leksikon dari bahasa tertentu ke dalam bahasa yang berbeda sebab pergantian suasana dan dilaksanakan dalam keadaan sadar oleh pengunjung maupun pengelola perpustakaan.
8. Gastronomi yakni seni atau upaya untuk mencari makanan yang berkualitas, meliputi memilih, menyiapkan, melayankan, dan menikmati hidangan, serta gaya masakan, dan keberagaman kultur.
73 BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua pokok, yaitu simpulan dan saran. Simpulan berisi mengenai penjabaran seluruh penelitian ini. Saran berisi tentang hal-hal yang relevan yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya, baik dari kalangan mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia maupun peneliti lain.
Berikut pemaparan dari kedua hal tersebut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian bab IV yang sudah dianalisis dan dibahas oleh peneliti mengenai alih kode dan campur kode dalam perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar Malang, peneliti menemukan bentuk alih kode beserta faktornya dan bentuk campur kode beserta faktornya. Hal tersebut dapat disimpulkan seperti berikut:
Peneliti menemukan bentuk alih kode yakni dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa alih kode tersebut, yaitu penutur bertujuan untuk lebih dekat dengan lawan bicara dengan cara mengimbangi lawan tutur.
Peristiwa campur kode yang terjadi pada perbincangan gastronomi di Perpustakaan Trotoar. Campur kode terdiri atas penyisipan kata, frasa dan klausa.
Campur kode yang ditemukan tersebut berasal dari kode bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya campur kode tersebut yaitu: (1) bertujuan menunjukkan kemampuannya, (2) keterbatasan penggunaan kode, (3) faktor kebiasaan yang ada pada penutur dan lawan tutur.
5.2 Saran
Berkaitan dengan hasil yang ditemukan, peneliti memberi beberapa saran bagi peneliti lanjutan yang akan meneliti topik yang serupa dengan penelitian ini. Berikut adalah saran dari peneliti:
5.2.1 Bagi Peneliti Lain dan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
1. Penelitian ini sebatas mengkaji terkait bentuk dan faktor-faktor penyebab alih kode dan campur kode di Perpustakaan Trotoar Malang. Peneliti menyarankan agar studi ini mampu dilakukan pengembangan lebih jauh pada subjek dan ranah studi lainnya, misalnya pada lingkup pemerintahan, desa, sekolah, atau lingkup yang lain.
2. Penelitian ini terbatas pada bentuk dan faktor penyebab campur dan alih kode yang umum. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menindaklanjuti studi campur kode dan alih kode pada fokus yang lebih dalam dan sempit sehingga dapat ditemukan analisis persoalan yang lebih fundamental.
3. Hasil studi dapat difungsikan sebagai materi referensi pembelajaran bidang sosiolinguistik bagi mahasiswa pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia, memperkaya wawasan kebahasaan daerah dan nasional, serta pengembangan kemampuan di bidang sosiolinguistik.
5.2.2 Bagi Pengguna Perpustakaan Trotoar Malang.
1. Alih kode dan campur kode merupakan ilmu dalam bidang sosiolinguistik. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau gambaran umum mengenai variasi bahasa yang ada di tempat umum, khususnya di Perpustakaan Trotoar Malang dengan tujuan untuk menciptakan komunikasi yang baik antara
pengunjung dan penjaga lapak baca.
73
Ambarwati, Ari. 2019. Nusantara dalam Piringku. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Aslinda, dan Shafyahya, Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Reflika Aditama.
Azhar, I. N. (Ed). 2011. Sosiolinguistik Teori dan Praktik. Surabaya: Lima-Lima Jaya.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Gilleisole. 2001. Psikologi Umum. Bandung: Bumi Aksara.
Gillespie, C. 2001. European Gastronomy Into The 21st Century. Oxford: Elsevier Butterworth-Heinemann.
Handayanil, A., Mauliyanil, L., Saril, Y. 2018. Penerapan Konsep Skyline pada Perencanaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gastronomik Tradisional di Jakarta. Jurnal Arsitektur Purwarupa 2(1): 23—28, diakses pada
tanggal 2 Oktober 2019 dari
https://www.researchgate.net/publication/327835298
Holmes, Janet. (2001). An Introduction to Sociolinguistic Fourth Edition.
Routledge.
Jendra, M.I.I. 2001. Sosiolinguistics. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ketaren, I. 2017. Gastronomi Upaboga Indonesia. Jakarta: Iga Press.
Kitu, Nela Christina. 2014. Alih Kode dan Campur Kode dalam Interaksi Pembelajaran pada Kelas VII A SMP Negeri 1 Jawai.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia pustaka.
Markhamah. 2000. Etnik Cina: Kajian Linguis Kultural. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Moleong. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nababan. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta.
Nirmala, Vita. 2013. Alih kode dan campur kode tuturan tukul arwana pada acara
―bukan empat mata‖. Ranah, 2(2): 10 – 23).
Nurwitasari, A. 2015. Pengaruh Wisata Gastronomi Makanan Tradisional Sunda terhadap Keputusan Wisatawan Berkunjung ke Kota Bandung. Barista 2(1): 91—11, diakses pada tanggal 2 Oktober 2019 dari http://stp- bandung.ac.id/ejournal/index.php/v01/article/download/34/30
Ong, Walter J. 2012. Orality and Literacy. London: Routledge.
Putri, S. B. 2015. Perancangan Komunikasi Visual Publikasi Buku Gastrofosis: A New Adventure In Indonesian Cooking. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Diakses pada tanggal 2 Oktober dari libray.binus.ac.id
Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rahardi, Kunjana. 2010. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Saleh, Muhammad dan Mahmudah. 2006. Sosiolinguistik. Makassar: Badan Penerbit NM.
Santich, B. 2004. The Study Of Gastronomy And Its Relevance To Hospitality Education
And Training. International Journal Of Hospitality Management, 23(1), 15-24.
Sugiyono, et al. 2017. Alih kode dan campur kode di lingkungan SMA Negeri 1 Pagelaran. J-Symbol (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, 1-11.
Suandi. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarsono. 2013. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.
Suwandi, S. 2008. Serba Linguistik (Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa).
Surakarta: UNS Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
Ulfiani, Siti. 2014. ―Alih Kode dan Campur Kode Dalam Tuturan Masyarakat Bumiayu‖, Diakses tanggal 15 November 2019 dari www.unaki.ac.id/ejournal/index.php.
Wardhaugh, Ronald and Janet M. Fuller. 2015. An Introduction to Linguistics Seventh Edition.
Wenger, E., McDermott, R., dan Snyder, W. 2002. Boston: Harvard Business School Press.
Wiratno, Tri. 2018. Pengantar Ringkas Linguistik Sistemik Fungsional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yule, George. 2006. Pragmatisc. Terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yuniawan, Tommi. 2002. ―Pemilihan Bahasa Pada Masyarakat Etnik Jawa-Sunda Dalam Ranah Pemerintahan: Kajian Sosiolinguistik Masyarakat Brebes‖.
Tesis. Jurusan Ilmu Budaya UGM, Yogyakarta.