• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak sebagai korban kejahatan seksual sudah sepantasnya mendapatkan perlindungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Anak sebagai korban kejahatan seksual sudah sepantasnya mendapatkan perlindungan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Beberapa putusan terkait kasus kejahatan seksual ditemukan di Pengadilan Negeri Yogyakarta, yakni Putusan Nomor 115/Pid.Sus/2014/PN.Yk dan Nomor 8/Pid.Sus-Anak/2015/PN.YyK. Dari sini penulis tertarik untuk menyelidiki apakah pelaksanaan perlindungan anak korban kejahatan seksual di Pengadilan Negeri Yogyakarta sudah sesuai dengan undang-undang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk perlakuan terhadap anak korban kejahatan seksual selama proses persidangan hingga putusan dikeluarkan merupakan bentuk perlindungan hukum yang dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta untuk memenuhi hak-haknya.

MS. Nurainun Mangunsong, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, serta Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang selalu memberikan bimbingan dan dukungan yang baik kepada penulis.

Latar Belakang Masalah

2. tesis, tesis, dan sebagainya) atau penelitian yang mengangkat tema-tema yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak korban kejahatan seksual. Secara khusus perlindungan hukum terhadap anak terkait dengan fenomena kejahatan seksual adalah perlindungan yang diberikan sebelum dan sesudah anak menjadi korban kejahatan seksual. Perlindungan hukum yang terjadi sebelum seorang anak menjadi korban kejahatan seks adalah perlindungan hukum preventif.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada anak setelah anak tersebut terlanjur menjadi korban kejahatan seksual adalah perlindungan hukum opresif.4. Revisi Undang-Undang Perlindungan Anak dalam perkembangan terakhir, salah satunya adalah pembentukan rancangan peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.5. Dalam pelaksanaan upaya represif terhadap kejahatan seksual yang melibatkan anak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, prinsip perlindungan hukum terhadap anak harus sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak sebagai diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak.6.

Anak-anak korban kejahatan seksual berhak mendapatkan hak atau perlindungan khusus bagi mereka. Pemerintah secara substansial telah memberikan cakupan atas hak-hak tersebut melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada Pasal 69A. Dari sini penulis tertarik untuk menyelidiki apakah pelaksanaan perlindungan terhadap anak korban kejahatan seksual di Pengadilan Negeri Yogyakarta sudah terpenuhi sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.

Rumusan Masalah

Mengetahui apakah perlindungan terhadap anak korban kejahatan seksual di Pengadilan Negeri Yogyakarta telah terpenuhi sesuai dengan UU Perlindungan Anak. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai perlindungan atau pemenuhan hak-hak anak korban kejahatan seksual di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Dalam praktiknya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran di bidang peradilan pidana mengenai perlindungan atau perwujudan hak-hak anak korban kejahatan seksual di Pengadilan Negeri Yogyakarta.

Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi seluruh masyarakat yang akan menyelesaikan kasus kejahatan seks anak di pengadilan.

Telaah Pustaka

Kesamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis tulis adalah sama-sama membahas tentang kejahatan seksual terhadap anak. Lebih lanjut, tesis Naelul Azizah yang berjudul “Perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban pelecehan seksual”9 menjelaskan tentang perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban pelecehan seksual menurut. 9 Naelul Azizah, “Perlindungan hukum terhadap anak korban pelecehan seksual”, skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta (2011).

Persamaan tesis Naelul Azizah dengan tesis yang akan penulis tulis adalah sama-sama membahas tentang perlindungan anak korban kejahatan seksual berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak. Kemudian tesis Arifah yang berjudul “Perlindungan Hukum Anak Korban Pelecehan Seksual (Studi Kasus POLDA DIY)” membahas tentang 10 perlindungan hukum terhadap anak korban pelecehan seksual di wilayah hukum Kepolisian Daerah Khusus Yogyakarta (Polda DIY). Selain itu juga dijelaskan mengenai hambatan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak korban pelecehan seksual.

Persamaan antara tesis yang ditulis Arifah dengan tesis yang ditulis kedua penulis adalah sama-sama memandang perlindungan anak sebagai korban kejahatan seksual. 10 Arifah, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Pelecehan Seksual (Studi Kasus POLDA DIY)”, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta (2013). Persamaan antara tesis Nurul Khikmah dengan tesis yang akan penulis tulis adalah keduanya mengkaji apakah hak atau perlindungan anak korban kejahatan seksual di pengadilan negeri sudah terwujud sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.

Kerangka Teoritik

Tesis yang berjudul “Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Seksual di Pengadilan Negeri Bantul” yang ditulis oleh Nurul Khikmah berikut ini mengkaji apakah Pengadilan Negeri Bantul telah memenuhi hak anak korban kejahatan seksual dalam putusan yang sesuai dengan Anak. UU Perlindungan. . Menurut Sadjipto Raharjo, perlindungan hukum memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang dilanggar oleh orang lain, dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati seluruh hak yang diberikan oleh undang-undang; Hajon, perlindungan hukum adalah perlindungan kehormatan dan martabat, serta pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki subjek hukum;

Menurut CST Kansil, perlindungan hukum merupakan serangkaian tindakan hukum yang harus dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk menjamin rasa aman baik secara psikis maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun; Perlindungan hukum menurut Muktie adalah mempersempit makna perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan hukum. Asas perlindungan hukum di Indonesia terbentuk atas dasar Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara, sehingga asas perlindungan hukum di Indonesia adalah asas pengakuan dan perlindungan harkat dan martabat manusia yang bersumber dari Pancasila.

Sebagai negara hukum, bangsa Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia, yaitu perlindungan harkat dan martabat manusia, dan jelas dijamin oleh undang-undang yang berlaku, sehingga korban dan tersangka atau terdakwa dalam perkara pidana dapat mendapat perlindungan. hukum pidana, hukum pidana formil, dan hukum penegakan pidana.13. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Pasal 5 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peradilan, menurut Martiman Prodjhamidjojo, merupakan ketentuan yang menjamin terlindunginya hak asasi manusia dalam Negara Pancasila, tanpa membedakan warna kulit, agama, budaya, sosial, dan lain-lain. gelar, kelas, jenis kelamin dan sebagainya. Selanjutnya, viktimologi berkembang lebih luas lagi pada fase ketiga, yaitu menyelidiki permasalahan korban akibat penyalahgunaan kekuasaan dan hak asasi manusia.

Metode Penelitian

Sahetapy, ruang lingkup viktimologi mencakup bagaimana seseorang (dapat) menjadi korban yang didefinisikan sebagai korban yang tidak selalu berhubungan dengan kejahatan, termasuk korban kecelakaan dan bencana alam di samping korban kejahatan dan penyalahgunaan kekuasaan.20. Viktimologi dapat dijadikan pedoman dalam upaya penyempurnaan berbagai kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang selama ini masih kurang memperhatikan aspek perlindungan korban.21. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu penulis memberikan gambaran umum mengenai hak-hak anak korban kejahatan seksual yang kemudian dianalisis kaitannya dengan proses persidangan dan putusan di Pengadilan Negeri Yogyakarta.

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah hukum-empiris, yaitu penulis terlebih dahulu mengumpulkan data sekunder mengenai peraturan mengenai perlindungan khusus atau hak-hak anak korban kejahatan seksual kemudian mencari dan mengumpulkan informasi mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. untuk menjawab permasalahan dalam penelitian skripsi ini. Sumber data sekunder adalah bahan hukum dalam penelitian yang berasal dari studi kepustakaan. Bahan hukum tersebut adalah sebagai berikut: a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Wawancara merupakan suatu cara memperoleh data atau informasi dengan terlebih dahulu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada orang yang bersangkutan (wawancara terstruktur).

Observasi merupakan kegiatan mencari data dengan cara melihat, mengamati, dan mengamati objek serta perilaku yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan, yang kemudian dianalisis dengan menyesuaikan keakuratan suatu data dengan hasil lain dan kemudian menggunakan metode untuk menarik kesimpulan (metode induktif).

Sistematika Pembahasan

Penulis bab ketiga ini menguraikan tentang perlindungan anak korban kejahatan seksual yang terdiri dari 3 (tiga) subbab. Sub bab pertama membahas tentang korban kejahatan yang meliputi pengertian korban kejahatan, asas-asas perlindungan korban, tujuan perlindungan korban, hak-hak korban dan jenis-jenis korban kejahatan. Subbab kedua menjelaskan kejahatan seksual yang meliputi pengertian kejahatan seksual, bentuk-bentuk kejahatan seksual, faktor-faktor terjadinya kejahatan seksual dan akibat dari kejahatan seksual.

Sub bab terakhir memuat perlindungan hukum terhadap anak korban kejahatan seksual dalam Undang-Undang Perlindungan Anak. Bab keempat penulis menguraikan mengenai pelaksanaan perlindungan anak korban kejahatan seksual di Pengadilan Negeri Yogyakarta dan kepatuhannya terhadap undang-undang tentang perlindungan anak. Dalam pemeriksaan di persidangan, anak korban mendapat pendampingan dari lembaga Rifka Annisa untuk membantu penguatan mental anak.

Setelah keputusan diambil, anak korban direhabilitasi di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan (BPRSW) dengan rujukan dari lembaga Rifka Annisa. Upaya perlindungan anak korban kejahatan seksual di Pengadilan Negeri Yogyakarta yang dilaksanakan sesuai dengan Pasal 69A Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, memberikan perlindungan dan bantuan. (Rifka Annisa) saat diperiksa di pengadilan. Pengadilan Negeri Yogyakarta telah bekerjasama dengan Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Perempuan Yogyakarta (BPRSW) atau lembaga lain yang peduli dalam memberikan pendidikan nilai sopan santun kepada anak korban kejahatan seksual, guna memenuhi hak-hak korban. yang belum terpenuhi.

Peraturan Perundang-Undangan

UU No. 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Buku Hukum

Khikmah, Nurul, “Penegakan hak anak korban kejahatan seksual di Pengadilan Negeri Bantul”, skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2016). Lamintang, PAF dan Theo Lamintang, Tindak Pidana Khusus Tindak Pidana Pelanggaran Norma Moral dan Kepatutan, Jakarta: Sinar Grafa, 2011.

Sumber lain

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintahan Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perlindungan Terhadap Korban Dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat.Lembaran Negara Republik

yang mengarah pada tingdak pidana. Kendala yang dihadapi Polri dalam memberikan perlindungan hukum. terhadap korban dari tindakan kekerasan seksual dalam

bahwa perlunya perlindungan hukum terhadap anak yang potensial menjadi korban.. perdagangan manusia ( human trafficking ) karena hak-hak asasi manusia

Perlindungan hukum terhadap korban KDRT sebagai bentuk perlindungan hak asasi manusia khususnya kaum perempuan, telah diatur dalam bentuk undang- undang yaitu

Disisi lain, apabila berkaca pada hukum kebiasaan internasional, sebuah Negara yang melakukan perlindungan terhadap penegakan hak asasi manusia, maka Negara tersebut

Anak merupakan amanah dan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang seutuhnya yang harus dijunjung

---, 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, Muladi, 2009, Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Bandung: PT

Perlindungan Hukum Bagi Pasien Korban Malpraktek dalam Kajian Hukum Positif di Indonesia Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan