Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam
Tersedia dihttps://journal.uii.ac.id/jeki
Keuangan Islam dan perekonomian Indonesia: Sebuah analisis empiris Ghina Sakinah
1, Rahmatina A Kasri
2, Nurkholis
31
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
2,3
Pusat Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia,
Jakarta, Indonesia
Sejarah Artikel
Diterima : 20 Desember 2021 Revisi : 30 Desember 2021 Diterima : 5 Januari 2022 Diterbitkan : 15 Januari 2022
Abstrak
Tujuan–Keuangan Islam menjadi semakin penting baik secara global maupun di Indonesia. Namun, studi mengenai hubungan antara keuangan Islam dan perekonomian Indonesia masih sedikit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara keuangan syariah dan perekonomian Indonesia.
Kata kunci:
Pertumbuhan ekonomi Indonesia, keuangan syariah Indonesia, pembiayaan bank syariah, reksa dana syariah, sukuk (obligasi syariah)
Metodologi–Kami menggunakan data bulanan periode 2011–2020 yang diestimasi menggunakan Vector Error Correction Model (VECM).
Variabel terikatnya adalah PDB Indonesia, sedangkan variabel bebasnya adalah variabel makroekonomi (investasi, keterbukaan perdagangan dan inflasi), keuangan syariah (perbankan syariah, pasar modal dan Sukuk) dan variabel dummy Covid-19.
DOI:
10.20885/JEKI.vol8.iss1.art4Klasifikasi JEL:
E44, E52, G01, G21, G32 Temuan–Kami menemukan hubungan sebab akibat satu arah antara keuangan Islam dan PDB Indonesia. Dalam jangka pendek, sukuk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDB. Sementara dalam jangka panjang, bank syariah dan reksadana syariah diketahui mempunyai dampak signifikan terhadap PDB. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara keuangan syariah dan PDB Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Investasi, inflasi dan terjadinya pandemi Covid-19 juga memberikan dampak yang signifikan terhadap PDB.
Penulis yang sesuai:
[email protected] Email penulis:
Keaslian–Kebanyakan penelitian yang menghubungkan keuangan Islam dan ukuran ekonomi hanya menggunakan perbankan Islam sebagai proksi keuangan Islam. Namun, meskipun lembaga perbankan syariah
mendominasi lanskap keuangan syariah, lembaga keuangan syariah non- bank seperti pasar modal semakin berperan penting di banyak negara, termasuk Indonesia. Penelitian ini mengisi kesenjangan tersebut dengan memasukkan variabel pasar modal syariah untuk menjelaskan hubungan antara keuangan syariah dan ukuran ekonomi di Indonesia
Jenis kertas:
Makalah penelitian
Kutip artikel ini:
Sakinah, G., Kasri., RA, & Nurkholis.
(2022). Keuangan Islam dan perekonomian Indonesia; Analisis empiris,Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, 8(1), 47-59. https://doi.org/
10.20885/JEKI.vol8.iss 1.art4 Keterbatasan penelitian–Karena keterbatasan data, kami hanya menggunakan reksa dana syariah dan Sukuk untuk mewakili lembaga keuangan non-bank, yang secara sektoral mencakup berbagai sub-sektor lainnya.
Implikasi praktis–Para pengambil kebijakan, industri dan akademisi dapat menggunakan temuan penelitian ini untuk mempercepat pengembangan keuangan syariah di Indonesia dan memperkuat perannya dalam mendukung dan membantu pemulihan perekonomian Indonesia.
Perkenalan
Ekonomi Islam semakin penting baik secara global maupun di Indonesia. State of the Global Islamic Economic Report 2020 (SGIE) mengungkapkan bahwa nilai aset keuangan Islam mencapai $2,5 triliun pada tahun 2018.
Diperkirakan umat Islam juga menghabiskan US$2,2 triliun pada tahun 2018 di sektor makanan, farmasi, dan gaya hidup yang terkena dampak dari krisis ini. Kebutuhan konsumsi etis yang diilhami iman Islam. Pengeluaran ini mencerminkan pertumbuhan tahun-ke-tahun yang sehat sebesar 5,2% dan memang demikian
P ISSN 2088-9968
|
E ISSN 2614-6908Hak Cipta @ 2022 Penulis.Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah ketentuan Lisensi Atribusi Creative Commons (http://
creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/ )
diperkirakan mencapai US$3,2 triliun pada tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan kumulatif (CAGR) sebesar 6,2%. Selain itu, keuangan syariah Indonesia menduduki peringkat ke-6 dalam Top 10 Industri Keuangan Islam secara global. Sementara itu, ekonomi syariah Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam Top 10 Global Islamic Economy Index (DinarStandard, 2020).
Di Indonesia, kemunculan keuangan syariah dapat ditelusuri kembali ke tahun 1991 ketika Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan sebagai bank syariah pertama di tanah air. BMI mulai beroperasi pada tahun 1992 berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Syariah. Undang-undang tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa ada dua sistem perbankan di Indonesia: perbankan konvensional dan perbankan syariah (Hutapea & Kasri, 2010).
Saat ini, keuangan syariah telah berkembang secara signifikan di Indonesia. Seperti terlihat pada Tabel 1, per Desember 2020, nilai total aset keuangan syariah Indonesia tumbuh sebesar 31,77% menjadi sebesar 1.801,40 triliun rupiah, jauh lebih tinggi dibandingkan total nilai pada tahun 2019 yang sebesar 1.367,06 triliun rupiah. Selanjutnya diantara berbagai sektor keuangan syariah, pasar modal syariah mempunyai total aset paling besar yaitu sebesar 1.076,22 triliun rupiah. Industri perbankan syariah memiliki total aset sebesar 608,90 triliun rupiah, sedangkan sektor keuangan non-bank syariah (IKNB) memiliki total aset terkecil yaitu sebesar 116,22 triliun rupiah. Secara keseluruhan, industri keuangan syariah Indonesia memiliki pangsa pasar sebesar 9,95% (Otoritas Jasa Keuangan, 2020a).
Tabel 1.Total Aset Keuangan Syariah Indonesia
Industri Keuangan Islam Perbankan Islam
Pasar Modal Islam
Industri Keuangan Non Bank Syariah Total Industri Keuangan Islam Kapitalisasi Saham Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2020a)
2018
489.69 603.41 97.12 1190.22
3666.7
2019
538.32 723.13 105.61 1367.06 3744.80
2020
608.90 1076.22
116.28 1801.40 3550.20
Berdirinya perbankan syariah dan industri keuangan non syariah diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian mengenai hubungan keuangan Islam dan pertumbuhan ekonomi telah dilakukan di beberapa negara dan wilayah, antara lain kawasan Timur Tengah (Tabash & Dhankar, 2014), Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan UAE (GCC) (Grassa & Gazdar , 2013), Uni Emirat Arab (Zarrouk, 2016), dan Malaysia (Gani & Bahari, 2020). Mayoritas penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perbankan syariah telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di masing- masing negara. Penelitian serupa telah dilakukan di Indonesia dan menghasilkan kesimpulan yang sebanding (lihat misalnya Abduh & Omar, 2012; Anwar et al., 2020; Santoso & Nurzaman, 2020). Perlu dicatat juga bahwa sebagian besar penelitian sebelumnya menggunakan perbankan Islam sebagai proksi keuangan Islam (lihat, misalnya, Tabash & Dhankar, 2014; Gani & Bahari, 2020; Abduh & Omar, 2012; Anwar et al., 2020) .
Meskipun perbankan Islam merupakan aspek dominan keuangan Islam di seluruh dunia, lembaga keuangan Islam non-bank seperti pasar modal juga menjadi semakin penting di banyak negara Muslim. Memang benar, di Indonesia, pangsa pasar modal syariah melebihi pangsa
perbankan syariah, seperti disebutkan sebelumnya. Bahkan data menunjukkan bahwa pasar modal
syariah terus tumbuh selama pandemi Covid-19 di saat sektor perbankan syariah dan konvensional
mengalami kontraksi. Selain itu, total nilai obligasi syariah atau Sukuk yang diterbitkan negara (juga
dikenal sebagai SBSN) meningkat sekitar 42,20% selama pandemi. Hal ini terutama disebabkan oleh
peningkatan kebutuhan pembiayaan seiring dengan semakin melebarnya defisit APBN Indonesia
akibat pandemi Covid-19, yang pertumbuhannya disebabkan oleh kenaikan tingkat penerbitan Sukuk
melalui metode lelang (Otoritas Jasa Keuangan, 2020a). Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut di
masa depan. Semakin pentingnya lembaga keuangan nonbank syariah, termasuk pasar modal
syariah, dan terus berkembangnya perbankan syariah di Indonesia memotivasi kami untuk
menyelidiki hubungan antara keuangan syariah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan
memasukkan indikator pasar modal syariah.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan keuangan syariah, termasuk pasar modal syariah, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Kami menggunakan Model Koreksi Kesalahan Vektor (VECM) untuk menyelidiki hubungan tersebut. Variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan variabel bebasnya meliputi variabel makroekonomi (pembentukan modal tetap bruto, keterbukaan perdagangan dan inflasi), keuangan syariah (pembiayaan bank syariah, reksa dana syariah atau syariah, dan Sukuk) dan Covid-19 sebagai dummy. variabel. Kami menggunakan data bulanan yang mencakup periode 2011–2020. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pengambil kebijakan, industri, dan akademisi untuk mempercepat pengembangan keuangan syariah di Indonesia dan memperkuat perannya dalam mendukung pemulihan perekonomian Indonesia.
Makalah ini disusun sebagai berikut. Setelah bagian pendahuluan, Bagian 2 mengulas literatur yang relevan. Bagian 3 kemudian menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian, sedangkan Bagian 4 membahas temuan dan analisis penelitian. Bagian terakhir menyimpulkan dan memberikan beberapa rekomendasi.
Tinjauan Literatur
Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Sektor Keuangan
Ukuran ekonomi dan pertumbuhannya biasanya dijadikan acuan ketika merumuskan langkah-langkah pembangunan ekonomi di berbagai negara. Berbagai sarjana telah berkontribusi terhadap teori pertumbuhan ekonomi, mulai dari Keynes hingga Harrod-Domar dan Mankiw. Dalam Teori Umum, Keynes mengemukakan bahwa total pendapatan suatu perekonomian sangat ditentukan oleh total, atau agregat, pengeluaran rumah tangga, dunia usaha, dan pemerintah dalam jangka pendek (Mankiw, 2009). Sementara itu, Harrod-Domar menekankan pentingnya tabungan dan investasi dalam meningkatkan aliran output nasional dalam jangka panjang (Todaro, 2014). Faktor lain seperti perdagangan internasional juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Salvatore, 2013). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi menjadi acuan ketika regulator merumuskan kebijakan. Pemerintah harus mempertimbangkan besaran variabel-variabel tersebut di atas terhadap
pertumbuhan ekonomi, yang biasanya diukur dengan menggunakan indikator produk domestik bruto (PDB).
Mengingat keuangan merupakan komponen penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, maka hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan keuangan merupakan topik utama yang telah lama dibahas dan diteliti dalam penelitian Schumpeter (1911, 1934) yang menyatakan bahwa perantara keuangan seperti bank dapat menjadi komponen utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. proses pembangunan ekonomi suatu negara. McKinnon (1973) dan Shaw (1973) melengkapi hasil sebelumnya mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan keuangan dan mengemukakan bahwa baik perkembangan keuangan maupun munculnya akumulasi modal dan investasi diperlukan untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan perekonomian suatu negara. Selain itu, Song dkk. (2021) menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mendorong perkembangan sektor keuangan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan akan menyebabkan peningkatan minat masyarakat dalam menggunakan produk dan jasa dari sektor keuangan. Hal ini pada gilirannya akan mendorong sektor keuangan untuk mengembangkan inovasi dan teknologi, yang seiring berjalannya waktu akan semakin meningkatkan perkembangan sektor keuangan. Dari siklus tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan keuangan tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebagai sarana penunjang investasi saja, namun pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhi perkembangan sektor keuangan melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, ada dua sistem keuangan yang hidup berdampingan di banyak negara di dunia, yaitu sistem keuangan konvensional dan Islam. Berbeda dengan keuangan konvensional, keuangan syariah didasarkan pada keyakinan dan menerapkan landasan yang terkandung dalam hukum syariah dan prinsip- prinsip ekonomi Islam (Habib, 2018; Nastiti & Kasri, 2019). Bank Islam, sebagai lembaga keuangan Islam, menetapkan tujuan dan operasinya berdasarkan dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Islam. Akibatnya, bank syariah memberikan layanan komersial kepada nasabah tanpa bunga (riba) dan melarang riba dalam semua transaksi perbankan syariah. Larangan ini menandai perbedaan mendasar antara sistem perbankan Islam dan konvensional (Kettell, 2011).
Di antara jasa keuangan yang ditawarkan oleh bank, salah satu kegiatan utamanya adalah pembiayaan.
Hal ini menjadi acuan dalam menentukan dampak keuangan terhadap perekonomian, dan juga berlaku ketika melihat kinerja keuangan syariah. Secara teoritis, pembiayaan bank syariah berkontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi karena secara langsung memfasilitasi proses pembangunan. Hal ini terlihat dari kontribusi kegiatan pembiayaan yang meningkatkan produktivitas perekonomian yang berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat kemudian akan membantu dalam mendorong proses pembangunan (Achmad, 2016). Selain itu, jenis aktivitas pendanaan ini memiliki hubungan jangka panjang yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi (Kasri & Kassim, 2009; Mosab & Raj, 2014; Kassim, 2016). Studi empiris lebih lanjut mengenai kontribusi keuangan Islam terhadap pertumbuhan ekonomi diuraikan pada bagian berikutnya.
Studi Empiris Sebelumnya
Penelitian mengenai hubungan keuangan Islam dengan PDB atau pertumbuhan ekonomi telah dilakukan di beberapa negara dan wilayah, termasuk kawasan Timur Tengah (Tabash & Dhankar, 2014); Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan UEA (GCC) (Grassa & Gazdar, 2013); Uni Emirat Arab (Zarrouk, 2016), dan Malaysia (Gani & Bahari, 2020). Mayoritas penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perbankan syariah telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara
Lebih khusus lagi, Yusof dan Bahlous (2013) meneliti pengaruh perkembangan keuangan Islam dan konvensional terhadap pertumbuhan ekonomi di lima negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC), yaitu Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan UEA, serta Indonesia. dan Malaysia. Studi mereka menemukan bahwa keuangan Islam mendorong pertumbuhan ekonomi di lima negara GCC; namun, tidak ditemukan hubungan signifikan antara keuangan konvensional dan pertumbuhan. Dalam jangka pendek, bank syariah diketahui memberikan kontribusi lebih besar di Malaysia dan Indonesia dibandingkan di negara-negara GCC. Demikian pula Grassa dan Gazdar (2013) meneliti perkembangan keuangan dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara GCC, membandingkan keuangan Islam dan konvensional. Penelitian mereka menunjukkan secara empiris bahwa keuangan Islam mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan keuangan konvensional tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara-negara anggota GCC. Selanjutnya di Malaysia, Gani dan Bahari (2020) meneliti kontribusi perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi riil negara tersebut. Mereka tidak menemukan hubungan yang signifikan antara perbankan Islam dan ekonomi riil dalam jangka pendek. Sementara itu, dalam jangka panjang, pembiayaan dan simpanan dari perbankan syariah terbukti memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Malaysia. Studi ini mengidentifikasi hubungan dua arah antara simpanan perbankan syariah dan PDB Malaysia; namun pembiayaan perbankan syariah tidak mempengaruhi PDB.
Abduh dan Omar (2012) bertujuan untuk mengetahui hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara perkembangan perbankan syariah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Studi mereka menemukan adanya hubungan yang signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang antara perkembangan keuangan syariah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan dua arah. Baru-baru ini, Anwar dkk. (2020) melakukan penelitian serupa dengan menggunakan kantor deposito, pembiayaan, dan bank syariah untuk memperkirakan hubungan tersebut. Mereka menemukan hubungan yang signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang antara deposito dan kantor bank syariah dengan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, terdapat bukti hubungan dua arah antara bank syariah dan pertumbuhan ekonomi. Senada dengan Santoso dan Nurzaman (2020) yang mengidentifikasi adanya hubungan positif antara pertumbuhan sektor keuangan syariah dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dimana sistem perbankan syariah dan Sukuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Singkatnya, terdapat bukti bahwa bank syariah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah dibahas sebelumnya dan tinjauan literatur, penelitian ini mengembangkan tiga hipotesis. Pertama, dihipotesiskan bahwa terdapat hubungan sebab akibat satu arah antara keuangan syariah dan perekonomian Indonesia. Hal ini pada dasarnya karena perkembangan keuangan dan munculnya kegiatan seperti pengumpulan modal dan investasi diperlukan untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan perekonomian negara (McKinnon, 1973; Shaw, 1973). Dengan demikian, keuangan Islam dan aktivitas keuangan secara umum akan mempengaruhi ukuran dan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini juga menyiratkan bahwa hal ini pentingkausalitas searah ataupositif satu arah
hubungan sebab akibat antara keuangan Islam dan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana juga dikemukakan oleh Majid dan Kassim (2014) dan Zarrouk (2016). Oleh karena itu, hipotesis berikut diturunkan:
H
1: Terdapat hubungan positif (searah kausal) antara keuangan syariah dan PDB Indonesia
Kedua, peran keuangan syariah dalam pertumbuhan ekonomi negara dalam jangka pendek dijelaskan oleh Kassim (2016) yang studinya menemukan bahwa pembiayaan bank syariah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi industri dalam jangka pendek, menunjukkan adanya dampak jangka pendek.
Kausalitas Granger antara pembiayaan bank syariah dan aktivitas ekonomi riil. Meskipun Kassim (2016) hanya fokus pada pembiayaan perbankan syariah, penelitian ini berpendapat bahwa cakupan keuangan syariah yang lebih luas di luar perbankan syariah juga akan memiliki hubungan serupa dengan pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian, hubungan antar variabel dapat dihipotesiskan sebagai berikut:
H
2: Terdapat hubungan jangka pendek antara keuangan syariah dan PDB Indonesia
Ketiga, sebagaimana penelitian sebelumnya menemukan bahwa perbankan syariah dan keuangan syariah secara umum telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap aktivitas ekonomi riil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Abduh & Omar, 2012; Kassim, 2016; Gani & Bahari, 2020) hipotesis berikut dapat dirumuskan dalam penelitian ini:
H
3: Terdapat hubungan jangka panjang antara keuangan syariah dan PDB Indonesia
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan data time-series yang berasal dari data bulanan yang mencakup periode tahun 2011 hingga tahun 2020. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia dan Moneter Internasional. Dana (IMF). Penelitian ini menggunakan VECM sebagai metodenya karena merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara data multi-variabel seperti data makroekonomi dan fluktuasi yang terkait (Asad & Siddiqui, 2019; Intan dkk. ., 2020). Selanjutnya
berdasarkan penelitian terdahulu antara lain Kassim (2016), Gani dan Bahari (2020), Anwar dkk. (2020) dan Santoso dan Nurzaman (2020), beberapa variabel dapat digunakan dalam jenis penelitian ini untuk menjelaskan hubungan keuangan syariah dan perekonomian Indonesia. Penjelasan mengenai variabel- variabel tersebut disajikan pada Tabel 2.
Meja 2.Deskripsi Variabel
Jenis
Variabel BergantungSimbol
PDB
Nama Definisi
Sumber dataBPS
Referensi Bruto
lokal
produkHarga Konstan PDB
(Rp Miliar) Kassim (2016); Gani &
Bahari (2020); Anwar dkk (2020); Santoso &
Nurzaman (2020) Kassim (2016); Gani &
Bahari (2020); Anwar dkk (2020)
Mandiri PBS
Bank Syariah PembiayaanJumlah pembiayaan disalurkan secara Islam Perbankan (Rp Miliar)
Jumlah
syariah yang luar biasa
reksa dana (Rp
Miliar)Jumlah yang beredar Obligasi Islam (Sukuk) (Rp Miliar)
Investasi dalam bentuk tetap
aset (Rp Miliar)
Perbankan Islam Statistik, OJK
RDS
Syariah Saling MenguntungkanDana
Saling IslamiStatistik Dana,
OJK
SUS
Sukuk (Syariah Obligasi)Obligasi Islam (Sukuk) Statistik, OJK Statistik IMF
Santoso & Nurzaman (2020)
PMTB
Tetap Bruto ModalPembentukan
Keterbukaan Perdagangan
Kassim (2016); Gani &
Bahari (2020)
KE
Jumlah ekspor danimpor kembali normal
berdasarkan PDB (%)
Inflasi, bulanan (%)
BPS dan IMF
Statistik Kassim (2016)
INF
COV19Inflasi BPS
Kassim (2016); Gani &Bahari (2020) COVID-19 1 = Covid-19; 0 = Sebelum Covid-19
Berdasarkan uraian variabel-variabel yang diberikan pada Tabel 2 dan penelitian Abduh dan Omar (2012), Kassim (2016) serta Santoso dan Nurzaman (2020), maka model untuk menjelaskan hubungan seluruh variabel ditulis sebagai berikut:
lnPDB
T=
0+
1lnPBS
T+
2lnRDS
T+
3di SUS
T+
4di PMTB
T+
5T
+
6T
+
719
T+ 휀 (1)
Karena sebagian besar variabelnya merupakan variabel makroekonomi, maka penelitian ini menggunakan VECM, seperti yang sebelumnya digunakan oleh Kassim dan Majid (2014), Ada et al (2014), dan Anwar et al. (2020).
Secara umum bentuk persamaan regresi VECM dapat dituliskan sebagai berikut:
∆
= ⍺
1+ ∑
∆
= ⍺
2+ ∑
=1=12
∆
−+ ∑
=12
∆
−+ ∑
=12
∆
−1
∆
−+ ∑
=11
∆
−+ ∑
=1
1
∆
−(2)
(3)
Model penelitian ini terdiri dari beberapa tahap analisis dan pengujian, termasuk unit root uji untuk memeriksa stasioneritas variabel, uji lag optimum untuk mengetahui lag optimal model, dan uji stabilitas VAR untuk memvalidasi model dan data (Gujarati, 2021). Selanjutnya dilakukan uji
Granger Causality dan Cointegration untuk menganalisis hubungan sebab akibat antar variabel dan mengetahui apakah terdapat hubungan jangka panjang atau tidak. Terakhir, VECM digunakan untuk menguji perilaku jangka pendek dan jangka panjang dari variabel-variabel dalam penelitian ini.
Hasil dan Diskusi
Sebelum menguji hubungan antar variabel, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dilakukan beberapa pengujian untuk menentukan model estimasi terbaik. Ini termasuk uji unit root, uji panjang lag optimal, dan uji stabilitas. Setelah itu dilakukan uji kausalitas dan kointegrasi.
Penelitian ini menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) pada level dan first differential untuk menentukan stasioneritas data (lihat Tabel 3). Pada level ini, hasilnya menunjukkan hanya satu variabel yang stasioner. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan dengan menguji data pada perbedaan pertama. Hasil penelitian menunjukkan nilai probabilitas seluruh variabel berada di bawah nilai kritis MacKinnon yaitu 1%, 5% dan 10%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua variabel stasioner pada perbedaan pertama.
Tabel 3.Hasil Uji Akar Unit pada Level dan Perbedaan Pertama
Tingkat Perbedaan Pertama
Kesimpulan Variabel
Masalah Kesimpulan Masalah
0,0000 0,0600
LNPDB
0,7169 Tidak Stasioner Tidak bergerakLNPBS LNRDS LNSUS LNPTB
INF KE
0,9517 1.0000 0,9934 0,9683 0,0012 0,1119
Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner
Tidak bergerak
Tidak Stasioner
Tidak bergerak Tidak bergerak Tidak bergerak Tidak bergerak Tidak bergerak Tidak bergerak
0,0000 0,0000 0,0788 0,0000 0,0000
Pengujian panjang lag optimal digunakan untuk melihat lag optimal pada penelitian ini, yang hasilnya dirangkum pada Tabel 4. Dari hasil tersebut terlihat empat kriteria yaitu LR, FPE, AIC dan HQ menunjukkan hal yang sama
ketinggalan. Dengan demikian disimpulkan bahwa model ini mempunyai lag optimal sebesar 10.
Tabel 4.Hasil Uji Panjang Lag Optimal
Ketinggalan
1 2 6 9 10
LogL
1486.596 1567.575 1847.860 2213565 2389.575
LR
TIDAK
138.4009 64.49809 89.82184 96.00527*
FPE
8.09E-22 6.03E-22 6.30E-22 1.27E-22AIC
- 2586539
SC
- 24.29420*
markas besar
- 25.22810 - 26.17410
- 26.61564 - 29.77391
- 23.03172 - 17.18851 - 15.63321
- 24.89953 - 22.79194 - 24.03836 4.84e-23* - 31.81045* - 16.09856 - 25.43762*
Selanjutnya dilakukan uji stabilitas VAR dengan menggunakan AR Roots Graph. Dari hasil uji stabilitas VAR pada Gambar 1 terlihat tidak ada akar invers di luar lingkaran. Dengan
demikian disimpulkan bahwa model sudah stabil dan dapat dilanjutkan ke tahap analisis berikutnya.
Akar Invers Polinomial Karakteristik AR 1.5
1.0 0,5 0,0 0,5 1.0
1.5
- 1.5 - 1.0 - 0,5 0,0 0,5 1.0 1.5
Gambar 1.Grafik Akar AR
Selanjutnya dilakukan Analisis Kausalitas Granger untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel. Kausalitas terjadi bila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat hipotesis yang
digunakan (1%, 5%, 10%). Tabel 5 merangkum hasil uji kausalitas Granger antara PDB, pembiayaan bank syariah, reksadana syariah, Sukuk, investasi (pembentukan modal tetap bruto), keterbukaan perdagangan dan inflasi di Indonesia.
Tabel 5. Hasil Uji Kausalitas Granger Hipotesis Nol:
LNRDS tidak Granger Penyebab LNPDB LNSUS tidak Granger Penyebab LNPDB LNPMTB tidak Granger Penyebab LNPDB INF tidak Granger Penyebab LNPDB LNPDB tidak Granger Penyebab TO
INF tidak Granger Penyebab TO INF tidak Granger Penyebab LNPBS INF tidak Granger Penyebab LNRDS INF tidak Granger
Penyebab LNSUS LNSUS tidak Granger Penyebab LNRDS LNRDS tidak Granger Penyebab COV19 COV19 tidak Granger Penyebab LNPMTB
Catatan: ***, ** dan * menunjukkan signifikansi masing-masing pada 1%, 5% dan 10%.
Ob. 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110
F-Statistik 2.61192 5.79776 2.80457 2.32067 1.92303 2.87327 3.07074 2.10624 2.62245 2.58662 5.54502 26.9868
Masalah.
0,0079**
0,000***
0,0046**
0,0177**
0,0521*
0,0038**
0,0022**
0,0319**
0,0076**
0,0085**
0,000***
0,000***
Dari hasil pengujian pada Tabel 5 terlihat bahwa RDS, SUS, PMTB dan INF mempunyai hubungan sebab akibat terhadap PDB. Hasil tersebut memberikan implikasi bahwa reksa dana syariah, Sukuk, pembentukan modal tetap bruto dan inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi reksadana syariah, Sukuk, pembentukan modal tetap bruto dan inflasi. Selanjutnya PDB mempunyai hubungan sebab akibat satu arah dengan TO yang berarti pertumbuhan ekonomi mempengaruhi keterbukaan perdagangan, namun keterbukaan perdagangan tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. INF mempunyai hubungan sebab akibat satu arah dengan TO, PBS, RDS dan SUS yang berarti inflasi mempengaruhi keterbukaan perdagangan, pembiayaan bank syariah, reksa dana syariah dan Sukuk. Namun keterbukaan perdagangan, pembiayaan bank syariah, reksa dana syariah dan Sukuk tidak berpengaruh terhadap inflasi. SUS mempunyai hubungan sebab akibat satu arah dengan RDS yang artinya Sukuk berpengaruh terhadap reksa dana syariah, namun reksa dana syariah tidak berpengaruh terhadap Sukuk.
RDS memiliki hubungan sebab akibat satu arah dengan COV19, yang mana
Artinya reksa dana syariah berpengaruh terhadap Covid-19, namun Covid-19 tidak berpengaruh terhadap reksa dana syariah. Terakhir, COV19 mempunyai hubungan sebab akibat satu arah dengan PMTB. Artinya Covid-19 mempengaruhi pembentukan modal tetap bruto, namun pembentukan modal tetap bruto tidak mempengaruhi Covid-19.
Tabel 6. Hasil Uji Kointegrasi
Tes Peringkat Kointegrasi Tidak Terbatas (Jejak)
Nilai kritis 0,05
159.5297 125.6154 95.75366 69.81889 47.85613 29.79707 15.49471
Jumlah CE yang dihipotesiskan Nilai eigen Statistik Jejak Masalah.**
Tidak ada * Paling banyak 1 * Paling banyak 2 * Paling banyak 3 * Paling banyak 4 * Paling banyak 5*
Paling banyak 6*
0,848618 0,776356 0,614117 0,500092 0417446 0,272390 0,243637
672.3993 466.6127 303.3635 1995713 123.9981 65.10181 30.44094
0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002
Selanjutnya dilakukan uji kointegrasi dengan membandingkan nilai trace statistic dengan nilai kritis 5%. Jika nilai statistik jejak lebih besar dari nilai kritis maka terjadi kointegrasi. Dari hasil estimasi pada Tabel 6, nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis yang berarti model ini mempunyai kointegrasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara model dan variabel penelitian ini.
Terakhir, analisis VECM dilakukan untuk menguji hubungan jangka panjang antara keuangan Islam dan perekonomian Indonesia. Syarat penggunaan VECM adalah variabel
penelitian stasioner pada selisih pertama dan mempunyai kointegrasi. Dari hasil pengujian (lihat Tabel 7) terlihat bahwa kriteria tersebut telah terpenuhi, oleh karena itu VECM dapat digunakan.
Hasil uji VECM diberikan sebagai berikut.
Tabel 7. Hubungan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Jangka pendek
D(LNPDB)
Jangka panjang
Kointegrasi
Persamaan:
Kesalahan
Koreksi:
KesalahanKointegrasi
Persamaan:
D(LNPDB)
CointEq1 CointEq1Koreksi:
- 0,345572 (0,13309) [-2.59660]
0,048008 (0,06821) [0,70382]
- 1.637462 (1,04455) [-1.56763]
0,004735 (0,00754) [0,62803]
0,026868 (0,01352) [1.98709]
Keterangan: nilai signifikansi t-tabel 5% = 1,96
- 0,231257 (0,22361) [-1.03419]
0,101493 (0,04248) [2.38940]*
- 0,154316 (0,11274) [-1.36877]
- 0,063592 (0,04269) [-1.48955]
D(LNPDB(-
10)) D(LNPBS(- 10)) LNPDB(-1)
1.000000C
30.913170,709286 (0,16446) [4.31277]*
0,343817 (0,12035) [2.85671]*
0,024624 (0,12414) [0,19836]
- 4.464126
LNPTB(-1) (0,46431)
[-9.61461]*
0,848497 (0,58375) [1.45353]
- 1.181263 (0,11601) [-10.1824]*
- 0,719972
D(LNRDS(-
10)) D(LNSUS(- 10))
LNPBS(-1)KE(-1)
D(LNPTB
(-10))
D(KE(-10)) LNRDS(-1) INF(-1)
D(COV19(-
D(INF(-10)) 10))
LNSUS(-1) COV19(-1) (0,13863)[-5.19353]*
C
Dari hasil jangka pendek di atas terlihat bahwa satu-satunya variabel independen yang
berpengaruh signifikan terhadap PDB adalah SUS, dimana SUS bernilai positif. Suatu variabel dikatakan signifikan jika nilai t statistik lebih besar dari nilai t. Dari hasil pengujian jangka panjang di atas, variabel tertentu mempunyai nilai lebih besar dari nilai t 5% dengan nilai signifikansi 1,96 yaitu PBS, RDS, PMTB, INF dan COV19. Oleh karena itu, dapat disarankan bahwa dalam jangka panjang, variabel yang mempengaruhi PDB secara signifikan adalah pembiayaan oleh bank syariah, reksa dana syariah, pembentukan modal tetap bruto, inflasi dan pandemi Covid-19.
Diskusi
Pada hasil uji kausalitas Granger, temuan bahwa reksa dana syariah dan Sukuk mempengaruhi PDB cukup intuitif dan sesuai dengan teori karena keduanya merupakan sumber pembiayaan
pembangunan yang dapat mendorong PDB dan selanjutnya pertumbuhan ekonomi (Nurafiati, 2019). . Di Indonesia, sebagian besar Sukuk merupakan Sukuk Negara (SBSN) yang digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Contohnya seperti pembangunan Kereta Api Trans
Sumatera, jembatan Holtkamp dan jembatan pendekat Holtkamp, pengembangan Bandara
Muhammad Salahudin Bima, pengendalian banjir di sungai Palu, pembangunan Pusat Penelitian dan Edukasi Keanekaragaman Hayati di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. , dan beberapa proyek lainnya (DJPPR, 2021).
Selain itu, pembentukan modal tetap bruto dan inflasi mempengaruhi PDB dan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tetap bruto yang merupakan bagian dari investasi dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian dimana investasi dapat meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan output (Mankiw, 2009; Todaro, 2014). Inflasi merupakan salah satu faktor pengukur stabilitas lingkungan perekonomian domestik, dimana perubahan inflasi akan mempengaruhi pergerakan perekonomian (Kassim, 2016). Hasil uji kausalitas Granger juga menunjukkan bahwa PDB berpengaruh terhadap keterbukaan perdagangan. Membaiknya perekonomian sejalan dengan berkembang dan mengalami perubahan teknologi dan inovasi beberapa industri terkait kemampuan sumber daya manusia, transfer teknologi, dan peningkatan akumulasi aliran masuk modal asing. Perkembangan industri seperti itu akan meningkatkan output negara dan memungkinkan negara tersebut menjual lebih banyak produk/jasa di pasar internasional (Lee & Huang, 2002). Akibatnya, peningkatan aktivitas ekspor akan meningkatkan nilai keterbukaan perdagangan suatu negara.
Dari hasil pengujian jangka pendek juga ditemukan bahwa Sukuk (obligasi syariah) mempengaruhi ukuran perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Hal ini dikarenakan Sukuk dapat digunakan sebagai modal finansial untuk proyek-proyek sosial dan bisnis, seperti proyek pertanian dan transportasi yang
manfaatnya dapat dirasakan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Altaleb & Alkhatib, 2016). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keuangan syariah dengan ukuran perekonomian Indonesia dalam jangka pendek.
Hasil yang disebutkan di atas juga sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya (lihat,
antara lain Abduh & Omar, 2012; Kassim & Majid, 2014; Mosab & Raj, 2014; Kassim, 2016; Gani & Bahar, 2020) yang menyatakan bahwa pembiayaan perbankan syariah berpengaruh positif terhadap ukuran dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, reksa dana syariah dapat menjadi alternatif yang baik untuk berinvestasi dan menghasilkan pendapatan dalam jangka panjang. Semakin berkembang reksa dana syariah maka semakin luas jangkauannya dalam hal berinvestasi pada proyek-proyek pembangunan yang mendorong pertumbuhan ekonomi.Lebih spesifiknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien pembiayaan bank syariah sebesar 0,71.
Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan yang disalurkan bank syariah tidak memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam hal mendorong pertumbuhan ekonomi, pembiayaan bank syariah menunjukkan tren yang relatif menjanjikan. Misalnya saja pada masa pandemi tahun 2020, pembiayaan bank syariah tumbuh sebesar 8,08% sedangkan bank konvensional dan bank nasional mengalami kontraksi masing-masing sebesar -3,02% dan -2,34% (Bank Indonesia, 2020). Namun dari sisi jumlah pembiayaan yang disalurkan, perbankan syariah mempunyai proporsi yang sangat kecil yaitu sebesar 395 triliun rupiah
dibandingkan dengan pembiayaan dan kredit yang disalurkan oleh perbankan konvensional sebesar 5208 triliun rupiah (Otoritas Jasa Keuangan, 2020b ). Mengingat besarnya perbedaan kontribusi masing-masing bank, maka dapat dimengerti bahwa pembiayaan bank syariah masih memberikan kontribusi nilai yang relatif kecil. Namun pembiayaan bank syariah tetap memberikan kontribusi terhadap PDB atau pertumbuhan ekonomi dan memiliki banyak ruang untuk dikembangkan lebih lanjut sejalan dengan perbankan syariah Indonesia.
Dari hasil pengujian terlihat nilai koefisien sebesar 0,34 untuk reksa dana syariah. Hal ini menunjukkan bahwa reksa dana syariah tidak memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong pertumbuhan dan pertumbuhan ekonomi. Dari segi pertumbuhan, reksa dana syariah terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun dari segi nilai beredarnya, nilai reksa dana syariah
sangat kecil, yaitu Rp 74 triliun dibandingkan nilai reksa dana tradisional di tahun 2017.
peredarannya mencapai 499 triliun rupiah (Otoritas Jasa Keuangan, 2020c). Perbedaan yang besar dan nilai reksa dana syariah yang relatif rendah menjelaskan mengapa dana tersebut tidak memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, reksa dana syariah tetap
memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan hal ini dapat dikembangkan seiring dengan semakin luasnya perkembangan pasar modal syariah Indonesia. Dalam hal ini, rendahnya literasi keuangan syariah mungkin menjadi alasan mengapa kontribusi keuangan syariah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih rendah. Pada tahun 2019, literasi keuangan syariah di Indonesia tercatat sebesar 8,9%, yang menjelaskan kurangnya keuangan syariah di Indonesia (Otoritas Jasa
Keuangan, 2019).
Selanjutnya pembentukan modal tetap bruto mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan nilai -4,46. Sulistiawati (2012) menemukan bahwa nilai negatif pembentukan modal bruto disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain lebih rendahnya pengeluaran konsumsi dibandingkan investasi, terjadinya bencana alam dan dampak krisis ekonomi global. Misalnya, sebagai negara yang rentan terhadap bencana alam, Indonesia memerlukan pengeluaran konsumsi dalam jumlah besar untuk memulihkan kawasan bekas bencana sebelum layak untuk ditanami investasi. Selain itu, krisis ekonomi global akibat pandemi Covid-19 telah menyebabkan penurunan investasi, terlihat dari pertumbuhan negatif total pembentukan modal bruto sebesar -6,5%. Artinya investasi tidak
memberikan kontribusi yang besar dalam mendongkrak perekonomian Indonesia (Bappenas, 2020).
Terakhir, inflasi dan Covid-19 mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan koefisien masing- masing sebesar -1,18% dan -0,71. Hubungan negatif dan signifikan terhadap inflasi disebabkan oleh kenaikan inflasi sehingga mencerminkan kenaikan harga secara umum. Hal ini akan menurunkan konsumsi masyarakat dan menyebabkan melambatnya investasi. Investor akan keberatan berinvestasi ketika melihat ketidakstabilan lingkungan perekonomian dalam negeri yang tercermin dari kenaikan inflasi. Pandemi Covid-19 menyebabkan terhentinya aktivitas dan kelumpuhan ekonomi secara virtual, yang jika dibiarkan terus menerus dan tanpa penanganan yang tepat, akan berdampak pada menurunnya pembangunan ekonomi Indonesia setiap tahunnya.
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keuangan syariah dengan PDB Indonesia dalam jangka panjang.
Kesimpulan
Keuangan Islam semakin penting baik secara global maupun di Indonesia. Namun, hanya sedikit penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara keuangan syariah dan PDB serta pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara keuangan syariah dan perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data bulanan periode 2011–2020 yang diperkirakan menggunakan metode VECM. Variabel terikatnya adalah PDB Indonesia, sedangkan variabel bebasnya adalah variabel makroekonomi (pembentukan modal tetap bruto, keterbukaan perdagangan dan inflasi), keuangan syariah (perbankan syariah, pasar modal dan Sukuk) dan variabel dummy Covid-19.
Studi tersebut menemukan hubungan kausal satu arah antara keuangan syariah dan PDB Indonesia. Dalam jangka pendek, Sukuk berpengaruh signifikan terhadap perekonomian negara.
Sementara dalam jangka panjang, bank syariah dan reksa dana syariah terbukti berdampak signifikan terhadap PDB. Hasil ini menyiratkan adanya hubungan positif antara keuangan syariah dan perekonomian Indonesia dalam jangka pendek dan panjang. Perlu dicatat juga bahwa tingkat investasi, inflasi, dan terjadinya pandemi Covid-19 mempunyai dampak yang signifikan terhadap perekonomian.
Berdasarkan temuan dan analisis, sangat disarankan agar pembuat kebijakan dan industri terus menggunakan instrumen keuangan syariah seperti Sukuk, pembiayaan perbankan syariah, dan reksa dana syariah, yang penting dalam mempengaruhi PDB dan pertumbuhan ekonomi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. . Selanjutnya, pemerintah harus menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi dengan mengendalikan inflasi dan meningkatkan investasi. Pada saat yang sama, penanganan pandemi Covid-19 yang lebih baik juga perlu dilakukan agar tidak berdampak buruk terhadap masyarakat dan perekonomian Indonesia.
Terlepas dari temuan di atas, perlu dicatat bahwa penelitian ini tidak memasukkan variabel apa pun yang terkait dengan Industri Keuangan Non Bank Syariah (IKNB), yang terdiri dari 16 subsektor.
(seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, dan modal ventura syariah), karena keterbatasan data. Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel atau proksi lain yang berkaitan dengan keuangan syariah. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menggunakan pendekatan lain yang relevan untuk meningkatkan dan memperkaya penelitian terkait keuangan Islam dan pertumbuhan ekonomi.
Kontribusi Penulis
Konseptualisasi: Rahmatina Kasri, Ghina Sakinah, Nurkholis Kurasi data: Ghina Sakinah
Analisis formal: Rahmatina Kasri, Ghina Sakinah Investigasi: Ghina Sakinah
Metodologi: Rahmatina Kasri, Ghina Sakinah, Nurkholis Administrasi proyek: Ghina Sakinah
Pembimbing : Rahmatina Kasri, Nurkholis Validasi : Rahmatina Kasri, Nurkholis Visualisasi : Ghina Sakinah
Penulisan – draf asli: Ghina Sakinah, Rahmatina Kasri Penulisan – review & penyuntingan: Rahmatina Kasri, Ghina Sakinah
Referensi
Abduh, M., & Omar, MA (2012). Perbankan Islam dan Pertumbuhan Ekonomi: Masyarakat Indonesia
pengalaman.Jurnal Internasional Keuangan dan Manajemen Islam dan Timur Tengah, 5(1), 35–47.https://doi.org/10.1108/17538391211216811
Ahmad, N. (2016). Pengaruh pembiayaan, aset, dan fdr perbankan syariah terhadap kesejahteraan masyarakat di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, 2(2), 1-9.
https://doi.org/10.20885/JEKI.vol2.iss2.art1
Ada, OE, Oyeronke, A., Odunayo, AJ, Okoruwa, VO, & Egbedi, OO (2014). Berdagang
keterbukaan dan inflasi dalam perekonomian Nigeria: pendekatan model koreksi kesalahan vektor (VECM).
Jurnal Penelitian Keuangan dan Akuntansi
, 21 (21).https://doi.org/10.7176/RJFAAltaleb, GS, & Alkhatib, AY (2016). Sukuk Islam Sovereign dan pembangunan ekonomi:
Sebuah studi kasus di Yordania. Jurnal Bisnis dan Manajemen Eropa . 8(32).
https://doi.org/10.7176/EJBM
Anwar, SM, Junaidi, J., Salju, S., Wicaksono, R., & Mispiyanti, M. (2020). bank syariah
kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Jurnal Internasional Keuangan dan Manajemen Islam dan Timur Tengah,
13(3), 519-532. https://doi.org/10.1108/IMEFM-02- 2018-0071Asad, M., & Siddiqui, DA (2019). Penentu kinerja reksa dana di Pakistan.
Jurnal Internasional Ilmu Sosial dan Administrasi , 4 (2), 85–107.
https://doi.org/10.18488/journal.136.2019.42.85.107
Bank Indonesia. (2020).
Laporan ekonomi dan keuangan syariah: Bersinergi membangun ekonomi dan
keuangan syariah.
https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Documents/LEKSI_2020_31032021.pdf
Bappenas. (2020).Laporan perkembangan ekonomi Indonesia dan dunia triwulan III
. PPN KementrianBappenas. https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/
migrasidata-publikasi/file/Policy_Paper/Laporan_
Perkembangan_Ekonomi_Indonesia_dan_Dunia_Triwulan_III_2020.pdf
DinarStandar, (2020).Laporan kondisi ekonomi Islam global: Berkembang dalam ketidakpastian.
https://www.salaamgateway.com/specialcoverage/SGIE20-21.
Kementerian Keuangan. (2021).
Pembiayaan proyek SBSN tahun 2021, membangun negeri di tengah pandemi[Jumpa pers]. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. https://
www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-proyek-sbsnmembangun-negeri- di-tengah-pandemi/
Gani, IM, & Bahari, Z. (2020). Kontribusi perbankan syariah terhadap perekonomian riil Malaysia.
Jurnal Internasional Keuangan Islam ISRA.https://doi.org/10.1108/IJIF-01-2019-0004
Grassa, R., & Gazdar, K. (2013). Perkembangan keuangan dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara GCC:Studi perbandingan antara keuangan Islam dan Konvensional.Jurnal Internasional Ekonomi Sosial,42(6), 493-514. http://doi.org10.1108/IJSE-12-2012-0232
Gujarati, DN (2021). Esensi ekonometrik . Publikasi SAGE.
Habib, SF (2018).Dasar-dasar keuangan dan perbankan Islam. Seri Keuangan Willey. Barat Sussex. Britania Raya.
Hutapea, EG, & Kasri, RA (2010). Penentuan margin bank: Perbandingan antara Bank syariah dan konvensional di Indonesia. Jurnal Internasional Keuangan dan Manajemen Islam dan Timur Tengah ,3(1),65-82. https://doi.org/
10.1108/17538391011033870
Intan, IA, Effendi, J., & Irfany, MI (2020), Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Net Pertumbuhan Asset Value (NAV) reksa dana syariah di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, 6(2), 134-148. https://doi.org/10.20885/JEKI.vol6.iss2.art5
Kasri, R., & Kassim, SH (2009). Faktor penentu empiris menabung di bank syariah:
Bukti dari Indonesia. Jurnal Universitas King Abdulaziz: Ekonomi Islam , 22 (2). https://
ssrn.com/abstract=3070122
Kassim, SH (2016). Keuangan Islam dan pertumbuhan ekonomi: Pengalaman Malaysia.Global Jurnal Keuangan, 30, 66-76. http://dx.doi.org/10.1016/j.gfj.2015.11.007
Kettell, B.2011.Pengenalan bank syariah terhadap perbankan dan keuangan syariah.Seri Keuangan Willey. Barat
Sussex. Britania Raya.
Lee, CH, & Huang, BN (2002). Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di
Negara-negara Asia Timur: Pendekatan autoregresif ambang batas multivariat.Jurnal Pembangunan Ekonomi,
27(2). http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=
10.1.1.602.8395&rep=rep1&tipe=pdf.
Majid, MSA, & Kassim, SH (2014). Menilai kontribusi keuangan Islam terhadap pertumbuhan ekonomi: Bukti empiris dari Malaysia. Jurnal Akuntansi Islam dan Penelitian Bisnis. 6(2), 292-310. https://doi.org/10.1108/JIABR-07-2012-0050 Mankiw, NG (2009).Makroekonomi,Edisi ke-7. Penerbit yang Layak. McKinnon, R. (1973).
Uang dan modal dalam pembangunan ekonomi.Institut Brookings.
Nastiti, ND, & Kasri, RA (2019). Peran regulasi perbankan dalam perkembangan
Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.Jurnal Internasional Keuangan dan Manajemen Islam dan Timur Tengah, 12 (5): 43-662. https://doi.org/10.1108/IMEFM-10-2018-0365
Nurafiati, N. (2019). Perkembangan pasar modal syariah dan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.Jurnal Pengkajian Penelitian Ekonomi dan Hukum Islam.
4(1). https://doi.org/10.24235/inklusif.v4i1.4167.g2124
Otoritas Jasa Keuangan. (2019).Laporan perkembangan keuangan syariah Indonesia tahun 2019.
https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/laporan-perkembangan-
keuangansyariah-indonesia/Pages/Laporan-Perkembangan-Keuangan-Syariah-
Indonesia-2019.aspx.
Otoritas Jasa Keuangan. (2020a).Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia tahun 2020.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/laporan-
perkembangankeuangan-syariah-indonesia/Pages/Laporan-Perkembangan-Keuangan- Syariah-Indonesia-2020.aspx
Otoritas Jasa Keuangan.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-
perbankansyariah/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Desember-2020.aspx
(2020b). Statistik
perbankan syariah Desember2020.
Otoritas Jasa Keuangan. (2020c). Peta jalan pasar modal syariah Indonesia 2020-2024 . https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Roadmap-Pasar-Modal- Syariah-2020---2024.aspx
Santoso, MHE, & Nurzarman, MS (2020). Asesmen kontribusi keuangan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Syariah. 4(1), 1- 15. https://doi.org/10.24252/al-mashrafiyah.v4i1.12304
Salvatore, D. (2013).Ekonomi internasional(11
thEd). Wiley.
Schumpeter, JA (1911, 1934).Teori pembangunan ekonomi: penyelidikan terhadap keuntungan, modal, kredit,
bunga dan siklus bisnis . Penerbit Transaksi.
Shaw, ES (1973).Pendalaman keuangan dalam pembangunan ekonomi.Pers Universitas Oxford.
Lagu, CQ, Chang, CP & Gong, Q. (2021). Pertumbuhan ekonomi, korupsi, dan keuangan pembangunan: bukti global. Pemodelan Ekonomi , 94, 822 - 830.
https://doi.org/10.1016/j.econmod.2020.02.022
Sulistiawati, R. (2012). Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja serta kesejahteraan masyarakat di provinsi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis danKewirausahaan, 3(1),29-50.
https://scholar.google.co.id/itations?view_op=view_itation&hl=id&user=hokVZsUA AAAJ&itation_for_view=hokVZsUAAAAJ:u5HHmVD_uO8C
Tabash, MI, & Dhankar, RS (2014). Aliran keuangan syariah dan pertumbuhan ekonomi : An bukti empiris Timur Tengah. Jurnal Keuangan dan Akuntansi ; 2(1), 11-19. https://
doi.org/10.11648/j.jfa.20140201.12
Todaro, MP, & Smith, CS (2014).Pertumbuhan ekonomi(12
thEd.). Pearson.
Yusof, RM, & Bahlous, M. (2013). Perbankan Islam dan pertumbuhan ekonomi di GCC & Asia Timur negara.Jurnal Akuntansi Islam dan Penelitian Bisnis, 4(2), 151–172. https://doi.org/
10.1108/JIABR-07-2012-0044
Zarrouk, H., Ghak, TE, & Al Heija, EA (2016). Pengembangan keuangan, keuangan Islam, dan
pertumbuhan ekonomi: Bukti UEA. Jurnal Akuntansi Islam dan Penelitian Bisnis , 8(1),
2-22. https://doi.org/10.1108/JIABR-05-2015-0020