Faktor-faktor yang menghambat tercapainya target Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjamin tercapainya sasaran pajak bumi dan bangunan sektor pedesaan dan perkotaan (PBB-P2) di Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penyebab tidak tercapainya Target Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang, yaitu ekonomi dan non-regional. -faktor-faktor ekonomi. Faktor ekonomi ketika pendapatan masyarakat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya. perekonomian, kesadaran masyarakat dalam membayar PBB-P2 kurang sehingga mengakibatkan tunggakan pembayaran di Kecamatan Ilir Barat I, Palembang.
Faktor Non Ekonomi : Masyarakat yang menunggak PBB-P2 sebagian besar tidak mempunyai status pekerjaan tetap dan sebagian masyarakat belum memahami bahwa yang membayar PBB-P2 adalah masyarakat yang memanfaatkan tanah dan bangunan sehingga yang memanfaatkan bangunan yang disewa atau dikontrak tidak mau membayar PBB-P2.P2 karena bukan bangunannya. Faktor kepemilikan bumi dan bangunan serta rendahnya sanksi jika terlambat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang. Kata Kunci: Pajak Bumi dan Bangunan, Sasaran Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Kesadaran Wajib Pajak.
Factors that cause land and building tax target not to be achieved in Ilir Barat I district of Palembang (Under the guidance of Mr. This study aims to determine the factors that cause land tax target not to be achieved in the rural and urban sector of Ilir Barat sub-district of Palembang The results of this study were the factors that most dominantly influence the causes of arrears and Building Tax and Urban Rural Sector (PBB-P2) in District Ilir Barat In Palembang, namely economic factors and non-economic factors.
Economic factors when people's income is only enough to meet the economic needs of public awareness to pay less property PBB-P2 resulting in payment arrears PBB-P2 in districts across the grave of the first city of Palembang. Non-economic factors, the majority of people who are in arrears PBB-P2 do not have the status of jobs that are left, and that part of society does not understand that the salary of PBB-P2 is a person who uses the land and the building. so that those who use the building by renting or contracting do not want to pay PBB –P2 because it is not their property. Factor ownership of land and buildings as well as the lack of penalties for criminals is one of the factors that caused the property tax arrears in the rural and urban sector (PBB-P2) in the district of Ilir Barat In Palembang.
Latar Belakang
Upaya peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pemungutan melalui optimalisasi potensi yang ada dan terus berupaya menggali sumber-sumber penerimaan baru yang berpotensi memungkinkan agar pajak dan bea dapat dipungut, salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). ), yaitu pajak bumi dan bangunan. Peraturan bersama ini kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2010 tentang Tata Cara Penyiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah. PBB-P2 merupakan pajak atas tanah dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, tidak termasuk tanah yang digunakan untuk usaha perkebunan.
Pajak bumi dan bangunan merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas objek pajak berupa bumi dan bangunan. Dasar hukum pajak bumi dan bangunan adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, menurut undang-undang ini yang dimaksud dengan tanah adalah permukaan bumi dan tubuh bumi, termasuk daratan dan perairan pedalaman, serta laut dalam kawasan kota, bangunan adalah struktur rekayasa yang ditanam atau melekat secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Pemerintah dalam tugasnya memungut potensi pajak bumi dan bangunan harus tetap wajar, tidak bertindak sewenang-wenang, tidak mengorbankan kepentingan umum, mempunyai potensi yang cukup, tidak memberikan dampak negatif terhadap perekonomian, memungutnya berdasarkan kemampuan rakyat. dan membayar. memperhatikan rasa keadilan dan cara-cara yang tepat, sesuai dengan proses yang telah ditetapkan sebelumnya dalam undang-undang atau peraturan daerah (PERDA). Selain itu, efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak bumi dan bangunan juga harus diperhatikan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pemungutan pajak bumi dan bangunan lebih efisien dan sesuai dengan hasil yang diperoleh.
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menurut Pasal 4 UU No. 12 Tahun 1994 sebesar 0,5% (nol koma lima persen). Kewenangan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota palembang diberikan kepada walikota selaku kepala daerah kabupaten/kota yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota palembang. Maka dalam hal ini akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB), pembayaran pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat terhadap pendapatan keuangan pemerintah, semakin besar pula pendapatan pemerintah, semakin besar perencanaan pembangunan dapat direalisasikan.
Berikut data realisasi dan penetapan penerimaan pajak bumi dan bangunan di kecamatan Ilir Barat I kota palembang. Pada tahun 2019, realisasi Pajak Bumi dan Bangunan merupakan realisasi terendah dan sangat jauh dari tujuan yang telah ditetapkan. Dampak dari tidak tercapainya target pajak bumi dan bangunan adalah akan berdampak pada infrastruktur fasilitas umum (gedung, pelayanan publik, jalan dan tempat ibadah).
Berikut ini ditabulasikan jumlah wajib pajak pada 6 kecamatan di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang. Penelitian yang dilakukan oleh Witiya Tri Handayani, Sigit Santoso dan Solihin (2014) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi “Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta”, hasil penelitian menunjukkan: a) Faktor-faktor yang mempengaruhi.Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Alfairus Kibran (2016) menunjukkan bahwa faktor penyebab tidak tercapainya penerimaan pajak bumi dan bangunan di kota palembang adalah kurangnya kesadaran wajib pajak bumi dan bangunan, lemahnya aparat pajak yaitu kesalahan entri data , masih terdapat wajib pajak yang berusaha menghindari objek pajak bumi dan bangunan, tidak tersampaikannya SPPT karena wajib pajak tidak berada pada objek pajak, masih banyak wajib pajak yang lupa membayar pajak yang terutang akibat kerumunan.
Fenomena yang terjadi secara umum mengenai faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) adalah tidak tersampaikannya SPPT, tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, rendahnya sanksinya, wajib pajak lupa membayar pajak karena faktor ekonomi/pendapatan dan kepemilikan tanah bangunan. “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Tercapainya Sasaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.”
Perumusan Masalah
Sehingga dari kendala-kendala yang ada yang keduanya menjadi penyebab tidak tercapainya target PBB-P2, dapat ditentukan faktor mana yang lebih dominan, sehingga pemerintah daerah dapat mengatasi permasalahan PBB-P2 kedepannya.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat Akademis
Manfaat Praktis
Sebagai bahan referensi bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dan perkotaan (PBB-P2). Alfairus Kibran (2016), “Faktor Penyebab Tidak Tercapainya Target Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Kota Palembang.” Ida Ayu Metha Apsari Prathiwi, Nyoman Trisna Herawati dan Ni Luh Gede Erni Sulindawati (2015), “Analisis Strategi Penerimaan PBB-P2 Pajak Bumi dan Bangunan Dikaitkan Dengan Efektivitasnya Pada Pemerintahan Kota Denpasar. Tahun Jurnal, Vol 3, No 1 .
Ni Kadek Erawati Sukma Dewi, Putu Gede Diatmika and Nyoman Putra Yasa, (2017), “Dampak pemungutan pajak (SPPT), pendapatan wajib pajak dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan pajak bumi dan bangunan (PBB) pedesaan dan perkotaan (PBB) -P2) di Kabupaten Buleleng ". majalah, vol 8, no 2. Siwu (2016) “Analisis efektivitas dan kontribusi pendapatan desa-kota tanah dan bangunan (PBB-P2) terhadap pendapatan asli daerah Kota Tomohon (PAD). Putri Kemala Dewi Lubis ( 2018) “Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan”.