• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Filogenetika Spesies Ikan Kriptik Mugil cephalus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Filogenetika Spesies Ikan Kriptik Mugil cephalus"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS FILOGENETIK SPESIES IKAN KRIPTIK Mugil cephalus (Teleostei: Mugilidae)

MAKALAH

Diajukan kepada Lembaga Penjaminan Mutu UIN KHAS Jember untuk dipresentasikan dalam seminar diskusi periodik dosen

Oleh:

Husni Mubarok NUP. 20160374

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

APRIL, 2023

(2)

ii

DAFTAR ISI

Hal Halaman Judul ... i Daftar Isi ... ii Daftar Gambar ... iii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Masalah yang Dikaji ... 1 C. Tujuan Penulisan... 1 BAB II PEMBAHASAN

A. Filogenetik Mugilidae dan M. cephalus kompleks ... 3 B. Barcoding COI M. cephalus ... 7 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... 9 B. Saran ... 9 Daftar Rujukan ... 10

(3)

iii

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1 Mugil cephalus spesies kompleks ... 3

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mugil cephalus Linnaeus, 1758 atau biasa disebut flathead mullet merupakan ikan yang termasuk dalam infraclass Teleostei dan Family Mugilidae. Ikan ini termasuk ikan yang penting secara komersial yaitu sebagai ikan hasil tangkapan maupun budidaya (akuakultur) (sebagai sumber makanan). M. cephalus dianggap sebagai spesies kosmopolitan yang terdistribusi sangat luas di perairan daerah tropis, subtropis dan perairan temperate (51°N- 42ºS) di dunia. Spesies M. cephalus merupakan spesies yang diduga kuat sebagai spesies kompleks dan spesies kriptik. Tingkat kesamaan karakter morfologi yang tinggi yang diamati pada spesies ini menghasilkan identifikasi spesies yang kompleks dengan menggunakan taksonomi berbasis morfologi klasik. Sementara itu, beberapa studi tentang filogenetik maupun filogeografi telah banyak menyoroti keanekaragaman genetik kriptik spesies ini. Berdasarkan hal tersebut, timbul perdebatan mengenai status taksonomi dan sistematik M. cephalus.

B. Masalah yang Dikaji

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dikaji yaitu bagaimana status taksonomi Mugil cephalus berdasarkan analisis filogenetik menggunakan penanda molekuler DNA Mitokondria (MtDNA)?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang dikaji maka tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui bagaimana status taksonomi Mugil cephalus berdasarkan analisis filogenetik menggunakan penanda molekuler DNA Mitokondria (MtDNA).

(5)

2 BAB II PEMBAHASAN

A. Filogenetik Mugilidae dan M. cephalus kompleks

Penelitian komprehensif filogenetik Mugilidae (termasuk didalamnya M. cephalus) mengunakan sekuen DNA mitokondria pertama kali dilakukan oleh Durand et al. (2012).

Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis spesies Mugilidae yang diduga kriptik dan tersebar secara luas yaitu Chelon macrolepis, Crenimugil crenilabis, Moolgarda cunnesius, M.

seheli, Mugil cephalus, M. curema dan Valamugil buchanani. Sekuen nukleotida yang digunakan yaitu 16S rRNA, cytochrome oxidase I (COI), dan cytochrome b (cytb) pada 257 individual dari 55 spesies yang dikenal dari berbagai lokasi di dunia. Tiga outgroup yang digunakan meliputi Abudefduf vaigiensis (Perciformes: Pomacentridae), Labracinus cyclophthalmus (Perciformes: Pseudochromidae) dan Oryzias latipes (Beloniformes:

Adrianichthyidae).

Gambar 1. Mugil cephalus spesies kompleks

Genom DNA diekstraksi dari jaringan otot sirip menggunakan standar protokol fenol- kloroform Sambrook, 1989. Ketiga gen (16S rRNA, COI dan cytb) diamplifikasi menggunakan

(6)

3

polymerase-chain reaction (PCR) menggunakan primer masing-masing: empat buah primer (forward dan reverse) 16S rRNA (16SARL, 16SBRH, 16S145-F dan 16S1100-R dengan temperatur annealing nya 50 °C); Delapan primer COI (FishF1, COI649-F, FishR1, FishR2, FishR4, Fish-R5, FishSer-R5; Temperatur annealing 52 °C); Lima primer cytb (FishcytB-F, GluMug1-F, Cytob610-F, MixCytob937-2R dan TruccytB-R; Temperatur annealing 52 °C).

Amplifikasi PCR menggunakan 50 µl reaksi yang terdiri dari 5 µl 10x buffer reaksi (Promega, Charbonnières, France),1.5 µl MgCl2 (25 mM), 2 µl dNTP (5 mM), 0.5 µl tiap primer (10 µM), 1 unit GoTaq DNA polymerase (Promega Corporation, Madison, USA) dan 1 µl DNA template. Kondisi PCR: Denaturasi awal (preliminary) pada 92 °C selama 5 minet diikuti 35 siklus denaturasi strand 92 °C, 1 menit; Annealing primer 50 °C, 1 menit (16S) atau 52 °C, 45 detik (COI dan cytb) dan ekstensi primer 72 °C, 1.5 menit, diikuti ekstensi final 72

°C selama 5 menit. Sekuensing oleh Macrogen Inc. (Seoul, South Korea;

http://dna.macrogen.com) dan seluruh sekuen nukleotida dideposit ke GenBank.

Sekuen DNA diedit dan diatur dengan BioEdit versi 7.0 dan SE-AL versi 2.0.

Pensejajaran (alignment) menggunakan multiple alignment otomatis dengan program MUSCLE. Selanjutnya diatur secara manual berdasarkan translasi asam aminonya atau struktur sekunder rDNA (jika diperlukan). Daerah dimana variasi tinggi akibat hasil alignment yang mengandung segmen insersi/ delesi (indel) yang menunjukkan perbedaan dalam panjang sekuen dibuang dari analisis filogenetik.

Sekuen yang telah disejajarkan selanjutnya dikompilasi menjadi dua tipe matriks data.

(a) Matriks 1 (matriks data sekuen panjang): sekuen yang lebih panjang dari fragmen gen target yang diamplifikasi (total 3140 - 4104 bp; 46 individu dari 18 genus), disejajarkan dan dipangkas untuk membentuk matriks 3777 bp. (b) Matriks 2 (matriks data sekuen campuran):

semua data sekuen (lengkap maupun parsial) yang diperoleh selama penelitian (total 1927- 4104 bp; total 257 individu dari genus 19/20 ingroup). Karakter yang hilang (missing characters) dalam sekuen dipastikan tidak mempengaruhi keakuratan filogeni. Panjang sekuen core Matriks 2 (karakter yang ditentukan dalam semua taksa) adalah 1932 bp untuk 3 gen;

maka setengah dari karakter (1953 bp dari 3885 lainnya) memiliki data yang hilang. Sekuen dari 211/257 individu (82%) memiliki hingga 49% karakter yang hilang terhadap panjang standar urutan yang digunakan untuk Matriks 1. Karakter yang hilang secara sistematis terletak di bagian gen yang sama (50 ujung 16S, 30 ujung COI dan 30 ujung cytb).

Analisis rekonstruksi pohon filogenetik menggunakan metode maximum-likelihood (ML) pada program RAx-ML 7.2.6 dan Bayesian approach (BA) pada MRBAYES 3.1.1. Uji Likelihood-ratio digunakan untuk memilih best-fit models analisis Bayesian di

(7)

4

MRMODELTEST versi 2.2. Dua pencarian Bayesian independen dilakukan pada tiap dataset.

Empat rantai MCMC independen terdiri dari 3000.000 ulangan, mengambil sampel satu pohon per 100 ulangan.

Pohon awal dengan nilai log-likelihood yang tidak stasioner dibuang, dan rantai pohon yang tersisa menghasilkan skor log-likelihood yang konvergen dari kedua pencarian independen digabungkan. Pencarian ML dengan model subtitusi nukleotida campuran (GTR + G + I). Pohon ML dipilih diantara pohon suboptimal pada tiap run dengan membandingkan nilai likelihood pada model (GTR + G + I) dengan pengulangan 10 kali. Pohon dengan nilai likelihood terbaik diantara 10 pohon ML tiap analisis dipilih sebagai pohon akhir. Dukungan (support) cabang (nodus) dengan Bootstrapping dengan kriteria ML berdasarkan 1000 pseudo- replicates dan posteriori probabilities dari BA.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa topologi pohon ML dan Bayesian cukup identik kecuali terdapat perbedaan pada dukungan cabang (nodal support) lemah yang ditunjukkan dengan nilai bootsrap dan posteriori probabilities yang rendah. 11 spesies Mugil yang diuji pada penelitian tersebut (M. bananensis, M. bandialensis, M. capurii, M. cephalus, M. curema, M. hospes, M. incilis, M. liza, M. platanus, M. rubrioculus dan M. trichodon) mengelompok dalam satu klade yang didukung dengan baik. Karakter filogeni mitokondria Mugilidae yaitu cabang terminal yang panjang dan cabang internal yang pendek. Hal tersebut mencerminkan saturasi mutasi (mutational saturation) atau radiasi cepat (rapid radiation) yang terjadi selama diversifikasi awal family.

M. cephalus membentuk sub klade M. cephalus kompleks yang terdiri dari sub tree (rake-like subtree) dengan 14 garis keturunan paralel yang termasuk garis keturunan M. liza dan 13 garis keturunan lainnya yang ditandai sebagai M. cephalus. Secara umum tiap garis keturunan memiliki persebaran regional sendiri. Sedangkan dalam beberapa kasus, garis keturunan yang berbeda hidup secara berdampingan di satu lokasi (contohnya garis keturunan L1 – L3 di Taiwan; Di Kaledonia Baru, dua garis keturunan diambil sampelnya, satu diantaranya juga diambil sampelnya di Selandia Baru, yang lainnya (L3) di Fiji dan Taiwan).

Mayoritas 14 garis keturunan dalam M. cephalus kompleks memiliki pola distribusi regional dan allopatrik. Namun, tiga garis keturunan yaitu L1, L2 dan L3 simpatrik di Taiwan dan telah dibuktikan bahwa merupakan spesies yang secara reproduksi terisolasi oleh Shen et al. (2011). Hasil penelitian juga mengemukakan ‘M. cephalus species complex’ mungkin terdiri lebih dari 14 spesies secara biologi.

Penelitian Shen et al. (2011) menggunakan penanda COI untuk analisis filogenetik dan 10 mikrosatelit inti untuk memperkirakan tingkat isolasi genetik dari garis keturunan dan

(8)

5

menentukan peran fluktuasi permukaan laut dalam evolusi M. cephalus barat laut pasifik (NWP). Amplifikasi dengan PCR menggunakan primer universal FishF1 dan FishR1.

Rekonstruksi pohon dengan menggunakan Bayesian pada program MrBayes 3.0, neighbour joining (NJ), maximum likelihood (ML) dan maximum parsimony (MP) di program PAUP 4.0.

Berdasarkan hasil rekonstruksi terbentuk tiga klade garis keturunan monofiletik yang didukung dengan sangat baik dari M. cephalus NWP (NWP1, NWP2 dan NWP3). NWP3 merupakan spesies yang paling divergen dengan rentang distribusi yang menunjukkan afinitas tropis. Sedangkan NWP1, distribusi ke arah utara dari Taiwan ke Rusia (spesies beriklim sedang). NWP2 tersebar di sepanjang arus Kuroshio yang hangat. Shen et al. (2014) berhasil mensekuensing mitogenom lengkap dari spesies M. cephalus NWP2 dengan teknik longrange PCR dan metode next-generation sequencing. Amplifikasi longrange PCR menggunakan KOD FX polymerase (TOYOBO, Osaka, Japan) dengan 3 pasang primer (Mito1F, Mito2R, Mito2F, Mito3R, Mito3F, dan Mito1R).

Tiga amplikon PCR (antara 5 hingga 8 kb) dicampur pada molar yang sama, digunakan untuk membuat genomik library dan sequencing pair-end (2 x300 bp) pada MiSeq (Illumina, San Diego, CA). Total 360.970 bacaan yang berkualitas tinggi (dari 572.742 bacaan awal) digunakan untuk melakukan perakitan de novo (Geneious V7.1.7, Auckland, Selandia Baru) untuk menghasilkan 7191 contigs dengan 6032 x coverage. Tiga contigs terpanjang diambil untuk perakitan sekunder sehingga menghasilkan bentuk bundar tunggal dari mitogenome lengkap. Mitogenom M. cephalus NWP2 terdiri dari 16,686 bp dengan susunan gennya berciri khas mtDNA vertebrata yaitu 13 gen protein-coding, 22 tRNA, 2 rRNA dan non-coding control region D-loop. Panjang D-loop 909 bp dan berada di antara tRNA-Pro dan tRNA-Phe.

Komposisi basa M. cephalus NWP2 yaitu 28.4% A, 29.8% C, 26.5% T dan 15.3% G.

Shen et al. (2015) juga mensekuensing mitogenom kriptik spesies Mugil sp. H dari Australia timur yang termasuk salah satu spesies M. cephalus kompleks yang tersebar luas.

Metode sekuensing dengan menggunakan next-generation sequencing seperti yang dilakukan shen et al. (2014). Panjang mitogenomenya 16,845 bp yang terdiri dari 13 gen protein-coding, 22 tRNA, 2 rRNA dan non-coding control region D-loop. Panjang D-loop 1067 bp dan juga berada di antara tRNA-Pro dan tRNA-Phe. Komposisi basa nya yaitu 28.4% A, 29.3% C,15.4%

G dan 26.9% T. Hasil penelitian mitogenom lengkap tersebut sangat penting sebagai data molekular DNA untuk analisis filogenetik dan analisis evolusi M. cephalus kompleks.

Saran taksonomi penelitian Durand et al. (2012) yaitu perlu adanya penelitian taksonomi lebih lanjut untuk menetapkan satu nama pada masing-masing tiga garis keturunan M. cephalus Taiwan. Investigasi tambahan juga diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah

(9)

6

9 garis keturunan mitokondria M. cephalus kompleks lainnya juga terdiri dari spesies yang terpisah.

Selanjutnya Durand et al. (2012) melakukan revisi klasifikasi 25 genus dalam family Mugilidae berdasarkan penelitian Durand et al. (2012) dengan membuat analisis filogenetik baru pada genus Mugil dan Xenomugil. Analisis filogenetik menggunakan matrik sekuen baru yang terdiri dari representasi semua garis keturunan Mugil spp., sekuen baru dua individu X.

thoburni dan tambahan sekuen dari dua invidu M. cephalus dari pulau Galapagos. Hasilnya seluruh 9 spesies Mugil yang diuji (M. bananensis, M. capurrii, M. cephalus, M. curema, M.

hospes, M. incilis, M. liza, M. rubrioculus dan M. trichodon) menkluster dalam satu klade yang terdukung dengan baik. Mugil ditemukan parafiletik dengan Xenomugil dan nama “Mugil”

tetap valid dengan prinsip prioritas. Lebih lanjut, genus Mugil memiliki tipe distribusi temperate-tropical circumglobal.

Durand dan Borsa (2015) juga mengidentifikasi divergensi garis keturunan mitokondrial secara dalam dan melakukan beberapa revisi nomenklatur pada Mugilidae.

Berdasarkan pohon filogeni spesies kompleks M. cephalus/ M. liza terungkap 15 garis keturunan berbeda (14 M. cephalus dan 1 M. liza). Tiap garis keturunannya masing-masing dengan rooting yang dalam (> 1%) dan dangkal (<1%) dalam keragaman garis keturunan. Garis keturunan NWP1-3 menunjukkan perbedaan nukleotida 3.2%–4.8% dalam K2P model dan 3.3%–5.1% dalam TN93 + G + I model. Hasil penelitian ini juga menegaskan M. liza sebagai sepesies yang terpisah dari M. cephalus. Durand dan Borsa (2015) menduga 11 garis keturunan lain dalam M. cephalus penelitian tersebut sebagai spesies berbeda dan garis keturunanya tampaknya memiliki distribusi allopatrik atau parapatrik. Durand dan Borsa (2015) mengajukan 14 garis keturunan mitokondrial M. cephalus yang berbeda tersebut sebagai putative species.

Thi, Tran, Phan dan Durand (2016) melakukan identifikasi secara morfologis M. cephalus di sepanjang pantai Vietnam dan mengkarakterisasi mereka menggunakan urutan polimorfisme dari dua gen mitokondria yaitu 636 bp COI dan 824 bp Cytb. Kedua gen tersebut disekuensing dari 87 dan 94 individu. Berdasarkan hasil rekonstruksi pohon filogenetik dengan metode maximum-likelihood (ML) dari 1298 nukleotida yang telah disejajarkan, diketahui bahwa spesies yang tergolong NWP1-3 hadir di perairan Vietnam utara dan selatan. Meskipun perbedaan kelimpahan spesies mereka yang diamati di barat laut Pasifik, tidak ada pola filogeografi yang terungkap.

(10)

7 B. Barcoding COI M. cephalus

Durand, Borsa, Hubert, & Shen (2016) telah mengevaluasi potensi barcode DNA untuk menggambarkan secara akurat spesies dan menetapkan spesimen yang tidak diketahui untuk taksa di Mugilidae. Sampel referensi yang digunakan yaitu 257 individu dari 91 garis keturunan yang ditandai oleh sekuen nukleotida COI, cytb, dan 16S rRNA. Penanda yang dipilih sebagai DNA barcode yaitu COI dengan panjang fragmen 598 bp antara situs nukleotida homolog sampai situs 5624 dan 6221 dari genom mitokondria Mugil sp. I (GenBank KM368340). Rekonstruksi pohon filogenetik dengan neighbor-joining (NJ) dengan model Kimura 2-parameter (K2P).

Hasil menunjukkan dari garis keturunan yang diuji, 55 spesies sesuai dengan taksonomi dan 36 spesies diduga samar. Pohon NJ COI dari 54 individu M. cephalus spesies kompleks memiliki dasar topologi pohon yang sama dan men-recover semua 15 garis keturunan pada pohon ML COI, cytb dan 16SrRNA Durand dan Borsa (2015) (meliputi M. cephalus, M. liza, dan 13 garis keturunan yang lain yang dinamai Mugil spp. A–L, Q. Bootstrap support ≥95%

kecuali Mugil sp. H (72%) dan Mugil sp. I (60%).

Fragmen gen COI dengan panjang 598 bp merupakan penanda yang memadai untuk identifikasi individu sampai spesies di family Mugilidae. Barcode DNA tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan identifikasi pada penelitian sebelumnya. Selanjutnya dapat digunakan untuk mengkoreksi nama spesies pada data sekuen COI Mugilidae yang ada di GenBank. Sekuen COI memberikan bukti molekuler untuk penentuan spesies saat identifikasi berdasarkan karakter morfologi tradisional tidak dapat membedakan, misalnya untuk membedakan spesies samar dalam spesies kompleks M. cephalus. Barcode COI meruapakn alat yang ampuh untuk mengidentifikasi spesies setidaknya, lima genus paling spesifik family Mugilidae (Mugil, Crenimugil, Osteomugil, Chelon dan Planiliza).

32 individu M. cephalus dari danau Tiberias (Sea of Galilee) juga dianalisis berdasarkan sekuen COI (663 bp) dengan metode rekonstruksi pohon NJ, bootstrap dengan 1000 replikasi dan Kimura-2 parameter menggunakan program MEGA6. Berdasarkan hasil diketahui bahwa dari 13 individu yang ditangkap (M.chepalus/ Mullet 5-15, 26, 27), tujuh individu (Mullet 5, 12- 15, 26, 27) menunjukkan kesamaan dengan M. cephalus dari Yunani dengan distant clustering dengan M. cephalus dari Turki dan Afrika Selatan. Mullet 6-11 menunjukkan kesamaan dengan Lisa ramada dari Portugal dengan distant clustering dengan spesies Liza lainnya. Total 122 dari 663 nukleotida (18.4 %) sekuen COI berbeda antara kedua spesies M. cephalus dan L. ramada. Tidak ada variabilitas intraspesifik yang terdeteksi dalam kedua spesies tersebut (Dor et al., 2018).

(11)

8

Tiga spesies Mullet telah dikoleksi dan dievalusi dengan rekonstruksi pohon filogeni menggunakan COI dan juga gen inti sox14 yaitu L. carinata dan M. cephalus (dari laut Mediterania) serta M. seheli dari Yanbu (Laut Merah). Rekonstruksi pohon menggunakan Maximum Likelihood (ML) pada program Mega6. Total 26 fragmen gen COI (657bp) dan 29 fragmen gen sox14 (603bp) telah diisolasi, karakterisasi, dipurifikasi, disekuensing dan dianalisis. Nilai distance dalam sampel Mugilidae untuk sekuen COI adalah 0.122 dan 0.021 pada sox14. M. seheli masih berhubungan dengan M. cephalus dan L. carinata. M. cephalus berhubungan sangat dekat dengan L. carinata. Distance values antara M. cephalus dan L.

carinata yaitu 0.147 dan 0.007 berdasarkan COI dan sox14, masing-masing (Saad, Mohamed,

& El-Domyati, 2019).

(12)

9 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis filogenetik M. cephalus merupakan spesies kompleks dengan 14 garis keturunan mitokondrial yang berbeda. 14 garis keturunan tersebut masih putative species (spesies yang berbeda).

B. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut dengan berbagai penanda lain dan menegaskan bagaimana status taksonomi untuk spesies tersebut.

(13)

10

DAFTAR RUJUKAN

Dor, L., Shirak, A., Rosenfeld, H., Meiri-Ashkenazi, I., Rubinstein, G., Seroussi, E., ... & Ron, M. (2018). Genetic Stock Identification of the Flathead Grey Mullet ( Mugil cephalus ) in Lake Tiberias Based on Parent-Offspring Relationship. The Israeli Journal of Aquaculture, IJA_70(1452).

Durand, J., Borsa, N., Hubert, K., & Shen, P. (2016). DNA barcoding grey mullets. Reviews in Fish Biology and Fisheries, 27(1), 233. https://doi.org/10.1007/s11160-016-9457-7 Durand, J., & Borsa, P. (2015). Mitochondrial phylogeny of grey mullets ( Acanthopterygii :

Mugilidae ) suggests high proportion of cryptic species. Comptes Rendus - Biologies, 338(4), 266–277. https://doi.org/10.1016/j.crvi.2015.01.007

Durand, J., Chen, W., Shen, K., Fu, C., & Borsa, P. (2012). Genus-level taxonomic changes implied by the mitochondrial phylogeny of grey mullets (Teleostei: Mugilidae). Comptes Rendus - Biologies, 335(10-11), 687–697. https://doi.org/10.1016/j.crvi.2012.09.005 Durand, J., Shen, K., Chen, W., Jamandre, B. W., Blel, H., Diop, K., … Borsa, P. (2012).

Molecular Phylogenetics and Evolution Systematics of the grey mullets ( Teleostei : Mugiliformes : Mugilidae ): Molecular phylogenetic evidence challenges two centuries of morphology-based taxonomy. Molecular Phylogenetics and Evolution, 64(1), 73–92.

https://doi.org/10.1016/j.ympev.2012.03.006

Saad, Y. M., Mohamed, J. S., & El-Domyati, F. M. (2019). Molecular phylogeny of mullet fishes using Sox14 and COI gene sequence variations. Research Journal of Biotechnology, 14(4), 130–146.

Shen, K., Chen, C., Hsiao, C., Durand, J., & Ecosym, U. M. R. (2015). Next-generation sequencing yields the complete mitochondrial genome of the flathead mullet , Mugil cephalus cryptic species in East Australia ( Teleostei : Mugilidae ). Mitochondrial DNA Part A, 27(5), 3218–3219. https://doi.org/10.3109/19401736.2015.1007354

Shen, K., Jamandre, B. W., Hsu, C., Tzeng, W., & Durand, J. (2011). Plio-Pleistocene sea level and temperature fluctuations in the northwestern Pacific promoted speciation in the globally-distributed flathead mullet Mugil cephalus. Bmc Evolutionary Biology, 1(83), 1–

17.

Shen, K., Yen, T., Chen, C., Li, H., Chen, P., & Hsiao, C. (2014). Next generation sequencing yields the complete mitochondrial genome of the flathead mullet , Mugil cephalus cryptic species NWP2 ( Teleostei : Mugilidae ). Mitochondrial DNA Part A, 27(3), 1758–1759.

https://doi.org/10.3109/19401736.2014.963799

Thi, T., Tran, V., Phan, L. K., & Durand, J. (2016). Diversity and distribution of cryptic species within the Mugil cephalus species complex in Vietnam. Mitochondrial DNA Part A, 28(4), 493–501. https://doi.org/10.3109/24701394.2016.1143467

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana mengembangkan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerimaan penonton pria terhadap

Permasalahan yang dikaji berdasarkan latar belakang adalah pengungkapan makna mitos kunang-kunang dari ketiga kisah dan penanda- penanda yang terdapat dalam cerpen RKK

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat disimpulkan rumusan masalah yang akan dikaji adalah bagaimana merancang prototype website tentang kumpulan rekomendasi

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang akan dikaji dalam tugas akhir ini adalah bagaimana memanfaatkan teknologi Radio

Berdasarkan latar belakang masalah penilitian yang telah diuraikan sebelumnya, adapun rumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana Respon Peserta

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dari penelitian ini yaitu bagaimana karakteristik dan spesifitas DNA barcoding menggunakan penanda molekuler

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah diatas yang telah di paparkan maka rumusan yang dikaji sebagai berikut “Bagaimana Inovasi