• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas X AKL SMKN 1 Kotabaru

N/A
N/A
Revino

Academic year: 2024

Membagikan "Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas X AKL SMKN 1 Kotabaru"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Proposal Skripsi Oleh : wandy 2020.11.0995

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN (STKIP) PARIS BARANTAI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X AKL SMKN 1 KOTABARU” Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi matematika Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Paris Barantai Kotabaru. Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis mengalami kesulitan dan penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini. Maka, dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Husni Mubarak S.Pd., M.Pd. selaku ketua STKIP paris barantai Kotabaru.

2. Bapak Muhammad Ali S.Pd., M.Pd. selaku wakil I paris barantai Kotabaru dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga dapat terselesaikannya proposal skripsi ini.

3. Ibu Normasunah S.Pd., M.Pd. selaku wakil ketua II STKIP paris barantai Kotabaru.

4. Ibu Radiatul Adawiah S.Pd., M.Pd. selaku wakil ketua III STKIP paris barantai Kotabaru.

5. Ibu Rahmi Yuliana M, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan matematika STKIP paris barantai Kotabaru.

6. Ibu Hartini S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga dapat terselesaikannya proposal skripsi ini.

(3)

7. Bapak dan Ibu Dosen STKIP paris barantai Kotabaru yang telah banyak membantu dan memberikan Ilmunya kepada penulis selama menempuh perkuliahan

8. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan proposal penelitian ini

Penulis sangat berharap semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Kotabaru, Februari 2024 Penulis

Muhammad Rafli

Nim.2020.11.0980

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

A. Latar belakang masalah...1

B. Rumusan masalah...4

C. Tujuan penelitian...4

D. Manfaat penelitian...4

E. Kajian Pustaka...5

F. Kerangka Berpikir...24

G. Definisi operasional...25

H. Jenis dan metode penelitian...27

I. Pendekatan penelitian...28

J. Tempat dan waktu penelitian...29

K. Data dan sumber data...29

L. Teknik pengambilan sampel...30

M. Teknik pengumpulan data...31

N. Teknik uji validitas data...33

O. Teknik analisis data...34

P. Prosuder penelitian...36

(5)

ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X AKL SMKN 1 KOTABARU

A. Latar belakang masalah

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Pendidikan juga merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dan biasanya dirancang untuk membantu siswa menyadari potensi yang dimilikinya dalam proses belajar mengajar.

Peraturan pemerintah nomor 57 tahun 2021 pendidikan adalah upaya sadar dan sengaja untuk melahirkan armosfer belajar dan pelaksanaan pembelajaran agar siswa dapat secara aktif mampu meningkatkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan ahlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (PPR1, 2021)

Pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya dengan menerapkan Kurikulum Merdeka pada proses pembelajaran di sekolah. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum pembelajaran dengan menerapkan kegiatan intrakurikuler yang bermacam-macam serta terdapat konten-konten yang lebih optimal serta dapat membuat siswa agar mempunyai cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi belajar. Guru mempunyai kebebasan dalam memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat dari masing-masing siswa (Kemendikbud Ristek, 2022).

Kurikulum merdeka adalah kurikulum degan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten pembelajaran akan lebih optimal agar siswa memiliki cukup waktu mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dalam implementasinya, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat siswa dalam setiap

(6)

tingkat jenjang pendidikannya. penerapan kurikulum merdeka ini siswa diharapkan mampu termotivasi dalam belajar sehingga nilai yang diperoleh siswa nantinya mendapat hasil yang baik. Selain itu kurikulum merdeka bertujuan untuk memberikan siswa kebebasan dalam menentukan evolusi belajar, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dan minat secara optimal. Adapun mata pelajaran di SMK yang menggunakan kurikulum merdeka yaitu mata pelajaran matematika. Guru dapat lebih mudah pada saat mengajar jika peneliti mengetahui apakah para siswa memiliki motivasi atau tidak. Maka dari itu penelitian ini perlu dilakukan agar ke depannya pengajar atau guru lebih mudah menyampaikan pembelajaran pada kelas yang akan di teliti nantinya, dari banyaknya tuntutan kurikulum mereka agar para siswa lebih aktif dibandingkan guru pada saat pembelajaran baik itu pelajaran matematika maupun pelajaran lainnya.

Berdasarkan observasi sekaligus mengajar di sekolah SMK Negeri 1 Kotabaru pada tanggal 14 Agustus sampai tanggal 13 Oktober 2023 siswa sangat berantusias mengikuti pembelajaran matematika terlihat dari setiap proses pembelajaran matematika siswa bisa mengikuti dengan baik sesuai yang diajarkan namun ada beberapa siswa yang tidak antusias dalam pembelajaran, hal itu membuat peneliti penasaran dan ingin mengetahui apakah motivasi belajar siswa di pengaruhi oleh kurikulum yang di terapkan di sekolah dan peneliti membandingkannya dengan kurikulum sebelumnya peneliti membandingkan dengan narasi yang di sampaikan oleh wali kelas x akl yang berkata siswa pada saat ini lebih bersemangat belajar dan mengerti pembelajaran menggunakan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka dari pada kurikulum sebelumnya karena Kurikulum yang baru ini siswa belajar Materi Esensial dan tidak terburu buru sedangkan kurikulum 13 materi yang wajib di kuasai siswa terlalu banyak dengan waktu yang singkat .

Maka dari itu diharapkan dengan adanya kurikulum baru ini yaitu kurikulum merdeka dapat membantu guru dan siswa lebih merdeka dalam menyelesaikan materinya tanpa harus terburu-buru sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan menyenangkan terutama pada mata pelajaran matematika karena banyak siswa menganggap

(7)

pembelajaran matematika sulit maka dari itu guru dituntut harus memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan terhadap siswa sehingga siswa dapat termotivasi untuk selalu belajar. motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan media pembelajaran yang menarik dan menciptakan suasana belajar yang membuat mereka tidak merasa bosan.

Dari hal tersebut salah satu yang dapat dilakukan ialah dengan memberikan pembelajaran yang menarik dan dapat membawa siswa lebih aktif berinteraksi secara langsung dan memberi ruang keleluasaan untuk siswa belajar dengan menghindari proses pembelajaran yang monoton.

Motivasi belajar merupakan suatu dorongan dalam diri siswa agar nantinya dapat belajar dengan baik, menambah keterampilan serta memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar tentunya akan berjuang untuk dapat berprestasi dan berhasil dalam proses pembelajarannya (Jesi, 2019). Dalam hal ini, motivasi tentunya sangatlah diperlukan dalam proses belajar, yang mana bahwa seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan begitu juga sebaliknya. Pentingnya motivasi belajar ini dapat diberikan sebelum memulai inti pembelajaran, dengan pemberian motivasi tersebut siswa diharapkan dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif yang tentunya dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Menurut Aunurrahman (2012) siswa yang memiliki motivasi belajar akan terlihat melalui kesungguhannya dalam terlibat di dalam proses pembelajaran yang dapat dilihat melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pembelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan ketentuan pembelajaran. Pada aktivitas pembelajaran khususnya secara individu, motivasi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk ketahanan dan ketekunan dalam proses pembelajaran. Sebaliknya jika seorang siswa yang tidak memiliki suatu motivasi dalam pembelajaran, maka siswa tersebut umumnya akan cepat bosan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, motivasi dikatakan dapat memberikan suatu dorongan untuk

(8)

melakukan kegiatan belajar serta diperlukan dalam berlangsungnya proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lala Anovika, menunjukan bahwa implementasi kurikulum merdeka terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SD Islam Assalam termasuk kedalam kategori baik menuju sangat baik dan juga siswa lebih termotivasi lagi untuk terus belajar karena siswa merasa diberi keleluasaan untuk lebih memahami materi yang di sampaikan guru, sehingga proses pembelajaran siswa di SD Islam Assalam pun dapat lebih mendalam lagi.

Dilakukannya penelitian ini untuk menyelidiki motivasi belajar matematika siswa di kelas x akl Smk Negeri 1 Kotabaru pada implementasi kurikulum merdeka. Mengetahui motivasi belajar siswa menjadi kunci dalam merancang strategi pembelajaran yang efektif dan mendorong pencapaian optimal. Oleh karena itu, penelitian analisis implementasi kurikulum merdeka terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas x akl Smk Negeri 1 Kotabaru dapat menjadi acuan untuk meningkatkan efektivitas pendidikan dan pengajaran.

B. Rumusan masalah

Bagaimana Implementasi Kurikulum Merdeka terhadap motivasi siswa pada mata pelajaran matematika di kelas X SMK Negeri 1 Kotabaru ? C. Tujuan penelitian

Untuk menganalisis motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika terhadap implementasi kurikulum merdeka di kelas X SMK Negeri 1 Kotabaru.

D. Manfaat penelitian

1.

Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan terutama mengenai motivasi belajar serta penerapan kurikulum merdeka

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

(9)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru di sekolah sebagai pedoman untuk memahami motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika, serta diharapkan dapat membuat beberapa inovasi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran, serta diharapkan nantinya siswa tidak cepat bosan dalam belajar dan dapat menumbuhkan motivasi siswa.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam mempertahankan memotivasi siswa yang memiliki motivasi tinggi dan memberikan peningkatan motivasi kepada siswa yang memiliki motivasi rendah.

E. Kajian Pustaka 1. Analisis

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “ Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan “. Menurut nana sudjana (2016:27) “ Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya “. Menurut Abdul Majid (2013:54) “ Analisis adalah ( kemampuan menguraikan) adalah menguraikan satuan menjadi unit- unit terpisah, membagi satuan menjadi sub-sub atau bagian, membedakan antara dua yang sama, memilih dan mengenai perbedaan (diantara beberapa yang dalam satu kesatuan)”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu kegiatan untuk menemukan temuan baru terhadap objek yang akan diteliti ataupun diamati oleh peneliti dengan menemukan bukti-bukti yang akurat pada objek tersebut.

(10)

2. Implementasi

a. Pengertian implementasi

Pelaksanaan atau implementasi, dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan fullan mengatakan bahwa implementasi adalah suatu proses peletakan dalam praktik tentang suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang lain dalam mencapai atau mengharapkan suatu perubahan. Implementasi menurut muhammad Joko susila bahwa implementasi merupakan suatu penerapan ide konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga mendapat dampak , baik berupa perubahan pengetahuan keterampilan, maupun sikap.

b. Tahap-tahap implementasi

1). Pengembangan program, yaitu mencakup program tahunan, semester atau catur wulan, bulanan, mingguan dan harian. Selain itu juga ada program bimbingan dan konseling atau program remedial.

2). Pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya , pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

3). Evaluasi, yaitu proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum caturwulan atau semester serta penilaian aktif formatif atau sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksaan kurikulum.

3. Kurikulum Merdeka a. Definisi kurikulum

Kurikulum secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang berarti “pelari” dan currere yang berarti “tempat berpacu”.

Istilah kurikulum ini berasal dari bidang atletik dunia olahraga pada zaman romawi kuno. Dalam bahasa Perancis, istilah kurikulum berasal

(11)

dari kata courier atau “berlari” yang berarti suatu jarak yang harus ditempuh seorang pelari untuk memperoleh sebuah penghargaan. Jika diterapkan dalam dunia pendidikan, kurikulum berarti muatan isi dan materi pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik guna memperoleh ijazah. Kurikulum merupakan rencana pembelajaran yang berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang diterapkan sebagai pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Tujuan tertentu ini tidak hanya meliputi tujuan pendidikan nasional saja, melainkan menyesuaikan dengan ciri khas, kondisi dan potensi daerah, serta satuan pendidikan dan peserta didik. Dengan kata lain, kurikulum merupakan program pengajaran di sebuah jenjang pendidikan. Wahyudi menyatakan bahwa kurikulum merupakan salah satu pendekatan terhadap peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dalam hal ini, hal yang harus ditekankan adalah belajar bagaimana belajar (learning to learn) bukan apa yang harus dipelajari (learning what to be learned).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu rencana pembelajaran tertulis, terdiri dari tujuan, isi, dan bahan ajar pembelajaran yang diterapkan untuk mencapai tujuan pendidikan

b. Definisi kurikulum merdeka

Pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dan pengembangan terhadap kurikulum. Sehingga terdapat istilah “ganti menteri ganti kurikulum”. Perubahan kurikulum ini terjadi tidak bukan tanpa alasan, tapi untuk penyempurnaan yaitu mengubah dan memberi inovasi kurikulum. Di antaranya Kurikulum KTSP/2006 menjadi Kurikulum 2013 hingga menjadi Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang memberikan cukup waktu bagi peserta didik untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi dengan menerapkan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Kurikulum Merdeka atau yang

(12)

sebelumnya disebut dengan Kurikulum Prototipe ini ditetapkan oleh Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai bentuk penyempurnaan dari Kurikulum 2013.

Penyempurnaan ini dilakukan pemerintah sebagai opsi pemulihan pembelajaran, di mana Indonesia telah mengalami learning crisis (krisis pembelajaran) yang cukup lama. Terlihat dari peserta didik Indonesia yang memiliki kompetensi di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Menyikapi permasalahan yang ada, Nadiem Makarim membuat kebijakan penilaian dalam kemampuan minimum meliputi kemampuan literasi, numerasi, serta karakter. Literasi yang dimaksud bukan hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis isi bacaan serta memahami konsep yang ada di dalamnya.

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan merupakan salah satu upaya guna mengembangkan potensi peserta didik. Suasana pembelajaran merupakan tujuan dari merdeka belajar yang tidak hanya dirasakan oleh peserta didik melainkan juga oleh pendidik dan wali murid. Kurikulum Merdeka memberikan warna baru dalam sistem pendidikan. Pendidik diberikan amanah sebagai penggerak untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti evaluasi tersebut. Pendidik dituntut memahami secara menyeluruh konsep dari Kurikulum Merdeka Belajar ini untuk dapat menanamkan kepada peserta didik. Peserta didik diharapkan mampu beradaptasi dengan penerapan kurikulum ini di sekolah.

c. Tujuan kurikulum merdeka

Berbagai kajian nasional dan internasional menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami krisis pembelajaran sejak lama. Study studi tersebut menunjukkan bahwa banyak anak Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau konsep dasar matematika. Temuan ini juga menunjukkan kesenjangan pendidikan yang tajam antara daerah dan kelompok sosial di Indonesia. Kondisi ini diperparah dengan merebaknya pandemi covid-19. Untuk mengatasi krisis dan berbagai tantangan

(13)

tersebut, diperlukan perubahan yang sistematik, salah satunya melalui kurikulum. Kurikulum menentukan materi yang diajarkan di kelas.

Kurikulum juga mempengaruhi kecepatan dan metode pengajaran yang digunakan guru untuk memenuhi kebutuhan siswa. Untuk itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan mengembangkan kurikulum merdeka sebagai bagian penting dari upaya pemulihan pembelajaran dari krisis yang kita alami sejak lama.

Dalam tujuan sebagai upaya pemulihan pembelajaran kurikulum merdeka juga memberikan keleluasaan kepada guru untuk memilih dan menyesuaikan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang dibutuhkan suatu lembaga pendidikan, sehingga peserta didik dapat mendalami konsep dan menguatkan kompetensi dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan minat belajarnya.

d. Karakteristik kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka berbeda dengan kurikulum lainnya, berikut karakteristik Kurikulum Merdeka.

1) Fokus pada materi esensial Fokus pada materi esensial agar peserta didik memiliki waktu yang cukup untuk mendalami kompetensi dasar literasi dan numerasi. Di mana kompetensi tersebut akan sering diterapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang sederhana dan mendalam tergesa-gesa akan lebih mudah diserap oleh peserta didik

2)

Pembelajaran berbasis proyek, tujuannya adalah mengembangkan soft skill serta karakter peserta didik untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila.

3)

Fleksibilitas diartikan sebagai kebebasan bagi pendidik dan satuan pendidikan dalam merancang proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan capaian pembelajaran yang telah diatur oleh pemerintah. Pendidik dan satuan pendidikan diberikan kebebasan dalam menggunakan pendekatan pengorganisasian pembelajaran, baik

(14)

pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik, maupun terintegrasi.

Fleksibilitas ini dapat dilihat dari:

1) Capaian Pembelajaran (CP) disusun per fase, bukan per jenjang kelas.

Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap fase perkembangan dan setiap mata pelajaran. Capaian Pembelajaran ini telah diatur oleh pemerintah sesuai dengan fasenya, mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara lengkap dalam bentuk narasi.

Berikut fase-fase pengembangan pada Kurikulum Merdeka:

a) Fase A adalah kelas I dan II jenjang SD/MI/Program Paket A;

b) Fase B adalah kelas III dan IV jenjang SD/MI/Program Paket A;

c) Fase C untuk kelas V dan VI jenjang SD/MI/Program Paket A;

d) Fase D untuk kelas VII, VIII, IX atau jenjang SMP/MTs/Program Paket B;

e) Fase E untuk kelas X jenjang SMA/MA/Program Paket C;

f) Fase F untuk kelas XI dan XII jenjang SMA/MA/Program Paket C.

Dalam kerangka kurikulum, Capaian Pembelajaran ini berada di bawah Standar Nasional Pendidikan atau setara dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Kurikulum 2013. Berbeda dengan Kurikulum 2013, Capaian Pembelajaran ini disusun per fase bukan per tahun.

Penyusunan Capaian Pembelajaran per fase ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat pencapaian (teaching at the right level), kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajar mereka. Selain itu, pendidik dan satuan pendidikan memiliki kesempatan yang lebih dalam

(15)

menyesuaikan pembelajaran agar sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didik.

2) Jam Pelajaran (JP) disusun per tahun, bukan per minggu sehingga satuan pendidikan dapat mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel.

3) Pendekatan pembelajaran yang digunakan bebas, baik tematik, integrasi antar mata pelajaran, atau berbasis mata pelajaran.

e. Pembaruan pokok kurikulum merdeka

Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum penyempurna Kurikulum 2013 pasti memiliki perbedaan. Salah satunya adalah mata pelajaran PPKN yang berubah menjadi mata pelajaran Pendidikan Pancasila.

Berikut perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013:

1). Jenjang TK/RA sederajat Pendekatan pembelajaran berbasis fokus literasi atau buku yang digemari oleh anak-anak. Sebelumnya pada Kurikulum 2013 pendekatan pembelajaran berbasis tema.

2). Jenjang SD/MTs sederajat Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sebelumnya menjadi dua mata pelajaran, kini digabung menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS). Penggabungan ini dilakukan bertujuan sebagai fondasi sebelum peserta didik belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang SMP/MTs sederajat.

3). Jenjang SMP/MTs sederajat Informatika menjadi mata pelajaran wajib, yang sebelumnya merupakan satu kesatuan mata pelajaran Prakarya dan Informatika pada Kurikulum 2013. Selain itu, Prakarya menjadi salah satu pilihan pada mata pelajaran Seni dan Prakarya, yang sebelumnya adalah mata pelajaran Seni dan Budaya. Jadi, dalam mata pelajaran Seni dan Prakarya, peserta didik diperbolehkan memilih satu jenis di dalamnya, baik seni musik, seni rupa, seni teater, seni tari, atau prakarya.

(16)

4). Jenjang SMA/MA/SMK sederajat Pemilihan jurusan pada Kurikulum Merdeka dipilih dan ditentukan pada kelas XI dengan berkonsultasi dengan guru BK, wali kelas, serta orang tua. Berbeda dengan Kurikulum 2013 yang memilih penjurusan pada awal masuk sekolah.

f. Struktur kurikulum merdeka

Struktur Kurikulum SMK/MAK Perubahan kurikulum SMK/MAK diawali dengan penataan ulang Spektrum Keahlian SMK/MAK. Spektrum Keahlian adalah daftar bidang dan program keahlian SMK yang disusun berdasarkan kebutuhan dunia kerja yang meliputi: dunia usaha, dunia industri, badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, instansi pemerintah atau lembaga lainnya serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.

Spektrum Keahlian SMK/MAK merupakan acuan penyusunan struktur kurikulum serta pembukaan dan penyelenggaraan bidang dan program keahlian pada SMK. Setiap program keahlian terdiri atas minimum 1 (satu) konsentrasi keahlian. Konsentrasi keahlian diselenggarakan dalam program 3 (tiga) tahun atau program 4 (empat) tahun diatur lebih lanjut dalam keputusan pemimpin unit utama yang membidangi kurikulum, asesmen, dan perbukuan.

Tabel 1. Spektrum Keahlian Kurikulum SMK/MAK Bidang keahlian Program Keahlian

1.Teknologi Konstruksi dan Properti

1.1 Teknik Perawatan Gedung

1.2 Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil

1.3 Teknik Konstruksi dan Perumahan 1.4 Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan

1.5 Teknik Furnitur

1.2 Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil

2. Bidang Keahlian Program Keahlian 2.1 Teknik Mesin

(17)

2.2 Teknik Otomotif 2.4 Teknik Logistik 2.5 Teknik Elektronika 2.6 Teknik Pesawat Udara 2.7 Teknik Konstruksi Kapal 2.8 Kimia Analisis

2.9 Teknik Kimia Industri 2.10 Teknik Tekstil

3. Energi dan

Pertambangan

3.1 Teknik Ketenagalistrikan 3.2 Teknik Energi Terbarukan 3.3 Teknik Geospasial

3.4 Teknik Geologi Pertambangan 3.5 Teknik Perminyakan

4. Teknologi Informasi 4.1 Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim

4.2 Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi

5.Kesehatan dan

Pekerjaan Sosial

5.1 Layanan Kesehatan

5.2 Teknik Laboratorium Medik 5.3 Teknologi Farmasi

5.4 Pekerjaan Sosial 6. Agribisnis dan

Agriteknologi

6.1 Agribisnis Tanaman 6.2 Agribisnis Ternak 6.3 Agribisnis Perikanan 6.4 Usaha Pertanian Terpadu

6.5 Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian

6.6 Kehutanan

7. Kemaritiman 7.1 Teknika Kapal Penangkapan Ikan 7.2 Nautika Kapal Penangkapan Ikan 7.3 Teknika Kapal Niaga

7.4 Nautika Kapal Niaga

8. Bisnis dan

Manajemen

8.1 Pemasaran

8.2 Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis

8.3 Akuntansi dan Keuangan Lembaga 9. Pariwisata 9.1 Usaha Layanan Pariwisata

9.2 Perhotelan 9.3 Kuliner

9.4 Kecantikan dan Spa 10. Seni dan Ekonomi 10.1 Seni Rupa

10.2 Desain Komunikasi Visual

(18)

Kreatif 10.3 Desain dan Produksi Kriya 10.4 Seni Pertunjukan

10.5 Broadcasting dan Perfilman 10.6 Animasi

10.7 Busana

Struktur kurikulum mengatur beban belajar untuk setiap muatan atau mata pelajaran dalam jam pelajaran (JP) tahunan dan/atau per 3 (tiga) tahun atau per 4 (empat) tahun atau dikenal dengan sistem blok.

Oleh karena itu, satuan pendidikan dapat mengatur pembelajaran secara fleksibel di mana alokasi waktu setiap minggunya tidak selalu sama dalam 1 (satu) tahun.

Struktur kurikulum SMK/MAK terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

pembelajaran intrakurikuler; dan projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dialokasikan sekitar 30% (tiga puluh persen) total JP per tahun.

Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, baik secara muatan maupun secara waktu pelaksanaan. Secara muatan, projek profil harus mengacu pada capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta didik, dan tidak harus dikaitkan dengan capaian pembelajaran pada mata pelajaran. Secara pengelolaan waktu pelaksanaan, projek dapat dilaksanakan dengan menjumlah alokasi jam pelajaran projek dari semua mata pelajaran dan jumlah total waktu pelaksanaan masing- masing projek tidak harus sama.

Struktur kurikulum SMK ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Struktur Kurikulum kelas X SMK/MAK (Asumsi 1 tahun = 36 minggu, dan 1 JP = 45 menit)

Mata pelajaran Alokasi

Intrakurikule r Per Tahun

Alokasi Projek Penguata n Profil Pelajar Pancasila Per

Total JP Per Tahun

(19)

Tahun A. KELOMPOK MATA PELAJARAN UMUM:

1. Pendidikan

Agama Islam

dan Budi

Pekerti*

90 18 108

Pendidikan Agama Kristen

dan Budi

Pekerti*

90 18 108

Pendidikan Agama Katolik

dan Budi

Pekerti*

90 18 108

Pendidikan Agama Buddha

dan Budi

Pekerti*

90 18 108

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi

Pekerti*

90 18 108

Pendidikan Agama

Khonghucu dan Budi Pekerti*

90 18 108

2. Pendidikan

Pancasila

54 18 72

3. Bahasa

Indonesia

108 36 144

4. Pendidikan

Jasmani,

Olahraga, dan Kesehatan

90 18 108

5. Sejarah 54 18 72

6. Seni

Budaya**:

1. Seni Musik 2. Seni Rupa 3. Seni

Teater 4. Seni Tari

54 18 72

7. Muatan 72 - 72

(20)

Lokal***

Jumlah Kelompok Mata Pelajaran Umum (A):

126 576

450

B. KELOMPOK MATA PELAJARAN KEJURUAN:

1. Matematika 108 36 144

2. Bahasa Inggris 108 36 144

3. Informatika 108 36 144

4. Projek Ilmu

Pengetahuan

Alam dan

Sosial****

162 54 216

5. Dasar-dasar

Program Keahlian

432 - 432

Jumlah Kelompok Mata Pelajaran Kejuruan (B):

918 162 1080

Jumlah A+B 1368 288 1656

Keterangan:

* Diikuti oleh peserta didik sesuai dengan agama masing- masing.

** Satuan pendidikan menyediakan minimal 1 (satu) jenis seni (Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, dan/atau Seni Tari). Peserta didik memilih 1 (satu) jenis seni (Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau Seni Tari).

*** Paling banyak 2 (dua) JP per minggu atau 72 (tujuh puluh dua) JP per tahun.

**** Proporsi JP antara aspek Ilmu Pengetahuan Alam dan aspek Ilmu Pengetahuan Sosial disesuaikan dengan kebutuhan Program Keahlian.

4. Motivasi belajar

a. Pengertian motivasi belajar

Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada

(21)

mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi berasal dari bahasa latin, Movere yang berarti dorongan atau daya penggerak.

Banyak ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengertian motivasi menurut para ahli:

Huitt, W. mengatakan motivasi adalah satu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Thursan Hakim mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut sudarwan danim motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesai dengan apa yang dikehendakinya. Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki Dan ia harapkan.

Sedangkan dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan

(22)

kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan dan tujuan merupakan hal ini dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku dalam hal ini yaitu perilaku untuk belajar

Motivasi belajar adalah di mana keadaan yang ada pada diri individu dan adanya dorongan untuk melakukan sesuatu agar mencapai tujuan. Menurut MC Donald dalam kompri motivasi yaitu suatu perubahan energi dari dalam pribadi seseorang yang dapat dilihat dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi dalam mencapai tujuan. Rofiatun Nisa' dan Eli Fatmawati menjelaskan bahwa orang tua dan guru memiliki pengaruh yang besar terhadap proses belajar siswa bentuk kerjasama dimulai dari yang sederhana seperti menjalin komunikasi yang baik dengan siswa tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar siswa karena siswa merasa ada perhatian dari guru dan orang tua.

Oleh karena itu orang tua sangat berperan penting dalam proses belajar siswa. Cara orang tua dalam mendidik siswa berpengaruh besar terhadap keberhasilannya. Orang tua juga memiliki pola asuh yang berbeda-beda dari berbagai kondisi dari segi ekonomi. Pekerjaan maupun dari keluarga itu sendiri yang menyebabkan kurangnya perhatian kepada anaknya yang menyerahkan semuanya kepada sekolah. Hal tersebut yang menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar yang dilihat dari latar belakang orang tua tersebut.

b. Klarifikasi motivasi belajar

Motivasi belajar ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu motif motivasi instrinsik (keadaan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang dapat mendorong proses belajar) dan motivasi ekstrinsik (keadaan yang datang dari luar individu yang mendorong untuk kegiatan belajar). Ada ataupun tidaknya motivasi belajar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan belajar ini

(23)

akan tercapai jika adanya kemauan dan dorongan dari dalam diri sendiri untuk belajar.

1). Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam individu untuk melakukan suatu aktivitas (Anurrahman, 2012:115).

Menurut Hamalik (2007:162), motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah tidak diperlukan karena hadiah tersebut tidak mempengaruhi siswa belajar. Motivasi intrinsik mengacu pada faktor-faktor dari dalam. Kebanyakan pendidikan teori modern mengambil motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal (Davis, 1987:216).

Sadirman (2008: 89) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh konkret karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya konstruktif, atau tidak karena tujuan yang lain-lain.

2). Motivasi ekstrinsik

Menurut Hamlik (2007:163), motivasi intrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka, hadiah, persaingan, lingkungan keluarga, dan lain-lain. Motivasi intrinsik ini tetap diperlukan disekolah, sebab yang diajarkan disekolah tidak semua menarik minat siswa

(24)

atau sesuai kebutuhan siswa. Sardiman (2008:91) berpendapat bahwa motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar individu. Misalnya toto seorang siswa sekolah dasar, berusaha belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai matematika karena orang tuanya menjanjikan akan memberikan hadiah bilamana dia mendapatkan nilai tinggi pada mata pelajaran tersebut (Anurrahman, 2012:116)

c. Ciri-ciri motivasi belajar

Sardiman A.M (2011: 83) siswa dapat dikatakan memiliki motivasi belajar tinggi apabila mempunyai ciri-ciri berikut;

1) tekun menghadapi tugas, 2) ulet menghadapi kesulitan

3) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, 4) semangat belajar tinggi (senang, rajin belajar dan penuh

semangat),

5) menyukai ilmu pengetahuan baru,

6) berpendirian kuat dan memiliki tujuan jangka Panjang, 7) senang mencari dan memecahkan soal-soal, dan 8) keinginan untuk bergabung dalam kelompok kelas.

Ciri-ciri tersebutlah yang menjadi acuan atau tolak ukur jika seorang siswa dikatakan memiliki motivasi belajar yang tinggi

d. Indikator Motivasi Belajar

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan

(25)

seseorang dalam belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil;

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan sesuatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperoleh kesempurnaan.

Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif ber prestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugas secara tuntas tanpa menunda-nunda pekerjaannya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatarbelakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan atau kegagalan itu. Seorang siswa mungkin tanpa bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari gurunya, atau diolok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan di atas tanpa bahwa keberhasilan siswa tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan;

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tentang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan

(26)

menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat.

4) Adanya penghargaan dalam belajar;

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap perilaku yang baik atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan bagus atau hebat di samping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan menyampaikan konkret sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan di depan orang banyak.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. sesuai yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik;

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik dengan, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.

5. Matematika

(27)

a. Pengertian Matematika

Menurut Andi hakim Nasution secara etimologis istilah matematika berasal dari kata latin mathematica yang diambil dari kata Yunani mathematike yang artinya bertalian dengan pengetahuan. Kata Yunani itu mempunyai akar kata mathema yang berarti ilmu, pengetahuan (science, knowledge). Jadi menurut kata asalnya istilah matematika semula berarti pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan belajar. Secara terminologis matematika adalah bidang pengetahuan yang termasuk dalam rumpun ilmu pengetahuan pasti dan menelaah secara tematik berbagai hubungan dan sifat dari pengertian-pengertian mujarab dengan menggunakan aneka angka dan lambang-lambang.

Menurut killPatrick, swafford dan findell, pemahaman konsep (counceptual understanding) adalah kemampuan seseorang dalam memahami sebuah konsep operasi dan relasi dalam pembelajaran matematika, Sumarmo juga menjelaskan tujuan dalam pembelajaran matematika ialah pembelajaran matematika ingin diarahkan untuk memahami konsep matematika serta prinsip matematika yang akan dibutuhkan untuk menyesuaikan permasalahan matematika, baik dalam masalah disiplin ilmu maupun dalam masalah di kehidupan sehari-hari.

Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari, kata tersebut mempunyai asal katanya yang mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata matematika berhubungan juga dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar ( berpikir).

Jadi, berdasarkan berdasarkan asal katanya matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat Dengan berpikir ( bernalar). Matematika juga mempunyai makna bahwa matematika bersifat universal sehingga dapat dipahami oleh setiap orang kapan dan dimana saja.

b. Tujuan Matematika

(28)

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luas akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

F. Kerangka Berpikir

Dilihat dari keputusan Mendikbud Ristek No. 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajarann, bahwa terdapat beberapa ketentuan bagi lembaga pendidikan yang akan menerapkan Kurikulum Merdeka. Pada Februari 2022, Kemendikbud Ristek telah meresmikan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum yang sah dan dapat digunakan pada lembaga pendidikan di Indonesia dengan melahirkan platform Kurikulum Merdeka. Dimana implementasi kurikulum merdeka berdampak pada motivasi belajar matematika siswa, perlunya mengalaisis program matematika yang di sajikan dan agar pemberian angket motivasi belajar tidak salah sasaran. Setelah itu memeriksa dan menganalisis hasil angket yang di kerjakan siswa agar terdapat hasil apakah siswa termotivasi atau tidak nya belajar matematika terhadap kurikulum merdeka.

Implementasi kurikulum Merdeka terhadap

motivasi belajar matematika

(29)

Bagan kerangka berpikir.

G. Definisi operasional

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik secara nyata dalam lingkup objek penelitian yang diteliti. Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu: Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di SMK Negeri 1 KOTABARU. Maka definisi operasional yang perlu dijelaskan, yaitu:

1. Implementasi

implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk praktis yang mana menimbulkan dampak, baik berupa perubahan keterampilan, pengetahuan, maupun nilai dan sikap.

Menganalisis program matematika yang di sajikan dalam kurikulum

merdeka

Pemberian angket motivasi belajar matematika kepada siswa

Memeriksa hasil kerja dari angket yang di

berikan Menganalisis hasil

angket yang di kerjakan siswa

Hasil apakah siswa termotivasi belajar matematika terhadap

kurikulum merdeka

(30)

Implementasi pada penelitian ini untuk melihat konsep, dampak yang ditimbulkan, pengetahuan serta keterampilan siswa dalam melaksanakan kurikulum merdeka belajar.

2. Kurikulum Merdeka

Merdeka belajar merupakan suatu program yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Merdeka belajar merupakan suatu wadah untuk mengembangkan potensi pada diri peserta didik dengan kebebasan berpikir, kebebasan otonomi yang diberikan kepada komponen pendidikan. Dalam kurikulum merdeka dapat ditemui berbagai macam bentuk pembelajaran intrakurikuler yang bertujuan untuk mengoptimalkan, memberikan konsep, dan menguatkan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Pendidik atau guru bisa lebih bebas untuk menentukan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan minat masing-masing peserta didiknya. Kurikulum merdeka ini menerapkan pembelajaran berbasis kebutuhan belajar dan minat siswa.

Kurikulum merdeka juga menambahkan muatan berupa nilai-nilai karakter yang disebut dengan profil pancasila. Sekolah yang ingin menerapkan kurikulum ini mengharuskan kepala sekolahnya untuk mempelajari materi yang telah dipersiapkan oleh Kemendikbudristek mengenai konsep kurikulum merdeka. Sebelum diajarkan pada peserta didik, guru harus cermat memahami apa itu kurikulum merdeka, memahami strategi pembelajaran apa yang akan digunakan, memahami materi esensial dalam pelajarannya, dan harus memiliki kemauan untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan begitu, konsep kurikulum merdeka diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik yang berkualitas tidak hanya dibidang akademik tetapi juga berkembang dalam hal lainnya.

3. Motivasi belajar

Motivasi belajar adalah di mana keadaan yang ada pada diri individu dan adanya dorongan untuk melakukan sesuatu agar mencapai tujuan. Menurut MC Donald dalam kompri motivasi yaitu suatu perubahan energi dari dalam pribadi seseorang yang dapat dilihat dengan

(31)

timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi dalam mencapai tujuan. Rofiatun Nisa' dan Eli Fatmawati menjelaskan bahwa orang tua dan guru memiliki pengaruh yang besar terhadap proses belajar siswa bentuk kerjasama dimulai dari yang sederhana seperti menjalin komunikasi yang baik dengan siswa tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar siswa karena siswa merasa ada perhatian dari guru dan orang tua. Oleh karena itu orang tua sangat berperan penting dalam proses belajar siswa. Cara orang tua dalam mendidik siswa berpengaruh besar terhadap keberhasilannya.

Orang tua juga memiliki pola asuh yang berbeda-beda dari berbagai kondisi dari segi ekonomi. Pekerjaan maupun dari keluarga itu sendiri yang menyebabkan kurangnya perhatian kepada anaknya yang menyerahkan semuanya kepada sekolah. Hal tersebut yang menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar yang dilihat dari latar belakang orang tua tersebut.

H. Jenis dan metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah yang sedang dibahas.

Desain deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek dan subjek yang diteliti apa adanya. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada internalisasi nilai-nilai multikultural dalam meningkatkan toleransi beragama di SMK Negeri 1 Kotabaru menggunakan paradigma Deskriptif-Kualitatif.

(32)

I. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sehingga data yang dipaparkan dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka, tetapi berupa uraian kata-kata. Dimana nantinya penelitian akan mendeskripsikan internalisasi nilai-nilai multikultural dalam meningkatkan toleransi beragama yang ada di SMK Negeri 1 Kotabaru. Pengertian pendekatan kualitatif menurut Bodgan dan Taylor yaitu kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, yakni data yang mengandung makna atau data yang sebenarnya. Penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama yaitu untuk mendeskrepsikan dan mengeksplorasi, serta mendeskrepsikan dan menjelaskan. Tujuan lainnya adalah berkaitan dengan tindakan, anjuran atau perbuatan yang sering menjadi tujuan akhir dalam penelitian.

Adapun alasan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena dalam penelitian ini data yang dihasilkan berupa data deskriptif-kualitatif yang diperoleh dari data-data berupa tulisan, kata-kata dan dokumen yang berasal dari informan yang diteliti dan dapat dipercaya.

Dengan demikian, karakteristik penelitian kualitatif menurut Nasution, yaitu sebagai berikut:

a. Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting.

b. Peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti adalah key instrument, alat penelitian utama.

c. Sangat deskriptif

d. Mementingkan proses maupun produk, jadi juga memerhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.

e. Mengutamakan data langsung.

f. Triangulasi, maksudnya data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain.

(33)

J. Tempat dan waktu penelitian

1.

Tempat

Peneliti melakukan penelitian ini di SMK Negeri 1 Kotabaru, yang terletak di Jl. Berangas No. KM 4 No. 35, Sigam , Kec. Pulau Laut Utara , kab. Kotabaru, Kalimantan Selatan 72111.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei tahun 2024.

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Kotabaru karena sekolah tersebut telah dan baru mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2023/2024, serta belum ada penelitian sebelumnya tentang menganalisis implementasi Kurikulum Merdeka terhadap motivasi belajar matematika di sekolah tersebut.

K. Data dan sumber data

Data mengacu pada karakteristik yang terkait dengan objek tertentu dan dapat digunakan sebagai informasi. Karakteristik tersebut dapat dikumpulkan dan dianalisis menggunakan berbagai metode dan alat (Harris, 2013: 8). Penelitian melibatkan pengumpulan dan analisis data. Penelitian tidak dapat dilakukan tanpa data. Data penelitian harus akurat, karena penggunaan data yang dipalsukan dapat menyebabkan kesimpulan yang menyesatkan dan tidak benar.

Untuk penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua jenis data yang berbeda dari sumber data. Salah satu cara efektif untuk mengumpulkan informasi adalah dengan memanfaatkan data dan sumber data.

a. Data

Data adalah fakta, informasi atau keterangan. Keterangan yang merupakan bahan baku dalam penelitian untuk dijadikan bahan pemecahan masalah atau bahan untuk mengungkap suatu gejala. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen dan observasi. Data dalam penelitian ini

(34)

diambil dari data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan berupa data-data sekolah dari berbagai literatur yang relevan terkait dengan penelitian ini.

b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian merupakan sumber dari mana data- data diperoleh untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data.

Pada penelitian ini, sumber data yang peneliti gunakan sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto adalah sumber data yang berawal dari person, place dan paper.

Person, sumber data berupa orang, yaitu sumber data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara dan sumber data utama yang berupa wawancara dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, maupun siswa.

Place, sumber data berupa tempat, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak, dalam hal ini adalah lingkungan sekolah yang menjadi objek penelitian, lingkungan ini bisa berupa keadaan sarana dan prasarana sekolah serta pengamatan terhadap suasana yang kondusif di sekolah.

Paper, sumber data berupa lembaran, yaitu sumber data yang menyajikan data-data yang telah disajikan melalui lembaran berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan sekolah dan arsip-arsip penting dari siswa.

L. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik untuk mengambil sumber data penelitian dengan berbagai pertimbangan.

Pertimbangan tersebut misalnya orang tersebut yang dianggap paling mengetahui tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai orang yang paling menguasai sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti, dampaknya adalah data yang dihasilkan sangat berkualitas (Sugiyono, 2016:216).

(35)

Penelitian ini juga menggunakan teknik snowball sampling.

Peneliti menggunakan teknik snowball sampling karena memperhatikan pertimbangan tertentu yang kemungkinan akan dihadapi pada saat penelitian. Pertimbangan tersebut misalnya data yang didapatkan kurang dapat memenuhi kapasitas. Teknik snowball sampling yaitu teknik pengambilan sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit kemudian menjadi membesar, hal ini dikarenakan sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari informan lain yang digunakan sebagai sumber data (Sugiyono, 2017: 218-219).

M. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data mengacu pada proses dan teknik tertentu yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

Setiap jenis penelitian, baik kualitatif maupun kuantitatif, menggunakan teknik-teknik tertentu untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

Tujuan dari ini adalah untuk membantu penulis dalam memperoleh data asli.

1. Pengamatan/Observasi

Peneliti mengawali proses pengumpulan data dengan melakukan observasi sebagai langkah awal. Pengamatan, atau tindakan mengamati, dapat didefinisikan sebagai perhatian yang disengaja dan terfokus yang diarahkan pada peristiwa, gejala, atau objek minat lainnya. Observasi merupakan kegiatan penting yang melibatkan pengumpulan data melalui penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang jelas dan komprehensif tentang objek yang diperiksa. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi dengan mengunjungi langsung lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian.

2. Wawancara

(36)

Tahap selanjutnya dalam metodologi pengumpulan data penulis melibatkan melakukan wawancara. Wawancara adalah percakapan yang bertujuan antara dua pihak, yaitu pewawancara, yang berperan sebagai penanya, dan yang diwawancarai, yang berperan sebagai responden atas pertanyaan yang diajukan.

Wawancara akan dilakukan secara langsung, dimana pewawancara dan informan akan melakukan interaksi tatap muka

3. Angket

Penulis menerapkan kuesioner sebagai langkah ketiga dalam metodologi pengumpulan data mereka. Kuesioner adalah pendekatan metodologis yang digunakan dalam pengumpulan data, di mana serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis yang telah ditentukan sebelumnya disajikan kepada peserta untuk tanggapan mereka. Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang sangat efektif dalam kasus di mana peneliti memiliki pemahaman yang tepat tentang variabel yang akan diukur dan memiliki harapan yang jelas tentang respons potensial responden.

Tabel 3 Indikator Angket Motivasi Belajar Matematika

kriteria persentase

Sangat tinggi 80-100

Sedang 60-79

Rendah 40-59

Tidak ada 0-40

4. Dokumentasi

Penulis menerapkan metodologi pengumpulan data tahap keempat, yang melibatkan proses dokumentasi. Dokumentasi mengacu pada pengumpulan data secara sistematis yang berasal dari berbagai sumber seperti dokumen dan literatur, yang berfungsi sebagai bahan berharga untuk dianalisis dalam konteks upaya penelitian khusus ini. Metodologi yang digunakan untuk pendokumentasian data sekunder yang dapat diakses dalam bentuk arsip atau dokumen. Metodologi ini digunakan untuk memastikan

(37)

dokumentasi terkait yang berkaitan dengan materi pelajaran yang ingin diselidiki oleh peneliti. Data berupa catatan tekstual, seperti yang tersedia, dapat dimanfaatkan untuk tujuan mencermati kejadian atau peristiwa sejarah yang terjadi pada kurun waktu sebelumnya.

N. Teknik uji validitas data

Validitas penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif, validitas tidak memiliki konotasi yang sama dengan penelitian kualitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas (yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respon) ataupun generalisasi (yang berarti validitas eksternal atau hasil penelitian yang dapat diterapkan pada setting , orang, atau sampel yang baru) dalam penelitian kualitatif mengenai generalisasi dan reliabilitan kualitatif Craswell (dalam Susanto, 2013). Validitas dalam penelitian kualitatif didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipasi, atau pembaca secara umum, istilah validitas dalam penelitian kualitatif dapat disebut pula dengan trusworthiness, authenticity, dan credibility Creswell (dalam Susanto, 2013).

Sugiono (2014) terdapat dua macam validitas penelitian yaitu, validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi penelitian dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah:

a. Tri angulasi

Triangulasi (Moleong, 2014) yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan melakukan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh dengan sumber atau kriteria yang lain diluar data itu, untuk meningkatkan keabsahan data. Pada penelitian ini, triangulasi yang dilakukan adalah:

(38)

1) Tri angulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan apa yang dikatakan oleh subyek dengan dikatakan informan dengan maksud agar data yang diperoleh dapat dipercaya karena tidak hanya diperoleh dari satu sumber saja yaitu subyek penelitian, tetapi data juga diperoleh dari beberapa sumber lain seperti tetangga atau teman subyek,

2) Tri angulasi metode, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan data hasil pengamatan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Dalam hal ini peneliti berusaha mengecek kembali data yang diperoleh melalui wawancara.

b. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi ini merupakan alat pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti. Seperti data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam hasil wawancara dengan informan. Sedangkan dalam uji validitas eksternal dalam penelitian kualitatif, peneliti dalam membuat laporan harus memeberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut. Sehingga dapat memutuskan bisa atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut ditempat lain.

O. Teknik analisis data

setelah seluruh data dikumpulkan, data dikelompokkan masing-masing yaitu data hasil observasi, angket dan dokumentasi. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis yang bersifat kualitatif.

Analisis data adalah usaha memilih, memilah, menggolongkan, membuang dan menjawab permasalahan pokok. Langkah-langkah dalam proses analisis data meliputi:

1. Reduksi Data

(39)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu maka perlu dicatat dan teliti secara rinci. Seperti telah dikemukakan semakin lama penelitian kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Kegiatan ini peneliti mempertajam analisis, menggolongkan atau mengkategorikan ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat diletakkan diverifikasi. Pada tahap reduksi, data yang dikumpulkan berupa data hasil observasi tentang keadaan peserta didik dalam proses pembelajaran serta data interview mengenai penerapan pembelajaran kurikulum merdeka belajar terhadap motivasi belajar peserta didik dan angket untuk mengetahui lebih dalam mengenai motivasi belajar terhadap diri masing-masing siswa

2. Model Data/Penyajian Data

Data direduksi, maka langkah selanjutnya ialah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel dan gambar yang dianalisis sehingga akan didapatkan pemahaman apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif sering digunakan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Disimpulkan bahwasanya dalam menganalisis data ini tidak dapat dilakukan jika tidak mengikuti langkah-langkah yang telah ada supaya hasil analisis sesuai dengan data lapangan. Adapun langkah- langkah dalam menganalisis data yaitu, data reduction (data reduksi), data display (penyajian data dan couclusing/verification). Dalam penarikan kesimpulan ini didasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam

(40)

penelitian. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada atau dengan kata lain usaha untuk mencari pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi.

P. Prosuder penelitian

Prosedur atau tahap penelitian yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan terdiri dari beberapa hal, yaitu (1) observasi pendahuluan; (2) mengurus surat izin penelitian dari STKIP paris barantai kotabaru ; (3) membuat rancangan penelitian; (4) membuat pedoman wawancara berupa pertanyaan; (5) mempersiapkan alat penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi maupun wawancara kepada informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Tahapan ini merupakan tahap inti dalam penelitian.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini, kegiatan meliputi mengelola dan mengorganisir data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi dari pihak SMK negeri 1 Kotabaru. Setelah pengolahan data kemudian tahap selanjutnya adalah menyusun hasil dengan rinci dan sistematis sehingga data mudah dipahami.

4. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian adalah tahapan akhir pada penelitian. Dari data yang sudah diolah, disusun, disimpulkan, dan diverifikasi, data disajikan dalam bentuk laporan hasil penelitian yang terdapat pada bab IV dan disimpulkan pada bab V.

DAFTAR PUSTAKA

(41)

[ CITATION Lol23 \l 1033 ] Implementasi Kurikulum Merdeka Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas Iv Di Sd Islam Assalam

[ CITATION fad23 \l 1033 ]http://etheses.uin-malang.ac.id/52010/

[ CITATION ALF23 \l 1033 ] Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Di Sma Negeri 1 Tanjung Jabung Timur

[ CITATION ANN23 \l 1033 ]

https://www.educaniora.org/index.php/ec/article/view/28

[ CITATION edo23 \l 1033 ]http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/29866

[ CITATION sit23 \l 1033 ] Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran Matematika Di Mtsn 1 Kota Surabaya

(Kemendikbud Ristek, 2022) (PPR1, 2021)

(UU Nomor 20 Tahun 2003) https://peraturan.bpk.go.id/Details/43920/uu- no-20-tahun-2003

Lience Leni, „Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Meningkatkan Motivasi Belajar pada Sekolah Menengah Kejuruaan Pusat Keunggulan‟,1, Sentikjar, 2022.

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2018).

Erma Yunita, Dewi Nasien, and Mestika Sekarwinahyu, „Pengaruh Peran Guru Terhadap Motivasi Belajar Dan Pembentukan Karakter Siswa Melalui Implementasi KurikulumKurikulum 2013 Di Sekolah Dasar‟, Instruction Development Journal (IDJ), 5 (2022).

Voni Nurhidayati. Fitri Ramadani. Merika Setiawati, „Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar Terhadap Motivasi siswa Kelas X di SMAN 1 Payung Sekaki‟, 9, Jurnal Eduscience, 2022.

Hamzah, Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2021).

Hamalik, O. (2017). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

LAMPIRAN

Gambar

Tabel 3 Indikator Angket Motivasi Belajar Matematika

Referensi

Dokumen terkait

RPP bahasa Inggris untuk SMA kelas X semester ganjil kurikulum

Modul Ajar Materi Pokok Ekosistem Kelas X Kurikulum

Soal latihan untuk siswa kelas 4 SD/MI pada semester ganjil mata pelajaran Matematika Kurikulum

Modul Ajar Matematika Kelas 4 SD/MI Fase B Semester 2 Kurikulum

Modul Ajar Matematika Kelas 1 SD/MI Fase A Kurikulum

Modul Ajar Matematika untuk kelas 5 semester 2 yang mengacu pada Kurikulum

Modul pembelajaran matematika untuk siswa kelas 2 SD dalam kurikulum merdeka fase A, materi bilangan 1 sampai dengan

Modul Ajar Kurikulum Merdeka