Buku teks merupakan salah satu sumber belajar dan bahan pembelajaran yang banyak digunakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menyusun buku teks pasti diperhatikan bahan ajar mana yang cocok dan sebaiknya disajikan. Buku teks tidak mengajar dengan sendirinya (walaupun beberapa kegiatan belajar dapat dicapai melalui membaca), namun buku teks merupakan sarana pengajaran.
Konteks dan materi pembelajaran dalam buku teks seringkali tidak sesuai dengan kondisi dan lingkungan sasaran pembelajar. Akibatnya, informasi dan permasalahan yang terdapat dalam buku teks menjadi ketinggalan jaman, bahkan tidak sejalan dengan apa yang dihadapi siswa saat ini. Selain itu, hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa buku teks berperan dalam meningkatkan prestasi siswa.
Analisis Buku Teks a. Pengertian Analisis
Materi dalam teks harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi dalam teks tersebut diharapkan dapat mengaktifkan kembali siswa dalam belajar meskipun tidak dalam kondisi proses belajar mengajar di kelas. Materi buku teks hendaknya diimbangi dengan ilustrasi yang menarik dan relevan dengan materi agar dapat membantu siswa memahami dan memvisualisasikan suatu topik.
Bahkan membaca ulang juga dapat digunakan sebagai pengecekan ingatan seseorang terhadap hal-hal yang telah dipelajarinya melalui buku pelajaran. Fasilitas khusus dalam sebuah buku teks dapat membantu pembaca memahami isi buku tersebut. Keempat aspek yang diuraikan di atas merupakan aspek yang sangat berkaitan sehingga diharapkan penyusun buku teks dapat memenuhi salah satu aspek tersebut tanpa mengurangi kualitas aspek lainnya, misalnya ilustrasi yang digunakan dalam buku teks hendaknya ilustrasi yang baik dan menarik, namun tidak mengganggu. materi yang disampaikan, atau bahkan ilustrasinya bagus, namun kurang sesuai dengan materi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat komponen yang digunakan untuk menilai kualitas buku teks, antara lain kelayakan isi atau materi, kelayakan penyajian, kesesuaian bahasa, dan kelayakan grafis.
Isi Materi Buku Teks dan Kurikulum 2013
Pendidikan berbasis standar adalah pendidikan yang mendefinisikan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil pembelajaran yang berlaku pada setiap kurikulum. Standar kompetensi lulusan telah dikembangkan menjadi standar kompetensi lulusan satuan pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar kompetensi lulusan Satuan Pendidikan memuat 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan proses, isi dan ruang lingkup penerapan komponen proses dan isi.
Komponen ruang lingkup adalah luas minimum lingkungan tempat kompetensi digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satuan studi dengan satuan studi di atasnya, serta jalur satuan pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB , SMALB). Fenomena yang muncul di masyarakat seperti tawuran pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, penipuan UN dan adanya keresahan di masyarakat. Tantangan masa depan seperti globalisasi, permasalahan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, konvergensi ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, munculnya industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan dampak teknosains, tuntutan kualitas, investasi dan transformasi di bidang pendidikan dan hasil - hasil pengukuran TIMMS dan PISA.
Isi atau isi kurikulum merupakan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan selanjutnya dipecah menjadi Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti (IC) adalah deskripsi kategoris tentang kompetensi yang harus dipelajari siswa untuk tingkat sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari siswa untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
Penekanan kompetensi pada bidang sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan pada suatu satuan dan mata pelajaran ditandai dengan banyaknya KD suatu mata pelajaran. Kompetensi inti menjadi unsur organisasi kompetensi dan bukan suatu konsep, generalisasi, tema atau sesuatu yang diturunkan dari “kurikulum berbasis disiplin” atau “kurikulum berbasis konten”. Kompetensi Inti (KC) yang dikembangkan didasarkan pada prinsip-prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya topik.
Proses pembelajaran dilandasi oleh upaya penguasaan kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan ciri-ciri isi kompeten dimana pengetahuan bersifat isi penuh (penguasaan). Penilaian hasil pembelajaran mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasil segera dilanjutkan dengan pembelajaran remedial untuk menjamin penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan Minimum/MCC dapat digunakan sebagai tingkat memuaskan).
Semester 2 Mendengarkan
Kelengkapan Materi
Kelengkapan materi yang berkaitan dengan materi hendaknya diawali dengan penjelasan konsep, definisi dan memuat prosedur serta dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menunjang pemahaman siswa terhadap konsep yang dibahas. Pada Kurikulum 2013, kelengkapan materi harus memuat kegiatan yang mengacu pada Standar Kompetensi Inti (CoS) dan Standar Kompetensi Dasar (BSC).
Keruntutan Materi
Kegiatan berbahasa Indonesia dilaksanakan dengan kaidah ilmiah atau pembelajaran ilmiah, sehingga rangkaian kegiatannya dimulai dari kegiatan mengamati hingga berkomunikasi dengan orang lain.
Koneksi (Keterkaitan)
Menggunakan Gambar, Tabel, Skema, atau Ilustrasi
Penguatan Pendidikan Karakter
Gerakan PPK harus memadukan, memperdalam, memperluas sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang telah dilaksanakan selama ini. Dalam kaitan ini, integrasi dapat berupa pengintegrasian kegiatan kelas, di luar kelas, di sekolah, dan di luar sekolah (komunitas); keterpaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler; keterlibatan serentak anggota sekolah, keluarga dan masyarakat; pendalaman dan perluasan dapat berupa penambahan dan intensifikasi kegiatan yang ditujukan untuk pengembangan karakter siswa, penambahan dan tampilan kegiatan belajar siswa, dan penataan kembali waktu belajar siswa di sekolah atau di luar sekolah; maka penyelarasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan gerakan PPK (Hendarman, dkk., 2016: 5). Selain merupakan kelanjutan dan lanjutan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Nasional tahun 2010, Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nawacita, dalam hal ini 8 butir Nawacita: Revolusi Karakter Nasional dan Gerakan Revolusi Mental dalam bidang pendidikan. yang ingin mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma yaitu perubahan sikap dan cara bertindak dalam pengelolaan sekolah. 2016: 7) disebutkan ada 5 nilai karakter utama yang saling berkaitan sehingga membentuk jaringan nilai karakter yang patut dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK.
Gerakan PPK fokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsipnya dapat didukung oleh seluruh individu yang berbeda latar belakang agama, kepercayaan, sosial dan budaya. Gerakan PPK berlangsung secara holistik, dalam artian pengembangan fisik (olahraga), intelektual (mental), estetika (rasa), etika, dan spiritual (hati) dilakukan secara menyeluruh dan simultan, baik melalui proses pembelajaran intra mata pelajaran, maupun melalui proses pembelajaran intra mata pelajaran. pengembangan budaya sekolah atau kerjasama dengan masyarakat di luar lingkungan pendidikan. Gerakan PPK sebagai proses mewujudkan pendidikan nasional khususnya pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan menghubungkan, menghubungkan dan memasukkan berbagai unsur pendidikan dan pelatihan serta bukan merupakan program pembantu atau pelengkap dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. .
Gerakan PPK dilakukan dengan melibatkan dan melibatkan seluas-luasnya masyarakat sebagai pemangku kepentingan pendidikan bersama para pelaku gerakan PPK. Di sini kepala sekolah, pegawai sekolah, orang tua, komite sekolah dan lain-lain dapat menyepakati prioritas nilai-nilai terpenting karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi gerakan PPK. pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan mendanai Gerakan PPK. Gerakan PPK harus berlandaskan dan responsif terhadap kearifan lokal nusantara yang begitu beragam dan plural, sehingga kontekstual dan membumi.
Selain itu, Gerakan PPK hendaknya mampu mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat guna memberikan jati diri dan jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia. Gerakan PPK harus mampu mengembangkan keterampilan yang diperlukan peserta didik untuk hidup di abad 21 (antara lain: berpikir kritis dan kreatif, penguasaan bahasa, keterampilan komunikasi, keterampilan berkolaborasi dan gotong royong, kemampuan beradaptasi dan ketangkasan dalam beradaptasi, semangat. rasa ingin tahu dan imajinasi, dan literasi). Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarianisme, penghormatan terhadap keberagaman dan perbedaan (inklusi) serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Gerakan PPK hendaknya dikembangkan dan dilaksanakan sejalan dengan perkembangan siswa, baik secara biologis, psikologis, maupun perkembangan siswa, sehingga tingkat kecukupan dan penerimaannya tinggi serta hasilnya maksimal. Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterukuran, sehingga proses dan hasilnya dapat diamati dan diketahui secara obyektif.
Pembelajaran Abad 21
Siswa dapat mengidentifikasi, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi bukti, argumen, klaim dan data yang disajikan secara luas melalui kajian mendalam dan merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi Siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dan gagasannya secara efektif dengan menggunakan media lisan, tulisan, dan teknologi. 2019: 17) disebutkan bahwa implementasi dalam penyusunan kerangka menurut P21 bersifat multidisiplin, artinya semua materi dapat didasarkan pada kerangka P21.
Untuk melengkapi kerangka P21 sesuai kebutuhan pendidikan di Indonesia, berdasarkan hasil kajian dokumen Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nawacita dan RPJMN Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi, diperoleh dua standar tambahan pada tahun 2017. sesuai dengan kebijakan kurikulum dan kebijakan pemerintah masing-masing sejalan dengan Penguatan Pendidikan Karakter (Character Building) dan Nilai Spiritual. Secara umum standar P21 di Indonesia dirumuskan dalam Standar Kemitraan Indonesia untuk Keterampilan Abad 21 (IP-21CSS) seperti dijelaskan pada tabel 2.6 di bawah ini. Mengakses dan mengevaluasi informasi Menggunakan dan mengatur informasi Menganalisis dan memproduksi media Penerapan teknologi yang efektif.
Dalam proses perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru, 4C dapat digunakan dan dipetakan dalam perencanaan pembelajaran. Berpikir Kritis Siswa mengeksplorasi tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dengan berdiskusi dalam kelompok. Kolaborasi Siswa mengeksplorasi tokoh-tokoh dalam teks cerita fiksi dengan berdiskusi dalam kelompok.
Siswa menyelesaikan lembar kerja untuk menganalisis, membandingkan dan menghubungkan gaya dan kecepatan gerak dengan kejadian di lingkungan sekitar. Siswa mempresentasikan hasil identifikasi karakter dan jenis teks secara berkelompok melalui kolaborasi dan rasa ingin tahu.
Penelitian yang Relevan
Hasil survei menunjukkan bahwa ketiga buku tersebut merupakan buku yang layak digunakan sebagai panduan bagi guru dengan rata-rata rating 90%. Selanjutnya Sokhibah (2014) melakukan penelitian terkait “Tingkat Keterbacaan dan Pemahaman Buku Teks Bahasa Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kitab yang berbeda tingkatannya mempunyai tingkat keterbacaan dan pemahaman yang tinggi, sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.
Dari beberapa hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, peneliti memberanikan diri untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Buku Teks SMP Bahasa Indonesia Kelas VIII Terbitan Kemendikbud Edisi Revisi 2017 (Kesesuaian Isi, Pembentukan Karakter, dan Kompetensi Abad 21)” . Pertimbangan dasar yang peneliti ambil untuk menganalisis buku teks tersebut adalah karena berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Analisis yang dilakukan peneliti terfokus pada tiga aspek, yaitu: 1) kesesuaian konten; 2) kesesuaian pembentukan karakter; dan 3) Kompetensi Abad (21 Cs).
Kerangka Pikir