• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Analisis Juridis Tindak Pidana Melawan Anggota Kepolisian ... - Unibos

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Analisis Juridis Tindak Pidana Melawan Anggota Kepolisian ... - Unibos"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menyusun rumusan masalah yang akan dikaji dalam pembahasan.

Tujuan Penelitian

Manfaat penelitian

Sebagai informasi bagi para mahasiswa, para cendekiawan yang berminat untuk mempelajari, mengetahui dan mengkaji lebih dalam tentang proses hukum yang ditulis dalam makalah ini; Secara teoritis penulisan tesis ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam perkembangan ilmu hukum terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam tesis dan penelitian ini;

TINJAUAN PUSTAKA

Tindak Pidana

Tiga persoalan pokok/pokok dalam hukum pidana berkaitan dengan apa yang disebut kejahatan (tindak pidana, delik, pelanggaran ringan, tindak pidana), pertanggungjawaban pidana, dan persoalan pidana dan pemidanaan. Istilah kejahatan merupakan masalah yang berkaitan erat dengan masalah kriminalisasi (criminal policy) yang diartikan sebagai proses penetapan perbuatan orang yang semula bukan perbuatan pidana menjadi perbuatan pidana, proses penetapan ini merupakan suatu perumusan perbuatan yang terletak di luar diri sendiri. Strafbare Handlung diterjemahkan sebagai 'Tindakan Kriminal', yang digunakan oleh sarjana hukum pidana Jerman; Dan.

Menurut Indiyanto Seno Adji, tindak pidana adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang diancam dengan pidana, perbuatannya itu melawan hukum, ada salahnya pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya. Menurut Moeljatno, tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan undang-undang, barangsiapa melanggar undang-undang.

Tindak pidana khusus memuat acuan norma hukum atau norma hukum, hal-hal yang diatur dengan undang-undang tidak termasuk dalam pembahasan. Kejahatan khusus ini diatur dalam undang-undang selain hukum pidana umum.16. Setelah mengetahui pengertian dan pengertian yang lebih mendalam tentang kejahatan itu sendiri, maka di dalam kejahatan itu terdapat unsur-unsur kejahatan.

Perlindungan Hukum

Dalam Perkap Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penerapan Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Pelaksanaan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlindungan hak asasi manusia bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dirinci dalam Pasal 56 dan Pasal 57. UU No. . 2 Tahun 2002 dalam Pasal 1 angka 2 menjelaskan bahwa anggota Polri adalah PNS di dalam Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga segala sesuatu yang mengatur tentang perlindungan PNS dikaitkan juga dengan anggota Polri.

Hal ini lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 211 s/d 216 KUHP yang secara jelas mengatur tentang perlindungan anggota Polri dalam menjalankan tugasnya. Secara implisit kewenangan ini juga dapat menjadi tembok perlindungan hak asasi anggota Polri dalam menjalankan tugasnya, meskipun atas diskresi Polri (kebebasan anggota Polri untuk mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi yang dihadapi), sehingga segala tindakan anggota Polri yang dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan dilindungi undang-undang bagi anggota Polri terhadap tugasnya di lapangan. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kewenangan anggota Polri yang tertuang dalam UU No.

Tersirat dalam undang-undang kepolisian juga memberikan perlindungan hukum terhadap diskresi anggota Polri dalam menjalankan tugasnya. 25 https://www.Hukumonline.com/klinik/detail/review/lt5318063b49505/hak-above-help-Hukum-bagi-members-polri-dan-tni/.

Hak Asasi Manusia

Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak dasar semua manusia yang ada sejak lahir. Masyhur Effendi, Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) & Proses Dinamis Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM), Ghalia Utama, Bogor, 2005, hal.8. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang, tanpa memandang status, suku, jenis kelamin atau perbedaan lainnya.

Hak pribadi atau hak pribadi yang meliputi kebebasan berbicara, kebebasan beragama, kebebasan bergerak dan sebagainya. Hak ekonomi atau hak milik, yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli dan menjual serta menggunakannya. Hak-hak ekonomi tersebut adalah sebagai berikut: hak kebebasan untuk melakukan kegiatan jual beli, hak kebebasan untuk berkontrak, hak kebebasan untuk memiliki apapun, dan hak untuk memiliki atau mendapatkan pekerjaan yang layak.

Hak asasi manusia untuk memperoleh perlakuan yang sama di bawah hukum dan pemerintahan, yaitu hak-hak yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan atau hak atas persamaan hukum. Hak asasi manusia untuk mendapatkan perlakuan dan perlindungan peradilan atau hak prosedural yaitu aturan penahanan, penangkapan, penggeledahan, persidangan, dll. Hak asasi yudisial tersebut adalah sebagai berikut: hak untuk mendapatkan pembelaan hukum.

METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Hanafi Bin Mallarangang, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan ancaman kekerasan terhadap pejabat yang sedang menjalankan tugas hukumnya” sebagaimana dakwaan kedua Pasal 212 KUHP; Tujuan dibentuknya Perkap Nomor 8 Tahun 2019 adalah; menjamin pemahaman prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia oleh seluruh jajaran Polri agar dalam melaksanakan tugasnya selalu memperhatikan prinsip-prinsip hak asasi manusia; menjamin adanya perubahan pola pikir, tingkah laku dan tindakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia; memastikan penerapan prinsip dan standar hak asasi manusia dalam seluruh pelaksanaan tugas Polri, sehingga setiap anggota Polri tidak ragu-ragu untuk bertindak; Selain itu dapat kita pahami bahwa Perkap mengatur tentang kewajiban dan larangan bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas dan fungsinya dan tidak hanya itu, Perkap juga mengatur bagaimana melindungi anggota Polri dalam menjalankan tugas dan fungsinya. .

Di negara Republik Indonesia, perlindungan HAM anggota Polri diatur dalam Pasal 56 dan Pasal 57. Ketentuan lain mengenai perlindungan HAM anggota Polri tidak lepas dari pengertian UU Kepolisian dalam Pasal 1 angka 2 dijelaskan bahwa anggota Polri adalah PNS di Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga segala sesuatu yang mengatur tentang perlindungan PNS melekat juga pada anggota Polri. Lebih lanjut sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa anggota Polri memiliki kewenangan khusus untuk dapat bertindak dengan menggunakan kewenangannya terhadap orang lain dalam rangka penegakan hukum dengan prinsip bahwa tindakan tersebut mengacu pada proporsionalitas, akuntabilitas, kebutuhan mendesak, dan sah secara hukum.

Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kewenangan anggota Polri yang tertuang dalam. Yang dimaksud dengan “bertindak menurut pandangannya” adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam bertindak harus memperhatikan manfaat dan resiko dari perbuatannya serta benar-benar untuk kepentingan umum. Tersirat dalam undang-undang kepolisian juga memberikan perlindungan hukum atas diskresi anggota Polri dalam menjalankan tugasnya; Pasal 15 ayat 1 huruf f berbunyi, Polri pada umumnya berwenang melakukan pemeriksaan khusus dalam rangka penindakan kepolisian dalam rangka pencegahan pelaksanaan tugasnya.

Penerapan hukum pidana oleh hakim terhadap tindak pidana penyerangan terhadap petugas berdasarkan putusan perkara nomor 344/Pid.Sus/2020/Pn.

Tekhnik Pengumpulan Data

Analisis Data

Putusan Pidana Nomor 344/Pid.Sus/2020/PN Sgm dalam perkara terkait tindak pidana penyerangan terhadap pejabat yang sedang menjalankan tugas yang sah oleh seorang bernama Hanafi Bin Mallarangang pada Senin, 15 Juni 2020, sekitar pukul 10:00 pertama: 35 sore terdakwa mendekati saksi Ryzky yang sedang mengendarai sepeda motor dan hendak memukul korban Ryzky hingga jatuh Ryzky Arisandi, terdakwa kemudian menarik pisau dari ikat pinggangnya kemudian mengarahkannya ke saksi Ryzky Arisandi sehingga saksi Ryzky Arisandi bergegas berdiri dan terjadi perkelahian antara terdakwa dan saksi Ryzky Arisandi mereka bersahabat, kemudian Richsan Bin Mustam datang sebagai anggota Satpol PP Bontomarannu. Menyatakan bahwa terdakwa Muh Hanafi Bin Malarangang telah terbukti secara meyakinkan dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ancaman kekerasan terhadap pejabat yang sedang menjalankan tugas hukum” dari dakwaan kedua Pasal 212 KUHP; 2. bahwa benar kemudian ada yang turun tangan, dan terdakwa tidak mengetahui bahwa ada campur tangan polisi;

Bahwa benar terdakwa tidak mengetahui bahwa yang turun tangan adalah polisi, kemudian terdakwa berbalik dan mengancam saksi dengan pisau, kemudian saksi Richsan melepaskan tembakan peringatan, namun terdakwa tetap menyerang saksi; Bahwa benar ada yang mengintervensi kemudian dan terdakwa tidak mengetahui bahwa yang mengintervensi adalah polisi;. Bahwa benar terdakwa tidak mengetahui bahwa yang melakukan intervensi adalah polisi, oleh karena itu terdakwa berbalik dan mengancam saksi dengan pisau, kemudian saksi melepaskan tembakan peringatan kepada Richsan namun terdakwa tetap membunuh saksi untuk menyerang; .

Setelah dilakukan pemeriksaan, dakwaan kedua tidak tepat didakwakan kepada terdakwa Hanafi mengingat terdakwa dalam keadaan mabuk dan tidak mengetahui adanya campur tangan polisi yang diatur dalam salah satu unsur Pasal 212 KUHP itu sendiri. bahwa terdakwa juga melakukan penyerangan dalam keadaan mabuk, hal ini juga harus dianggap sebagai beban bagi terdakwa. Sehingga yang dapat penulis dapatkan setelah dilakukan pemeriksaan yaitu pertimbangan hukum dari Hakim Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara ini sudah dilakukan dengan secermat mungkin namun masih terdapat kesalahan berupa tidak adanya pertimbangan bahwa terdakwa dalam keadaan mabuk .

SGM yang dianalisis oleh penulis memiliki permasalahan dimana putusan tersebut tidak mempertimbangkan kondisi terdakwa yang pada saat itu tidak sadar atau mabuk.

HASIL PENELITIAN

Kesimpulan

Sebagaimana telah dimuat dalam pembahasan di atas bahwa putusan majelis hakim harus mencerminkan kewajaran, keamanan dan kemanfaatan, maka keadilan, keamanan dan kemanfaatan yang dimaksud tidak boleh menimbulkan multitafsir, karena jika sudah diputuskan maka putusan tersebut telah publik. yang sifatnya akan mempengaruhi perasaan dan nalar masyarakat, khususnya aparat kepolisian, sebagai konsumen atas keputusan yang dimaksud. Sgm, setelah melalui berbagai pertimbangan, hakim tetap tidak benar mengingat terdakwa tidak mengetahui bahwa perantara adalah anggota kepolisian. Majelis hakim dalam memutus perkara harus selalu teliti dan cermat serta harus juga memiliki pemikiran komparatif sebagai cermin dalam mengambil suatu putusan, karena masyarakat akan menilai bagaimana putusan tersebut, hal ini akan menjaga keadilan yang nantinya akan tercermin dalam undang-undang. penegakan .

Sebelum majelis hakim memutus suatu perkara, ada baiknya hal-hal yang meringankan terdakwa dikesampingkan terlebih dahulu, agar hal tersebut tidak menjadi pertimbangan utama hakim dalam memutus perkara, sehingga sanksi yang diberikan benar-benar berperan. peran dapat dimainkan. efek jera.

Saran

Hakim dalam menjatuhkan hukuman bukan sebagai bentuk balas dendam atas perbuatannya, melainkan sebagai sarana untuk memberikan efek jera yang memiliki nilai pendidikan bagi para pelaku, agar selama atau setelah menjalani masa hukuman, para pelaku menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk cemaran yang sangat berpotensi hadir dalam lingkungan perairan laut adalah logam berat seperti Kadmium Cd sebagai akibat dari aktivitas manusia di dekat wilayah