TUGAS MATA KULIAH
ANALISIS JURNAL HASIL STUDI INTERNASIONAL Nama : Rizki Nur Hidayah
NIM : 06052682024011
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Yusup, M.Pd.
Jurnal 1.
Judul :
Effects of Learning Physics Using Augmented Reality on Students’ Self-Efficacy and Conceptions of Learning
Publisher :
British Journal of Educational Technology Vol. 52 No. 1 (2021) Author :
Su Cai, Changhao Liu, Tao Wang, Enrui Liu, dan Jyh-Chong Liang Rumusan Masalah:
Beberapa hasil studi literasi yang dilakukan peneliti, digeneralisasi bahwa literatur yang ada lebih focus pada peran teknologi AR dalam meningkatkan kinerja dan meningkatkan motivasi belajar, namun tidak mengeksplorasi mekasime di balik teknologi teknologi tersebut. Maka, berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik menguji dampak teknologi AR dalam pembelajaran fisika pada kepercayaan diri siswa dan pemahaman konsep siswa dan upaya untuk mengungkap faktor yang mendasari fenomena yang mungkin terjadi.
Pertanyaan penelitian:
1. Apakah kepercayaan diri siswa dalam belajar dapat berubah selama proses pembelajaran dengan memanfaatkan AR? Jika demikian, perubahannya seperti apa?
2. Apakah konsepsi belajar siswa berubah dalam proses pembelajar dengan AR? Jika demikian perubahannya seperti apa?
Metodologi
Alat Eksperimental :
Peneliti mengembangkan “AROSE” yang merupakan singkatan dari Augment Reality Optical Simulation Experiments), sebuah aplikasi AR untuk eksperimen efek fotolistrik bagi kelas eksperimen, sementara kelas control memanfaatkan demonstasi dengan Flash untuk materi bembelajaran yang sama.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan skala yang ada untuk mendapatkan data kuantitatif termasuk tingkat kepercayaan diri siswa dan pemahaman konsep siswa. Penelitian ini
mengadopsi skala pengukuran yang dikembangkan oleh Tsai, dkk. (2011) untuk mengukur pemahaman konseps siswa tentang pembelajaran sains (COLS). Survei ini mencakup 28 item dan masing-masing kategori terdiri dari empat item, meliputi menghafal, menguji, menghitung, peningkatan pengetahuan, penerapan, pemahaman dan cara pandang baru.
Selain itu, kepercayaan diri siswa pada pembelajaran fisika (SEOLP) diukur dengan kuesioner yang dimodifikasi dari Chiou dan Liang (2012). Survei ini diakhiri dengan pemahaman konseptual, keterampilan kognitif tingkat tinggi, kerja praktek, aplikasi sehari- hari, komunikasi sosial dan kepercayaan diri pada pembelajaran. Skala penilaian dari kedua alat tersebut berasal dari “sangat tidak setuju" hingga "sangat setuju" dan disajikan sebagai skala Likert 1-5.
Sample Eksperimen
Total sampel 98 siswa kelas XI SMA yang berusia antara 16-18 tahun dipilih secara acak dan dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing 49 siswa di tiap kelompok.
Prosedur Eksperimen
Berikut merupakan foto siswa menggunakan AROSE:
Hasil
A. Perbandingan Tingkat Kepercayaan Diri Siswa saat memanfaatkan AR dan Flash Berikut merupakan data hasil sebelum perlakuan:
“Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam hal kepercayaan diri”
Berikut merupakan data hasil setelah perlakuan:
“Hasil menunjukkan integrasi teknologi AR dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa pada pembelajaran fisika, khsuusnya dalam pemahaman konseptual, keterampilan kognitif tingkat tinggi, bekerja praktik, dan komunikasi sosial”.
B. Perbandingan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa saat memanfaatkan AR dan Flash Berikut merupakan tabel hasil pretest tentang tingkat pemahaman konsep siswa
“ Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan tentang pemahaman konsep siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan”.
Berikut merupakan data hasil mengenai pemahaman konseo siswa setelah memanfaatkan AR dalam pembelajaran fisika:
“Hasil menunjukkan bahwa integrasi teknologi AR pada pembelajaran fisika memungkinkan siswa lebih fokus pada level konsepsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsepsi yang lebih rendah pada pembelajaran fisika, khususnya dalam hal mengingat, menghitung, dan berlatih”.
Kesimpulan
mengintegrasikan teknologi AR ke dalam ruang kelas fisika dapat:
1. secara signifikan meningkatkan kepercayaan diri belajar fisika siswa, sebagaimana ditunjukkan oleh pemahaman konsep, keterampilan kognitif tingkat tinggi, praktik dan komunikasi;
2. Membimbing siswa untuk lebih condong ke tingkat konsepsi belajar fisika yang lebih tinggi daripada yang lebih rendah;
3. Merangsang motivasi siswa untuk belajar lebih dalam.
Jurnal 2.
Judul :
Integrating augmented reality into problem based learning: The effects on learning achievement and attitude in physics education
Publisher :
Computers & Education 142 (2019)
Author :
Mustafa Fidan & Meric Tuncel Rumusan Masalah:
Berdasarkan penelitian terdahulu dijumpai penelitian mengenai AR belum diintegrasikan dengan PBL sebagai penunjang kesuksesan penggunaan AR dalam oembelajaran, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut dengan asumsi dapat memudahkan pemahaman konsep rumit atau abstrak dalam mata pelajaran fisika.
Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata sebelum dan sesudah tes daru masing-masing kelompok (EG-1, EG-2, dan CG) ditinjau dari prestasi belajar fisika dan sikap pada mata pelajaran ipa?
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata post test dari EG-1, EG- 2, dan CG, masing-masing dalam hal prestasi belajar fisika dan sikap pada mata pelajaran IPA?
3. Apa pendapat siswa yang menggunakan AR tentang dampak pemanfaatan aplikasi AR pada pengalaman belajar pembelajaran fisika mereka?
Metodologi Partisipan
Total partisipan berjumlah 91 siswa yang berusia 12-14 tahun yang berasal dari tig akelas tujuh SMP di sebuah provinsi yang terletak di utara Turky. Dari keseluruhan siswa, 50 siswa merupakan siswa laki-laki, dan 41 siswi perempuan. Partisipan kemudian dibagi menjadi 3 kelompok secara acak menjadi du akelas eksperimen dan satu kelas kontrol, yaitu kelompok eksperimen 1 dengan total 30 siswa (EG-1), kelompok eksperimen 2 dengan total 31 siswa (EG-2), dan kelompok kontrol dengan total 30 siswa (CG). Masing-masing kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal nilai rata-rata skor prestasi belajar untuk mata pelajaran IPA di semester sebelumnya (TA. 2015-2016).
Prosedur Eksperimen
Aplikasi AR dalam pembelajaran model PBL
Instrumen Penelitian
A. Tes Pencapaian Pembelajaran (Achivement Test)
AT yang digunakan merupakan instrumen yang telah dikembangkan peneliti sesuai dengan materi pembelajaran yang meliputi “gaya”, “berat”, “massa”, “tekanan”, “energi”, dan “usaha” dalam kurikulum sains. AT yang digunakan terdiri dari 38 pertanyaan yang telah terbukti kevalidan dan reliabilitasnya. Instrument AT untuk post-test dan pre-test adalah instrument yang sama.
B. Skala Sikap (Atitude Scale)
AS yang digunakan dikembangkan oleh peneliti untuk mengetahuii sikap siswa SMP terhadap mata pelajaran fisika dan telah terbukti reliabilitasnya. Instrumen AS yang digunakan terdiri dari 4 faktor (kemenarikan subjek suara, cahaya, dan panas” terdiri dari 9 poin; ketidaksukaan terhadap subjek fisika, terdiri dari 8 poin; kemenarikan subjek kelistrikan, terdiri dari 8 poin; kemenarikan subjek gaya, perpindahan, energy, terdiri dari 4 poin). Sehingga totalnya 29 poin pernyataan (terdiri dari 21 pernyataan positif dan 8 pernyataan negatif) dengan masing-masing poin terdiri dari 5 skala likert (1-sangat tidak setuju, 2-tidak setuju, 3-cukup setuju, 4-setuju, 5-sangat setuju). Intrumen AS yang digunakan pada saat pre-test dan post-test adalah instrument yang sama.
C. Form wawancara (Interview Form)
Peneliti menyiapkan panduan wawancara semi-terstruktur untuk mengetahui opini peserta didik pada kelompok eksperimen 1 (EG-1) tentang pemanfaatan aplikasi AR.
Hasil wawancara direkam. Beberapa contoh pertanyaan yang diajukan saat wawancara:
1. Kendala apa yang dijumpai saat menggunakan aplikasi AR dalam pembelajaran?
2. Apa keuntungan memanfaatkan aplikasi AR dalam pembelajaran?
3. Apa yang kamu rasakan saat memanfaatkan aplikasi AR dalam pembelajaran?
4. Efek apa yang kamu rasakan terhadap perasaan dan kemampuanmu setelah memanfaatkan aplikasi AR dalam pembelajaran?
Hasil
RQ1: apakah ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pre-test dan post-test masing-masing kelompok (yaitu, EG-1, EG-2, dan CG) dalam hal prestasi belajar fisika dan sikap pada mata pelajaran IPA?
Untuk menjawabnya, dilakukan uji-t sampel berpasangan untuk membandingkan skor sebelum dan sesudah eksperimen ditinjau dari kedua variabel prestasi dan sikap dalam pembelajaran. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan statistik deskriptif untuk variabel dependen; prestasi belajar dan sikap:
“Hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok dalam hal prestasi belajar. Namun, dalam hal perubahan sikap hanya pada kelompok eksperimen 1 lah nilai rata-ratanya meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa semua proses pembelajaran, baik dilakukan dengan AR-PBL, PBL, dan atau secara tradisional dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, namun tidak daalam hal perubahan sikap siswa, yang hanya ditemukan perbedaan yang signifikan pada pembelajaran PBL dengan berbantuan AR saja. Dengan kata lain, ditemukan bahwa dengan pembelajaran PBL berbantuan AR dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap siswa dalam pembelajaran fisika(IPA)”.
RQ2: apakah ada perbedaaan yang signifikan antara nilai rata-rata post-tesr masing-masing kelompok ditinjau dari prestasi belajar fisika dan sikap pada mata pelajaran IPA?
Untuk menjawabnya, dilakukan ANCOVA (Tabel 5) untuk membandingkan perbedaan skor post-test antar kelompok dengan menggunakan skor pre test sebagai variabel kovariat.
“Hasil ini menunjukkan bahwa siswa di kedua kelompok mulai melupakan apa yang mereka pelajari berbeda dengan siswa yang menggunakan aplikasi AR”.
RQ3: Apa pendapat siswa yang menggunakan AR tentang dampak pemanfaatan aplikasi AR pada pengalaman belajar pembelajaran fisika mereka?
Untuk menjawabnya, dilakukan wawancara semi terstruktur dengan 12 siswa dari EG-1 tentang pengalaman belajar mereka dalam menggunakan AR. Para siswa melaporkan pendapat terutama tentang teknologi ini dalam konteks pendidikan dan jawaban mereka dikelompokkan dalam dua kategori. Kategori pertama berjudul “Kelebihan AR dalam pembelajaran fisika” dengan memasukkan efek kognitif dan afektif yang positif pada siswa (pemahaman yang lebih baik dan menganalisis skenario masalah; retensi konsep fisika;
fasilitasi dan konkretisasi dalam pembelajaran; pembelajaran mandiri; menarik, realistis, menyenangkan, interaktif sebagai pembelajaran lingkungan). Beberapa contoh pendapat siswa terkait manfaat teknologi AR untuk pembelajaran fisika adalah sebagai berikut:
S03: “Lebih mudah untuk belajar dengan aplikasi. Saya memahami skenario masalah dengan lebih baik. Berkat mereka, keterampilan saya dalam membandingkan dan menghubungkan mata pelajaran telah meningkat. Saya tidak lupa apa yang saya pelajari dengan model 3D. Karena saya bisa meneliti materi pembelajaran lebih detail dengan zooming dan melihat dari berbagai sudut…”
S09: “Saya belajar dengan bersenang-senang dan tidak bosan. Aplikasi telah membuat belajar lebih mudah bagi saya. Dulu saya lelah, tapi sekarang FenAR menarik, lucu dan saya datang dengan senang hati untuk belajar…”
S11: “Saya pikir, saya dapat melihat aplikasi dari setiap sudut karena pemodelan 3D … Saya ingin tahu tentang solusi masalahnya. Beberapa aplikasi memang menantang, tapi ini bagus untuk belajar dan belajar…”
S02: “Menawarkan lingkungan belajar yang realistis dan lebih efektif… Ada interaksi dengan pembelajaran…”
S10: “Berguna untuk mengingat informasi…”
Terlepas dari kelebihan AR, beberapa siswa mengalami beberapa kesulitan selama proses eksperimen. Oleh karena itu, kategori lainnya diberi judul “keterbatasan AR dalam pembelajaran fisika” dengan tantangan umum terkait kesehatan fisik dan kendala teknis dalam kegiatan pembelajaran. Contoh komentar mereka sehubungan dengan masalah adalah sebagai berikut:
S05: “Terkadang, kami melihat layar komputer tablet terlalu lama. Karena itu, mata kita bisa rusak…”
S07: “Saya pernah mengalami kaku leher… Saya merasa nyeri di lengan dan tangan karena memegang tablet…”
S02: “Aplikasinya berjalan lambat …”
S12: “Saat memperkenalkan kartu penanda, saya kadang-kadang mengalami masalah …”
Kesimpulan
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa mengintegrasikan AR ke dalam kegiatan PBL baik meningkatkan prestasi belajar siswa dan mempromosikan sikap positif mereka terhadap mata pelajaran fisika. Teknologi ini berkontribusi pada retensi jangka panjang siswa dari konsep-konsep di bidang fisika. Dalam wawancara semi terstruktur, siswa menekankan bahwa aplikasi AR lebih bermanfaat, realistis, dan menarik untuk pembelajaran mereka;
membantu mereka untuk memahami dan menganalisis skenario masalah. Selain manfaat pendidikan, aplikasi AR dapat menyebabkan gangguan fisik di antara beberapa siswa.
Disarankan bahwa teknologi AR dapat menjadi alat yang potensial dan efektif untuk mengaktifkan emosi positif siswa dalam proses PBL. Selain itu, implikasi penggunaan AR untuk pendidikan fisika dan rekomendasi untuk studi lebih lanjut juga dibahas dalam penelitian ini.
Jurnal 3.
Judul :
Augmented Reality applications as digital experiments for education – An example in the Earth-Moon System
Publisher :
Acta Astronautica 161 (2019) Author :
Claudia Linder, Andreas Rienow, Carsten Jurgens Rumusan Masalah:
Didapati pelaku pemanfaatan pembelajaran berbasis STEM mayoritas bukan pengguna STEM di masa sekolahnya, bahkan bukanlah orang yang berkecimpung di dunia pendidikani itu sendiri. Sementara perkembangan teknologi yang begitu pesat menunjukkan ketertarikan dunia pengembangan media pembelajaran pada teknologi AR dalam menyokong kualitas pembelajaran yang lebih baik di masa mendatang. Sehingga memberikan ketertarikan tersendiri bagi peneliti dalam hal ini untuk melakukan pengembanan modul eksperimen digital berbasis AR untuk pembelajaran Colombus-Eye berdasarkan pembelajaran STEM.
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana pengembangan modul eksperimen digital berbasis AR untuk pembelajaran Colombus-Eye berdasarkan pembelajaran STEM?
2. Apa efek potensial penggunaan eksperimen digital berbasis AR pada pembelajaran colombus-eye?
Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan modul digital berbasis AR pada pembelajaran system bumi dan bulan. Semua materi dan aplikasi yang disediakan dapat diunduh tanpa biaya atau pembelian dalam aplikasi dan tanpa registrasi tambahan. Namun, diperlukan koneksi internet dan akun Google Play Store untuk mengunduh aplikasi. Semua materi dibuat agar sesuai dengan kurikulum Negara Federal Jerman.
Proses pengembangan dimulai dengan proses studi literatur mengenai modul digital berbasis AR untuk praktikum mengenai system bumi dan bulan yang telah dikembangkan sebelumnya, lalu dilanjutkan dengan proses persiapan dengan melakukan pelatihan pemanfaatan AR dan RS untuk guru dan calon guru yang dilakukan secara rutin juga pengumpulan bahan untuk pengembangan, seperti materi yang akurat berdasarkan hasil pengamatan dari ISS (international space station), hingga persiapan aplikasi yang kompatibel
untuk diinstall ke perngkat android siswa. Kemudian dilanjutkan pengembangan aplikasi modul berbasis AR untuk praktikum tentang materi yang diinginkan. Lalu dilanjutkan proses proses implementasi produk kepada siswa. Implementasi dilaksanakan di sekolah mitra proyek Gymnasium Siegburg Alleestraße (Gymnasium menjadi sekolah menengah berorientasi akademis di Jerman) dengan jumlah subjek sebanya 24 siswa.
Hasil
Materi Columbus Eye telah digunakan dan dievaluasi secara ekstensif dalam mata pelajaran pilihan baru yang disebut Geografi-Fisika yang menggunakan materi untuk pelajaran interdisipliner. Berikut merupakan contoh hasil modul berbasis AR yang dikembangkan:
Gambar tersebut merupakan tangkapan layar dari simulasi pasang surut di jerman pada aplikasi
Gambar diatas merupakan animasi barycenter. Atas: Dalam Tampilan Pemandangan. Bawah:
Tampilan objek yang sama di aplikasi.
Pada akhir kursus dua tahun, sebagian besar dari 24 murid setuju bahwa gambar langsung dari ISS tidak hanya menarik, tetapi juga membantu memahami topik. Berikut merupakan table hasil yang menggambarkan perasaan siswa setelah implementasi produk tersebut:
Kesimpulan
Mengembangkan aplikasi AR berdasarkan data nyata dan prinsip-prinsip ilmiah menjadi lebih mudah akhir-akhir ini karena ketersediaan sistem pengembangan aplikasi
“What You See Is What You Get” parsial. Keterampilan pemrograman dasar memungkinkan peneliti, bukan hanya programmer tertentu, untuk memvisualisasikan data dan prinsip mereka. Ini dapat digunakan dalam pendidikan menengah, di mana teknologi membantu siswa untuk memahami topik yang kompleks dengan eksperimen digital dan visualisasi.
Implementasi aplikasi AR dalam praktikum fisika terutama pada pembelajaran mengenai geo-fisika dapat memberikan dampak positif terhadap motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa.
Jurnal 4.
Judul :
The Use of Physics Pocketbook Based on Augmented reality on Planetary Motion to Imrove Students’ Learning Achievment
Publisher:
Journal of Technology and Science Educaation Author:
Nadi Suprapto, Handal Setyo Ibisono, Husni Mubarok Rumusan Masalah:
Materi yang bersifat abstrak ,enjadi tantangan tersendiri bagi pendidik untuk menentukan cara yang tepat dalam menyampaikan kegiatan pembelajaran agar dapat lebih mudah dipahami, terutama pada materi ajar yang membutuhkan pemahaman yang tinggi, seperti pada pembelajaran fisika. Salah satu solusinya dengan memanfaatkan AR dalam bentuk buku saku dengan harapan dapat memfasilitasi siswa agar lebih mudah memahami konsep materi abstrak dan membutuhkan banyak imajinasi, seperti konsep pembelajaran fisika pada materi gerak planet.
Pertanyaan penelitian:
1. Apakah buku saku berbasis augmented reality pada materi gerak planet memenuhi kriteria kualitas produk (validitas, kepraktisan, dan efektivitas)?
2. Sejauh mana kinerja pocketbook berbasis augmented reality pada gerak planet?
3. Sejauh mana hasil prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan buku saku berbasis augmented reality?
Metodologi
Penelitian ini menggunakan model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Keuntungan dari model ADDIE adalah prosedur kerja yang sistematis. Setiap langkah selalu mengacu pada langkah sebelumnya yang telah diperbaiki untuk mendapatkan produk yang efektif.
Analysis: dibagikan angket kepada 30 siswa. Sebanyak 40% menanggapi frekuensi penggunaan aplikasi media pembelajaran dalam pembelajaran fisika, penggunaan teknologi, termasuk AR, belum pernah dilakukan dalam pembelajaran dan materi fisika khususnya pada gerak planet masih abstrak dan menantang untuk dipahami.
Design: Sebelum membuat aplikasi pocketbook dan AR, peneliti membuat desain media berdasarkan hasil analisis. Langkah selanjutnya peneliti mulai membuat buku saku dan aplikasi AR yang sudah disetujui dan di seminarkan. Berikut adalah salah satu desain yang dibuat oleh peneliti, disajikan pada Gambar 7.
Development: Pada tahap ini media telah selesai dibuat, peneliti melakukan tahap validasi media saku dan perangkat pembelajaran berbasis AR kepada dua orang dosen dan satu orang guru fisika sebelum media direalisasikan dalam proses pembelajaran.
Implementation: Pada tahap implementasi di masa pandemi Covid-19, diterapkan buku saku berbasis AR pembelajaran online materi gerak planet kepada 30 siswa yang diobservasi oleh guru sekolah dan dua asisten (mahasiswa-guru) dari Universitas di Surabaya menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk menganalisis kepraktisan media. Sebelum siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media buku saku berbasis AR dilakukan pretest terlebih dahulu, setelah siswa mengikuti pembelajaran dilakukan posttest dimana hasil pretest dan posttest digunakan untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa yang dianalisis menggunakan skor Gain.
Evaluation: Hasil tahap evaluasi digunakan untuk mengetahui efektivitas media berbasis AR.
Berdasarkan pernyataan Hake, jika hasil Gain score yang diperoleh 0,3 (lihat Hake, 1998 dalam kategori sedang, media tersebut dinyatakan efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa).
Subjek Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas sepuluh yang berusia 16-17 tahun. Distribusi siswa adalah 57% perempuan dan 43% laki-laki dengan semua siswa dengan status sosial ekonomi (SES) sedang. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design. Dengan demikian, hanya ada satu kelompok dan tidak ada kelompok kontrol dalam penelitian ini. Perlakuan penelitian ini meliputi pretest di awal dan aposttest di akhir pelajaran. Metode tes yang dilakukan melalui pretest dan posttest adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Uji normalitas dengan taraf signifikansi 5% pada hasil pretest dan posttest untuk mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal. Setelah diperoleh hasil pretest dan posttest, hasilnya dianalisis menggunakan analisis Gain score.
Hasil
Berikut merupakan contoh proyeksi dari materi hukum keppler dengan memanfaatkan AR:
Berikut merupakan grafik hasil pre-test dan post-test untuk melihat prestasi belajar siswa
Gambar 14 menunjukkan hasil pretest dan posttest pada siswa yang telah mengikuti pembelajaran menggunakan buku saku berbasis AR. Sebelum melakukan tes, siswa diberikan skor minimal yang harus dicapai sebagai acuan dalam menilai skor minimal. Nilai yang harus diselesaikan siswa tersebut adalah 70. Berdasarkan Gambar 14, terlihat dari 30 siswa yang mengikuti tes, 27 siswa mendapatkan nilai pretest materi gerak planet di bawah nilai minimum, atau nilainya di bawah 70. Sebagai perbandingan, tiga siswa lainnya memiliki nilai di atas minimum. Banyaknya siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah minimum pada saat pretest disebabkan karena belum diberikan pembelajaran gerak planet menggunakan media AR, sehingga untuk menjawab soal ulangan siswa masih menggunakan pengetahuan umum.
Berdasarkan Gambar 14 diatas juga dapat dilihat bahwa hasil posttest siswa setelah diberikan materi pembelajaran gerak planet menggunakan buku saku berbasis media AR, hasil tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil pada pretest.
Terlihat bahwa sebanyak 26 siswa memperoleh nilai di atas nilai minimal yang berarti telah melebihi nilai 70, namun terdapat empat siswa yang nilainya belum melebihi nilai minimal.
Siswa yang memperoleh nilai posttest di atas nilai minimum lebih banyak dibandingkan siswa yang memperoleh nilai di bawah nilai minimum; hal ini terjadi setelah pembelajaran terjadi dengan menggunakan buku saku berbasis AR.
Setelah mengikuti pembelajaran menggunakan buku saku berbasis AR, peningkatan prestasi belajar siswa juga dianalisis menggunakan skor Gain. Nilai masing-masing siswa pada Gambar 15 telah diuji menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan diperoleh hasil pretestnormalitas sebesar 0,062 dan posttest sebesar 0,069 yang menunjukkan bahwa
data telah terdistribusi secara normal dan memenuhi syarat untuk analisis Gain score. Hasil analisis Gain score siswa dapat dilihat pada Gambar 15 berikut.
Gambar 15 menunjukkan sebanyak 16 siswa dalam kategori sedang dan 14 siswa dalam kategori tinggi menurut kriteria Hake (1998). Artinya penggunaan AR berdampak pada prestasi siswa. Hasil tersebut diperoleh setelah siswa mengikuti pembelajaran menggunakan buku saku berbasis AR dan mengalami peningkatan. Beberapa siswa yang mengalami peningkatan prestasi belajar dengan kategori tinggi ini dikarenakan, pada buku saku berbasis AR ini dapat memvisualisasikan materi berupa gambar gerak planet menjadi visual 3D yang dapat diamati siswa. Visual 3D ini dapat memudahkan siswa untuk memahami dan melihat detail bentuk atau gambar. Materi dapat memasuki memori jangka panjang mereka; menunjukkan bahwa media AR dapat meningkatkan imajinasi dan proses belajar siswa sehingga, media AR akan meningkatkan prestasi belajar. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil rata-rata Gain siswa pada tabel berikut:
Table diatas menunjukkan hasil rata-rata skor Gain siswa sebesar 0,63 pada kategori sedang. Namun, jika kita membandingkan gaincore antara anak laki-laki dan perempuan, ada perbedaan yang signifikan. Anak laki-laki tampil lebih baik daripada anak perempuan, dengan skor perolehan 0,73 (kategori tinggi) vs 0,55 (kategori sedang). Kemudian dari hasil
independent t-test terdapat perbedaan prestasi yang signifikan antara anak laki-laki dan perempuan. Skor posttest anak laki-laki secara signifikan lebih besar daripada anak perempuan (lihat Tabel 3).
Gender N M SD SE
Student Achievement
Boys 13 90.0 5.774 1.601
Girls 17 81.18 6.002 1.456
Kesimpulan
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang diperoleh adalah:
1. Proses pengembangan buku saku berbasis Augmented reality pada materi gerak planet memenuhi kriteria kualitas produk berdasarkan validitas, kepraktisan dan efektivitas.
2. Kinerja pocketbook berbasis augmented reality pada gerak planet dapat ditelaah dari tahapannya: analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi kinerja dari fitur-fiturnya.
3. Prestasi belajar siswa meningkat setelah mengikuti pembelajaran menggunakan buku saku berbasis augmented reality. Dilihat dari hasil nilai pretest-posttest, dan dianalisis menggunakan analisis Gain score, didapatkan rata-rata 0,63 dalam kategori sedang.
Anak laki-laki berprestasi lebih baik dalam prestasi akademik dibandingkan dengan anak perempuan setelah menerapkan buku saku berbasis AR.
Jurnal 5.
Judul:
Application Of Augmented Reality To Physics Practicum To Enchane Students’
Understanding Of Concepts.
Publisher :
International Journal of Scientific & Technology Research Volume 9, Issue 03 (2020) Author:
Riski Amelia, Rahmah Salamah Nur Azizah, Ami Rahmawati Suwandi , Irma Fitria Amalia, Ali Ismail
Rumusan Masalah:
Keterbatasan sarana dan prasarana dalam melakukan percobaan dengan real lab mengakibatkan rendahnya nilai yang dicapai siswa dalam pembelajaran fisika, terutama yang memerlukan percobaan laboratorium. Berdasarkan studi literasi didapatkan bahwa AR akan mampu mereduksi permasalahan tersebut.
Sehingga peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Augmented Reality Pada Praktikum Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa”
dengan pertanyaan penelitian “apakah Augmented Reality akan mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa?”
Metodologi
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menerapkan Augmented Reality pada materi perpindahan panas menggunakan metode campuran dengan embedded design dalam desain kelompok pre test post test.
Populasi
Populasi penelitian ini merupakan siswa kelas 8 SMP 1 Tarogong Kaler Garut.
Penelitian ini menerapkan cluster sampling dengan memilih satu kelas dengan 37 siswa yang diajar menggunakan media augmented reality pada praktikum fisika.
Instrumen dan Analisis Data
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: 1) wawancara, digunakan untuk meminta pendapat guru dan siswa terhadap praktikum fisika (sebelum intervensi). 2) Tes pilihan ganda, digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa. 3) Lembar angket dengan teknik skala likert, digunakan untuk menggali persepsi siswa terhadap penggunaan media pembelajaran augmented reality pada praktikum fisika.
Data hasil pretest dan post test dianalisis dengan langkah-langkah Perhitungan Skoring dan Perhitungan Skor. Penilaian untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Right Only, dimana jawaban yang benar diberi skor satu dan jawaban yang salah atau item yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar.
Setelah diperoleh skor tes awal dan skor tes akhir, maka dihitung selisih skor tes awal dan skor tes akhir untuk mendapatkan nilai gain. Selain itu, gain normal juga dapat
dihitung. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain dan normal gain yang dikembangkan oleh Hake (1998).
Hasil
Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Baik hasil kualitatif maupun kuantitatif termasuk dalam tiga fase, yaitu sebelum intervensi, selama intervensi, dan setelah intervensi.
A. Sebelum Intervensi
1. Persepsi Guru dan Siswa terhadap Praktikum Fisika Secara Konvensional
Hasil wawancara tidak terstruktur mengungkapkan bahwa praktikum fisika riil kurang efektif karena keterbatasan alat praktikum dan tidak menunjukkan gejala mikroskopis yaitu konsep fisika abstrak. Keefektifan praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa di bawah KKM yaitu 65 dari skala 100. Selain itu, wawancara dengan siswa juga mengungkapkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika walaupun dilakukan melalui praktikum yang sebenarnya.
2. Persepsi terhadap AR Berdasarkan Produk LKS
Augmented reality berdasarkan produk LKS terdiri dari masalah (dalam bentuk AR), praktikum nyata, dan penguatan (dalam bentuk AR). Masalah tersebut diamati oleh siswa yang menggunakan aplikasi meCalor yang sudah terinstal di ponsel android.
Praktikum nyata dilakukan untuk menjawab permasalahan tersebut. Setelah praktikum, mahasiswa diberikan penguatan dengan melakukan praktikum kembali berupa AR untuk melihat kejadian mikroskopis dengan aplikasi MeCalor.
B. Selama Intervensi
1. Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Siswa
Pengukuran peningkatan pemahaman konsep siswa dilakukan dengan pre-test dan post test. Peningkatan pemahaman konsep siswa diperoleh dengan menghitung statistik gain ternormalisasi pemahaman konsep siswa sebelum (pre test), sesudah (post test), dan N gain (dapat dilihat pada tabel di bawah) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil Dari pre test hingga post test, gain score dan nilai N gain menunjukkan seberapa besar pengaruh penggunaan Augmented Reality pada saat praktikum fisika terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi perpindahan panas.
Rata-rata peningkatan skor (gain) pemahaman konsep siswa adalah 24,52 terjadi peningkatan dari 53,28 menjadi 77,80. Berdasarkan perhitungan, skor rata-rata
<g> pemahaman konsep siswa sebesar 0,52 yang dikategorikan sedang.
2. Aktivitas Siswa Selama Praktikum Berbasis AR
Pelaksanaan praktikum perpindahan panas berbasis augmented reality ini sudah terpasang pada smartphone yang disediakan sehingga siswa tidak perlu mendownload aplikasi di play store. Berdasarkan observasi lapangan, saat praktikum perpindahan panas berbasis augmented reality, siswa terlihat sangat antusias. Hal ini terlihat dari semua anggota di setiap kelompok dapat melakukan observasi dan menggunakan aplikasi MeCalor.
C. Setelah Intervensi
1. Persepsi Siswa terhadap Praktikum Fisika Berbasis Augmented Reality (AR) Persepsi siswa terbagi menjadi 4 aspek, yaitu:
Mayoritas siswa menyatakan bahwa praktikum berbasis AR membuat sisswa lebih mudah dalam memahami materi perpindahan panas.
Mayoritas siswa menyatakan bahwa lab fisika berbasis AR lebih mudah dan praktis digunakan sehingga jika terdapat kendala, siswa dapat menangani kendala tersebut dengan cepat dan mudah.
Mayoritas siswa menyatakan bahwa pemanfaatan AR dalam praktikum mudah dipelajari
Mayoritas siswa mengatakan bahwa praktikum berbasis AR sangat menarik dan merekomendasikan kegiatan praktikum dengan memanfaatkan AR kepada teman-temannya karena pemanfaatan AR dalam praktikum dipandang sangat menyenangkan.
Kesimpulan
Setelah pemanfaatan AR dalam praktikum fisika, terdapat peningkatan pemahaman konsep fisika (g=0.52) pada kategori sedang. Hal tersebut dikarenakan persepsi siswa
terhadap pemanfaatan AR dalam praktikum fisikanya sangat positif dan siswa sangat antusias dalam memanfaatkan teknologi terbaharukan di kelas.
Sintesis
Pemanfaatan teknologi AR dapat memberikan dampak positif dalam pembelajaran fisika, diantaranya dalam hal meningkatkan pemahaman konsep siswa (Chai, dkk., 2021;
Lindner, dkk., 2019; Amelia, dkk., 2020) dan motivasi belajar siswa (Chai, dkk., 2021; Fidan
& Tuncel, 2019; Lindner, dkk., 2019), sehingga akan meningkatkan kepercayaan dirinya dalam melaksanakan pembelajaran fisika (Chai, dkk., 2021) dan berefek pada meningkatnya prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika tersebut (Fidan & Tuncel, 2019; Suprapto, dkk., 2020). Hal tersebut dikarenakan pemrograman AR membuat pembelajaran menjadi lebih realistis (2) dan menarik untuk digunakan (Fidan & Tuncel, 2019; Amelia, dkk., 2020).
Namun, juga ditemukan dampak negative pemanfaatan AR yang juga harus digunakan dengan bantuan tablet ataupun ponsel, yaitu mata lelah karena terlalu lama menghadap perangkat handphone atau tablet, nyeri tangan karena terlalu lama memegang tablet, dan kinerja aplikasi yang kurang optimal (Fidan & Tuncel, 2019)
Pengembangan aplikasi AR kini sudah lebih mudah dilakukan pendidik tanpa keahlian pemrograman khusus, dengan bantuan aplikasi parsial What You See Is What You Get (Lindner, dkk., 2019). Pengembangan aplikasi AR juga dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran PBL(Fidan & Tuncel, 2019) dengan produk yang dapat berupa modul praktikum pada pembelajaran fisika (Lindner, dkk., 2019; Amelia, dkk., 2020) atau dapat berupa buku saku pembelajaran fisika (Suprapto, dkk., 2020).
Mayoritas dari beberapa jurnal yang dianalisis menunjukkan bahwa penelitian mengenai AR hanya cenderung mengembangkan dan melihat dampak penggunaan AR terhdap pencapaian kognitif siswa saat dan setelah pembelajaran tanpa mempertimbangkan keterampilan abad 21 yang seyogyanya justru lebih dibutuhkan di masa mendatang. Integrasi AR dengan model atau metode pembelajaran hanya dijumpai pada dua jurnal, yang mengintegrasikan AR dengan PBL dan STEM. Namun pada jurnal yang mulanya membahas AR dengan basis STEM tidak menampakkan dengan jelas bahwa AR yang dikembangkan memang betul-betul terintegrasi berdasarkan STEM. Padahal STEM saat ini sangat diperlukan dan terindikasi sangat mendukung pemanfaatan AR tersebut dalam pembelajaran fisika, mengingat STEM merupakan integrasi dari science, technology, engineering, dan math dan AR jelas merupakan salah satu bentuk pemanfaatan teknologi yang terbarukan dalam praktik pendidikan terutama dalam bidang fisika.
Sehingga, saya sebagai penganalisis merasa perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan AR berbasis STEM dengan meninjau keterampilan abad 21 sebagai efek potensialnya.