• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Satap Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Satap Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 3 SATAP LIUKANG KALMAS KABUPATEN

PANGKEP

Amirullah1) Bunga Dara Amin2) Nurlina3)

Jurusan Fisika, Unismuh Makassar1) Fisika UNM2) Fisika Unismuh Makassar

ABSTRAK

Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana menerapkan pendekatan kosntektual dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui besarnya hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep sebelum diajar dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual, (2) mengetahui besarnya hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep setelah diajar dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual, (3) Mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah diajar dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual. Penelitian ini adalah penelitian Pra-Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep yang berjumlah 29 siswa dalam kelas demikian Populasi ini juga merupakan Sampel Penelitian. Hipotesis penelitian adalah Terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep setelah diajar dengan menerapkan pendekatan Kontekstual. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-test and Post-test. Hasil analisis data dengan menggunakan statistik deskriktif dapat dikemukakan bahwa hasil pre-test ke post-test skor hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep setelah diajar dengan menerapkan pendekatan konstektual meningkat dari skor perolehan saat pretest dengan skor terendah 3 (13,63%) dan skor tertinggi 14 (63,63%) sedangkan skor perolehan saat posttest dengan skor terendah 10 (45,45%) dan skor tertinggi 19 (86,36%).Berdasarkan hasil pengujian statistik inferensial diperoleh bahwa skor hasil belajar siswa baik pre-test maupun post-test berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah diajar dengan menerapkan pendekatan konstektual.

Kata kunci: Pra-Eksperimen, pendekatan kontekstual, hasil belajar fisika.

1. PENDAHULUAN

Pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam bentuk proses belajar mengajar yang melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa dengan tujuan yang sama yaitu meningkatkan hasil belajar siswa. Namun dalam keseluruhan proses pendidikan sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami peserta didik disekolah, dimana ada pola pendidikan dasar terpadu SD-SMP satu atap pada tahap awal pola ini dikembangkan untuk menuntaskan program wajar 9 tahun sehubungan dengan hal tersebut maka syarat pendidikan dasar terpadu SD-SMP satu atap yaitu: Pertama,

SD terletak didaerah terpencil, terisolir dan relative sulit dijangkau. Kedua, lulusan SD didaerah tersebut sebagian besar tidak melanjutkan minimal 60% tidak melanjutkan dan secara nominal masksimal 40 anak. Ketiga, belum ada SMP baik negeri maupun swasta atau yang sederajat yang dapat terjangkau. Keempat, SD terdekat tidak ada atau ada tetapi jumlah lulusan secara keseluruhan sedikit. Kelima minat dan peran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya cukup tinggi. Keenam SDM yang berkualitas sebagai tenaga kependidikan tingkat SMP pada daerah dimana SD berlokasi sangat terbatas (Dinas Pendidikan Batam, 2013). Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak luput dari adanya sistem kurikulum yang dibentuk pemerintah Indonesia.Dimana

(2)

198

kurikulum merupakan suatu hal yang esensial dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum.

Hakikat dari suatu perubahan kurikulum haruslah mengandung isi dan arah menuju suatu perbaikan kondisi atau mengarah pada peningkatan mutu yang lebih baik daripada sebelumnya. Demikian pula harapan tentang perubahan kurikulum 2013. Tentang perubahan kurikulum ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengklaim bahwa Kurikulum 2013 memiliki 3 (tiga) keunggulan lebih baik dibandingkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum Tahun 2006. Menurut penjelasan Menteri Pendidikan & Kebudayaan, keunggulan Kurikulum 2013 meliputi: Pertama, jika pada kurikulum KTSP mata pelajaran ditentukan dulu untuk menetapkan standar kompetensi lulusan, maka pada Kurikulum 2013 pola pikir tersebut dibalik. Kedua, kurikulum baru 2013 memiliki pendekatan yang lebih utuh dengan berbasis pada kreativitas siswa. Kurikulum baru ini diyakini telah memenuhi tiga komponen utama pendidikan, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan menjadi penguatan pada pembentukan karakter, dan Ketiga, pada kurikulum baru kompetensi yang ada pada jenjang SD, SMP dan SMA didesain secara berkesinambungan. Dalam draft Pengembangan Kurikulum 2013 (Akhmad, 2013) diisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang dikehendaki adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi

(menyimak, melihat,

membaca, mendengar), asosiasi bertanya, me nyimpulkan, dan mengomunikasikan Disebutkan pula, bahwa proses pembelajaran

yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual.

Namun strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat masal memberikan perlakuan standar kepada semua peserta didik, sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar peserta didik dalam kecakapan, minat, dan bakatnya. Dengan masalah yang ada, maka salah satu solusi yang harus diperhatikan oleh sekolah dan guru adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan kontekstual. pendekatan pembelajaran ini banyak direkomendasikan oleh pakar pendidikan untuk digunakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan langsung di kelas dan informasi yang diperoleh penulis dari guru mata pelajaran fisika kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep, terungkap bahwa motivasi belajar IPA khususnya fisika siswa kurang yang berdampak kepada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata perolehan nilai hasil belajar ujian akhir nasional untuk mata pelajaran IPA (fisika) pada siswa SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkepuntuk mata pelajaran fisika yang masih rendah, seperti mata pelajaran IPA pada tahun 2011/2012 hanya mencapai 63,02% dibandingkan dengan mata pelajaran matematika dan bahasa inggris masing-masing mencapai 73,08% dan 65,06%. Dari perolehan rata-rata ini terlihat bahwa untuk bidang pelajaran IPA (fisika) masih rendah dibandingkan dengan dua mata pelajaran lain yang ikut dalam ujian nasional. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran bersifat satu arah dan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung menerima informasi sepenuhnya dari guru saja. Di sisi lainguru tidak membawa siswa kepada kehidupan nyata yang dialami siswa yang berakibat siswa belajar verbal. Hal inilah yang menjadi kendala bagi siswa sehingga mereka kurang berminat mempelajari fisika. Selain itu, metode mengajar yang digunakan

(3)

kurang menyentuh aspek psikologis siswa, tidak melibatkan siswa dalam PBM, tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengajukan gagasan, akibatnya siswa umumnya menghafal konsep fisika dan bukan belajar untuk memahami konsep fisika. Bertolak dari permasalahan di atas, maka penulis mengadakan penelitian, dengan judul

“Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang

Kalmas Kabupaten Pangkep”. 2. METODOLOGI PENELITIAN

Didalam penelitian ini digunakan penelitan pra-eksperimen (Pre Experimental Design) dengan desain Pre-test and Post-test Group dengan pola:

𝟎𝟏 𝐗 𝟎𝟐

(Arikunto, 2010:124) Didalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01) disebut

pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut post-test.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep dilakukan pada bulan September - Oktober semester genap tahun ajaran 2013. Dengan uji persyaratan Analisis menggunakan uji deskriptif dan uji inferensial. Analisis inferensial seperti uji normalitas dan uji N-gain.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertemuan ini dilaksanakan selama delapan kali pertemuan dimulai dari tanggal 06 September – 21 Oktober. Proses pembelajaran dilakukan dengan menerapkan pendekatan konstektual.

Adapun gambaran hasil belajar fisika siswa sebelum diajar dengan menerapkan pendekatan Kontestual dan setelah diajar dengan menerapkan pendekatan kontekstual yaitu:

Tabel 3.1. Statistik Skor Hasil Belajar Fisika Siswa Sebelum dan Setelah Diajar dengan Menerapkan Pendekatan Kontekstualpada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

Statistik Nilai Statistik Pretest Posttest Ukuran sampel 29 29 Skor Ideal 22 22 Skor tertinggi 14 19 Skor terendah 3 10 Rentang skor 11 9 Skor rata-rata 8,53 14,64 Standar deviasi 3,18 2,20

Berdasarkan hasil analisis skor rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep pada tes awal (pre-test) sebesar 8,53. Lebih jelasnya gambaran dari skor hasil

belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep pada tes awal (pre-test) terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep

No Interval Skor

Pre-test Post-test Kategori Hasil

Belajar f Persentase (%) f Persentase (%)

(4)

200 2 21-40 12 41.39 0 0,00 Rendah 3 41-60 11 37.93 8 27,59 Sedang 4 61-80 3 10.34 19 65,52 Tinggi 5 81-100 0 0 2 6,89 Sangat Tinggi Jumlah 29 100,00 29 100,00

Lebih jelasnya data hasil belajar fisika siswa pada tabel di atas dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini:

Gambar 3.1. Perbandingan hasil belajar fisika siswa pada pre-test dan post-test

Kemudian sebelum hipotesis diajukan dalam penelitian ini diuji, terlebih dahulu dilakukan dasar-dasar analisis yang merupakan syarat dalam pemakaian statistik.

Pengujian dasar-dasar analisis tersebut meliputi:

a. Pengujian normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk menyatakan apakah data skor hasil belajar fisika berasal dari populasi berdistribusi normal. Untuk pengujian normalitas data, telah ditetapkan kriteria pengujan bahwa data dikatakan normal jika 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 lebih kecil

𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk =

k –3. Berdasarkan hasil pengujian data skor hasil belajar pre-test diperoleh nilai 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 = 5,18 dan𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 = 7,81. Maka dapat dikatakan bahwa𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝑥

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 sehingga data hasil

belajar fisika pre-test berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dan data pada skor hasil belajar post-test diperoleh nilai 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 =

4,54 dan𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 = 5,99 dan 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 , maka dapat dikatakan bahwa data hasil belajar fisika post-test berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Pengujian N-Gain

Dalam pengujian N-gain ini digunakan untuk mengetahui berapa besar peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kab. Pangkep sebelum dan setelah diterapkan pendekatan konstektual dalam pembelajaran. Dari hasil analisis N-gain, diperoleh g = 0,45. Hal ini berarti bahwa nilai indeks gain yang diperoleh terdapat pada 0,3≤ g ≤0,7 (indeks Gain sedang). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar fisika siswa sebelum dan setelah diajar dengan menerapkan pendekatan konstektual dalam kategori sedang.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Skor rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep sebelum diajar dengan menggunakan pendekatan Kontekstual masih berada pada kategori rendah.

2. Skor rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten pangkep setelah diajar dengan menggunakan pendekatan Kontekstual sudah berada pada kategori sedang.

3. Terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa sebelum diajar dengan menerapkan pendekatan Kontekstual dan setelah diajar dengan menerapkan pendekatan Kontekstual. Sehingga pendekatan Kontekstual dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar fisika bagi siswa. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 3 12 11 3 0 0 0 8 19 2 Fr e ku e n si Interval Nilai pretest postest

(5)

Bedasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep, maka diajukan beberapa saran:

1. Kepada guru fisika agar senantiasa dalam proses pembelajaran, sebaiknya mempertimbangkan pendekatan Kontekstualsebagai salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran.

2. Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 3 SATAP Liukang Kalmas agar kiranya melengkapi fasilitas laboratorium agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan lebih maksimal. 3. Kepada peneliti dalam melakukan

penelitian yang serupa agar meninjau aspek-aspek lain dari penelitian ini sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. 2013. Draft pengembangan kurikulum. (Online).

(http://belajarpsikologi.com/draft- pengembangan-kurikulum-2013/,diakses 20 juni 2013)

Amir, Sofan. 2010. Proses Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan Edisi 2. Jakarta:Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prodesur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dinas Pendidikan Kota Batam. 2013. Pedoman Umum unit pendirian Sekolah Baru

(http://disdikbatam.org/dinas/pelayan an12-perajinan-publik.html,diaskes 15 juli 2013)

Meltzer, David E. 2003. Jurnal Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gainsi. Departemen of Physiscs and Astronomy, Lowa State University Ames, Lowa 5001.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alpabeta Sulhan, Najib. 2010. Pembangunan Karakter

Pada Anak. Surabaya: Surabaya Intelektual Club (SIC).

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shaffat Idri. 2009. Optimized Learning Strategy. Jakarta: Prestasi Pustaka. Taniredja, Tukiran.2012. Model-Model

Pembelajaran Inovatif: Bandung: Alfabete.

Gambar

Tabel  3.1.  Statistik  Skor  Hasil  Belajar  Fisika  Siswa  Sebelum  dan  Setelah  Diajar  dengan  Menerapkan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 SATAP  Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep
Gambar 3.1. Perbandingan hasil belajar fisika  siswa pada pre-test dan post-test

Referensi

Dokumen terkait

pada pemulihan atau restorative bagi para pihak yang berhadapan dengan hukum. yakni

[r]

[r]

Apabila koperasi sekolah itu menginginkan untung 20%, maka barang itu harus dijual dengan harga..a. Bruto dari 6 kantong gula pasir adalah 180 kg dan memiliki tara

Gambar 6.2. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Dumai.. Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan Kota Dumai. Peraturan Walikota Dumai Nomor 22 Tahun 2008 Tentang

berbantuan foklor dalam pembentukan karakter Ke-Indonesiaan siswa memberikan sebuah pembelajaran yang dapat terasa dengan jelas kebermaknaannya dimana siswa dapat menentukan

Pencegahan penyakit ginjal yang disebabkan oleh paparan berbagai macam logam berat yang terdapat di tempat kerja atau lingkungan, sebagian besar bergantung pada kemampuan

Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang kurang setuju siswa-siswi yang bisa membaca pasti mampu menulis karya sastra. Pada pernyataan nomor sepuluh terlihat bahwa