• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis kemampuan pemecahan masalah dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis kemampuan pemecahan masalah dalam"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut (Noviantii et al., 2020), “keterampilan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa, tidak hanya untuk memudahkan siswa dalam belajar matematika, tetapi juga dalam pembelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari”. 3 Terdapat siswa yang kurang mampu memahami konsep-konsep matematika, artinya siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal yang sedikit berbeda dengan contoh yang diberikan pada saat proses belajar mengajar, sehingga dengan materi yang memerlukan pemahaman Berpikir Matematika yang tinggi Tingkat Higher Order Thinking Skills (HOTS) siswa kurang memahami konsep pemecahan masalah yang digunakan siswa yang cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Hal ini diketahui akan berdampak pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika, hal ini tercermin dari kemampuan memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, dan kemampuan siswa dalam menginterpretasikan solusi yang diperoleh masih sangat rendah. .

Pemberian soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) kepada siswa juga berguna untuk melatih kemampuan pemecahan masalah siswa, mengukur berpikir tingkat tinggi, kemampuan argumentatif, dan mengambil keputusan yang tepat. Secara umum keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) mengukur keterampilan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Pada saat UN tahun 2018, terdapat kurang lebih 10% soal Higher Order Thinking Skills (HOTS), dan hasil UN menunjukkan 40% siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal tersebut (Mahmudah, 2018).

5 Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan ini akan menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan menggunakan tahapan Polya berdasarkan adversity quotient (AQ) siswa, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS) Dilihat Dari Adversity Quotient (AQ) Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar”.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Batasan Istilah

Dua sistem persamaan linear pembolehubah ialah dua persamaan linear bagi dua pembolehubah yang mempunyai hubungan antara mereka dan mempunyai satu penyelesaian.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

  • Kemampuan Pemecahan Masalah
  • Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
  • Adversity Quotient (AQ)

Dengan menganalisis strategi ini, kita memulai dengan memecahkan masalah yang diinginkan atau dinyatakan dan kemudian beradaptasi dengan apa yang diketahui. Dalam rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa harus lebih diperhatikan. Cara siswa menyelesaikan masalah berbeda-beda tergantung kemampuan pemecahan masalah masing-masing siswa.

Sistem persamaan linier dua variabel merupakan persamaan linier yang mempunyai dua variabel, dimana pangkat masing-masing variabel adalah satu. Berikut bentuk umum persamaan linear dua variabel: axbyca,b,cR, a,bo, serta x dan y adalah variabel. Contoh persamaan linear dua variabel : 2x – 5y = 2 dan 3m + 6n = 92 Sistem persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dengan dua variabel yang saling berkaitan dan mempunyai satu penyelesaian, bentuk umumnya adalah sistem persamaan linear dua variabel: ax + by = c dan px + qy = r dimana: x, y disebut variabel a, b, p, q koefisien disebut c, r disebut konstanta.

Himpunan penyelesaian suatu sistem persamaan linear dua variabel dapat ditentukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan Tentukan koordinat titik potong kedua grafik Jika kedua garis tidak berpotongan (sejajar), maka sistem persamaan linear dua variabel tidak mempunyai penyelesaian.

Hasil Penelitian yang Relevan

Kesalahan yang dilakukan siswa antara lain: 1) S2 dan S3 melakukan kesalahan membaca karena ada simbol matematika yang tidak terbaca saat membaca soal, 2) S3 melakukan kesalahan pada tahap kemampuan pengolahan karena memilih operasi matematika yang sesuai tetapi tidak sesuai. mampu menyelesaikannya dengan benar, 3) S3 melakukan kesalahan pada tahap penulisan jawaban karena tidak dapat menulis jawaban dengan benar. Penelitian yang dilakukan oleh (Hidayat & Sariningsih, 2018) dalam JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) dengan judul “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Adversity Quotient Siswa Sekolah Menengah Melalui Pembelajaran Open Ended”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA pada mata pelajaran keliling dan luas persegi panjang dengan pembelajaran terbuka mencapai ketuntasan belajar; (2) Siswa pemecahan masalah AQ Quitter mampu memahami masalah dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan serta menjelaskan masalah dengan kata-katanya sendiri; 3) Siswa pemecahan masalah AQ campers mampu melakukan tiga fase Polya, yaitu memahami masalah, merencanakan solusi, dan melaksanakan rencana; Siswa pendakian AQ dalam pemecahan masalah mampu melakukan empat tahapan Polya, yaitu mampu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah melalui strategi pemecahan masalah, serta memikirkan kembali hasil dan proses serta menyimpulkan hasil pemecahannya. .

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Subjek Penelitian
  • Instrumen Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Prosedur Penelitian
  • Keabsahan Data

Di bawah ini disajikan hasil dialog wawancara dengan siswa SQU untuk soal nomor 1.b dengan indikator penyusunan rencana penyelesaian masalah. Di bawah ini penggalan dialog wawancara dengan siswa SQU dalam menyelesaikan soal no 2 pada indikator menyusun rencana penyelesaian masalah. Di bawah ini penggalan dialog wawancara dengan siswa SHKSH pada penyelesaian soal no 2 pada indikator pelaksanaan rencana penyelesaian masalah.

Berikut cuplikan dialog wawancara dengan siswa SCA saat menyelesaikan soal #2 tentang indikator untuk mengecek kembali hasilnya. Berikut petikan dialog wawancara dengan mahasiswa SQU pada saat menyelesaikan soal no 2 tentang indikator pemahaman masalah. Berikut petikan dialog wawancara dengan mahasiswa SQU pada saat menyelesaikan soal no 2 tentang indikator penyusunan rencana pemecahan masalah.

Berikut petikan dialog wawancara dengan mahasiswa SQU pada saat menyelesaikan soal no 2 tentang indikator pelaksanaan rencana pemecahan masalah. Berikut cuplikan dialog wawancara dengan siswa SQU saat menyelesaikan soal #2 pada indikator untuk mengecek kembali hasilnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Di bawah ini disajikan hasil dialog wawancara dengan siswa SCL tentang soal nomor 1.a beserta indikator untuk memahami permasalahan. 41 Di bawah ini disajikan hasil dialog wawancara dengan siswa SCL pada soal 1.d tahap Polya beserta indikator untuk mengecek kembali hasilnya. Di bawah ini disajikan hasil dialog wawancara dengan siswa SCA pada soal nomor 1.a pada tahap Polya dengan indikator untuk memahami permasalahan.

Di bawah ini adalah hasil dialog percakapan dengan siswa SCA pada soal nomor 1.b dengan indikator berkembangnya rencana penyelesaian masalah. Berikut ini disajikan hasil dialog percakapan dengan siswa SCA pada soal nomor 1 dengan indikator keterlaksanaan rencana pemecahan masalah. Di bawah ini adalah hasil dialog percakapan dengan siswa SCA untuk soal no.1.d dengan indikator mengecek kembali hasilnya.

47 Di bawah ini hasil dialog wawancara dengan siswa SQU pada soal nomor 1.a disajikan dengan indikator untuk memahami permasalahan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa SQU pada cuplikan dialog wawancara di atas terlihat bahwa beliau mampu menjelaskan informasi apa saja yang diketahui tentang soal pada soal no 1.a. Berdasarkan gambar hasil jawaban siswa SQU pada penyelesaian soal no. 1.b pada indikator menyusun rencana penyelesaian masalah pada soal nampaknya siswa SQU belum mampu menentukan model matematika dalam bentuk. sistem persamaan linear dua variabel dengan benar.

Berikut disajikan hasil dialog dengan siswa SQU pada soal nomor 1.c dengan indikator keterlaksanaan rencana pemecahan masalah. Di bawah ini adalah hasil dialog percakapan dengan siswa SQU untuk soal no.1.d dengan indikator mengecek kembali hasilnya. Berikut ini disajikan hasil wawancara dengan siswa SCL mengenai soal no 2 dengan indikator pemahaman masalah.

Berikut disajikan hasil dialog wawancara dengan siswa SCL pada soal no. 2 on dengan indikator pengembangan rencana pemecahan masalah. Di bawah ini adalah hasil dialog wawancara dengan siswa SCL tentang soal no. 2 disajikan indikator pelaksanaan rencana pemecahan masalah. Berikut petikan dialog wawancara dengan siswa SCL mengenai soal no. 2 dengan indikator untuk mengecek hasilnya kembali.

Berikut cuplikan dialog percakapan dengan siswa SCA saat menyelesaikan soal #2 pada indikator pemahaman masalah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa SQU pada kutipan wawancara di atas terlihat bahwa ia mampu menyatakan informasi apa saja yang diketahuinya dan mengajukan pertanyaan dengan benar pada soal no.

Gambar 4.1 Hasil Tes Siswa SCL Indikator 1 pada Soal 1.a
Gambar 4.1 Hasil Tes Siswa SCL Indikator 1 pada Soal 1.a

Pembahasan Hasil Penelitian

Siswa SCL mampu mengorganisasikan informasi yang diterima ke dalam model matematika yang sesuai untuk digunakan dalam pemecahan masalah. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, keterampilan pemecahan masalah siswa SCL meliputi kemampuan menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan tahapan Polya, hal ini sejalan dengan pendapat tersebut. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, keterampilan pemecahan masalah siswa SKS termasuk dalam kategori kurang mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan menggunakan fase Polya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Widyarti, 2020) bahwa keterampilan komunikasi siswa Camper termasuk dalam kategori cukup mahir dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan tahapan Polya berdasarkan indikator keterampilan tulis dan lisan.

Analisis kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan ruang High Order Thinking Skill (HOTS) dan membentuk soal ditinjau dari Adversity Quotient (AQ). Untuk mengkonfirmasi jawaban siswa dan mengungkap kemampuan pemecahan masalah siswa tipe Climber, Camper dan Quitter dalam menyelesaikan permasalahan Matematika Higher Order Thinking Skills (HOTS).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 4.1 Hasil Tes Siswa SCL Indikator 1 pada Soal 1.a
Gambar 4.2 Hasil Tes Siswa SCL Indikator 2 pada Soal 1.b
Gambar 4.3 Hasil Tes Siswa SCL Indikator 3 pada Soal 1.c  Berdasarkan  pada  gambar  4.3  hasil  tes  siswa  SCL  terlihat  bahwa  ia  mampu  menyelesaikan  masalah  yang  ada  yaitu  mencari  keseluruhan  pendapatan  tukang  parkir  dalam  kurun  waktu  1
Gambar 4.4 Hasil Tes Siswa SCL Indikator 4 pada Soal 1.d  Berdasarkan  pada gambar 4.4 hasil tes siswa SCL menunjukkan bahwa   ia  mampu  manarik  kesimpulan  pada  soal  yang  di  berikan  dan  ia  mampu  menjelaskan secara detail hasil akhir dari jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Course Content: No List of Topics Contact Hours 1 Identification of different types of epithelial tissue and their function 2 2 Identification of different types of connective