• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis kesulitan guru dalam pengelolaan kelas

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis kesulitan guru dalam pengelolaan kelas"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan inklusi adalah tawaran pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama dengan anak lain (normal) dalam rangka mengoptimalkan potensi dirinya. Oleh karena itu, sekolah inklusi membutuhkan guru yang memiliki kompetensi di bidangnya, yang mampu menangani anak berkebutuhan khusus secara optimal.

Rumusan Masalah

Pada saat proses pembelajaran imtaq (sholat berjamaah) saat itu, siswa mengalami gangguan atau ABK membuat suasana kelas menjadi tidak efektif dan mengganggu proses pembelajaran. Pada saat pengamatan pertama, peneliti melihat bahwa para guru cukup kesulitan dalam mengelola kelas dan mengefektifkan proses pembelajaran seperti yang diharapkan.

Tujuan dan Manfaat

Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi guru dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas inklusi di Pesantren PAUD Lenterahati Jempong Baru Mataram. Data dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengetahuan guru tentang manajemen kelas dan menawarkan solusi kepada guru terkait masalah yang mereka hadapi dalam mengelola kelas inklusif.

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan interpretasi terhadap judul pembahasan, peneliti dalam penelitian ini menekankan bahwa penelitian ini berfokus pada kesulitan guru dalam mengelola kelas inklusi di Pesantren PAUD Lenterahati Jempong Baru Mataram. Tempat pelaksanaan ujian ini adalah di Pesantren PAUD Lenterahati Jempong Baru Mataram.

Telaah Pustaka

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ferbalinda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah: a. Lokasi penelitian yang dilakukan Ferbalinda bertempat di SMA Negeri 14 Bandar Lampung, sedangkan peneliti di PAUD Lenterahati Pesantren Jempong Baru Mataram.

Kerangka Teori

  • Definisi analisis kesulitan
  • Pengelolaan kelas

Pengertian pengelolaan kelas

10 Erwin Widiasworo, Intelligent Classroom Management (Panduan Mewujudkan Pembelajaran Efektif dan Berkualitas di Sekolah), (Yogyakarta: DIVA Press, 2018), hlm. Artinya, pengelolaan kelas adalah upaya sadar untuk mengatur proses pembelajaran secara sistematis dan sistematis.

Tujuan pengelolaan kelas

Metode Peningkatan Kompetensi Guru dalam Individualized Teaching (Individualized Educatin Program) bagi siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusi. Sedangkan objek penelitiannya adalah kesulitan guru dalam mengelola kelas inklusi di Pesantren PAUD Lenterahati Jempong Baru Mataram. Sekolah inklusi memerlukan sarana prasarana khusus untuk menangani anak berkebutuhan khusus guna mengoptimalkan penyelenggaraan pendidikan inklusi dan penanganan anak berkebutuhan khusus.

Proses pembelajaran di Pesantren PAUD Lenterahati Jempong Baru Mataram dengan lingkungan inklusif yaitu menggabungkan siswa normal dengan anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas dalam waktu yang bersamaan. Analisis Kesulitan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Komprehensif di PAUD Pesantren Lenterahati Jempong Baru Mataram. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memadukan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal pada umumnya dalam proses pembelajaran.

Kurangnya pemahaman guru terhadap anak berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusi, sehingga guru kesulitan memimpin kelas inklusi c. Dukungan lintas pihak sangat diharapkan oleh para guru ketika mengelola kelas inklusi, terutama ketika berhadapan dengan siswa berkebutuhan khusus.

Peran guru dalam pengelolaan kelas

Kondisi-kondisi dalam pengelolaan kelas

  • Pendidikan inklusif

Pengertian prendidikan inklusif

Model-model pendidikan inklusif

Menurut Halahan & Kauffman dalam Ni'matuzahroh, dalam model ini semua siswa berkelainan khusus ditempatkan di sekolah yang dekat dengan rumahnya dan dididik penuh dengan anak normal (sewaktu-waktu tidak ada pemisahan atau pemindahan kelas) dan guru kelas tidak memiliki tanggung jawab utama dalam menangani anak berkebutuhan khusus.30 Oleh karena itu, dalam model full inclusive ini, tidak menjadi masalah apakah anak dapat mengikuti program reguler, tetapi melihat kemampuan dan keinginan guru, sekolah dan sistem mereka untuk menyesuaikan atau menyesuaikan program pendidikan dengan kebutuhan mereka. Dalam model ini, anak-anak berkebutuhan khusus pertama-tama dididik di tempat terpisah, dan setelah anak tampak siap, mereka ditambahkan ke kelas reguler. Model ini dimulai dengan mempersiapkan anak melalui pendekatan intervensi, baik dari segi emosional maupun perilaku.

Jika psikolog atau terapis menyatakan bahwa anak dianggap siap untuk mengikuti kelas reguler, maka anak tersebut dapat mengikuti kelas yang telah ditentukan. Dalam model lanjutan ini, kelompok atau individu dari kelas khusus mengunjungi kelas reguler untuk kegiatan bersama atau mata pelajaran tertentu. Model ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus harus menyesuaikan diri dengan ketentuan sistem dan kelas reguler, sehingga anak berkebutuhan khusus seringkali dianggap sebagai “tamu” di kelas reguler.

Manajemen dan pengelolaan kelas inklusif

Yang perlu dipersiapkan pada tahap awal adalah kesiapan mental warga sekolah untuk menerima kehadiran siswa ABK. Kesiapan psikologis ini merupakan bagian yang sangat menentukan keberlangsungan pembelajaran di kelas inklusi, yang meliputi kesadaran anak akan hak anak berkebutuhan khusus atas layanan pendidikan yang setara, sikap penerimaan dan empati terhadap kehadiran anak berkebutuhan khusus, yang mempromosikan rasa koneksi dan kemauan untuk berbagi. Sikap penerimaan ini lahir dari pengetahuan warga sekolah tentang hakikat pendidikan inklusi dan karakteristik siswa berkebutuhan khusus.

Dilanjutkan dengan penilaian dan identifikasi siswa ABK guna menentukan kriteria siswa ABK yang diterima di sekolah tersebut, dengan mempertimbangkan dana yang dimiliki sekolah, sehingga tidak semua anak ABK dapat masuk kelas inklusi. Peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan program pembelajaran individual bagi siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusi sangat diperlukan, mengingat peningkatan hasil asesmen awal menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum memiliki kemampuan mengajar di kelas inklusi. Mereka membutuhkan bantuan yang terus menerus, terutama agar dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada siswa berkebutuhan khusus.

Guru pada program inklusif (Guru PLB)

Kemampuan dasar meliputi memahami dan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus, memahami konsep dan mampu mengembangkan alat asesmen dan melaksanakan asesmen anak berkebutuhan khusus, pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus merancang, melaksanakan dan mengevaluasi, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program bimbingan dan penyuluhan bagi anak berkebutuhan khusus, mampu melaksanakan manajemen PLB, mampu mengembangkan kurikulum sesuai kemampuan dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus dan dinamika masyarakat, memiliki pengetahuan aspek medis dan implikasinya terhadap penyelenggaraan pendidikan, memiliki pengetahuan psikologi aspek dan implikasinya terhadap penyelenggaraan pendidikan, mampu melakukan penelitian dan pengembangan di bidangnya, memiliki sikap dan perilaku empati terhadap anak berkebutuhan khusus, memiliki sikap profesional di bidangnya, merancang dan melaksanakan program kampanye untuk penyadaran PLB di masyarakat dan merancang program advokasi. Kemampuan khusus Kemampuan ini meliputi perubahan tingkah laku, penguasaan konsep dan keterampilan belajar bagi anak tunanetra, penguasaan konsep dan. Permasalahan yang muncul terkait siswa yang diangkat oleh guru adalah: ABK dengan masalah yang berbeda dan.

Permasalahan yang muncul sehubungan dengan manajemen sekolah yang dikemukakan oleh guru adalah: sekolah belum siap dengan proses sekolah inklusi baik secara administrasi maupun personalia, proses belajar mengajar belum berjalan maksimal, dan permasalahan yang dihadapi. muncul tentang orang tua adalah bahwa tidak ada program pertemuan rutin dengan orang tua yang diadakan di sekolah. Permasalahan yang muncul sehubungan dengan masyarakat yang diangkat oleh guru adalah: kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pendidikan inklusi dan ABK, pandangan negatif masyarakat. Permasalahan yang muncul terkait lainnya adalah: kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan inklusi, kurangnya keterlibatan semua pihak (akademisi, pakar, guru, sekolah, orang tua dan pemerintah) terkait penyelenggaraan sekolah inklusi, latar belakang sosial yang mempengaruhi ABK , belum ada kesepakatan pelaksanaan inklusi antara berbagai pihak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan

  • Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
  • Pengertian tunagrahita
  • Klasifikasi Tunagrahita (Retardasi Mental)
  • Layanan Bagi Anak Tunagrahita

Inilah perbedaan guru luar biasa yang lebih berpengalaman dalam menangani anak berkebutuhan khusus dibandingkan dengan guru reguler yang kurang berpengalaman dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Konsep guru tentang siswa berkebutuhan khusus biasanya bergantung pada jenis hambatan siswa, tingkat keparahan hambatan siswa dan kebutuhan siswa akan pendidikan. Faktor lain yang mempengaruhi masalah guru adalah pengetahuan yang dimilikinya tentang siswa berkebutuhan khusus yang dikembangkan melalui pelatihan yang diterimanya.

Tanpa rencana untuk memberikan pelatihan kepada guru dalam mengajar siswa berkebutuhan khusus, akan sulit untuk mendaftarkan siswa tersebut di kelas reguler. Anak-anak berkebutuhan khusus duduk di barisan depan agar lebih bisa melihat guru dan penjelasan yang tertulis di papan tulis. Jelaskan kepada anak yang tidak berkebutuhan khusus bahwa mereka berperan dalam mencegah pelecehan atau intimidasi terhadap temannya yang berkebutuhan khusus.

Metode penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama yang bertindak sebagai pelaksana, pengamat dan sekaligus sebagai pengumpul data. Dalam penelitian kualitatif, data disajikan dalam bentuk uraian singkat, grafik, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Ini paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks naratif.47.

Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif ditekankan hanya pada uji validitas dan reliabilitas, karena dalam penelitian kualitatif kriteria data penelitian adalah valid, reliabel dan objektif. Triangulasi sumber untuk menguji reliabilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif seperti kamera, camcorder dan lain-lain sangat diperlukan untuk mendukung kehandalan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

Sistematika pembahasan

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

  • Gambaran PAUD Lenterahati Islamic Boarding School
  • Tujuan PAUD Lenterahati
  • Visi dan Misi PAUD Lenterahati
  • Kurikulum PAUD Lenterahati
  • Sumber Daya yang dimiliki PAUD Lenterahati
  • Kesulitan Guru dalam Pengelolaan Kelas Inklusif di
  • Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan

Pendidikan akhlak menjadi perhatian utama dan pertama di Pesantren PAUD Lenterahati. Oleh karena itu, karakter menjadi master dalam model pembelajaran di Pesantren PAUD Lenterahati. Tenaga kependidikan yang dimiliki oleh PAUD Lenterahati adalah kepala sekolah, guru kelas, guru pendamping khusus/psikolog dan admin.

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kependidikan di PAUD Lenterahata adalah 5 orang. Permasalahan Guru dalam Manajemen Kelas Inklusif di Pesantren PAUD Lenterahati Jempong Baru Mataram Pesantren Jempong Baru Mataram. Upaya Guru Mengatasi Kesulitan dalam Mengelola Pembelajaran Inklusif di PAUD Lenterahati Pengelolaan Kelas Inklusif Pesantren PAUD Lenterahati Jempong Baru Mataram.

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa terdapat anak berkebutuhan  khusus  dengan  jumlah  tiga  anak
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa terdapat anak berkebutuhan khusus dengan jumlah tiga anak

PEMBAHASAN

Kesulitan guru dalam mengelola kelas inklusi didasari oleh adanya berbagai faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan inklusi di PAUD Lenterahati Mataram. Adanya keterbatasan dan faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah memicu kesulitan bagi guru dalam mengelola kelas inklusi. Selain kesiapan mental, kompetensi guru dalam mengelola kelas inklusi juga harus diperhatikan untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar.

Di PAUD Lenterahati terdapat keterbatasan sarana prasarana yang mengakibatkan kesulitan bagi guru dalam mengelola kelas inklusi. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan dalam mengelola kelas inklusi di PAUD Pesantren Lenterahati Jempong Baru Mataram. Ahmad Jakfar, “Strategi guru dalam mengelola kelas inklusi di SDN Kiduldalerm 1 Malang, (Skripsi, FTK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, 2017).

Gambar

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa terdapat anak berkebutuhan  khusus  dengan  jumlah  tiga  anak

Referensi

Dokumen terkait

Ilmi Nur Aeni : Upaya Guru Al-Qur’an Hadits dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas VII A di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Cirebon