Skripsi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Manajemen
Diajukan oleh:
ANDIKA JULIO PRATAMA 2015211829
KONSENTRASI KEUANGAN DAN PERBANKAN MIKRO PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NOBEL INDONESIA
MAKASSAR 2020
TAHTT]\ 2O14-2018
PADA
PT.BANK SULSELBAR
Diajukan oleh :
Nama
Mahasiswa
: ANDIKA JULIO PRATAI\IA :2015211829Telah dipertahankan dihadapan tim penguji Tugas Akhir/Skripsi diterima untuk memenuhi leh gelar Akademik
r,
September 2019Tim Penguji
Ketua :A Sekertaris :D
Anggota :
FrWakil Ketua I
Bidang Akademik
h
(Dr. Ahmad Firman, SE., M.Si)
Mengetahui
STIE Nobel Indonesia Makassar
shur Razako SE., $'lM)
ii
Mengesahkan
ri Nur, SE.,M.Si) STIE Nobel Indonesia pada tangga.l-2 Septemlrer 2019 dan dinyatakan
I
,) L-
Nim
.2415211829 ProgramStudi
:ManajemenKosentrasi
: Manajernen Keuangan dan PerbankanJudul Skripsi :
Analisis Kinerja
l(euangan Perbankan BerdasarkanMetode
Carnel Periode Tahun 2014-2A18 Pada PT. Bank Sulselbar.Menyatakan dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya bahrva skripsi ,vang saya adalah benat-benar hasil karya sendiri, kecurali apabila dalarn pengutipan subtansi disebutkan sumbernya, dan belurn pernah drajukan pada institusi filanapu, serta bukan karya.liblakan rnilik orang lain. Saira bertanggung jawab atas r.^^r..-L^- ;.;-,.^ .^..,,^; ,l^^^^- .;1.^^ ;t,-;^!^ ,.^-,, t^^.,," ,-t;i,,-i,,-^ +i-,,^iNLqLrJdrr4rl rJrrrJq JLJudl ulll6qrr JrNcv lrrrrr4lr Jqrrii lr4rLrJ uuuruLUrH Llll55r,
Dernikian pernyataan
ini
saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak rnanapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan yang saya buat ini tidak benar.Makassar. l4 Oktober 2019 Yang Menyatakan,
(Andika Julio Pratama)
Aiiduiiair.
'l"his sttrdy airned to analyze the tinancial perf'ornaancs
rf
harrks based on*
caethods Carnel period 2014 - 2018 At the P'f. Bank Su1se1bar.'I'his research w,as
"-jou* L:,,r iising qiialiiative desciiptir,e anali,-sis iising i;letii*die v,rlicie iiie eoilecied
<iata compiied, categorized, interpreted, and analyzed
t*
,l-etemune the financiai perfbnnance in the Bank's Financial Statements Year 2iltr4-2{.118P'l
Bank Sujselbar.ln
analyzing the financial performanceof
PTBalk
S*lseibar hy using Merhod t'ct\:tircti.,4sset.r, i-,)ttrnings, t\innagemeni andLiquitlity (C,\tviELi,From the results, financial performance of PT Earik Sulseibar is stateel to be healttry
Keywords: l)erfitrmcmce, i;inance Banktng, {api{a\,,,:is,rer.r, it*rnixgs, i\,ian*ge.ment itncl LiLluidii.t,
IV
-
ilernbirnbin g Atriiuiiah Aoiilin"
P*nelitia*
ini
betujuan untLrk rnenganalisis kinerja lieuargan perharrkap i:err'laiarkan metode Catn,el periode tahun 2014-
20tB Fada FT'. tsank SLilseibarPeiieiitiarr
ini
diiakiikaii dengaii teknik aralisis rlesk-rlptrf krialitatif dengan inenggunakan metodr: yaitu dirnana data yang dikumpulkaa ciisusun. dikeiornpoki<a1.dilnterprestasikan. dan dianalisis trntuk mengetahui kiner,ja keuangal dalam i-ap,:ran ldeuangan Bar* Tahut 2AI4-20L8 PT Bank Sulselbar. Dalaln rnenganalisis kirerja ireua*gatl
F'i
Bank Sulselbar yaitu dengax meng$tnakan i,.a*rorie i..apitai, Js;ers.,i i,t r n I n g, tr4 ctn a ge ;n e n I dan L i q uid i t.1t (CA'MEL i.
Dmj
lTasil penelitian didapatkan kinerja keuanganFT. Ilank
Suiseitrar i}iiil,atakali seliatKata Krrnci : Kinerj a. Keuangan Perbankan, Capitoi, Assets, irarnirug. lficrnagement dan Liquidity
lri
v
“”
Penulis
“Tiada hidup abadi, Sebaik - baiknya Manusia adalah bermanfaat bagi
orang lain dan rendah hati”
vi
Tiada Henti, Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk“
Kedua Orang Tuaku:
“Andi Kasman”
“Anita Abubakar”
Saudara:
“Aditya Reski Dwi Putra”
“Alfarel Tri Putra”
Dan yang tersayang Meyska Putri Utami Asrul serta teruntuk keluarga, sahabat serta orang-orang
yang menyayangiku yang tak bisa penulis
cantumkan satu persatu
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, adalah ungkapan pertama yang penulis dapat menyelesaikan jenjang Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi.
Terselesaikannya, Skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Berdasarkan Metode Camel Periode Tahun 2014 – 2018 Pada PT. Bank Sulselbar” ini penulis susun dalam rangka penyelesaian studi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nobel Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menemui banyak kendala. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Mashur Razak, SE.,MM selaku Ketua STIE Nobel Indonesia yang telah memberikan persetujuan untuk mengadakan penelitian.
Bapak Abdullah Abidin, S.E.,MSi. Selaku pembimbing penulis yang senantiasa meluangkan waktu dan membimbing penulis hingga terselesaikannyatugas akhir ini
2. Ibu Fitriani Latief SP., MM. dan Bapak Dr. Syamsul Alam, S.E., M.Si Selaku penguji yang mengarahkan dan memberi motivasi kepada penulis 3. Seluruh jajaran staff STIE Nobel Indonesia Makassar yang membei
semangat dan motivasi dala penyusunan tugas akhir ini
4. Yang tercinta Ayahanda “Andi Kasman”, Ibunda “Anita Abubakar”, Adik
“Aditya Reski Dwi Putra dan Älfarel Tri Putra” tercinta, dan tersayang
viii
Meyska Putri Utami Asrul, dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan bantuan doa, moral dan materil.
5. Kepada teman–teman seangkatan Manajemen dan semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh karyawan (i) PT. Bank Sulselbar Makassar yang telah membantu, memberi semangat dan doa dalam penyusunan tugas akhir ini
Keberadaan skripsi ini merupakan sebuah symbol keberhasilan tersendiri bagi penulis. Kendatipun terwujudnya dalam format yang sangat sederhana dan penuh keterbatasan, penulis tetap berharap agar hasil karya ini menjadi sebuah titipan Allah SWT yang melalui tangan penulis dapat memberikan faedah kepada kita semua.
Akhirnya tiada lain yang dapat penulis lakukan selain memohon maaf atas segala kekhilafan dan keterbatasan yang ada, sekaligus menyerahkan kepada Allah SWT semoga segala sumbangsih yang begitu tulus dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Makassar, 26 Juni 2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Melalui websitenya Bank Indonesia mengungkapkan bahwa ekonomi global 2018 tumbuh melandai dan tidak seimbang. Di mana, melandainya pertumbuhan ekonomi global itu, dipengaruhi oleh melambat pertumbuhan ekonomi negara maju, serta beberapa negara emerging market (EM). Namun, Pertumbuhan ekonomi 2018 tercatat 5,17%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,07% dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2013. Secara umum, kinerja tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia tetap solid, mengingat pada saat bersamaan pertumbuhan ekonomi dunia 2018 dalam tren melambat dan ketidakpastian global sedang meningkat.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi 2018 tidak terlepas dari dampak positif bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam merespons ketidakpastian global. Dikutip dari otoritas jasa keuangan melalui websitenya Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin dinamis dan beragam dengan kompleksitas yang semakin tinggi.
Berbagai perkembangan tersebut selain dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu ketidakstabilan sistem keuangan meningkat dan semakin beragam, juga dapat mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi ketidakstabilan tersebut.
Bank sebagai salah satu penunjang ekonomi suatu Negara menjadi solusi bagi masyarakat yang dapat memudahkan masyarakat dalam bertransaksi seperti penyimpanan uang, pengiriman uang (transfer), alat belanja (debit atau kredit), alat pembayaran (listrik, telepon, air) dan lain sebagainya. Pertumbuhan perusahaan perbankan di Indonesia yang semakin meningkat jumlahnya mengakibatkan persaingan yang semakin tinggi, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Bank bersaing untuk mendapatkan kepercayaan dari nasabah.
PT. Bank Sulselbar atau yang lebih dikenal sebagai bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat yang memiliki salah satu misi yaitu menjadi Mitra Strategis PEMDA dalam menggerakkan sektor riil. PT. Bank Sulselbar memiliki kantor cabang mencapai 87 kantor yang tersebar di wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat serta 1 (satu) kantor cabang konvensional di Jakarta. Untuk itu diperlukan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan agar kinerja PT. Bank Sulselbar menjadi lebih baik dan untuk mendapatkan kepercayaaan dari masyarakat Bank Sulselbar setiap periode akuntansi melaporkan setiap kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan bank. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas bank pada pihak-pihak yang berkepentingan (Hery, 2015). Laporan keuangan bank selain menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan, juga menunjukkan kinerja keuangan bank selama satu periode.
Dikutip dari websitenya PT. Bank Sulselbar Kinerja Bank Sulselbar selama 2018 dirilis direksi Bank Pembangunan Daerah (BPD) di kantornya Jl Dr Sam Ratulangi Makassar, Jumat (11/1/2019) "Aset dari Rp 17,54 triliun menjadi Rp 20,83 triliun tumbuh 18,72 persen, laba bersih dari Rp 539,44 miliar menjadi Rp 591,47 miliar tumbuh 9,64% persen dan modal dari Rp 2,7 triliun menjadi 3 triliun tumbuh sebesar 0,124% Seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Data Keuangan 2014-2018 PT. Bank Sulselbar (Dalam jutaan rupiah)
Keterangan 2014 2015 2016 2017 2018 Peningkatan
(%) Total Aset 10.004.191 11.520.292 16.242.238 17.545.955 20.576.423 105,67 % Total Laba
Bersih
400.297 501.177 606.123 539.445 591.474 47,7%
Total Modal
1.717.339 2.050.962 2.459.069 2.700.284 3.034.584 76,7%
Sumber: PT. Bank Sulselbar
Hal ini tentu menjadi pertanyaan yang seperti diketahui bahwa ekonomi global 2018 tumbuh melandai dan tidak seimbang yang diberitakan oleh pihak Bank Indonesia. Pertumbuhan aset ini harus seiring dengan penilaian kesehatan bank yang dilakukan dengan proses penilaian kinerja bank tersebut.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan dan mulai tahun 2012
penilaian sendiri (self assessment) dilakukan paling kurang setiap semester periode akhir. Menganalisis laporan keuangan sebagai penilaian kinerja keuangan bank dilakukan dengan melalui beberapa proses yaitu dimulai dengan me-review data laporan keuangan, menghitung, membandingkan atau mengukur, menginterpretasikan dan memberi solusi. Perhitungan yang dilakukan untuk menganalisis kinerja keuangan bank dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknis analisis, salah satunya teknik analisis Capital (permodalan) dimana Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank, Assets (kualitas Aset) dimana penilaian kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank, Management (manajemen) dimana penilaian ini didasarkan terhadap Manajemen Umum dan Manajemen Risiko, Earning (rentabilitas) dimana penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba, dan Liqudity (likuiditas) yaitu untuk menilai tingkat likuiditas suatu bank, yang disingkat CAMEL (So’imah dkk, 2015).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kinerja keuangan perbankan berdasarkan metode Capital, Assets, Earning, Management dan Liqudity (CAMEL) Periode tahun 2014- 2018 pada PT Bank Sulselbar?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan perbankan
berdasarkan metode Capital, Assets, Earning, Management dan Liqudity (CAMEL) Periode tahun 2014-2018 pada PT Bank Sulselbar.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak Bank Sulselbar dalam mengambil kebijakan dan pengoptimalan kinerja keuangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. BANK
2.1.1. Pengertian Bank
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan Pasal 1 serta ayat 2 bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Abdullah dan Tantri (2013) menyebutkan, bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar dan tempat uang giral. Pengertian bank juga dikemukakan oleh Menurut Kasmir edisi Revisi (2017:12), bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat sebagai kegiatan pokok serta memberikan jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa Bank adalah lembaga keuangan yang bertugas untuk memuaskan kebutuhan masyarakat dalam hal menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2.1.2. Fungsi Bank
Budisantoso dan Nuritomo (2014) menyatakan bahwa secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services sebagai berikut:
a. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunann dana maupun penyaluran dana.
Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bankrupt, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan terseut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak Bank sendiri, percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
b. Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan, selalu berinteraksi dan saling memengaruhi. Kegiatan bank diperlukan bagi kelancaran kegiatan perekonomian di sector riil dalam hal memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi- disbrusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang.
c. Agent of services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dappat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
2.1.3 Klasifikasi Jenis Bank
Klasifikasi bank menurut Lubis (2010: 30-34) dibagi atas beberapa jenis bank antara lain:
a. Jenis Bank Menurut Kegiatannya
Jenis bank menurut kegiatannya dapat dibagi atas dua jenis sesudah berlaku UU No. 7 Tahun 1992 antara lain :
1) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank Perkreditan Rakyat
Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Jenis Bank Menurut Target Pasar
Berdasarkan target pasar, bank-bank yang ada dibagi antara lain :
1) Corporate Bank
Corporate bank adalah bank yang memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah yang berskala besar, biasanya berbentuk koperasi. Tetapi tidak berarti semua nasabah wajib berbentuk perusahaan.
2) Retail Bank
Retail bank adalah bank yang memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah kecil. Secara kuantitas, institusi retail bank relatif lebih banyak dibandingkan corporate bank.
3) Retail Corporate Bank
Retail corporate bank adalah bank yang member pelayanan kepada kelompok retail dan juga perusahaan-perusahaan besar.
Jenis bank ini memberikan pelayanan kepada semua jenis nasabah baik nasabah besar maupun nasabah kecil.
c. Jenis Bank Menurut Kepemilikannya
Bank menurut kepemilikannnya dapat di lihat dari penguasaan saham dan akta pendirian bank. Oleh karena itu bank-bank dapat di bagi antara lain :
1) Bank milik pemerintah, adalah jenis bank yang kata pendiriannya dan modal bank tersebut merupakan milik pemerintah sehingga semua keuntungan yang diperoleh dari operasinya akan menjadi milik pemerintah seperti BNI, BRI, BTN.
2) Bank milik pemerintah daerah, adalah jenis bank yang pemiliknya adalah pemerintah daerah di daerah tertentu seperti BPD Sulselbar, BPD DKI Jakarta, dan lain-lain.
3) Bank milik koperasi, adalah jenis bank yang saham-sahamnya dimiliki perusahaan yang berbadan hukum koperasi seperti bank Umum Koperasi Indonesia.
4) Bank milik swasta nasional, adalah jenis bank yang seluruh atau sebagian bank tersebut dimiliki swasta nasional karena akta pendiriannya dilakukan oleh pihak swasta seperti Bank Muamalat, Bank Internasional Indonesia, Bank Niaga, dan lain-lain.
5) Bank milik asing, adalah jenis bank milik swasta asing atau milik pemerintah asing yang beroperasi di Indonesia. Bank ini biasanya merupakan cabang dari bank induknya yang ada di luar negeri seperti Citibank, Standard Chartered, dan lain-lain.
6) Bank milik campuran, adalah jenis bank dimana sahamnya kebanyakan dimiliki oleh pihak swasta nasional dan sisanya dimiliki oleh asing seperti Sanwa Indonesia Bank, Mitsubishi Buana Bank, dan lain-lain.
d. Jenis Bank Menurut Status atau Kedudukannya
Jenis bank ini dibagi berdasarakan ukuran kemampuan bank dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dari segi jumlah produk, modal, dan kualitas pelayanan. Berdasarkan status atau kedudukannyabank dibagi atas :
1) Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing. Jasa- jasa diberikan oleh bank devisa ini adalah melakukan transfer keluar negeri, mengeluarkan traveler cheque, inkosa ke luar negeri, pembukuan dan lain-lain.
2) Bank Non Devisa
Bank non devisa adalah bank yang belum mempunyai izin dalam melaksanakan transaksi ke luar negeri. Bank ini melakukan aktivitas yang lebih terbatas dibandingkan bank devisa.
Keterbatasan tersebut mencakup produkyang ditawarkan dan luas geografis.
e. Jenis Bank Menurut Prinsip Operasinya
Bank menurut prinsip operasinya terbagi atas dua antara lain : 1) Bank berdasarkan prinsip konvensional
Bank menurut prinsip konvensional adalah bank-bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bungan dan fee based dalam mendapatkan keuntungan yang diharapakan. Hingga saat ini bank konvensional masih lebih banyak dibandingkan bank-bank lainnya.
2) Bank berdasarkan prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah suatu lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivitansnya dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip islam. Dalam operasinya, bank syariah memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah jual-beli dan bagi hasil.
2.2. Laporan Keuangan Bank
Menurut Hery (2015) menyatakan bahwa Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi atau sebagai produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis yang digunakan sebagai alat komunikasi mengenai data keuangan atau aktivitas dalam perusahaan. Sedangkan, menurut Kartikahadi dkk (2016) menyatakan bahwa Laporan Keuangan adalah media utama bagi suatu entitas untuk mengkomunikasikan informasi keuangan oleh manajemen
kepada para pemangku kepentingan seperti: pemegang saham, kreditur, serikat pekerja, badan pemerintahan, manajemen, dll. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi atau sebagai produk akhir untuk mengkomunikasikan informasi keuangan oleh manajemen kepada para pemangku kepentingan.
Menurut Kasmir edisi Revisi (2017:12) jenis-jenis laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), passive (kewajiban dan ekuitas) suatu bank
2. Laporan Komitmen dan Kontijensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanan apabila persayaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Sedangkan, laporan kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang memungkinkan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
3. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah beban dan jenis-jenis beban yang dikeluarkan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung mauun tidak langsung terhadap kas.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisi Neto, menurut jeniis mata uang dan aktivitas lainnya.
6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang- cabang bank yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaan.
2.3. Pengukuran Kinerja
2.3.1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Menurut Mahsun (2016), pengukuran kinerja merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sedangkan Bastian (2017) mengungkapkan bahwa kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.
2.3.2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Tujuan sistem pengukuran kinerja menurut Mahsun (2016), antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congcruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
Mahsun (2016) juga mengungkapkan manfaat sistem pengukuran kinerja, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
3. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkan dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward &
punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.
6. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami proses kegiatan perusahaan atau instansi 8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
2.4. Kesehatan Bank
Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian aspek permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kagetori yaitu: sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Budisantoso dan Nuritomo (2014) menyatakan bahwa Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya degan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Berdasarkan kuantifikasi tersebut, Sumadi (2018) mengemukakan bahwa selanjutnya dilakukan penilaian dengan memperhatikan informasi-informasi dan aspek-aspek lain yang secara material berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor. Kemudian penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan menggunakan sistem kredit dengan memberikan nilai dari 0 sampai dengan 100 bagi masing-masing faktor dan komponennya.
2.5. Analisis Capital, Assets, Earning, Management dan Liquidiy (CAMEL)
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan dan mulai tahun 2012 penilaian sendiri (self assessment) dilakukan paling kurang setiap semester untuk posisi akhir Juni dan Desember, apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tingkat kesehatan bank. Apabila terdapat perbedaan hasil penilaian yang dilakukan antara bank itu sendiri dengan yang dilakukan oleh Bank Indonesia maka yang berlaku adalah hasil penilaian yang dilakukan oleh Bank Indonesia (Pandia, 2012:224).
Menurut Kasmir (2017), salah satu alat untuk mengukur kesahatan suatu bank adalah dengan metode analisis CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan unsur- unsur penilaian adalah sebagai berikut:
1. Capital (permodalan)
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy ratio), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (Kasmir, 2017).
Dengan rumus sebagai berikut:
= × 100%
Dimana:
CAR : Capital Edequacy Ratio (Rasio Kecukupan Modal) ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Tabel 2. Kriteria Rasio Predikat Rasio Kecukupan Modal Rasio Predikat
Lebih dari 12% Sangat Sehat
9% - 12% Sehat
8% - 9% Cukup Sehat
6% - 8% Kurang Sehat
Kurang dari 6% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) 2. Assets (kualitas Aset)
Penilaian kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang diukur dengan Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif atau yang di sebut Kualitas Aktiva Produktif (KAP).
Kualitas aktiva Produktif (KAP) adalah sebagai nilai tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva
produktif (pokok termasuk bunga) berdasarkan kriteria tertentu. Hal ini untuk memudahkan dalam memahami aktiva produktif dalam pembahasan selanjutnya. Aktiva diartikan sebagai jasa yang akan datang dalam bentuk uang atau jasa mendatang yang dapat ditukarkan menjadi uang (kecuali jasa-jasa yang timbul dari kontrak yang belum dijalankan kedua belah pihak secara sebanding) yang didalamnya terkandung kepentingan yang bermanfaat yang dijamin menurut hukum atau keadilan bagi orang atau sekelompok orang tertentu. (Kasmir, 2017).
Dengan rumus sebagai berikut:
KAP = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD)
Total Aktiva Produktif × 100%
Dimana:
KAP : Kualitas Aktiva Produkif
Tabel 3. Kriteria Rasio Predikat Kualitas Aktiva Produkif
Rasio Predikat
Lebih dari 12% Sangat Sehat
9% - 12% Sehat
8% - 9% Cukup Sehat 6% - 8% Kurang Sehat Kurang dari 6% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
3. Management (manajemen)
Penilaian ini didasarkan terhadap Manajemen Umum dan Manajemen Risiko dengan menggunakan Kuisioner, tapi pengukuran menggunakan kuisoner sangat sulit untuk dilakukan karena berhubungan erat dengan kerahasiaan suatu bank atau aspek-aspek intern bank yang tidak sembarangan dipublikasikan. Berdasarkan pada hal tersebut digunakan rasio Net Profit Margin (NPM). Hal ini dikarenakan rasio NPM erat kaitannya dengan aspek-aspek manajemen yang dinilai, baik dalam manajemen umum maupun manajemen risiko, di mana net income dalam aspek manajemen umum mencerminkan pengukuran hasil dari strategi keputusan yang dijalankan dan dalam tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan, pengamanan, dan pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam upaya memperoleh operating income yang optimal. Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya.
Dengan rumus sebagai berikut:
NPM = ,- . / 0-
12-3 4 5 . / 0- × 100%
Dimana:
NPM : Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Net Income : Pendapatan Bersih
Operating Income : Pendapatan Operasi
Tabel 4. Kriteria Rasio Predikat Margin Laba Bersih
Rasio Predikat
Lebih dari 100% Sangat Sehat
81% -100% Sehat
66% - 80% Cukup Sehat 51% - 65% Kurang Sehat Kurang dari 51% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
4. Earning (rentabilitas)
Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada dua macam, yaitu:
a. Rasio laba terhadap total aset (return on Assets)
ROA (Return on Asset), merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas bank didalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset (Kasmir, 2017).
Dengan rumus sebagai berikut:
ROA = Laba sebelum pajak
Total Aset × 100%
Tabel 5. Matriks Kriteria Predikat Komponen ROA
Rasio Predikat
Lebih dari 1,5% Sangat Sehat 1,25% - 1,5% Sehat 0,5% - 1,25% Cukup Sehat
0 - 0,5% Kurang Sehat Kurang dari 0% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio BOPO, maka semakin efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya, karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan pendapatan yang diterima (Kasmir, 2017).
Dengan rumus sebagai berikut:
BOPO = Beban Operasional
Pendapatan operasional × 100%
Predikat kesehatan bank dari segi BOPO ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 6. Matriks Kriteria Predikat Komponen BOPO
Rasio Predikat
Kurang dari 94% Sangat Sehat
94% - 95% Sehat
96% - 97% Cukup Sehat 97% - 98% Kurang Sehat Lebih dari 98% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
5. Liqudity (likuiditas)
Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian didasarkan kepada Rasio antar kredit terhadap dana yang diterima oleh bank atau yang disebut LAR (Loan to Asset Ratio), merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap Aktiva yang dimiliki.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhipermintaan kredit menggunakan aset total yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, maka menunjukkan tingkat likuiditas bank semakin rendah, karena itu artinya bank memerlukan jumlah aset yang semakin besar untuk membiayai kredit yang diberikan kepada debitur (Kasmir, 2017).
Dengan rumus sebagai berikut:
? @@- 4 =Total Kredit yang diberikan
Total dana pihak ketiga × 100%
Predikat kesehatan bank dari segi LAR ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 7. Matriks Kriteria Predikat Komponen LAR
Rasio Predikat
Kurang dari 94% Sangat Sehat
94% - 95% Sehat
96% - 97% Cukup Sehat 97% - 98% Kurang Sehat Lebih dari 98% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2.6. Penelitian Terdahulu
Tabel 8. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Yulia
Wilhelmina Kaligis (2013)
Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Menggunakan Metode CAMEL Pada Industri Perbankan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa dari keempat perbankan BUMN yaitu BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri, kinerja keuangan yang paling baik dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rasio CAMEL yang sehat sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan Return On Asset paling besar tahun 2010-2012. Kinerja keuangan paling lemah dimiliki oleh Bank Tabungan Negara, dengan diperolehnya LAR di bawah kentuan BI untuk predikat sehat dan Return On Asset paling rendah.
Penilaian tingkat kesehatan bank keempat perbankan BUMN berada pada predikat sehat dengan diperolehnya bobot CAMEL
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
1. Abrini A.D Laluas 2. Maryam
Mangantar 3. Peggy A.
Mekel (2014)
Analisis Kinerja Bank Bumn Menggunakan Metode CAMEL
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Kinerja Bank BUMN (Bank BNI, BRI, Mandiri, BTN) tahun 2010 sampai 2012 secara umum menunjukkan kinerja yang baik dan sehat, tidak ada
masalah yang berpengaruh negatif dan secara keseluruhan nilai rasio yang diukur sudah sesuai dengan standar yang diatur oleh Bank Indonesia.
1. Gonan Sumadi (2018)
Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan Dan Bangka Belitung Menggunakan Metode CAMEL
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Perhitungan rasio CAMEL untuk BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung selama periode tahun 2012 – 2017 dalam kategori “SEHAT”, kecuali untuk tahun 2015 nilai LAR Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung sebesar 95,43% dalam kategori “CUKUP SEHAT”. 2. Tingkat kesehatan BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung selama periode tahun 2012 –2017 semua dalam kategori “SEHAT”
2.7. Kerangka Pikir
PT. Bank Sulselbar atau yang lebih dikenal sebagai bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Dan Sulawesi Barat yang memiliki salah satu misi yaitu menjadi Mitra Strategis PEMDA dalam menggerakkan sektor riil. Untuk itu diperlukan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan agar kinerja PT. Bank Sulselbar menjadi lebih baik dan untuk mendapatkan kepercayaaan dari masyarakat
Bank Sulselbar setiap periode akuntansi melaporkan setiap kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan bank. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas bank pada pihak-pihak yang berkepentingan (Hery, 2015).
Menganalisis laporan keuangan sebagai penilaian kinerja keuangan bank dilakukan dengan melalui beberapa proses yaitu dimulai dengan me-review data laporan keuangan, menghitung, membandingkan atau mengukur, menginterpretasikan dan memberi solusi dengan tujuan juga dapat mengetahui kondisi kesehatan dari bank tersebut hal ini sejalan dengan keluarnya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank. Menurut Kasmir (2017), salah satu alat untuk mengukur kesahatan suatu bank adalah dengan analisa rasio CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan.
Teknik analisis Capital (permodalan) dimana Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank, Assets (kualitas Aset) dimana penilaian kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank, Management (manajemen) dimana penilaian ini didasarkan terhadap Manajemen Umum dan Manajemen Risiko, Earning (rentabilitas) dimana penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu
bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba, dan Liqudity (likuiditas) yaitu untuk menilai tingkat likuiditas suatu bank, yang disingkat CAMEL (So’imah dkk, 2015)
Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kagetori yaitu:
sangat sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Setelah penelitian dilakukan dapat diketahui tingkat kesehatan bank yang menjadi penentu hasil kinerja keuangan perbankan dengan cara itu dapat menjadi bahan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk meningkatkan kinerja keuangannya.
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan dengan Metode
CAMEL
Hasil Analisis Kinerja Keuangan Perbankan dengan Metode CAMEL
PT. Bank Sulselbar
Laporan Keuangan Perbankan
1. Capital (permodalan) 2. Assets (kualitas aset) 3. Management (manajemen) 4. Earning (Rentabilitas) 5. Liquidity (likuiditas)
Dinyatakan :
1. Sangat Sehat 2. Sehat
3. Cukup Sehat 4. Kurang Sehat 5. Tidak Sehat
Gambar 1: Kerangka Pikir 2.8. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan landasan teori, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
“Diduga bahwa kinerja keuangan PT. Bank Sulselbar tahun 2008-2010 dengan menggunakan metode CAMEL (Capital, Asset, Manajemen,
Earning, Liquidity) berada pada predikat sehat“.
Rekomendasi
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Bank Sulselbar Makassar yang berlokasi di Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 16, Makassar. Waktu yang digunakan adalah kurang lebih 1 bulan yaitu bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2019.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang mendukung tujuan penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung ke lapangan yang berhubungan dengan masalah penelitian.
2. Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka, berupa data-data keuangan perusahaan atau organisasi dalam penelitian ini yaitu Laporan Keuangan Bank Tahun 2014-2018 PT. Bank Sulselbar
Sumber data yang digunakan dalam penelitian menurut Sujarweni (2015) yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari observasi.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua).
Data sekunder dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Bank Tahun 2014-2018 PT. Bank Sulselbar.
3.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu metode dimana data yang dikumpulkan disusun, dikelompokkan, diinterprestasikan, dan dianalisis untuk mengetahui kinerja keuangan dalam Laporan Keuangan Bank Tahun 2014-2018 PT. Bank Sulselbar. Dalam menganalisis kinerja keuangan PT Bank Sulselbar yaitu dengan menggunakan Metode Capital, Assets, Earning, Management dan Liquidiy (CAMEL). Metode CAMEL berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004:
1. Capital (permodalan)
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
Dengan rumus sebagai berikut:
= × 100%
Dimana:
CAR : Capital Edequacy Ratio (Rasio Kecukupan Modal) ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Hasil penilaian terhadap tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek Modal didasarkan pada rentang nilai berikut:
Kriteria Rasio Predikat Rasio Kecukupan Modal Rasio Predikat
Lebih dari 12% Sangat Sehat
9% - 12% Sehat
8% - 9% Cukup Sehat
6% - 8% Kurang Sehat
Kurang dari 6% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) 2. Assets (kualitas Aset)
Asset (aktiva) suatu bank akan dinilai berdasarkan Kualitas Aktiva Produkif (KAP) yang dimiliki bank tersebut, yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
Dengan rumus sebagai berikut:
KAP = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD)
Total Aktiva Produktif × 100%
Dimana:
KAP : Kualitas Aktiva Produkif
Hasil penilaian terhadap tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek kualitas aktiva didasarkan pada rentang nilai berikut:
Kriteria Rasio Predikat Kualitas Aktiva Produkif
Rasio Predikat
Kurang dari 2% Sangat Sehat
2% - 3% Sehat
3,01% - 6% Cukup Sehat 6,01% - 9% Kurang Sehat Lebih dari 9% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) 3. Management (manajemen)
Penilaian ini didasarkan terhadap Manajemen Umum dan Manajemen Risiko dengan menggunakan Kuisioner, tapi pengukuran menggunakan kuisoner sangat sulit untuk dilakukan karena berhubungan erat dengan kerahasiaan suatu bank atau aspek-aspek intern bank yang tidak sembarangan dipublikasikan. Berdasarkan pada
hal tersebut digunakan rasio Net Profit Margin (NPM). Hal ini dikarenakan rasio NPM erat kaitannya dengan aspek-aspek manajemen yang dinilai, baik dalam manajemen umum maupun manajemen risiko, di mana net income dalam aspek manajemen umum mencerminkan pengukuran hasil dari strategi keputusan yang dijalankan dan dalam tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan, pengamanan, dan pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam upaya memperoleh operating income yang optimal. Sedangkan net income dalam manajemen risiko mencerminkan pengukuran terhadap upaya mengeliminir risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko pemilik dari kegiatan operasional bank, untuk memperoleh operating income yang optimal (Sumadi, 2018)
Dengan rumus sebagai berikut:
NPM = ,- . / 0-
12-3 4 5 . / 0- × 100%
Dimana:
NPM : Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Net Income : Pendapatan Bersih
Operating Income : Pendapatan Operasi
Hasil penilaian terhadap tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek manajemen didasarkan pada rentang nilai berikut:
Kriteria Rasio Predikat Margin Laba Bersih
Rasio Predikat
Lebih dari 100% Sangat Sehat
81% -100% Sehat 66% - 80% Cukup Sehat 51% - 65% Kurang Sehat Kurang dari 51% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
4. Earning (rentabilitas)
Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada dua macam, yaitu:
a. Rasio laba terhadap total aset (return on Assets) Dengan rumus sebagai berikut:
ROA = Laba sebelum pajak
Total Aset × 100%
Predikat kesehatan bank dari segi ROA ditunjukkan dalam tabel berikut:
Matriks Kriteria Predikat Komponen ROA
Rasio Predikat
Lebih dari 1,5% Sangat Sehat 1,25% - 1,5% Sehat 0,5% - 1,25% Cukup Sehat
0 - 0,5% Kurang Sehat Kurang dari 0% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
Dengan rumus sebagai berikut:
BOPO = Beban Operasional
Pendapatan operasional × 100%
Predikat kesehatan bank dari segi BOPO ditunjukkan dalam tabel berikut:
Matriks Kriteria Predikat Komponen BOPO
Rasio Predikat
Kurang dari 94% Sangat Sehat
94% - 95% Sehat
96% - 97% Cukup Sehat 97% - 98% Kurang Sehat Lebih dari 98% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) 5. Liqudity (likuiditas)
Penilaian dilakukan untuk menentukan tingkat likuiditas bank yang didasarkan pada rasio Loan to Assets Ratio (LAR), yaitu perbandingan antara Kredit terhadap jumlah harta yang dimiliki bank.
Dengan rumus sebagai berikut:
LAR = Total Kredit yang diberikan
Total Aktiva × 100%
Predikat kesehatan bank dari segi LAR ditunjukkan dalam tabel berikut:
Matriks Kriteria Predikat Komponen LAR
Rasio Predikat
Kurang dari 94% Sangat Sehat
94% - 95% Sehat 96% - 97% Cukup Sehat 97% - 98% Kurang Sehat Lebih dari 98% Tidak Sehat (Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
3.5. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dalam proses pengumpulan dan penganalisian data, maka perlu lebih dijelaskan mengenai definisi operasional sebagai berikut:
1. Bank adalah lembaga keuangan yang bertugas untuk memuaskan kebutuhan masyarakat dalam hal menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Laporan Keuangan adalah hasil dari proses akuntansi atau sebagai produk akhir untuk mengkomunikasikan informasi keuangan oleh manajemen kepada para pemangku kepentingan.
3. Kinerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.
4. Kesehatan Bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya degan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
5. Metode Analisis CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk
mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan dengan unsur-unsur penilaian adalah sebagai berikut:
a. Capital (permodalan)
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)
a. Assets (kualitas Aset) yaitu Penilaian kepada kualitass aktiva yang dimiliki bank.
b. Management (manajemen) yaitu Penilaian ini didasarkan terhadap Manajemen Umum dan Manajemen Risiko dengan menggunakan Kuisioner, tapi pengukuran menggunakan kuisoner sangat sulit untuk dilakukan karena berhubungan erat dengan kerahasiaan suatu bank atau aspek-aspek intern bank yang tidak sembarangan dipublikasikan. Berdasarkan pada hal tersebut digunakan rasio Net Profit Margin (NPM).
c. Earning (rentabilitas) yaitu Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba.
d. Liqudity (likuiditas) Yaitu untuk menilai likuiditas bank.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Sulselbar
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan didirikan di Makassar pada tanggal 13 Januari 1961 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara sesuai dengan Akta Notaris Raden Kadiman di Jakarta No. 95 tanggal 23 Januari 1961. Kemudian berdasarkan Akta Notaris Raden Kadiman No. 67 tanggal 13 Juli 1961 nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara.
Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No. 002 tahun 1964 tanggal 12 Februari 1964, nama Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dengan modal dasar Rp250.000.000. Dengan pemisahan antara Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan Propinsi Tingkat I Sulawesi Tenggara, maka pada akhirnya Bank berganti nama menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan.
Dengan lahirnya Peraturan Daerah No. 01 tahun 1993 dan penetapan modal dasar menjadi Rp25 milyar, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dengan sebutan Bank BPD Sulsel dan berstatus Perusahaan Daerah (PD). Selanjutnya dalam rangka perubahan status dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Peraturan Daerah No.
13 tahun 2003 tentang Perubahan Status Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dari PD menjadi PT dengan Modal Dasar Rp. 650 milyar.
Akta Pendirian PT telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI berdasarkan Surat Keputusan No. C- 31541.HT.01.01 tanggal 29 Desember 2004 tentang Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat Bank Sulsel, dan telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 13 tanggal 15 Februari 2005, Tambahan No. 1655/2005.
Pada tanggal 10 Februari 2011, telah dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) yang dilakukan secara circular resolution dan Keputusan RUPS LB tersebut telah disetujui secara bulat oleh para pemegang saham. Keputusan RUPS LB tersebut telah dibuatkan
aktanya oleh Notaris Rakhmawati Laica Marzuki, SH dengan Akta Pernyataan Tentang Keputusan Para Pemegang Saham sebagai Pengganti Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas PT. Bank Sulsel, Nomor 16 Tanggal 10 Februari 2011. Dimana dalam Akta tersebut para pemegang saham memutuskan untuk merubah nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat PT. Bank Sulsel menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat disingkat PT. Bank Sulselbar.
Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan nomor AHU-11765.AH.01.02.
Tahun 2011 Tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.
Disamping itu, perubahan nama ini juga telah memperoleh Persetujuan Bank Indonesia berdasarkan kepada Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 13/32/KEP. GBI/2011 Tentang Perubahan Penggunaan Izin Usaha Atas nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Disingkat PT.
Bank Sulsel Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Disingkat PT. Bank Sulselbar.
4.1.2. Visi, Misi, Budaya Kerja PT. Bank Sulselbar
Bank Sulselbar merupakan perusahaan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang memiliki visi menjadi bank kebanggaan dan pilihan utama membangun kawasan timur Indonesia. Misi Bank Sulselbar adalah : a. Memberikan pelayanan prima yang berkualitas dan terpercaya b. Mitra strategis PEMDA dalam menggerakkan sector riil
c. Memberikan nilai tambah optimum bagi stakeholder
Selain Visi dan Misi, Bank Sulselbar memiliki budaya kerja yang menjadi tuntunan perilaku insan Bank Sulselbar, terdiri dari :
1. Nilai Budaya Kerja a. Profesional
Selalu meningkatkan kemampuan untuk menjadi ahli dibidangnya agar dapat memahami arah dan tujuan kerja, bertanggung jawab terhadap hasil yang dicapai dan menghasilkan kinerja yang cepat tepat dan akurat.
b. Inovasi
Mengembangkan ide baru untuk menghasilkan sistem, teknologi, produk dan layanan unggulan dan dapat memberikan nilai tambah kepada stakeholder dan siap untuk mengantisipasi perubahan.
c. Kerjasama
Meningkatkan sinergi antar individu, unit kerja dan institusi dengan membagi fungsi dan peran yang sesuai serta tetap memperhatikan hubungan baik antar individu dengan prinsip kesetaraan untuk mencapai sasaran perusahaan.
d. Integritas
Berperan teguh pada etika bisnis perusahaan, jujur, satunya kata dengan perbuatan dan mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi.
e. Layanan Prima
Berpegang teguh pada pada etika bisnis perusahaan, jujur, dan satunya kata dengan perbuatan dan mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi.
2. Nilai Perilaku Utama Insan Bank Sulselbar a. Profesional
1) Memahami tugas dan tanggung jawab secara utuh dan kaitannya dengan sasaran yang lebih besar.
2) Bertindak cermat dengan melakukan check & re-check pada setiap kesempatan.
3) Bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan.
4) Memberikan hasil kerja dengan kualitas terbaik pada setiap kesempatan.
5) Menggunakan waktu kerja dengan efektif dan efisien.
6) Aktif mengembangkan diri dari waktu ke waktu sesuai bidang pekerjaan.
b. Inovasi
1) Berfikir di luar kerangka kelaziman untuk menemukan solusi terbaik.
2) Mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang untuk menghasilkan pengembangan sistem, teknologi, produk dan layanan unggulan.
3) Mengikuti perkembangan jaman dan kemajuan teknologi.
4) Terbuka terhadap ide-ide baru yang membangun.
5) Proaktif dalam mengantisipasi perubahan.
6) Belajar dari keberhasilan dan kegagalan untuk kemajuan perusahaan.
c. Kerjasama
1) Melakukan koordinasi anggota tim sesuai fungsi, peran dan tanggung jawab masing-masing untuk menyelesaikan pekerjaan.
2) Berkomunikasi dengan efektif terhadap anggota tim maupun unit-unit kerja terkait.
3) Selalu siap membantu satu sama lain untuk mencapai kepentingan bersama.
4) Saling menghargai perbedaan pendapat yang ada sebagai peluang untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan tujuan.
5) Menerima dan memberikan kritik dengan baik.
6) Saling menghormati dan mengapresiasi.
d. Integritas 1) Jujur
2) Satunya kata dengan perbuatan
3) Berani menindak atau melaporkan segala bentuk penyimpangan 4) Menjaga rahasia perusahaan
5) Mengemukakan data dan informasi secara akurat dan benar 6) Mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kepentingan
pribadi dan unit kerja e. Layanan Prima
1) Memberikan layanan dengan sepenuh hati
2) Menjiwai pekerjaan dengan berperilaku 5S ( senyum, salam, sapa, sopan, santun ) setiap saat
3) Memberikan nilai tambah kepada nasabah
4) Memberikan solusi layanan yang cepat dan akurat
5) Menjalankan standard layanan dengan konsisten 6) Memahami kebutuhan dan keinginan nasabah
4.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas PT. Bank Sulselbar Setelah diuraikan sejarah singkat berdirinya Bank Sulselbar, maka untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, mutlak diperlukan adanya suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena struktur organisasi menggambarkan fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi perusahaan tersebut serta menjelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab, suatu fungsi dengan fungsi lainnya sehingga sasaran perusahaan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Sebagaimana lazimnya dalam sebuah organisasi, yang di dalamnya terdapat berbagai macam aktivitas yang memerlukan adanya koordinasi yang mantap untuk mencapai tujuan, maka diperlukan adanya pembagian atau pengorganisasian kerja yang baik. Struktur organisasi Bank Sulselbar didasarkan kepada Surat Keputusan Direksi No. 041/KPTS/DIR- BPDSS/1997. Dengan pengalihan operasional kantor pusat ke Bank
Sulselbar cabang utama Makassar, maka ruang lingkup struktur organisasi tersebut lebih diperjelas dengan Surat Keputusan Direksi No.
045/KPTS/DIR-BPDSS/1990 tanggal 18 September 1990 dan kaitannya dengan perubahan kelengkapan lebih lanjut dengan Surat Keputusan Direksi No. 060/KPTS/DIR-BPDSS/1990 tanggal 25 Oktober 1990.
1. Susunan Organisasi
a. Organisasi Bank disusun berdasarkan fungsi, tugas dan kebutuhan Bank dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas di semua bidang.
b. Dalam melakukan fungsi organisasi sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini, maka tata kerja yang merupakan rincian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing unit kerja akan diatur lebih lanjut dalam suatu Surat Keputusan Direksi yang disesuaikan dengan Kebutuhan Bank.
c. Susunan Organisasi Bank yang terdiri dari Kantor Pusat dan Kantor- Kantor cabang di bawahnya (terlampir) adalah sebagai berikut : 1). Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
2). Dewan Pengawas 3). Direksi
4). Divisi Administrasi Keuangan dan Pengolahan Data Elektronik (PDE)
5). Divisi Sekretariat dan Umum 6). Divisi Sumber Daya Manusia 7). Divisi Treasuri
8). Divisi Kredit
9). Divisi Perencanaan, Pengembangan dan Kepatuhan 10). Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
11). Kelompok Jabatan Fungsional
12). Pembina Provinsi 13). Penasehat Ahli
14). Kantor-kantor di bawah Kantor Pusat Bank 15). Pembina Kabupaten/Kota
16). Satuan-satuan Struktural
d. Tugas dan fungsi dari masing-masing Susunan Organisasi dapat dilihat pada pasal 5 sampai dengan pasal 20 dalam Surat Keputusan ini.
e. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas-tugas, divisi/SKAI serta kantor cabang dibantu oleh satuan-satuan struktural dan/atau fungsional yang disesuaikan dengan kebutuhan dan bertanggung jawab kepada masing-masing Pemimpin Divisi/SKAI dan Pemimpin Cabang.
2. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada Organisasi Bank.
b. Untuk merumuskan Kebijakan umum, menjalankan pengawasan, pengendalian dan pembinaan Bank dibentuk Dewan Pengawas yang bertanggung jawab kepada pemegang saham.
c. Direksi Bank mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bank yang bertanggung jawab kepada para pemegang saham melalui Dewan Pengawas.
d. Dewan Pengawas dan Direksi Bank diangkat dan dipilih oleh RUPS.
3. Dewan Pengawas
a. Dewan Pengawas terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang anggota, dimana salah seorang diantaranya ditunjuk sebagai ketua.
b. Dewan Pengawas mempunyai tugas menetapkan Kebijakan Umum Bank dan melakukan Pengawasan, Pengendalian dan Pembinaan terhadap Bank.
4. Direksi
a. Direksi terdiri dari 4 (empat) orang Direktur utama, Direktur Umum, Direktur Pemasaran, dan Direktur Kepatuhan.
b. Direktur Utama mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas-tugas antara anggota Direksi dan melakukan pembinaan serta pengendalian terhadap SKAI/Divisi/Cabang berdasarkan Azas keseimbangan dan keserasian.
c. Direktur lainnya mempunyai tugas melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap Divisi/Cabang.
5. Divisi SKAI
a. Divisi dan SKAI merupakan unsur pembantu utama Direksi yang jumlah, nama serta tugas-tugasnya disesuaikan dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh intern Bank.
b. Kedudukan antara Divisi-divisi dan SKAI adalah sama dan setingkat.
6. Divisi Administrasi Keuangan dan Pengolahan Data Elektronika (PDE)
Divisi Administrasi Keuangan dan Pengolahan Data Elektronika (PDE) mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Administrasi Keuangan dan PDE.
7. Divisi Sekretariat dan Umum
Divisi Sekretariat dan Umum mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Kesekretariatan, Kearsipan, Bidang Hubungan Masyarakat, Hukum, Bidang Logistik, dan Kerumahtanggaan.
8. Divisi Sumber Daya Manusia
Divisi Sumber Daya Manusia mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Sumber Daya Manusia termasuk administrasi personalia serta pengembangan sumber daya manusia.
9. Divisi Treasuri
Divisi Treasuri mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Treasuri dan Pelayanan Jasa Perbankan baik dalam negeri maupun hubungan luar negeri.
10.Divisi Kredit
Divisi Kredit mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi bidang perkreditan termasuk pengendalian dan penyelamatan kredit.