ANALISIS KINERJA USAHA MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD PADA TOKO YUK BELANJA
BUTIK KDI
PROPOSAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Penyelesaiain Studi pada Program Studi Ekonomi Syariah
OLEH : IKA MULYANI
2021050101067
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
KENDARI 2024
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Sultan Qaimuddin No.17 Baruga Kendari Telp.(0401) 3192081 Fax. 3193710 Email : [email protected] – Wabsite : http:/febi.iainkendari.ac.id
“Analisis Kinerja Usaha Menggunakan Metode Balanced Scorecard Pada Toko Yuk Belanja Butik KDI” yang ditulis oleh saudari Ika Mulyani, NIM 2021050101067, Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Kendari, telah dikonsultasikan dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II, untuk selanjutnya siap mengikuti seminar proposal.
Kendari, 22 April 2024 Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Akmal ME Adzil Arsyi Sabana SE, ME
NIP. 197712182009121003 NIP. 198902232019031008
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,...
Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat-Nya, berupa ilmu, Kesehatan, dan kesempatan sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah SAW, sebagai tokoh revolusioner yang telah merubah tatanan kehidupan dari kejailiahan menjadi hikmah dan tentram.
Proposal penelitian ini berjudul “ Analisis Kinerja Usaha Menggunakan Metode Balanced Scorecard Pada Toko Yuk Belanja Butik Kdi “ ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.
Dalam penyusunan proposal ini terdapat berbagai kendala yang dihadapi. Namun segala proses tersebut dapat dijalani dengan bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah memberikan kontribusi, yakni Ayah saya Bapak Muh. Askin dan Ibu saya Ibu Irmayani yang telah membantu baik moral maupun materil dengan iringan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
Dengan segala ketulusan hati peneliti juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor IAIN Kendari Bapak rof. Dr. Husain Insawan M.Ag yang telah memberi dukungan sarana dan fasilitas serta kebijakan yang mendukung penyelesaian studi peneliti.
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kendari Bapak Dr.
Muhammad Hadi, M. HI yang telah memberikan izin untuk melaksanakan ujian proposal.
3. Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kendari Bapak Adzil Arsyi Sabana SE, ME yang senantiasa memberikan motivasi, nasehat serta saran kepada penulis.
4. Dr.Akmal ME, selaku pembimbing pertama yang senantiasa memberikan masukan, saran dan bimbingan serta motivasi kepada penulis.
5. Adzil Arsyi Sabana SE, ME selaku pembimbing kedua yang senantiasa pula memberikan masukan, saran, bimbingan serta motivasi kepada peneliti.
6. Kepada seluruh dosen dan tenaga kerja kependidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kendari yang ramah dan cekatan dalam melayani setiap keluhan penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.
7. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Angkatan 2021 dan terkhusus sahabat-sahabat saya yang selalu memotivasi saya dan meluangkan waktunya untuk membantu saya terimakasih atas kebaikan kalian.
8. Serta semua pihak yang telah memberikan banyak bantuan dan arahan yang namanya tidak dapat tertulis satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan partisipasi aktif dari semua pihak berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaannya.
Semoga Allah SWT memberikan Rahmat, rezeki dan inayah-Nya kepada orang- orang yang berjasa kepada penulis yang telah mendo’akan dan membantu penulis.
Semoga diberikan balasan yang berlipat ganda dan mendapat balasan yang lebih baik di sisi Allah’ Azza wa jalla. Aamiin.
Kendari, 2 April 2024 Penulis
Ika Mulyani 2021050101067
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR TABEL...ix
BAB I...1
PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Batasan Masalah... 5
1.3 Rumusan Masalah...6
1.4 Tujuan Penelitian...6
1.5 Manfaat Penelitian...7
1.6 Indikator Penelitian...8
1.7 Definisi Operasional... 8
1.8 Sistematika Pembahasan...9
BAB II...11
TINJAUAN PUSTAKA... 11
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan...11
2.2 Landasan Teori...14
2.2.1 Kinerja Usaha...14
2.2.2 Balanced Scorecard... 20
2.3 Hubungan antar Variabel...37
2.4 Kerangka Pikir...41
2.5 Kerangka Konsep...43
2.6 Hipotesis Penelitian...43
BAB III... 45
METODOLOGI PENELITIAN...45
3.1 Jenis Penelitian...45
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...46
3.3 Populasi dan Sampel... 46
3.4 Jenis dan Sumber Data...47
3.5 Teknik Pengumpulan Data...47
3.6 Instrumen Penelitian... 49
3.7 Teknik Analisis Data...50
3.7.1 Uji Instrumen Data... 50
3.7.2 Uji Asumsi Klasik...54
3.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda...55
3.7.4 Uji Hipotesis...56
DAFTAR PUSTAKA...58
LAMPIRAN...63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Kecamatan...2
Gambar 2. 1 Kerangka Balanced Scorecard 22
Gambar 2. 2 Hubungan Sebab Akibat...23 Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir...42
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Indikator Penelitian...8
Tabel 1. 2 Definisi Operasional...8
Tabel 3. 1 Presentase Jawaban Responden...49
Tabel 3. 2 Skala Likert... 50
Tabel 3. 3 Indeks Kepuasan Pelanggan...51
Tabel 3. 4 Tingkat Reabilitas...53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di abad ke-21 ini, sektor industri dan kegiatan usaha di semua bidang berkembang dengan pesat yang membuat persaingan menjadi sangat ketat. Hal ini menyebabkan setiap pelaku usaha dituntut agar lebih meningkatkan kinerjanya dalam memenangkan persaingan. Di Indonesia, pelaku usaha banyak didominasi oleh UMKM. Menurut data Kementrian Koperasi, jumlah pelaku UMKM pada tahun 2018 sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha yang ada di Indonesia.Oleh karena itu, setiap pelaku UMKM harus berfokus untuk peningkatan kinerja dalam lingkungan usahanya sehingga dapat menghasilkan produk/jasa yang lebih unggul dibandingkan dengan pesaing.(Abimanyu et al.
2020)
Pelaku-pelaku usaha saat ini harus membuat perubahan dalam berbagai hal lainnya seperti produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia (SDM) serta cara penanganan suatu transaksi dalam kegiatan usahanya dengan para pelanggan (Witanti and Hadiana 2018). Pemahaman akan pengukuran kinerja pada suatu organisasi maupun kegiatan usaha adalah hal yang penting bagi manajemen maupun pengelola. Pengukuran kinerja digunakan untuk memahami sejauh apa kegiatan usaha/bisnis telah berkembang serta untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja usaha di masa lalu untuk pengambilan keputusan di masa depan (Galib & Hidayat, 2018).
Salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki persaingan ketat yaitu usaha fashion seperti butik, toko pakaian dan sebagainya.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya toko pakaian murah yang tumbuh berkembang tidak hanya di daerah perkotaan namun juga di daerah pinggiran bahkan di desa-desa. Jumlah Toko (Store) yang menjual keperluan fashion di
wilayah Sulawesi Tenggara terutama di Kota Kendari mencapai 2.727 store sebagaimana dapat di lihat pada gambar 1.1.
Sehingga untuk bisa memenangkan persaingan tersebut, setiap pengelola toko perlu memberikan pelayanan yang tepat, berkualitas, harga yang kompetitif, kemudahan dan kenyamanan dalam pembelian sehingga dapat menarik banyak minat pelanggan (Kanya and Adilla 2022). Hal ini yang pada akhirnya akan membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditentutakan oleh pemilik yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Banyaknya toko pakaian, butik atau usaha sejenis lainnya membuat setiap usaha di bidang fashion yang ingin sukses harus menerapkan sistem manajemen yang profesional dan selalu berkembang mengikuti jaman (Susilowati 2021).
Pada dasarnya, aspek non keuangan mempunyai peran penting untuk mencapai tujuan keuangan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu metode yang mampu mengukur kinerja aspek non keuangan pada usaha di bidang fashion sehingga menjadi bahan evaluasi atau perbaikan di masa yang akan datang.
Mandonga Puuwatu
Wua-wua Abeli
Nambo Kendari Barat 0
1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
Toko/
Store Kios Warung Makan
Gambar 1. 1 Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Kecamatan di Kota Kendari, 2021
Pasar/Market
0% Toko/Store 15%
Kios36%
Warung makan 49%
Kota Kendari
Gambar 1. 2 Jumlah Sarana Perdagangan Menurut Jenisnya di Kota Kendari 2021
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Kendari 2023 (data diolah)
Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kinerja sebuah usaha/bisnis adalah metode Balanced Scorecard (BSC). Balanced Scorecard ialah sebuah sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang mampu memberikan pemahaman mengenai kinerja bisnis. Metode Balanced Scorecard ini mengukur kinerja dari empat sudut pandang perspektif, yaitu 1) perspektif keuangan, 2) pelanggan, 3) proses bisnis internal, serta 4) proses pembelajaran dan pertumbuhan (Rosidah 2018).
Balanced Scorecard telah menjadi alat manajemen kontemporer yang dapat menerjemahkan visi, misi, tujuan, dan strategi bisnis ke dalam suatu tindakan nyata di lapangan. Pengukuran kinerja adalah bagian terpenting dalam mengevaluasi kinerja dan perencanaan senuah tujuan yang akan dicapai. Metode Balanced Scorecard dipercaya sebagai salah satu metode yang mampu mengukur kinerja sebuah unit usaha secara komprehensif (Sadikin, Sujana, and Hadiani 2020).Oleh sebab itu, penelitian ini berupaya untuk mendapatkan gambaran tentang pengukuran kinerja Toko pakaian ataupun butik dengan menggunakan metode Balanced Scorecard.
Berbagai penelitian yang berkenaan dengan penggunaan metode balanced scorecard telah banyak dilakukan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa berdasarkan pengukuran kinerja usaha menggunakan metode balanced scorecard yang di tinjau dari peningkatan perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif proses peembelajaran dan pertumbuhan mengalami peningkatan yang baik. Penelitian yang dilakukan Sukma Nugraha, Abdurrozzaq Hasibuan, dan Bonar Harahap (2023) serta penelitian yang dilakukan oleh Mega Puspita Sary (2022) menunjukkan bahwa pengukuran kinerja menggunakan metode balanced scorecard perusahaan mengalami peningkatan baik dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan dan dari segi inovasi. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan Rita Andini, Sri Praptono, dan Dwi Retna Sulistyawati (2022) pada UMKM Di Kota Semarang menunjukkan bahwa semakin besar tingkat implementasi BSC suatu usaha, maka akan semakin tinggi kinerja usaha yang dicapai dengan diukur melalui tingkat penjualan dan tingkat pertumbuhan karyawan.
Penelitian tersebut memberikan dampak positif kepada penggunaan metode Balanced Scorecard dalam dunia usaha. Bagaimana jika metode tersebut diterapkan pada wilayah yang berbeda seperti halnya usaha yang ada di Kota Kendari. Belum ditemukan sebuah penelitian yang secara spesifik menggunakan metode Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja usaha pada dunia usaha UMKM di Kota Kendari. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja UMKM di wilayar Kota Kendari dengan menggunakan metode balanced scorecard.
Pemilihan lokasi penelitian pada toko dilandasi oleh beberapa argument yaitu 1) Toko Yuk Belanja KDI adalah salah satu toko fashion yang viral di Kota Kendari, , 2) Toko Yuk Belanja KDI telah menerapkan metode pembayaran online, 3) Toko tersebut menyediakan pelayanan dan fasilitas yang memadai serta akses toko yang mudah di jangkau pembeli, 4) berdsarkan hasil
observasi awal, manajemen pengelolaan toko tersebut belum menerapkan standar apapun dalam pengambilan keputusan untuk mengukur kinerja usaha.
Toko Yuk Belanja KDI berlokasi di Lorong Gembol, Lalolara, Kec.
Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2020, Provinsi Sulawesi Tenggara adalah provinsi ke 28 terpadat di Indonesia, dan Kota Kendari sendiri adalah kota dengan jumlah penduduk terbanyak di antara 17 Kabupaten atau Kota yang ada di Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan hasil observasi ke lokasi, Toko Yuk Belanja KDI termasuk toko fashion yang menyediakan beragam keperluan fashion yang sesuai dengan trand yang sedang popular, tempat berbelanja yang nyaman dan aman, pelayanan yang baik, serta telah mendukung pembayaran online.Akan tetapi, dari hasil wawancara peneliti dengan pengelolanya, selama beroperasi, toko tersebut belum menerapkan standar pengukuran kinerja sebagai pengambilan keputusannya. Pengukuran kinerja yang dilakukan hanya sebatas pada perhitangan pendapatan yang diperoleh.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti pengukuran kinerja usaha toko-toko tersebut dengan menggunakan metode balanced scorecard dan kemudian menuangkannya dalam bentuk proposal dengan judul “ Analisis Kinerja Usaha Menggunakan Metode Balanced Scorecard (Studi Kasus Toko Yuk Belanja KDI dan Z-Store Kendari)“
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah hanya berfokus pada penerapan metode Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja usaha pada Toko Yuk Belanja KDI.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran penerapan Balance Scorecard dan kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI
2. Apakah Balanced Scorecard yang di nilai dari perspektif keuangan berpengaruh pada kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI
3. Apakah Balanced Scorecard yang di nilai dari perspektif pelanggan berpengaruh pada kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI.
4. Apakah Balanced Scorecard yang di nilai dari perspektif Bisnis Internal berpengaruh pada kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI.
5. Apakah Balanced Scorecard yang di nilai dari perspektif Pertumbuhan dan Perkembangan berpengaruh pada kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh gambaran terkait penerapan Balance Scorecard dan kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI.
2. Untuk mengetahui apakah Balanced Scorecard yang diproksi oleh perspektif keuangan berpengaruh terhadap kinerjausaha Toko Yuk Belanja KDI.
3. Untuk mengetahui apakah Balanced Scorecard yang diproksi oleh perspektif Pelanggan berpengaruh terhadap kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI.
4. Untuk mengetahui apakah Balanced Scorecard yang diproksi oleh perspektif Bisnis Internal berpengaruh terhadap kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI.
5. Untuk mengetahui apakah Balanced Scorecard yang diproksi oleh perspektif Pertumbuhan dan Perkembangan berpengaruh pada kinerja usaha Toko Yuk Belanja KDI.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dan bisa dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk berbagai pihak, yaitu :
a. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kendari
Hasil dari penelitian ini semoga dapat berguna sebagai bahan referensi kepustakaan IAIN Kendari khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan dapat menjadi acuan bagi penelitan selanjutnya.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan serta menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan.
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam khususnya dalam hal mengalisis kinerja usaha dan Balanced Scorecard.
1.6 Indikator Penelitian
Tabel 1. 1 Indikator Penelitian
No Variabel Indikator Skala
1. Perspektif Keuangan
a. Pertumbuhan Pendapatan b. Pertumbuhan Laba c. Net Profit Margin
Rasio
2. Perspektif Pelanggan
Kepuasan Pelanggan Ordnial
3. Perspektif Bisnis Internal
a. Inovasi
b. Layanan Purna Jual
Rasio
4. Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
a. Retensi Karyawan
b. Tingkat Pelatihan Karyawan c. Produktifitas Karyawan
Rasio
5. Kinerja Usaha Standar Persentase Kinerja
Pencapaian periode n - pencapaian periode n-1
Pencapaian periode n-1 x100 %
Rasio
1.7 Definisi Operasional
Tabel 1. 2 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Perspektif Keuangan (X1)
Perspektif keuangan adalah ukuran kinerja keuangan yang memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan.(Rudianto
2017) Perspektif
Pelanggan (X2)
Perspektif pelanggan adalah sumber komponen pendapatan dari tujuan keuangan. Perseptif ini mendefinisikan dan memilih pelanggan dan segmen pasar di mana perusahaan memutuskan bersaing (Hansen and Mowen 2019).
Perspektif Proses Bisnis Intetnal (X3)
Perspektif proses bisnis internal adalah proses yang diimplementasikan untuk menghasilkan nilai yang dapat menarik dan mempertahankan pelanggan (Mawuntu and Aotama 2022).
Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran (X4)
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran adalah ukuran dari kinerja manajer yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, pengembangan sistem informasi, dan pengembangan dari lingkungan kerja yang dilakukan untuk melaksanakan proses bisnis internal dalam rangka pelayanan kepada pelanggan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan (Pristiwati 2022).
Kinerja Usaha (Y) kinerja usaha adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi olhe kegiatan operasional
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki (Kadir, Abdullah, and Kadir 2019).
1.8 Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran penelitian yang jelas dan sistematis sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang penelitian yang relevan, landasan teori yang digunakan sebagai dasar analisis penelitian, kerangka berfikir dan hipotesis.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini memuat jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini memuat uraian tentang hasil yang diperoleh dalam penelitian gambaran umum, deskripsi objek, karakteristik responden, analisis data, pembahasan atas hasil pengelolaan data.
BAB V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah dikaji dalam bab-bab sebelumnya dan berisi saran agar penerapan kajian kedepan lebih efektif dari sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yang dapat diambil dan dijadikan sebagai literatur. Adapun uraian penelitian- penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sukma Nugraha, Abdurrozzaq Hasibuan, dan Bonar Harahap (2023), dengan judul “Analisis Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced Scorecard Di PT. Medan Juta Rasa”. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kinerja perusahaan PT. Medan Juta Rasa pada tahun 2019 sampai dengan 2021 mengalami peningkatan baik dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan dan dari segi inovasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa PT. Medan Juta Rasa juga mampu memberikan kepuasan bagi karyawan mereka. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah sama-sama membahas tentang analisis kinerja dengan metode Balance Scorecard. Perbedaannya adalah terletak pada objek penelitiannya yaitu PT. Medan Juta Rasa.
2. Rita Andini, Sri Praptono, dan Dwi Retna Sulistyawati (2022), dengan judul “ Pengaruh Penerapan Balance Scorecard Pada Kinerja UMKM Di Kota Semarang”. Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh pada kesiapan pengimplementasian Balance Scorecard (BSC), khususbnya ukuran perusahaan yang dilihat dari jumlah karyawan dan omset tahunan yang diperoleh. Penelitian ini juga membuktikan bahwa semakin besar tingkat implementasi BSC suatu usaha, maka akan semakin tinggi kinerja usaha yang dicapai dengan diukur melalui tingkat penjualan dan
tingkat pertumbuhan karyawan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama membahas mengenai kinerja usaha dan metode Balance Scorecard. Perbedaanya adalah penulis hanya membahas tentang penerapan metode Balance Scorecard untuk mengukur kinerja usaha sedangkan pada penelitian ini juga membahas mengenai pengaruh dari penerapan metode Balance Scorecard bagi sebuah perusahaan.
3. Idria Maita, dan Liffia Julian Fahrani (2020) dengan judul “Analisis Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced Scorecard”. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode Balanced Scorecard kinerja perusahaan Kanwil II PT. Pegadaian Pekanbaru Persero pada tahun 20117-2018 bisa dikatakan cukup baik. Hasil pengukuran perspektif keuangan, perspektif pelanggan,perspektif bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran mmendapatkan presentase hasil yang baik, meskipun ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama menganalisis kinerja perusahaan/usaha menggunakan metode Balanced Scorecard. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian yakni perusahaan anwil II PT. Pegadaian Pekanbaru Persero.
4. Mega Puspita Sary (2022) dengan judul “Analisis Kinerja Dengan Menggunakan Metode Balance Scorecard”. Penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada PT Babatan Kusuma Jaya dalam menilai kinerja dengan metode balance scorecard dari tahun 2018 sampai dengan 2020 di peroleh hasil yang cukup baik atas kinerja perusahaan.
Perspektif keuangan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari perspektif pelanggan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di lihat dari perspektif proses bisnis internal berdasarkan observasi pada proses inovasi hingga layanan purna jual juga dianggap mampu memberikan kepuasan kepuasan terhadap pembeli. Dan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berdasarkan indicator produktivitas karyawan, kepuasan karyawan, dan retensi karyawan juga memperoleh hasil yang baik. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada penggunaan metode balanced scorecard untuk mengukur kinerja perusahaan.
Sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian yakni PT Babatan Kusuma Jaya.
5. Octoberry Julyanto, Ayu Puspa Wirani, dan Mira Nurhikmat (2022), dengan judul “Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Pendekatan Balanced Scorecard”. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada PT. Samudera Marine Indonesia menggunkan metode Balanced Scorecard menunjukkan pada perspektif keuangan melalui analisis rasio menunjukkan hasil yang baik yaitu 34%, selanjutnya pada perspektif pelanggan melalui analisis tingkat kepuasan pelanggan memperoleh presentase sebesar 32%, pada perspektif proses bisnis internal melalui analisis process time mendapat 33%, dan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan melalui analisis revenue per employee memperoleh hasil 25%.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama membahas mengenai analisis kinerja perusahaan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Sedangkan perbedaanya terletak pada objek penelitian yaitu PT. Samudera Marine Indonesia.
6. Maryati, Lim Wasliman, Deti Rostini, dan Yosal Iriantara (2021) dengan judul “Implementasi Balanced Scorecard Dalam Meningkatkan Kinerja Lembaga Pendidikan”. Penelitian yang dilakukan di Yayasan Darul Hikam dan Yayasan BPI Kota Bandung menunjukkan bahwa hasil penerapan Balanced Scorecard bagi yayasan dan sekolah di masing-masing lembaga pendidikan beranggapan bahwa menggunakan Balanced Scorecard sebagai metode yang dapat memberikan hasil yang positif bagi lembaga pendidikannya dalam rangka untuk meningkatkan kinerja. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama menggunakan metode balanced scorecard untuk meningkatkan kinerja.
Sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian yakni pada penelitian
ini meneliti pada lembaga pendidikan sedangkan penulis meneliti sebuah usaha.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Kinerja Usaha
a. Definisi Kinerja
Menurut Fauzi dalam (Nikmah and Dewi 2021), Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagaian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitasmanajemen dan semacamnya.
Arti istilah kinerja atau “performance” dalam bahasa Inggris adalah hasil kerja yang sah yang dapat dilakukan oleh individu atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, guna mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan.Tidak melanggar hukum dan harus mematuhi moral dan etika.
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yaitu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan atau menyelesaikan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan (Retnawan, Kindangen, and Sepang 2016).
Kinerja adalah hasil dari suatu pekerjaan yang memiliki hubungan dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen serta dapat memberikan kontribusi ekonomi (Utama and Breliastiti 2017).
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan (Nugroho 2017).
Menurut Moerdiyanto dalam (Faradiba 2021) mengungkapkan bahwa kinerja perusahaan ialah hasil dari serangkaian proses bisnis dengan mengorbankan berbagai macam sumber daya manusia maupun keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari bagaimana gencarnya kegiatan perusahaan dalam rangka untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
b. Definisi Penegukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban yang dibandingkan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan.
Menurut Widjaja dalam (Suhaya 2019) melalui pengukuran kinerja dapat diketahui seberapa efektif penerapan strategi yang telah dilakukan organisasi tersebut dapat menilai keberhasilan manajemen organisasi dalam melakukan aktivitas, serta dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem/reward system dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Sedangkan menurut Supriyono Pengukuran kinerja adalah proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi pemborosan-pemborosan, dan menyajikan informasi tepat waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan (Faradiba 2021).
Menurut Whittaker (1983), “pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas serta untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran”(Galib and Hidayat 2018).
Selain itu menurut Moehirono dalam (Galib and Hidayat 2018) pengukuran kinerja (Performance measurement) ialah proses penilaian mengenai penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam mengelola sumber daya manusia untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa, termasuk efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Carton dan Hofer (2006) dalam (Indriani 2020) jenis yang paling umum dalam pengukuran kinerja organisasi yang sering digunakan dalam penelitian empiris adalah :
1. Kinerja Keuangan dan Akuntansi 2. Kinerja Operational.
3. Kinerja Berbasis Pasar.
Menurut Mulyadi, (2001:420) dalam (Masyarakat 2017) penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama yaitu tahap persiapan dan tahap penilaian.
a. Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci yaitu:
1) Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab.
2) Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.
3) Pengukuran kinerja sesungguhnya.
b. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci yaitu:
1) Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya
2) Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.
3) Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untukmencegah perilaku yang tidak diinginkan.
c. Kriteria dalam Mengukur Kinerja
Setiap indikator kinerja harus diukur berdasarkan standar tertentu Menurut Fitriani dalam (Ramadhan 2022) untuk mengukur kinerja, terdapat beberapa kriteria atau ukuran waktu tertentu sebagai berikut:
a. Kuantitatif (seberapa banyak). Ukuran ini merupakan ukuran yang paling mudah untuk disusun dan diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung seberapa banyak unit keluaran kinerja harus dicapai dalam ukuran waktu tertentu.
b. Kualitatif. Artinya menggambarkan seberapa baik seberapa lengkap hasil harus dicapai. Kriteria ini mengemukakan akurasi, presisi, penampilan, kemanfaatan dan efektivitas.
c. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk. Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi suatu produk, membuat sesuatu atau melayani sesuatu. Kriteria ini menjawab pertanyaan seperti, seberapa cepat, atau pun kapan periode terjadinya.
d. Efektivitas penggunaan sumber organisasi. Efektivitas penggunaan sumber tertentu, seperti uang dan bahan baku.
e. Cara melakukan pekerjaan, digunakan sebagai standar kinerja jika kontak personal, sikap personal, atau perilaku karyawan merupakan faktor penentu keberhasilan melaksanakan pekerjaan.
f. Efek atas suatu upaya. Pengukuran yang diekspresikan akibat akhir yang diharapkan akan diperolehkan dengan berkerja.
g. Metode pelaksanaan tugas. Standar yang digunakan jika undang- undang, kebijakan, prosedur standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas atau jika cara pengecualian ditentukan tidak dapat diterima.
h. Standar sejarah. Yaitu standar yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu dengan standar sekarang. Standar masa sekarang dinyatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada standar masa lalu.
i. Standar nol atau absolut. Yaitu standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu. Standar ini dipakai jika tidak ada alternatif lain.
d. Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan manajemen pencapaian kinerja.
Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik (feed back) sehingga upaya perbaikan secara terus-menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang.
Menurut Vincent Gaspersz, dalam (Faradiba 2021) “ Tujuan pengukuran kinerja ialah untuk menghasilkan data, kemudian data tersebut dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut”
Selain itu, menurut Mardiasmo (2009) tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up)
2. Untuk mngukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehinngga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strateginya.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta motivasi untuk mencapai good governance 4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif yang rasional
5. Dapat menjadi umpan balik untuk upaya perbaikan dan pencapaian tujuan di masa mendatang.
Sedangkan menurut Rudianto (2013) dalam (Ramadhan 2022) tujuan pengukuran kinerja yaitu:
1. Menentukan strategi Hal yang paling penting dalam penentuan strategi adalah tujuan dan target organisasi dinyatakan secara eksplisit dan
jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi dan kemudian dikembangkan ke level fungsional dibawahnya.
2. Menentukan pengukuran strategi Pengukuran strategi dilakukan untuk mengartikulasi strategi ke seluruh anggota organisasi. Organisasi tersebut harus fokus pada beberapa pengukuran yang kritis saja, sehingga manajemen tidak terlalu banyak melakukan pengukuran kinerja yang tidak perlu.
3. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen Suatu pengukuran harus merupakan bagian dari organisasi baik secara formal maupun informal, yang juga merupakan bagian dari budaya dan sumber daya manusia (SDM) dari organisasinya.
4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu.
e. Manfaat Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja sanga penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik.Pengukuran kinerja yang handal merupakan salah satu faktor kunci suksesnya organisasi. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja dapat memotivasi manajer dan karyawan untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan.
Menurut Supriyono (2019) dalam (Faradiba 2021) Jika didesain dan diimplementasikan dengan baik, pengukuran kinerja dapat memberikan manfaat penting pada perusahaan sebagai berikut:
1) Menelusuri kinerja dibandingkan dengan harapan-harapan para konsumen sehingga perusahaan dekat dengan para konsumennya dan mendorong semua orang dalam perusahaan terlibat dalam usaha memuaskan para konsumennya.
2) Menjamin keterkaitan antara rangkaian para konsumen internal dan para pemasok internal. Keterkaitan ini dapat mengurangi persaingan
lintas fungsional dalam perusahaan dan dapat meningkatkan kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi.
3) Mengidentifikasikan pemborosan dalam berbagai bentuk (misalnya keterlambatan, kerusakan, kesalahan, dan terlalu berlebihan) dan mengarah pada pengurangan atau pengeliminasian pemborosan.
4) Membuat tujuan strategis lebih kongkrit sehingga dapat meningkatkan pemahaman terhadap organisasi.
5) Membangun konsensus untuk mengubah perilaku yang mendukung pencapaian keselarasan tujuan.
Sedangkan menurut Lynch dkk (1993:67) dalam (Nikmah and Dewi 2021) manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut:
a) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawaperusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orangdalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepadapelanggan,
b) Memotivasai pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian danmata-ranti pelanggan dan pemasok internal,
c) Mengidentifikasi berbagai pemborosa sekaligus mendorong upaya- upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut,
d) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi, e) Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan
memberi“reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut.
2.2.2 Balanced Scorecard
a. Definisi Balanced Scorecard
Balanced Scorecard menurut etimologi terdiri dari dua kata yaitu
"kartu skor (scorecard) dan berimbang (balanced)." Kartu skor adalah
kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personil di masa depan.
Konsep Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton pada awal tahun 1990. Balanced Scorecard merupakan alat pengukuran kinerja yang mengintegrasikan good corporate dengan good performance management information. Konsep Balanced Scorecard adalah menerjemahkan strategi organisasi ke dalam aktivitas-aktivitas yang terencana yang dapat diukur secara kontinu. Balanced Scorecard diciptakan untuk mengatasi kelemahan sistem pengukuran kinerja yang sebelumnya yang hanya berfokus pada aspek keuangan saja. Dalam Balanced Scorecard aspek-aspek yang diukur lebih komprehensif, koheren, terukur, dan seimbang. Balanced Scorecard lebih konprehensif dan seimbang karena meliputi aspek keuangan maupun aspek non keuangan (Onik Anggita Febriana, 2018).
Menurut Kaplan dan Norton dalam (Nugroho 2017) mengatakan bahwa definisi Balanced Scorecard adalah suatu kerangka kerja baru untuk mengintergrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Balanced Scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh para partisipan perusahaan yang memiliki kemampuan motivasi tinggi. Sementara tetap memperhatikan kinerja jangka pendek, yaitu melalui perspektif finansial, Balanced Scorecard dengan jelas mengungkapkan berbagai hal yang menjadi pendorong tercapainya kinerjanya dan kompetitif jangka panjang yang superior.
Balanced scorecard berisi serangkaian tujuan dan ukuran yang saling berkaitan, konsisten, dan saling mendukung yang diturunkan dari visi dan strategi dalam empat perspektif. Perspektif tersebut adalah perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan and Norton 1996)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard adalah usaha untuk mempertahankan ukuran finansial sebagai ringkasan penting manajemen bisnis hanya ditambah dengan seperangkat ukuran yang lebih luas dan dapat mendukung visi dan strategi dalam empat perspektif.
Gambar 2. 1 Kerangka Balanced Scorecard
Sumber : (Kaplan and Norton 1996) b. Konsep Balanced Scorecard
Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya. Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran eksekutif, yang fokus perhatiannya lebih dicurakan pada kinerja keuangan dan kecenderungan mengabaikan nonkeuangan. Selanjutnya balanced scorecard mengalami perkembangan dalam implementasinya, menyeimbangkan usaha dan
Finansial Untuk berhasil secara finansial, apa yang harus diperlihatkan
kepada masyarakat?
Visi dan Strategi Proses Bisnis Internal Untuk menyenangkan pelanggan, apa yang harus dikuasai
dengan baik?
Pelanggan
Untuk mewujudkan visi, apa yang harus diperlihatkan kepada para pelanggan?
Pertumbuhan dan Pembelajaran Untuk mewujudkan visi, bagaimana memelihara kemampuan untuk berubah dan
meningkatkan diri?
perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan non-keuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang.
Konsep balanced scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S.Kaplan dan David P. Norton. Konsep balanced scorecard ini dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finansial/tradisional juga sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era competitiveness dan efektifitas organisasi. Balanced scorecard digunakan sebagai alat pengendalian, analisa dan merevisi strategi organisasi.(Kaplan 2000)
Keuangan ROI
Pelanggan Loyalitas Pelanggan
Tepat Waktu
Proses Bisnis Internal Proses Mutu Proses Waktu
Pembelajaran dan Pertumbuhan Keahlian Pekerja Gambar 2. 2 Hubungan Sebab Akibat
Sumber : (Kaplan and Norton 1996)
Menurut Mulyadi dalam (Nikmah and Dewi 2021) konsep balanaced scorecard adalah salah satu konsep pengukuran kinerja yang sebenarnya
memberikan kererangka komprehensif untuk menjabarkan visi ke dalam sasaran-sasaran strategi. Sasaran- sasaran strategi yang komprehensif dapat dirumuskan karena balanced scorecard menggunakan empat perspektif yang satu sama lain saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Rencana strategi yang komprehensif dan koheren menyediakan kemudahan dan kejelasan untuk penyusunan program. Dengan rerangka balanced scorecard, perencanaan strategi menghasilkan berbagai strategi initiatives yang jelas menunjukkan sasaran (strategic objectives) yang hendak dituju masa depan, ukuran pencapaian sasaran dan informasi tentang pemacu kinerja (performance driver), target yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu di masa depan.
c. Perspektif Balanced Scorecard
Menurut Suprayitno dalam (Utama and Breliastiti 2017) Balanced Scorecard menyarankan bahwa kita melihat suatu kinerja organisasi dari empat perspektif berikut:
1. Learning and Growth
Kategori-kategori yang terdapat dalam perspektif ini teridiri atas kemampuan karyawan; kemampuan sistem informasi; dan motivasi, pemberdayaan, serta kesesuaian dengan standard kinerja. Ukuran intinya adalah produktivitas karyawan, yang diukur dari: jumlah output tiap karyawan, tingkat kepuasan karyawan, tinggi rendahnya pengakuan terhadap prestasi karyawan,tingkat keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan, kemudahan akses karyawan terhadap informasi yang menunjang pekerjaannya, dan tingkat retensi atau penolakan karyawan,yang diukur dari jumlah perputaran (turn over) staf atau karyawan potensial
2. Internal-Business-Process
Dalam perspektif internal-business-process, manajer mengenali proses-proses kritis pada yang mana mereka harus unggul jika mereka
akan mencapai tujuan-tujuan dari shareholder dan segmen pelanggan yang menjadi target. Sistem pengukuran performa konvensional berfokus hanya pada monitoring dan peningkatan biaya, mutu, dan waktu yang didasarkan pada proses bisnis yang ada. Secara jelas, pendekatan dari Balanced Scorecard memungkinkan permintaan untuk performans proses internal untuk menurunkan harapan-harapan khusus dari pihak eksternal perusahaan.
3. Customer Perspective.
Perspektif Pelanggan ini menggambarkan tampilan perusahaan di mata pelanggan. Hal ini merupakan konsekuensi dari tingkat per- saingan usaha yang makin ketat,sehingga perusahaan dituntut memahami kebutuhan pelang- gannya (customer driven company) Ukuran utama dari perspektif pelanggan adalah market share, customer acquisition, customer retention, customer satisfaction, dan customer profitability. Kelima buah ukuran ini tidaklah terpisah- pisah, melainkan saling berhubungan.
4. Financial Perspective.
Tujuan finansial menyajikan suatu fokus untuk tujuan dan ukuran dalam seluruh perspektif Balanced Scorecard. Setiap ukuran dipilih harus menjadi bagian dari suatu hubungan sebab-akibat yang memuncak dalam peningkatan performans keuangan. Balanced Scorecard harus menguraikan tentang strategi, dimulai dengan tujuan finansial jangka panjang, dan kemudian keterkaitannya terhadap bagian-bagian tindakan yang harus diambil dengan proses finansial, pelanggan, internal proses, dan terakhir karyawan dan sistem untuk mengantarkan performans ekonomis jangka panjang yang diharapkan.
Walaupun bergantung pada daur hidup industrinya, tujuan strategi perspektif keuangan pada umum- nya terkait pada upaya: peningkatan pendapatan, pengurangan biaya atau peningkatan produktivitas, dan utilisasi aset perusahaan.
Balanced Scorecard menurut Kaplan and Norton (1996) menunjukkan adanya pengukuran kinerja yang menggabungkan antara pengukuran keuangan dan non keuangan, secara umum terdiri dari empat perspektif, yaitu :
1) Perspektif Keuangan
Dalam balanced scorecard, perspektif keuangan tetap menjadi perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil (Setyowati 2019).
Perspektif keuangan erat kaitannya dengan pemasukan dan pengeluaran perusahaan/bisnis. Ukuran dalam perspektif keuangan harus memainkan peranan ganda, yaitu menentukan kinerja keuangan yang diharapkan dari strategi organisasi dan menjadi sasaran akhir dari tujuan dan ukuran perspektif lainnya. Tujuan ini memberikan penegasan bahwa perusahaan harus mampu menghasilkan laba, sehingga kontribusi penerapan strategi bisa dilihat pengaruhnya terhadap laba perusahaan (Ramadhan 2022).
Setiap ukuran yang dipilih harus menjadi bagian dari suatu hubungan sebab akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penentuan tolak ukur keuangan diawali dengan penentuan posisi strategis perusahaan pada daur bisnis yang terbagi dalam tiga (3) tahapan, yaitu:
a. Tahap Awal Pertumbuhan (Early Stage Company)
Pada tahapan awal dari siklus kehidupan bisnis ini, perusahaan membangun dan mengembangkan fasilitas produksi, membangun kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung terciptanya hubungan secara
luas, membina dan memelihara serta mengembangkan hubungan yang erat dengan pelanggan. Tujuan keuangan pada tahap ini adalah tingkat pertumbuhan pendapatan dan tingkat pertumbuhan penjualan dalam pasar yang telah ditargetkan.
b. Tahap Keberlangsungan (Sustainable Stage Company)
Pada tahap ini suatu bisnis/usaha diharapkan mampu mempertahankan pangsa pasar yang dimilikinya. Tujuan keuangan pada tahap ini antara lain adalah tingkat profitabilitas, tingkat pengembalian investasi, tingkat pengembalian modal, dan nilai tambah ekonomis.
c. Tahap Kematangan (Mature Stage Company)
Pada tahap ini perusahaan menuai investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi membutuhkan investasi yang besar, cukup untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Tujuan keuangan pada tahap ini adalah memaksimalkan arus kas yang masuk ke perusahaan dan penghematan kebutuhan modal (Rosidah and Marliana 2018).
Dalam penelitian ini, ukuran kinerja keuangan yang digunakan adalah pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan laba, dan Net Profit Margin (NPM). Rasio pertumbuhan atau growth ratio merupakan rasio yang dapat memperlihatkan kemampuan perusahaan maupun bisnis untuk dapat mempertahankan posisi ekonomi mereka di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usaha mereka (Kasmir 2016).
Adapun keberadaan growth ratio sendiri dapat dihitung berdasarkan jangka waktu tahunan atau bahkan lebih pendek sesuai dengan fungsi perhitungan yang berlaku. Fungsi dari growth ratio adalah untuk mengetahui kinerja, historis kinerja, dan membandingkan kinerja antar perusahaan.
PertumbuhanPendapatan=(Pendapatan tahun t− Pendapaatan tahun t-1 )x100%
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan.
2) Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar. Suatu produk atau jasa harus bernilai bagi pelanggan atau potensial pelanggan, artinya memberikan manfaat yang lebih besar dan apa yang dikorbankan pelanggan untuk mendapatkannya (Setyowati 2019). Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:
1. Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:
a. Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu.
Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan, uang yang dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.
b. Retensi Pelanggan (Customer Retention): menunjukkan tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui PertumbuhanLaba=(Laba tahun t− Laba tahun t-1 )
Laba tahun t-1 x100 %
NPM=Laba Bersih
Penjualan x100%
besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang ada saat ini.
c. Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.
d. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik dalam value proportion.
2. Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core value proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:
a. Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
b. Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
c. Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
3) Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi pelanggan dan juga para pemegang saham.
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
a. Proses Inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilat tambah bagi pelanggan. Tingkat persentase jumlah menu baru dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
b. Proses Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.
c. Pelayanan Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspektif ini perusahaan berusaha mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan suatu perusahaan. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Tingkat.Inovasi=Jumlah Produk Baru
Total Produk Yang Sudah Ada x100%
Layanan.Purna.Jual=Jumlah Pengaduan pelanggan yang terselsaikan
Total Pengaduan Pelanggan x100%
adalah menyediakan infrastrukturyang memungkinkan tujuan yang berkaitan dengan ketiga perspektif lainnya dapat terwujud, sehingga pada akhirnya akan dapat tercapai tujuan perusahaan. Dalam perspektif ini ada tiga faktor penting.
1. Kemampuan Pekerja
Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih dituntut untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu, dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan secara spesifik dengan kemampuan pegawai, apakah perusahaan telah mencanangkan peningkatan kemampuan sumber daya yang dimiliki.
Dalam kaitan dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard yaitu :
a. Tingkat Kepuasan Karyawan
Kepuasan karyawan merupakan suatu prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas pelayanan kepada konsumen, dan kecepatan bereaksi. Kepuasan karyawan menjadi hal yang penting khususnya bagi perusahaan jasa.
b. Tingkat Perputaran Karyawan (Retensi Karyawan)
Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pekerja-pekerja terbaiknya untuk tetap berada dalam organisasinya. Organisasi/unit usaha yang telah melakukan investasi dalam sumber daya manusianya akan sia-sia apabila tidak mampu mempertahankannya. Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat komitmen karyawan terhadap organisasi dapat dinilai dari tingkat retensi karyawan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
c. Produktivitas Karyawan
Retensi.Karyawan=Jumlah Karyawan Keluar
Total Karyawan x100%
Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata peningkatan keahlian dan semangat, inovasi, perbaikan proses internal, dan tingkat kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah menghubungkan output yang dihasilkan para pekerja terhadap jumlah keseluruhan pekerja (Siregar and Suripto 2017). Rumus untuk mengetahui tingkat produktivitas karyawan adalah sebagai berikut:
2. Kemampuan Sistem Informasi
Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk menunjang pencapaian tujuan proses pembelajaran dan bertumbuh apabila mereka tidak memiliki informasi yang memadai. Karyawan di bidang operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu, dan akurat sebagai umpan balik. Oleh sebab itulah karyawan membutuhkan suatu sistem informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Motivasi, Pemberdayaan, dan Keselarasan Pekerja
Pekerja yang terampil dan dilengkapi dengan akses informasi yang luas tidak akan memberikan kontribusi bagi keberhasilan perusahaan jika mereka tidak termotivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan perusahaan atau jika mereka tidak diberikan kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan. Ukuran yang dapat digunakan yaitu masukan per karyawan atau masukan yang diimplementasikan per karyawan dan tingkat pelatihan karyawan (Siregar and Suripto 2017).
Produktifitas.Karyawan=Pendapataan
Total Karyawan x100%
Tingkat.Pelatihan.Karyawan=Jumlah Karyawan Yang Dilatih
Total Karyawan x100%
d. Kelemahan dan Keunggulan Balanced Scorecard
Keunggulan balanced scorecard dalam sistem perencanaan strategis adalah mampu menghasilkan rencana strategis yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Mulyadi 2018):
1. Komprehensif
Balanced scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ke tiga perspektif yang lain: customer, proses bisnis/intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan empat perspektif tersebut menghasilkan manfaat, yaitu menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan jangka panjang, serta memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan yang kompleks.
2. Koheren
Balanced scorecard mengharuskan personel untuk membangun hubungan sebab akibat (causal relationship) diantara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan kasual dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekoherenan juga berarti dibangunnya hubungan sebab akibat antara keluaran yang dihasilkan sistem perencanaan strategik (renstra). Sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem perencanaan strategik merupakan penerjemahan visi, misi tujuan dan strategi yang dihasilkan sistem perumusan strategi.
3. Terukur
Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced scorecard mengukur sasaran- sasaran strategik yang sulit untuk diukur. Sasaran–
sasaran strategik di perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan balanced scorecard, sasaran di ketiga perspektif nonkeuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat terwujud. Dengan demikian, keterukuran sasaran- sasaran strategik di ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik non keuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipat ganda dan berjangka panjang.
4. Seimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik sangat penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang. Keseimbangan sasaran strategik yang ditetapkan dalam perencanaan strategik mencakup empat sasaran strategik yang perlu diwujudkan oleh perusahaan, yaitu financial returns yang berlipat ganda dan berjangka panjang (perspektif keuangan), produk jasa yang mampu menghasilkan value terbaik bagi customer (perspektif pelanggan), proses yang produktif dan cost effective (perspektif bisnis internal) dan sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).
Menurut Kaplan (2000),kelebihan balanced scorecard diantaranya:
a. Dapat berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan strategi di antara para stakeholdersdari sebuah organisasi yaitu pihak manajemen, karyawan, para pemegang saham, pelanggan serta komunitas lingkungan.
b. Memungkinkan organisasi untuk memetakan semua faktor yang ada dalam organisasi tersebut, baik berbentuk benda fisik (tangible asset) maupun non fisik (intangible asset).
c. Mengaitkan strategi dengan kinerja organisasi (performance).
d. Memiliki konsep sebab-akibat.
e. Dapat membantu proses penyusunan anggaran. Sedangkan
Selain keunggulan yang dimiliki, metode balanced scorecad juga memiliki beberapa kelemahan. Atkinson dalam (Ramadhan 2022) menyatakan bahwa proses membuat dan menentukan alat ukur serta sistem baru dalam suatu badan usaha memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1. Kurangnya komitmen dari manajemen.
2. Dalam pelaksanaannya balanced scorecard kurang tersosialisasi terutama untuk pegawai.
3. Adanya kebutuhan untuk mencari solusi yang berulang kali.
4. Seringkali balanced scorecard digunakan sebagai proyek konsultasi.
Balanced Scorecard merupakan perkembangan baru dalam suatu manajemen perusahaan yaitu sebagai sarana pengukuran kinerja yang telah dicapai, dan harus disadari bahwa masih banyak permasalahan yang belum dapat dipecahkan dengan Balanced Scorecard, misalnya (Onik Anggita Febriana 2018):
1. Balanced Scorecard belum dapat menetapkan secara tepat sistem kompensasi yang biasanya merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.
2. Bentuk organisasi yang cocok untuk perkembangan proses dalam organisasi. Empat perspektif dalam Balanced Scorecard merupakan indikator yang saling berpengaruh (hubungan sebab akibat), sehingga
diperlukan suatu wadah struktur yang dapat memberikan umpan balik kepada semua ini.
3. Belum adanya standart ukuran yang baku terhadap hasil penilaiankinerja perusahaan dengan metode Balanced Scorecard.
e. Manfaat Balanced Scorecard
Kaplan dan Norton dalam (Setyowati 2019) mengemukakan beberapa manfaat dari konsep pengukuran kinerja Balanced Scorecard yaitu:
a. Mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus mengenai strategi.
b. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.
c. Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan.
d. Mengkaitkan berbagai tujuan stategis dengan sasaran jangka panjang dan anggaran tahunan.
e. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
f. Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dansistematis.
g. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki strategi.
Manfaat dari adanya Balanced Scorecard menurut Kaplan (2000) adalah:
a. Balanced Scorecard tidak hanya memfokuskan pada ukuran keuangan semata tetapi juga sejumlah ukuran yang dikaitkan dengan pelanggan, bisnis internal, karyawan untuk mencapai profit jangka panjang.
b. Balanced Scorecard menyatukan berbagai elemen persaingan bisnis yang harus diperhatikan perusahaan ke dalam satu laporan manajemen yang lengkap.
c. Balanced Scorecard memberi gambaran operasi perusahaan secara menyeluruh, sehingga perbaikan disatu aspek tidak merugikan aspek yang lain dalam suatu perusahaan.
d. Balanced Scorecard menunjukkan keterkaitan yang sangat erat antara strategi perusahaan dengan pengukuran-pengukuran yang diperlukan untuk mendorong kinerja perusahaan.
e. Balanced Scorecard dapat memonitor dan menyesuaikan implementasi dari strategi yang ditetapkan bagi manajemen dan apabila dibutuhkan membuat perubahan fundamental dalam strategi itu sendiri.
2.3 Hubungan antar Variabel
1. Hubungan Perspektif Keuangan (X1) terhadap Kinerja Usahaa (Y) Penelitian yang dilakukan oleh Suhaya (2019) menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi berganda variabel perspektif keuangan sebesar 0,293 adalah hal positif. Hal ini menunjukkan bahwa variabel perspektif keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja sebuah usaha.
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2023) menunjukkan bahwa hasil uji t variabel perspektif keuangan dengan kinerja UMKM diperoleh nilai t-hitung > t-tabel (2.900 > 1.708). Hal tersebut juga diperkuat dengan nilai signifikansi variabel perspektif keuangan lebih kecil (0,008 < 0,050). Hal tersebut menunjukkan bahwa perspektif keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Cheruiyot (2022) menunjukkan bahwa hasil analisis regresi perspektif keuangan dengan kinerja Usaha di peroleh