ANALISIS MODAL KERJA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN LABA BERSIH PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN
Yusri Wulandari*1, Tri Kartika Yudha*2
1,2Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Sumatera Utara [email protected]
ABSTRACT
Working capital is an important factor for the company because without sufficient capital, the company's operational activities cannot be held. High working capital shows the greater ability of the company to gain profit and will affect the high level of profability as well. The more funds used as working capital are increasing in profit, so it can be said that working capital becomes an element needed by a company because working capital is influential in raising Profit growth.
This research was conducted at PT. Plantation Nusantara IV Medan for the period 2013-2017. The purpose of writing this thesis is to know and analyze working capital to increase net profit growth.
The data used in this research is the secondary data acquired from the company, and the data analysis method used is a descriptive method and comparative method of methods that attempt to collect data according to the circumstances The truth, presenting and analyding it so that it can give a fairly clear comparison of the objects that are carefully and can then be drawn a conclusion.
From the results of the research that the company's working capital has not been optimal in improving net profit growth, based on the results of analysis in the year 2013-2017 showed that the net profit growth was fluctuating or ascending Year 2014 growth is 0.74%, year 2015 dropped to- 0.47%, year 2016 back up to 0.40%, and year 2017 fell back to 0.37%. This is due to the fundamental condition of the company has not been effective and efficient in utilizing and using assets, assets and working capital owned by the company.
Keyword : Working Capital, Net Profit Growth
1. Pendahuluan
Dunia usaha memegang peranan penting dalam pembangunan, baik yang diusahakan oleh pemerintah melalui BUMN maupun yang dilaksanakan oleh pihak swasta. Sukses suatu perusahaan hanya mampu dicapai dengan manajemen yang baik yaitu manajemen yang mampu mempertahankan kontinuitas perusahaan dengan memperoleh laba yang maksimal karena pada dasarnya tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran para pemiliknya.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai diperlukan manajemen yang mampu mengoptimalkan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki perusahaan dengan baik, terutama berkaitan dengan pengelolaan modal kerja.
Modal kerja merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam perusahaan yang harus dapat diperhatikan oleh pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan usahanya. Karena
modal kerja sangat menunjang dalam menjalankan kegiatan usaha perusahaan terutama dalam meningkatkan laba bersih.
Modal kerja adalah dana yang dimiliki perusahaan seluruhnya digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan. Modal kerja ini merupakan salah satu faktor yang penting dalam setiap kegiatan operasional usaha. Modal kerja yang dimiliki perusahaan haruslah memadai, sebab salah satu kegagalan perusahaan adalah tidak mencukupinya modal kerja. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk kegiatan operasionalnya, maka besar kemungkinan perusahaan akan kehilangan pendapatan dan keuntungan, Demikian pula dengan halnya bila perusahaan melakukan investasi yang berkelebihan modal kerja, maka laba perusahaan akan berkurang karena kelebihan investasi dana tersebut dapat digunakan untuk investasi lain yang dapat menguntungkan oleh perusahaan.
Modal kerja yang tinggi menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dan akan mempengaruhi tingkat profatibilitas yang tinggi pula. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja semakin meningkat pula perolehan laba, dengan demikian dapat dikatakan bahwa modal kerja menjadi suatu unsur yang diperlukan oleh suatu perusahaan karena modal kerja berpengaruh terhadap laba bersih.
Di dalam perusahaan manajer harus selalu menilai modal yang tertanam dalam aktiva lancar itu besar atau kecil, untuk menghindari ketidaktepatan modal kerja, manajer keuangan juga harus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan dana agar tidak terjadi penyimpangan. Penyimpangan ini dapat diketahui dari posisi keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan setiap akhir periode. Manajer keuangan perlu melakukan evaluasi terhadap modal kerja untuk menilai keberhasilan perusahaan dalam meraih laba tahun berjalan maupun pada tahun sebelumnnya.
Dengan hal tersebut, Penulis bermaksud untuk menganalisa Modal Kerja PT.
Perkebunan Nusantara IV Medan dalam meningkatkan pertumbuhan laba bersih. Dari data laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV Medan tahun 2013 s/d 2015, khususnya pada laporan neraca dan laba rugi, terlihat bahwa laba yang diperoleh oleh perusahan masih tidak stabil atau masih mengalami
Mengalami peningkatan dan penurunan.
Berdasarkan data yang diperoleh berikut adalah perhitungan modal kerja dan laba bersih sebagai berikut:
Tabel I.1
Modal Kerja dan Laba Bersih pada PT.
Perkebunan Nusantara IV Medan.
Tahun Modal Kerja (Rp) Laba Bersih (Rp) 2013 95.878.987.360 433.344.791.637 2014 147.802.569.771 752.363.591.531 2015 (235.625.580.088) 396.147.720.268 2016 289.559.120.338 555.477.584.843 2017 (134.454.013.839) 763.781.021.683 Sumber data : PT Perkebunan Nusantara IV Medan
2. Landasan Teori
2.1. Pengertian Modal kerja
Menurut Sartono (2009:385) merupakan faktor produksi yang sangat penting, tersedianya modal kerja yang cukup akan memperlancar kegiatan operasional perusahaan.
Modal kerja sangat diperlukan dalam
membiayai operasional perusahaan, membayar hutang-hutang perusahaan dan membayar biaya-biaya lainnya.
Menurut Sawir (2005:129) pengertian Modal Kerja secara mendalam terkandung dalam konsepmodal kerja yang dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Merupakan konsep ini menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar.
Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupin ebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini seiring dengan modal kerja kotor (gross working capital)
2. Konsep Kualitatif
Merupakan konsep yang menitik beratkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antaa jumlah aktiva lancardengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja besih atau (net working capial)
3. Konsep Fungsional
Merupakan menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja.
2.2. Pertumbuhan Laba Bersih
laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan setelah disajikan dalam laporan laba rugi. Para akuntan menggunakan istilah
“net income” untuk menyatakan kelebihan pendapatan atas biaya adalah istilah “net loss”
untuk menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan.
Menurut Skousen (1989:119) laba bersih merupakan perbedaan antara jumlah pendapatan yang diperoleh suatu satuan usahan selama periode tertentu dan jumlah biaya yang dapat diaplikasikan kepada pendapat.
Pertumbuhan laba adalah perubahan laba pada laporan keuangan per tahun, pertumbuhan berkaitan dengan bagaimana terjadinya stabilitas peningkatan laba ditahan kedepan.
Pertumbuhan laba yang diatas rata-rata bagi suatu perusahaan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan cepat yang diharapkan dan industri dimana perusahaan beroperasi.
Pertumbuhan laba suatu produk sangat tergantung dari daur hidup perusahaan,
pertumbuhan laba di pengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan.
Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan komponen laporan keuangan misalnya perubhan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi,
perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan lain-lain. Menurut Harahap (2009:310) pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan formula :
2.3. Modal Kerja dalam Meningkatkan Laba Bersih
Modal kerja dan laba bersih merupakan suatu kesatuan yang diperlukan dalam mencapai tujuan perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba.
Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, maka laba pun akan menurun.
Laba (provit) yang tinggi akan mendukung kegiatan operasional secara maksimal. Tinggi rendahnya laba (profit) di pengaruhi banyak faktor seperti modal kerja karena modal kerja merupakan masalah utama yang akan menunjang kegiatan operasional perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya yaitu menghasilkan laba (profit).
Dapat di simpulkan bahwa modal kerja merupakan suatu unsur yang selalu diperlukan oleh perusahaan karena modal kerja berpengaruh terhadap laba bersih yang akan dihasilkan oleh perusahaan karena dengan adanya modal kerja perusahaan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan tujuan utamanya yaitu untuk menghasilkan laba bersih.
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan yang beralamat di Jl. Letjen Suprapto No. 2, Kelurahan Hamdan, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara 20151.
3.2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah laporan neraca dan laporan laba/rugi pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.
3.3. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan satu jenis data, yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh di perusahaan tersebut. Data ini dapat ditemukan dengan cepat (sugiono, 2009:37). Data sekunder pada penelitian ini adalah laporan keuangan khususnya laporan neraca dan laporan laba/rugi tahun 2013,2014 dan 2015 yang di sajikan oleh PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode :
1. Metode deskriptif yaitu teknis analisis yang digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap, teratur, dan teliti terhadap suatu objek penelitian.
2. Analisis perbandingan adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horijontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah maupun dalam unit (Harahap,2009:227).
Operasional variabel yang bersangkutan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Modal Kerja
Variabel modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal kerja bersih.
Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan untuk menentukan modal kerja bersih adalah :
Modal Kerja Bersih = Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Laba bersih tahun berjalan – laba bersih tahun sebelumnya Pertumbuhan Laba =
Laba bersih tahun sebelumnya
2. Variabel Pertumbuhan Laba Bersih
Laba bersih adalah selisih pendapatan dengan beban. Rumus yang digunakan untuk menentukan laba bersih adalah :
Laba Bersih = Pendapatan - Beban
Pertumbuhan laba bersih adalah selisih laba bersih tahun berjalan dikurang dengan laba bersih tahun sebelumnya dibandingkan dengan laba bersih tahun sebelumnya dikalikan 100.
Atau dengan rumus sebagai berikut : Pertumbuhan Laba Bersih = x100
Dimana :
LB = Laba bersih
LBt = Laba bersih tahun berjalan LBt-1 = Laba bersih tahun sebelumnya 4. ANALISIS DAN EVALUASI 4.1. Analisis Modal Kerja Bersih
Dari perhitungan modal kerja dengan menggunakan konsep modal kerja bersih maka modal kerja ini menggambarkan aktiva lancar perusahaan setelah dikurangi dengan kewajiban lancar perusahaan.
Tabel V.1
Modal Kerja PT. Perkebunan Nusantara IV Medan Tahun 2013 -2017
Tahun Aktiva Lancar (Rp) Kewajiban Lancar (Rp) Modal Kerja (Rp)
2013 1.634.160.727.818 1.538.281.740.458 95.878.987.360
2014 2.092.577.404.168 1.944.773.834.397 147.803.569.771
2015 1.527.527.055.940 1.763.152.636.088 (235.625.580.088)
2016 2.009.640.613.045 1.720.081.492.707 289.559.120.338
2017 1.912.220.593.039 2.046.674.606.878 (134.454.013.839)
Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa modal kerja perusahaan di tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan modal kerja yaitu Rp 95.878.987.360 menjadi Rp.
147.803.569.771, kemudian di tahun 2015 modal kerja mengalami penurunan hingga mencapai angka negatif sebesar Rp - 235.625.580.088, kemudian di tahun 2016 modal kerja perusahaan kembali meningkat dari tahun sebelumnya menjadi Rp 289.559.120.338 dan di tahun 2017 modal kerja kembali mengalami penurunan hingga mencapai angka negatif sebesar Rp -134.454.013.839.
Pada tahun 2013 dan 2014 modal kerja mengalami peningkatan dari Rp 95.878.987.360 menjadi Rp 147.803.569.771 diikuti dengan meningkatnya aktiva lancar tahun 2013 sebesar Rp 1.634.160.727.818 dan tahun 2014 sebesar Rp 2.092.577.404.168 hal tersebut di sebabkan oleh kas dan setara kas, piutang antar badan usaha, persediaan hasil jadi, pajak di bayar di muka. Kewajiban lancar juga mengalami peningkatan yang di sebabkan oleh hutang usaha, hutang pajak, pendapatan di terima di muka, bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo, dan liabilitas imbalan jangka
pendek. Dimana total kewajiban hutang lancar tahun 2013 sebesar Rp 1.538.281.740.458 dan tahun 2014 sebesar Rp 1.944.773.834.397.
Pada tahun 2015 modal kerja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hingga mencapai angka negatif, tahun 2014 modal kerja sebesar Rp 147.803.569.771 sementara tahun 2015 sebesar Rp -235.625.580.088 hal ini di sebabkan oleh menurunnya aktiva lancar dan kewajiban lancar. Aktiva lancar tahun 2014 sebesar Rp 2.046.263.124.866 dan tahun 2015 menurun sebesar Rp 1.527.527.055.940di sebabkan oleh kas dan setara kas, piutang lain- lain, persediaan bahan baku dan pelengkap, persediaan hasil jadi. Kewajiban hutang lancar tahun 2014 sebesar Rp. 1.930.271.974.077 tahun 2015 sebesar Rp. 1.763.152.636.028 di karenakan oleh beban yang masih harus di bayar, hutang pajak, uang muka penjualan, dan liabilitas imbalan kerja jangka pendek.
Tahun 2016 modal kerja mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2015 modal kerja sebesar Rp. -235.625.580.088 tahun 2016 sebesar Rp 289.559.120.338, di ikuti dengan meningkatnya aktiva lancar tahun 2015 sebesar Rp 1.527.527.055.940 tahun 2016
sebesar Rp 2.009.640.613.045 hal ini di sebabkan oleh kas dan setara kas, piutang lain- lain, piutang antar badan hukum, persediaan bahan baku dan perlengkapan, persediaan hasil jadi dan pajak di bayar di muka. Sementara itu kewajiban hutang lancar mengalami penurunan, tahun 2015 sebesar Rp 1.763.152.636.028 dan tahun 2016 sebesar Rp 1.720.081.492.707.
situasi seperti inilah yang di harapkan setiap perusahan dimana aktiva lancar meningkat dan kewajiban lancar menurun.
Pada tahun 2017 modal kerja mengalami penurunan kembali hingga mencapai angka negatif, tahun 2017 modal kerja sebesar Rp (134.454.013.839) dan 2016 sebesar Rp 289.559.120.338 hal ini di sebabkan oleh meningkatnya kewajiban lancar. Kewajiban lancar tahun 2016 Rp 1.720.081.492.707 tahun 2017 meningkat sebesar Rp 2.046.674.606.878 hal ini disebabkan oleh hutang pajak, bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh
tempo, liabilitas imbalan kerja jangka pendek.
Dan menurunnya aktiva lancar tahun 2016 sebesar Rp 2.009.640.613.045 tahun 2017 menjadi sebesar Rp 1.912.220.593.039 di sebabkan oleh kas dan setara kas, piutang usaha, piutang lain-lain, dan biaya di bayar di muka.
Dari analisa di atas dapat di simpulkan bahwa perusahaan kurang optimal dalam mengendalikan dan mengawasi modal kerja dengan baik, hal tersebut dapat di lihat dari Tabel V.I Modal Kerja PT. Perkebunan Nusantara IV Medan. Di mana tahun 2015 dan 2017 modal kerja mencapai angka negatif sehingga perusahaan belum bisa beroperasi dengan baik.
4.2. Analisis Laba Bersih
Laba bersih merupakan selisih pendapatan dengan beban. Berikut merupakan perhitungan dengan konsep laba bersih.
Tabel V.II
Laba Bersih PT. Perkebunan Nusantara IV Medan Tahun 2013 -2017
Tahun Pendapatan (Rp) Beban (Rp) Laba Bersih (Rp)
2013 5.219.435.330.874 4.786.090.539.237 433.334.791.637
2014 6.259.050.891.061 5.506.687.299.530 752.373.591.531
2015 5.153.327.164.549 4.757.179.444.281 396.147.720.268
2016 5.408.721.523.803 4.853.243.938.960 555.477.584.843
2017 5.391.685.590.456 4.627.904.568.773 763.781.021.783
Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa tahun 2013 dan 2014 perusahaan mengalami peningkatan laba bersih, tahun 2013 laba bersih sebesar Rp 433.334.791.637 tahun 2014 laba bersih sebesar Rp 752.373.591.531.
di tahun 2015 laba bersih mengalami penurunan yang signifikan sebesar Rp 396.147.720.268, sementara tahun 2016 dan 2017 perusahaan kembali meningkatkan laba bersih, tahun 2016 laba bersih sebesar Rp 555.477.584.843 tahun 2017 laba bersih sebesar Rp 763781.021.783.
Pada tahun 2013 laba bersih perusahaan sebesar Rp 433.334.791.637 karena pendapatan yang di peroleh lebih besar di bandingkan dengan beban yang di keluarkan dalam kegiatan operasionalnya. Pendapatan yang di peroleh sebesar Rp 5.219.435.330.874 sementara beban yang dikeluarkan sebesar Rp4.786.090.539.237.
Pada tahun 2014 laba bersih perusahaan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2013 laba bersih sebesar Rp 433.334.791.637 tahun 2014 meningkat menjadi Rp 752.373.591.531 hal ini disebabkan
oleh penjualan dan pendapatan lainnya mengalami peningkatan dibanding dengan beban yang di keluarkan perusahaan. total pendapatan tahun 2013 sebesar Rp 5.219.435.330.874 dan di tahun 2014 meningkat menjadi Rp 6.259.050.891.061, sementara beban yang di keluarkan oleh perusahaan pun meningkat, tahun 2013 sebesar Rp 4.786.090.539.237 dan tahun 2014 menjadi sebesar Rp 5.506.687.299.530 dimana peningkatan tersebut terdapat pada harga pokok penjualan, biaya usaha, biaya bunga, dan taksiran pajak penghasilan.
Pada tahun 2015 pendapatan laba bersih mengalami penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya, dimana tahun 2014 laba bersih sebesar Rp 752.373.591.531 sementara tahun 2015 laba bersih turun menjadi Rp 396.147.720.268 hal ini di sebabkan oleh penjualan dan pendapatan lainnya menurun sementara beban yang di keluarkan masih cukup besar. Tahun 2014 pendapatan sebesar Rp 6.259.050.891.061 tahun 2015 menurun
menjadi sebesar Rp 5.153.327.164.549. Beban yang di keluarkan oleh perusahaan juga mengalami penurunan tahun 2014 sebesar Rp 5.506.687.299.530 dan tahun 2015menjadi sebesar Rp 4.757.179.444.28.penurunan beban ini terdapat pada biaya usaha, dan taksiran pajak penghasilan.
Walaupun pada tahun 2015 laba bersih perusahaan sempat mengalami penurunan yang sangat signifikan tetapi tahun 2016 dan 2017 perusahaan kembali dapat meningkatkan laba bersihnya, tahun 2016 laba bersih sebesar Rp 555.477.584.843 dan tahun 2017 sebesar Rp 763.781.021.783, hal ini di
karenakan pendapatan tahun 2016 mengalami peningkatan. tahun 2015 pendapatannya sebesar Rp 5.153.327.164.549 dan tahun 2016 meningkat menjadi sebesar Rp 5.408.721.523.803. diikuti dengan beban yang di keluarkan juga meningkat tahun 2015 beban yang di keluarkan sebesar Rp 4.757.179.444.281dan tahun 2016 meningkat menjadi Rp 4.853.243.938.960 , walaupun beban meningkat juga akan tetapi masih dapat di kendalikan dengan pendapatan yang bertambah. Tahun 2017 pendapatannya menurun dari tahun sebelumnya, tahun 2016 sebesar Rp 5.153.327.164.549 dan tahun 2017 menjadi Rp 5.391.685.590.456 di ikuti juga dengan beban yang di keluarkan perusahaan juga menurun dari tahun 2016 sebesar Rp 4.853.243.938.960 tahun 2017 menjadi sebesar Rp 4.627.904.568.773. Walaupun pendapatan dan beban yang di keluarkan menurun, laba bersih yang di dapat tahun 2017 tetap meningkat hal ini di sebabkan oleh beban yang di keluarkan menurun seperi harga pokok penjualan, biaya bunga, dan taksiran laba 4.3. Analisis Modal Kerja dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Laba Bersih
Rumus perhitungan pertumbuhan modal kerja :
Modal Kerja Tahun Berjalan–Modal Kerja Sebelumnya Modal Kerja Sebelumnya
Tahun 2014 = 147.803.569.771– 95.878.987.360 95.878.987.360
= 0,5
Tahun 2015 = (235.625.580.088) - 147.803.569.771 147.803.569.771
= -2,59
Tahun 2016 = 289.559.120.338– (235.625.580.088) (235.625.580.088)
= -2,23
Tahun 2017 = (134.454.013.839)–289.559.120.338 289.559.120.338
= -1,46
Rumus perhitungan pertumbuhan laba bersih :
Laba Bersih Tahun Berjalan–Laba Bersih Tahun Sebelumnya Laba Bersih Tahun Sebelumnya
Tahun2014 = 752.363.591.531–433.344.791.637 433.344.791.637
= 0.74
Tahun 2015 = 396.147.720.268–752.363.591.531 752.363.591.531
= -0,47
Tahun 2016 = 555.477.584.843–396.147.720.268 396.147.720.268
= 0,40
Tahun 2017 = 763.781.021.683–555.477.584.843 555.477.584.843
= 0,37
Berikut ini adalah rangkuman Pertumbuhan Modal Kerja dan Laba Bersih pada PT. Perkebunan Nusantara IV Medan tahun 2013–2017.
Tabel V.III
Pertumbuhan Modal Kerja dan Laba Bersih PT. Perkebunan Nusantara IV Medan Tahun 2013–2017
Tahun Modal Kerja (Rp) Pertumbuhan (%) Laba Bersih (Rp) Pertumbuhan (%)
2013 95.878.987.360 - 433.344.791.637 -
2014 147.803.569.771 0,54 % 752.363.591.531 0,74 %
2015 (235.625.580.088) -2,59 % 396.147.720.268 -0,47 %
2016 289.559.120.338 -2,23 % 555.477.584.843 0,40 %
2017 (134.454.013.839) -1,46 % 763.781.021.683 0,37 %
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan modal kerja perusahaan dari tahun 2013-2017 mengalami penurunan. Sedangkan laba bersih yang diperoleh perusahaan mengalami fluktuasi atau naik turun, tahun 2015 pertumbuhan laba bersih menurun hingga mencapai angka negatif, dan tahun 2017 pertumbuhan laba bersih juga ikut menurun, tahun 2016 pertumbuhan laba bersih meningkat.
Pada tahun 2013 modal kerja yang digunakan oleh perusahaan sebesar Rp 95.878.987.360 dan tahun 2014 modal kerja yang digunakan sebesar Rp 147.803.569.771 sehingga pertumbuhan laba bersih dari tahun 2013 ke 2014 adalah 0,54%, sementara tahun 2013 laba bersih perusahaan sebesar Rp 433.344.791.637 dan tahun 2014 laba bersih sebesar Rp 752.363.591.531 dan menghasilkan pertumbuhan laba bersih 0,74%.
Dilihat dari persentasenya tahun 2014 perusahaan mengalami kondisi yang baik hal ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan pada perusahaan dan beban yang dikeluarkan tidak besar.
Pada tahun 2015 modal kerja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hingga mencapai angka negatif, tahun 2014 modal kerja yang digunakan sebesar Rp 147.803.569.771 sementara tahun 2015 modal kerja yang digunakan sebesar Rp (235.625.580.088) sehingga pertumbuhan modal kerja tahun 2015 menurun dari tahun sebelumnya tahun 2014 pertumbuhan modal kerja 0,54%
sementara tahun 2015 -2,59% penurunan ini disebabkan oleh modal kerja yang menurun tahun 2015 karena aktiva lancar dan kewajiban lancar ikut menurun. Sementara itu pertumbuhan laba bersih juga menurun dari tahun sebelumnya, tahun 2014 laba bersih perusahaan sebesar Rp 752.363.591.531 dan tahun 2015 sebesar Rp 396.147.720.268 sehingga pertumbuhan laba bersih tahun 2015 menurun menjadi -0,47% hal ini disebabkan oleh
pendapatan dari penjualan menurun sementara beban yang dikeluarkan cukup besar.
Pada tahun 2016 modal kerja yang digunakan meningkat dari tahun sebelumnya, tahun 2016 sebesar Rp 289.559.120.338 sementara tahun 2015 sebesar Rp (235.625.580.088) sehingga pertumbuhan modal kerja tahun 2016 tetap mengalami penurunan menjadi -2,23%, hal ini disebabkan oleh pada tahun 2015 aktiva lancar dan kewajiban lancar yang menurun. pada tahun 2016 pertumbuhan laba bersih meningkat dari tahun sebelumnya, tahun 2015 pertumbuhan laba bersih - 0,47% dan tahun 2016 meningkat menjadi 0,40% hal ini di sebabkan oleh pendapatan laba bersih tahun 2015 sebesar Rp 396.147.720.268 dan tahun 2016 meningkat menjadi sebesar Rp 555.477.584.843 yang diikuti dengan meningkatnya pendapatan dan beban yang dikeluarkan tahun 2016, walaupun beban yang dikeluarkan meningkat akan tetapi perusahaan masih mampu mengendalikan laba bersih yang didapat.
Pada tahun 2017 modal kerja yang digunakan perusahaan kembali menurun hingga mencapai angka negatif yaitu sebesar Rp (134.454.013.839) sementara tahun 2016 modal kerja yang sempat naik menjadi Rp 289.559.120.338 sehingga membuat pertumbuhan modal kerja tahun 2017 ikut menurunmenjadi -0,46% dari pertumbuhan modal kerja tahun 2016 -2,23%
penurunan ini disebabkan oleh tahun 2017 kas dan setara kas, piutang usaha, piutang lai-lain, dan biaya dibayar dimuka yang harus dibayar. Sementara pendapatan laba bersih tahun 2017 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2016 sebesar Rp 555.477.584.843 dan meningkat menjadi sebesar Rp 763.781.021.683, walaupun laba berih tahun 2017 meningkat akan tetapi pertumbuhan laba bersih diperhitungkan tahun 2017 tetap mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, tahun 2016 pertumbuhan laba bersih 0,40% dan 2017 menurun
menjadi 0,37% hal ini disebabkan oleh pendapatan tahun 2017 mengalami penurunan akan tetapi diikuti juga dengan beban yang di keluarkan oleh perusahaan juga menurun.
E. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis mengemukakan kesimpulan berdasarkan perhitungan dari teori yang telah di kemukakan pada bab-bab sebelumnya. Adapun kesimpulan yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Dari perhitungan modal kerja bersih tahun 2013–
2017 modal kerja mengalami fluktuasi setiap tahunnya, tahun 2015 dan 2017 modal kerja mengalami penurunan hingga bernilai negatif.
Penurunan ini disebabkan oleh kewajiban lancar berjumlah lebih besar di bandingkan dengan aktiva lancar, khususnya pada hutang usaha, bagian liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dan liabilitas imbalan kerja jangka pendek.
2. Dari perhitungan laba bersih tahun 2013-2017 pendapatan laba bersih belum stabil, tahun 2013 ke 2014 meningkat, tahun 2015 menurun, penurunan pendapatan laba bersih di sebabkan oleh pendapatan/penjualan perusahaan menurun sementara beban yang di keluarkan perusahaan besar. Tahun 2016 dan 2017 pendapatan laba bersih kembali meningkat hal ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan dan beban perusahaan.
3. Dari perhitungan pertumbuhan laba bersih tahun 2013-2017 selama periode pengamatan modal kerja, perusahaan belum optimal dalam meningkatkan pertumbuhan laba bersih Hal ini menunjukkan pertumbuhan laba bersih masih mengalami fluktuasi atau naik turun yaitu Tahun 2014 pertumbuhan laba bersihnya 0,74%, tahun 2015 -0,47%, tahun 2016 0,40%, dan tahun 2017 0,37%
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahim Harahap.(2015). Analisis Modal Kerja dalam Meningkatkan Laba Bersih pada
PT.BAKRIE SUMATERA
PLANTATIONS Tbk.Kisaran.
Agnes Sawir. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Cetakan Kedua. Jakarta .PT. Rineka Cipta.
Darmawan Sjahrial. (2009). Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga.Jakarta. Mitra Wacana Media.
Djarwanto.(2002). Pokok-Pokok Analisis Lporan Keuangan. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Fabozzi Frank J. (2000). Manajemen Investasi.
Jakarta. Salemba Empat
Fuzuia.(2016). Analisis Modal Kerja dalam Meningkatkan Laba Bersih PT.Samudera Indonesia Tbk.
Cabang Belawan.
Harianto dan Sudono.(2001). Perangkat dan Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT. Buersa Efek Indonesia.
Harjito.(2007). Manajemen Keuangan Perusahaan.
Cetakan Kelima. Ekonisia: Jakarta.
Hendry Saputro.(2015). Analisis Modal Kerja dalam Meningkatkan Laba Bersih
pada PT. Mopoli Raya Medan.
Hendriksen Heldon S. (2000). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta. Erlangga.
Hery. (2013). Auditing (Pemeriksaan Akuntansi 1).
Catatan Pertama. Jakarta: CAPS (Center Of Academic Publishing Service).
Jumingan.(2006). Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: Bumi Aksara (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:Bumi Aksara.
Junita.(2016). Analisis Modal Kerja Bersih dalam Meningkatkan Profitabilitas pada PT.Razza Prima Trafo.
Kasmir.(2012). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta. PT. Raja Grafindo.
Martono dan D.Agus Harjito.(2001). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonosia.
Martono dan Agus Harjito.(2007). Analisis Laporan Keuangan .Jakarta. Salemba Empat.
Munawar.(2007). Analisis Laporan Keuangan.
Edisis Keempat. Yogyakarta.
Selpiana.(2016). Analisis Modal Kerja dalam Meningkatkan Laba Bersih pada PT. Pertani (Persero). Cabang Sumut.
Soemarso S.R. (2004). Akuntansi Suatu Pengantar.
Edisi Kelima. Jakarta. Salemba Empat.
Stice dan Skunsen. (2009). Akuntansi Keuangan, Intermediate Accounting. Edisi Keempat Belas . Salemba Empat.
Supriyadi dan Fazriani.(2011). Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas (Studi Kasus pada PT.Timah Tbk.danPT. Antan Tbk.
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol.11, No.1, Hal.1-11.