• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM PEMAKSAAN STERILISASI TERHADAP PEREMPUAN MENURUT UNDANG UNDANG TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL (TPKS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS HUKUM PEMAKSAAN STERILISASI TERHADAP PEREMPUAN MENURUT UNDANG UNDANG TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL (TPKS)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Faedah Penelitian

Tujuan Penelitian

Undang-undang tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), hasil penelitian, karya ahli hukum, dll. “Berita Acara Tantangan Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Seksual Pasca Lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022” Jurnal Perkembangan Hukum Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu RUU PKS berganti nama menjadi RUU TPKS atau RUU Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

Pada tanggal 9 Mei 2022, Presiden RI Joko Widodo mengesahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Berdasarkan pengertian di atas, kita dapat melihat bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana kekerasan seksual adalah segala bentuk tindak pidana, baik yang diatur dalam undang-undang nomor 12 tahun 2022 ataupun tidak. Hal inilah yang melatarbelakangi pembahasan di majalah ini yaitu Undang-Undang Kekerasan Seksual (UU TPKS).

Pencantuman pasal tentang wajib kontrasepsi dan sterilisasi dalam Undang-Undang Kekerasan Seksual (UU TPKS). Tindak pidana kekerasan seksual diatur khusus dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS).

Definisi Oprasional

Keaslian Penelitian

Meskipun terdapat beberapa penelitian lain yang hampir serupa dengan penelitian yang telah peneliti lakukan karena kasus serialisasi paksa sudah cukup banyak dipelajari oleh peneliti lain. Tesis Aina Yaa Siin Lie, NPM 14116773, mahasiswa Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) METRO tahun 2009 dengan judul “Penerapan sterilisasi (tubektomi/vasektomi) dalam perspektif hukum Islam, studi kasus Metro Tejoangung Timur”. Tesis ini merupakan penelitian hukum normatif yang lebih menekankan kajian terhadap kaidah hukum, baik hukum positif maupun hukum Islam, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam sistem pidana di Indonesia, yang lebih khusus membahas tentang sterilisasi perempuan paksa seperti dalam hukum Islam. dalam UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS).

Penelitian yang dilakukan oleh Hartanto dan Fifink Alvolita Praseida, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yokyakarta, pada tahun 2022 dengan judul “Refleksi Kekerasan Seksual dan Pemaksaan Seksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejahatan yang mencakup pelecehan dan pemaksaan seksual terkait dengan sterilisasi seksual, reproduksi dan kontrasepsi, dan undang-undang tentang tindak pidana kekerasan seksual terhadap perempuan (TPKS) telah komprehensif, termasuk peraturan perundang-undangan dan pencegahannya, serta menyambut keterlibatan masyarakat, disertai dengan beberapa terobosan.

Metode Penelitian

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Alat Pengempulan Data
  • Analisis Data

Menurut Syamsudin.8 Pendekatan hukum dilakukan dengan menelaah seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang ditangani. Sedangkan pendekatan analitis merupakan pendekatan yang menganalisis bahan-bahan hukum untuk mengetahui makna yang terkandung dalam istilah-istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan secara konseptual. Maka berdasarkan metode hukum normatif yang digunakan, hasil yang diperoleh dari data sekunder dan primer kemudian dianalisis dan diuraikan dalam bentuk tertulis dalam penelitian ini.

Bahan hukum primer yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Bahan hukum sekunder yaitu literatur/buku terkait sterilisasi paksa terhadap perempuan dan data tertulis berupa karya ilmiah, serta hasil analisis sesuai dengan judul skripsi ini. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan menjelaskan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Google Scooler atau Internet, undang-undang dan lain sebagainya yang berkaitan dengan materi judul ini.

Pengumpulan data dari penelitian kepustakaan secara langsung dengan mengunjungi Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Umum Kota Medan, Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan toko buku untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini. Online yaitu penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara mencari melalui media internet seperti e-book, e-journal dan hal-hal yang berkaitan dengan tema penelitian dengan tujuan untuk mengumpulkan data sekunder yang akan diperlukan dalam proses penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan

Jenis kekerasan seksual berikutnya adalah praktik tradisional yang berkonotasi seksual yang merugikan atau mendiskriminasi perempuan. Ie Wayan Dani, 2018: Perlindungan hukum terhadap anak, korban kekerasan seksual (Studi Peran LSM, Sahabat Anak, Perempuan dan Keluarga di Kabupaten Bantul), Yokyakarta: Universitas Islam Indonesia, halaman 47. Kekerasan Seksual Merupakan Pelanggaran hak asasi manusia, kejahatan terhadap martabat kemanusiaan, serta bentuk-bentuk diskriminasi yang harus dihapuskan (Penjelasan UU No. 12 Tahun 2022).

Merujuk pada angka 1 Pasal 1 UU No. 12 Tahun 2022 (UU TPKS) tindak pidana kekerasan seksual adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur tindak pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang dan perbuatan kekerasan seksual lainnya sebagaimana diatur dalam undang-undang, kecuali ditentukan dalam Undang-undang No. Namun pengaturan hukum terhadap ketiga bentuk kekerasan seksual tersebut masih sangat terbatas dibandingkan dengan fakta mengenai jenis-jenis kekerasan seksual yang telah teridentifikasi. Lima belas jenis kekerasan seksual ini merupakan temuan Komnas Perempuan dari hasil pemantauannya selama 15 tahun.

Setelah UU TPKS terbit, terdapat sembilan jenis kejahatan kekerasan seksual, yang terdiri dari pelecehan seksual non fisik, pelecehan seksual fisik, kontrasepsi paksa, sterilisasi paksa, kawin paksa, penyiksaan seksual, eksploitasi seksual, perbudakan seksual, dan pelecehan seksual berbasis elektronik. kekerasan. Selain kesembilan jenis tersebut, kejahatan kekerasan seksual juga mencakup pemerkosaan; tindakan tidak senonoh; hubungan seksual dengan seorang anak. Kehadiran undang-undang ini salah satunya disebabkan karena peraturan perundang-undangan mengenai kekerasan seksual belum optimal dalam memberikan pencegahan, perlindungan, akses terhadap keadilan, dan reparasi.

36 Fakultas Hukum Universitas Bunga Hatta “Jenis Tindak Pidana Kekerasan Seksual Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022”, diakses melalui https://Hukum.bunghatta.ac.id/index.php/information/article/292-Jenis - Jenis -pidana-kekerasan seksual-menurut-undang-undang-nomor-12-tahun-2022. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu kelemahan atau kekurangan KUHP dalam hal substansi hukum yang memadai dalam kasus kekerasan seksual. 42. Eko Nurisman, “Risalah Tantangan Implementasi UU Pidana Kekerasan Seksual Pasca Berlakunya UU No. 12, 2022", Op.Cit, halaman 174.

Dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan – termasuk kekerasan seksual – Jaksa jarang berkomunikasi dengan korban atau keluarga korban atau pendamping korban sebelum persidangan. Sehingga tindak pidana kekerasan seksual yang menimpa korban perempuan tidak terdengar dan tersembunyi dalam perasaan malu dan trauma. Akibat hukum pidana sterilisasi paksa terhadap perempuan Permasalahan kekerasan seksual merupakan suatu bentuk kejahatan yang menghina dan merusak harkat dan martabat manusia, dan sudah seharusnya dikategorikan sebagai bentuk kejahatan luar biasa (extraordinary crime), oleh karena itu penanganannya harus seluas-luasnya. mungkin.

Atikah Rahmi, “Pentingnya perlindungan terhadap korban kekerasan seksual dalam sistem peradilan pidana yang terintegrasi dengan keadilan gender” Mercatoria, vol. Namun undang-undang ini hanya dapat digunakan untuk kekerasan seksual yang terjadi dalam lingkup terbatas, yaitu korbannya adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, dalam bidang perdagangan manusia dan media sosial. Perlu adanya peraturan terpadu yang mengatur secara komprehensif tindak pidana kekerasan seksual agar tidak tersebar pada beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang pada akhirnya tidak menjamin efektifnya penegakan tindak pidana kekerasan seksual.

Fakultas Hukum Universitas Bunga Hatta “Jenis tindak pidana kekerasan seksual menurut undang-undang Nomor 12 Tahun 2022”, dapat diakses melalui https://Hukum.bunghatta.ac.id/index.php/information/article/292-jen-type -van -pidana-kekerasan seksual-menurut-undang-undang-nomor-12-tahun-2022.

Referensi

Dokumen terkait

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL YANG MENGALAMI BLAMING THE VICTIM DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI.. Penulisan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM.. LINGKUP

Pertanggungjawaban pidana anak sebagai pelaku tindak pidana kekerasan seksual pada anak tidak hanya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana saja tetapi juga diatur

Dalam hal Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual adalah Anak, penyidik dapat melakukan perekaman elektronik atau pemeriksaan langsung jarak jauh

Tindak pidana kekerasan seksual (sodomi) ironisnya tidak hanya berlangsung di lingkungan luar atau tempat-tempat tertentu yang memberikan peluang manusia berlainan

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUH- Pidana) yang ada pada saat ini, sebagian kasusnya tergolong kekerasan terhadap perempuan memang dapat dijaring dengan

Kekerasan seksual pada anak merupakan faktor utama penularan penyakit menular seksual (PMS). Korban kekerasan seksual sering dikucilkan dalam kehidupan sosial, hal

Setiap Orang yang melakukan perbuatan satu atau lebih Tindak Pidana Kekerasan Seksual dalam Undang-Undang ini dengan: memaksa Korban, Saksi, atau orang ketiga memberikan atau tidak