• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengagihan Laba dalam Perakaunan Syariah di PT. Bank Sulselbar Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Pengagihan Laba dalam Perakaunan Syariah di PT. Bank Sulselbar Makassar"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Prinsip keadilan akan lebih bisa tercipta dalam penerapan akuntansi syariah, sesuai dengan salah satu prinsip dasar ekonomi Islam menurut Ibnu Al-A’rabi yang dikutip oleh Nurhayati (2009) tidak boleh terbawa-bawa. . melakukan transaksi syariah secara tidak adil. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak yang tidak mempunyai dana (Ismail, 2010). Dalam sistem perekonomian, baik ekonomi Islam maupun konvensional, akuntansi merupakan bagian dari sistem perekonomian.

Konsep nilai tambah pendapatan telah lama dikenal dalam penelitian akuntansi sebagai alternatif penyajian laba.

Rumusan Masalah

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jadilah orang-orang yang karena Allah selalu menjaga (kebenaran), jadilah saksi yang adil.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep laba

  • Pengukuran dan pelaporan laba
  • Kegunaan Laba

Pendekatan konsep keuntungan dengan pendekatan pendapatan usaha lebih sesuai dengan konsep ekonomi Islam karena bunga yang digunakan dalam perhitungan biaya modal mengarah pada perhitungan tingkat pengembalian atas kegiatan investasi yang dilakukan. Keuntungan menggunakan keuntungan sebagai dasar pembayaran zakat adalah dapat mengurangi permasalahan yang berkaitan dengan konflik kepentingan, terjadinya window Fear, dan kecurangan dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan dapat diminimalisir semaksimal mungkin. Aliran neo-klasik terutama dicirikan oleh penolakannya terhadap postulat kesatuan ukuran, pengakuannya terhadap perubahan tingkat harga umum, dan kepatuhannya terhadap prinsip biaya historis.

Umumnya dikenal dengan akuntansi biaya historis yang disesuaikan dengan tingkat harga umum, konsep neoklasik tentang laba saat ini adalah “laba akuntansi yang disesuaikan dengan tingkat harga umum”.

Syariah enterprise theory

  • Syariah Value Added Statement

Menurut (Meutia, 2010), teori korporasi adalah teori yang mengakui akuntabilitas tidak hanya kepada pemilik bisnis tetapi kepada kelompok pemangku kepentingan yang lebih luas. Triyuwono, 2006) juga menyatakan: “Akuntansi syariah tidak hanya sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik usaha (pemegang saham), tetapi juga sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan Tuhan.” (Triyuwono, 2006) memiliki penilaian tersendiri mengapa teori bisnis dianggap sebagai teori yang paling tepat untuk akuntansi syariah. Hal ini karena teori korporasi meyakini bahwa keberadaan suatu bisnis tidak lepas dari kontribusi para partisipannya (karyawan, kreditor, pemerintah, dan masyarakat). Hal ini mendorong teori bisnis syariah untuk mewujudkan nilai keadilan terhadap manusia dan lingkungan alam.

Oleh karena itu, teori kewirausahaan syariah akan memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan, pemegang saham, masyarakat dan lingkungan.

Pendistribusian laba

  • Distribusi laba untuk pemerintah dalam bentuk zakat
  • Distribusi laba untuk pemilik dana
  • Distribusi laba untuk karyawan

Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan pemilik dana kepada pengelola dana. Dalam transaksi mudharabah antara pemilik dana dan pengelola dana terdapat pembagian risiko, dimana pembagian risiko merupakan salah satu prinsip sistemnya. Berbagi risiko jika terjadi kerugian, dimana pemilik dana akan menanggung risiko finansial sedangkan pengelola dana akan menanggung risiko non finansial.

Dalam mudharabah pada prinsipnya tidak boleh ada jaminan atas modal, namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta jaminan kepada pengelola dana atau pihak ketiga.

Keadilan

  • Nilai keadilan dalam akuntansi syariah
  • Keadilan dalam pendistribusian laba

Nilai keadilan penting diterapkan dalam kegiatan ekonomi, karena selalu ada hal yang adil dan ada yang tidak adil. Prinsip keadilan juga mencakup pembayaran pekerja berdasarkan kemampuan kerja dan kontribusi yang diberikan. Berbeda dengan pekerja yang dikaitkan dengan pemilik modal tanpa memandang untung atau rugi.

Apabila terjadi kerugian yang diantisipasi, maka kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik modal, sehingga pengelola kehilangan kerja kerasnya (Qardawi, 2007). Persoalan utama yang harus menjadi fokus perhatian adalah metode mana yang benar dan menggambarkan apa yang terjadi dalam batas-batas sosial dan perilaku yang dialami (Harahap, 2011). Ketimpangan pendapatan dan kekayaan alam yang ada di masyarakat bertentangan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi.

Konsep keadilan dalam pembagian pendapatan dan kekayaan, seperti halnya konsep keadilan ekonomi, menghendaki setiap individu ekonomi menerima imbalan sesuai dengan perbuatan dan pekerjaannya. Kaitannya dengan laba perusahaan, akuntansi syariah memberikan alternatif filosofi dalam upaya merekonstruksi konsep akuntansi, termasuk konsep laba. Pemahaman konsep laba dalam akuntansi syariah dirumuskan secara deduktif dari prinsip-prinsip syariah yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits.

Faktor utama yang menentukan distribusi kekayaan atau keuntungan adalah kasih sayang dan keadilan, karena tujuan dari distribusi ini adalah agar kekayaan tidak terakumulasi dalam kelompok kecil masyarakat, tetapi selalu beredar dalam masyarakat, dan agar faktor-faktor produksi yang bersangkutan mendapat bagian yang adil. membagikan. Menurut (Subiyantoro, 2005), terdapat tiga komponen utama yang mempunyai persamaan hak atas keadilan dalam suatu entitas ekonomi, yaitu: pemilik modal, pekerja dan laba.

Penelitian Terdahulu

Dalam hal pembagian laba, Sitepu (2013) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pada akuntansi konvensional, seluruh laba bersih akan dibagikan kepada pemilik modal dalam bentuk dividen dan laba ditahan. Sedangkan jika dikaitkan dengan hubungan kemitraan antara pemegang saham dan manajemen, jelas bahwa konsep pembagian laba bersih dalam akuntansi syariah lebih adil dibandingkan dengan konsep dalam akuntansi konvensional. Mereka menganalisis perbedaan manajemen laba dan kondisi laba rugi pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

Mereka menemukan bahwa dalam laporan keuangan tahunan perusahaan publik, perusahaan yang memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian justru mengelola keuntungan. Jika nilai rata-rata diskresi akrual positif maka pengaturan laba dilakukan dengan cara menaikkan angka laba dalam laporan keuangan, sedangkan jika nilainya negatif maka pengaturan laba dilakukan dengan menurunkan angka laba dalam laporan keuangan. Dalam penelitian ini, perusahaan yang mengatur laba dengan cara menaikkan angka laba dalam laporan keuangan tahunan adalah perusahaan yang mengalami kerugian, sedangkan perusahaan yang memperoleh laba mengatur laba dengan cara menguranginya.

Dalam laporan keuangan tahunan terdapat perbedaan yang signifikan dalam pengelolaan laba antara perusahaan yang memperoleh laba dan perusahaan yang mengalami kerugian. Penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh BMT yang kinerja keuangannya tidak sehat tergolong BMT yang kinerja zakatnya buruk. Penelitian Endang Riyanti (2007) yang berjudul “Analisis Penerapan Metode Penghitungan Zakat Perusahaan. Studi Kasus Perusahaan Dagang Lisha Mart (Simulasi Laporan Keuangan Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006)” memberikan gambaran bahwa telah terjadi kesalahan pada perusahaan. perhitungan zakat.

Jika kita berbicara tentang analisis kinerja maka kita akan berbicara tentang sumber-sumber yang dijadikan bahan analisis, salah satunya adalah laporan keuangan. Hingga saat ini, laba yang dilaporkan perusahaan dalam laporan keuangan masih menjadi hal yang sangat menarik perhatian para investor.

METODE PENELITIAN

  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Metode Pengumpulan Data
  • JenisdanSumber Data
    • Jenis Data
    • Sumber Data
  • MetodeAnalisis Data

Unit usaha syariah Bank Sulselbar dimiliki oleh beberapa entitas dan sejumlah individu dengan jumlah saham yang bervariasi. Unit usaha syariah Bank Sulselbar sebagai bank berbasis syariah juga menerapkan sistem bagi hasil bagi nasabahnya. Jadi pembagian bagi hasil yang dilakukan unit usaha syariah (UUS) Bank Sulselbar kepada nasabah telah dilakukan secara adil dan sesuai kaidah Islam.

Besarnya pendapatan wajar tersebut antara lain berkaitan dengan indikator keuangan unit usaha syariah Bank Sulselbar seperti ROA. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa unit usaha syariah Bank Sulselbar membutuhkan pendapatan investasi yang juga diperhitungkan dalam tingkat ekuivalen. Meningkatnya besaran bagi hasil dapat berarti bahwa jumlah nasabah unit usaha syariah Bank Sulselbar dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya tingkat kepercayaan nasabah terhadap pengelolaan dananya oleh Bank Sulselbar Syariah. Pada saat krisis tahun 1998, ketika banyak bank konvensional yang dilikuidasi, unit usaha syariah Bank Sulselbar berhasil bertahan. Untuk itu, unit usaha syariah PT Bank Sulselbar sangat memperhatikan kesejahteraan dan pengembangan karir para pegawainya.

Oleh karena itu, unit usaha syariah Bank Sulselbar menghitung zakat dengan membentuk unit pengelola dana sosial yang diberi nama CSR. 17. Apakah pembagian keuntungan pada unit usaha syariah Bank Sulselbar yang menjalankan kegiatan perbankan sudah adil dan sesuai syariat Islam?

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran umum perusahaan

  • Sejarah dan gambaran umum PT. bank sulselbar indonesia 34

Bank Sulselbar menjadi bank pilihan utama pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat dalam pengelolaan keuangan. Bank Sulselbar berupaya menyelaraskan program tanggung jawab sosial perusahaan dengan program pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Setelah menentukan besarnya pendapatan investasi, unit usaha Syariah Bank Sulselbar kemudian menghitung investasi tersebut untuk menutup biaya operasional sekaligus memberikan pendapatan yang wajar.

Bank Sulselbar Syariah juga terus mempertajam efektivitas penilaian kinerja individu pegawai melalui pengembangan Performance Management System (PMS). Bank Sulselbar Syariah menyelenggarakan skema pensiun iuran pasti bagi seluruh karyawan tetap yang berusia 55 tahun. Unit Usaha Syariah Bank Sulselbar menghitung zakat perusahaan sebesar nol, artinya zakat yang dikeluarkan tidak masuk dalam perhitungan bank, melainkan di luar perhitungan bank.

Namun perhitungan zakat yang diberikan Bank Sulselbar Syariah tidak rinci, namun perhitungan zakat yang dikeluarkan Bank Sulselbar Syariah memenuhi syarat sesuai ajaran Islam dengan prinsip keadilan. Sebagai bank murni syariah, Bank Sulselbar Syariah tidak menganut sistem bunga yang merupakan unsur riba dalam perbankan. Pembagian keuntungan di Bank Syariah Sulselbar juga menghindari unsur kezaliman yaitu unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Di lingkungan sekitar, Bank Syariah Sulselbar memanfaatkan zakat perusahaan, karyawan dan nasabah untuk kegiatan sosial. Penerapan keadilan yang melarang unsur riba, ketidakadilan, mejsir, gharar dan haram telah diterapkan Bank Sulselbar syariah dalam kegiatan usahanya.

Hasil analisis dan Pembahasan

  • Hasil Penelitian
  • Konsep pendistribusian laba dalam akuntansi syariah
    • Distribusi laba untuk pemilik dana
    • Distribusi laba untuk karyawan
    • Distribusi laba untuk zakat
  • Keadilan dalam pendistribusian laba

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang didukung dengan data dan informasi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa: Laba yang dihasilkan suatu perusahaan bukanlah hasil kerja sekelompok orang saja. Namun banyak pihak yang terlibat di dalamnya, baik pemilik dana, karyawan, dan lingkungan. Dalam perspektif yang adil, keuntungan tidak hanya dinikmati oleh sekelompok kecil pemilik usaha, namun dapat dinikmati oleh seluruh pemangku kepentingan.

Dimana jika menghitung bagi hasil antara bank dengan nasabah selama 1 bulan, maka yang menerima besaran bagi hasil terbesar adalah nasabah. Hal ini menyatakan bahwa perhitungan bagi hasil antara nasabah dan bank adalah adil dan sesuai dengan ajaran Islam. Pembagian keuntungan kepada karyawan dimana karyawan mendapatkan gaji bulanan yang meningkat berdasarkan total kelebihan keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya dan bonus yang diberikan setiap tahunnya juga meningkat.

Zakat sebagai salah satu kewajiban dalam islam juga dikeluarkan oleh Bank Sulselbar syariah, namun dalam perhitungannya unit usaha syariah Bank Sulselbar tidak menghitung zakat, namun bank menghitung zakat dengan membentuk dana dan unit pengelolaan sosial atau CSR yang dikelola untuk menyelenggarakan kegiatan sosial bagi masyarakat miskin. . Namun besaran zakat yang dikeluarkan Bank Syariah Sulsebar tidak dicantumkan dalam laporan tahunan. Namun besaran dana zakat yang dikeluarkan Bank Syariah Sulsebar memenuhi syarat sesuai ajaran Islam dan prinsip keadilan.

Bank Sulsebar Syariah tidak hanya memenuhi kebutuhan material pegawai dan pihak-pihak terkait di perusahaan, namun juga kebutuhan non material. Layanan sesuai syariah dan fasilitas ramah pelanggan seperti ATM, perbankan internasional, dll tersedia untuk pelanggan.

Saran

Tabungan apa saja yang diterapkan di unit usaha syariah dan berapa rasio masing-masing tabungannya? 13. Dengan adanya program pensiun iuran pasti bagi seluruh pegawai tetap, berapa maksimal usia pensiun yang diberikan bank kepada pegawai? Apakah unit usaha syariah merupakan unit pengelolaan dana dan sosial dimana zakat yang dikeluarkan perusahaan diperuntukkan bagi masyarakat lapisan bawah?

Referensi

Dokumen terkait

Mudharabah adalah suatu akad kerja sama antara pemilik modal (shahibul mal) dengan pengusaha (mudharib), di mana pemilik modal menyerahkan modal kepada mudharib

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul mall (pemilik dana) dengan mudharib (pengelola dana)

Akad Mudharabah (bagi hasil) adalah transaksi pendanaan dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan suatu kegiatan usaha tertentu

Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah yaitu dimana bank syariah sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah sebagai

Dari beberapa pemaknaan mengenai mudharabah di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa mudharabah adalah kerjasama atau kontrak usaha antara dua pihak, salah satu pihak

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara 2 (dua) pihak, di mana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shaibul mal) yang menyediakan seluruh modal (100%),

Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib pengelola dana, sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal pemilik dana, bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib

merupakan akad pada tabungan yang mana bank yang akan berperan sebagai pengelola Mudharib dan nasabah sebagai pemilik dana shahibul mal artinya dana tabungan dengan menggunakan akad