• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis pengaruh dimensi fraud triangle terhadap potensi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis pengaruh dimensi fraud triangle terhadap potensi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH DIMENSI FRAUD TRIANGLE TERHADAP POTENSI KECURANGAN AKADEMIK (STUDI TERHADAP MAHASISWA S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ANGKATAN 2017-2019) Oleh:

Mesakh Jordan Oliver mesakhjrdn11@gmail.com

Accounting Department, Faculty of Economics and Business, Brawijaya University Dosen Pembimbing:

Drs. Ali Djamhuri, Ak., M.Com., Ph.D.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi potensi kecurangan akademik mahasiswa dengan menggunakan dimensi fraud triangle, yaitu tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya angkatan 2017-2019 sebagai sampel penelitian sebanyak 259 mahasiswa. Pengumpulan data primer menggunakan metode survey dengan cara menyebarkan kuesioner berbentuk google form kepada responden penelitian. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa potensi kecurangan akademik dipengaruhi secara signifikan oleh dimensi fraud triangle. Begitu pula secara parsial variabel tekanan, peluang, dan rasionalisasi berpengaruh signifikan terhadap potensi terjadinya kecurangan akademik di lingkungan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya terkhusus angkatan 2017-2019.

Kata Kunci : potensi kecurangan akademik, tekanan, peluang, rasionalisasi.

ABSTRACT

This study aims to test the factors that affect the potential for academic fraud of students by using the dimensions of fraud triangle, namely pressure, opportunity, and rationalization. This research uses quantitative methods with undergraduate accounting students of the Faculty of Economics and Business, Universitas Brawijaya class of 2017- 2019 as a research sample of 259 students. Primary data collection uses survey methods by distributing google form-shaped questionnaires to research respondents. The results of this study provide empirical evidence that the potential for academic fraud is significantly affected by the fraud triangle dimension. Similarly, partially the variables of pressure, opportunity, and rationalization have a significant effect on the potential for academic fraud in the Department of Accounting, Faculty of Economics and Business, Universitas Brawijaya, especially the class of 2017-2019.

Keywords : potential academic fraud, pressure, opportunity, rationalizatio

(2)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Jalan MT Haryono 165, Malang 65145, Indonesia Telp.

(0341) 551396, 555000, Fax. (0341) 553834 E-mail : feb@ub.ac.id http://www.feb.ub.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan Judul :

...

...

...

Yang disusun oleh :

Nama : ...

NIM : ...

Jurusan : S 1 Akuntansi Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal 23 September 2021

Malang, ...

Drs. Ali Djamhuri, Ak., M.Com., Ph.D.

Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle terhadap Potensi Kecurangan Akademik (Studi terhadap

Mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019)

Mesakh Jordan Oliver 175020301111062

3 September 2021

(3)

PENDAHULUAN

Penting bagi manusia memiliki kapasitas pendidikan yang mumpuni karena pengaruhnya yang begitu besar dalam seluruh perkembangan aspek kehidupan individual, terutama dalam hal ini anak-anak usia remaja yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Pendidikan bagi para mahasiswa akan menuntun mereka agar mengembangkan jiwa profesionalitas sesuai dengan bidang yang mereka tempuh selama proses perkuliahan.

Menurut penelitian Nonis dan Swift (2001) terkait integritas akademik baik di dalam kelas maupun jenjang selanjutnya yaitu dunia kerja, ditemukan bahwa siswa yang dapat menerima tindakan tidak jujur, lebih cenderung untuk bertindak tidak jujur daripada siswa yang percaya bahwa tindakan tidak jujur adalah sesuatu yang tidak dapat diterima.

Selain itu, siswa yang melakukan tindakan tidak jujur di kelas lebih cenderung bertindak tidak jujur di dunia kerja. Penelitian tersebut dilakukan di enam kampus berbeda dengan menggunakan kuisioner. Penelitian yang lebih spesifik dilakukan oleh Morris (2007).

Penelitiannya menyimpulkan bahwa sejumlah besar siswa yang mengaku melakukan kecurangan di perguruan tinggi juga melakukan hal yang sama saat di bangku sekolah menengah. Melalui beberapa hasil penelitian tersebut terungkap bahwa melakukan tindakan curang tidak terjadi secara spontan. Faktor kebiasaan cukup berperan penting bagi seseorang dalam memutuskan untuk berlaku curang.

Meskipun Academic Fraud (kecurangan akademik) sejatinya merupakan hal yang buruk dalam dunia pendidikan. Namun dalam prakteknya, ada saja situasi dimana mahasiswa melakukan kecurangan di dunia akademik. Sebagai contoh, penelitian King (2009) menyebutkan bahwa munculnya teknologi dengan dukungan internet merupakan godaan tersendiri bagi tiap-tiap individu untuk memanfaatkannya ke dalam paper tanpa menyertakan kutipan. Jika perilaku tersebut dianggap wajar, dapat menunjukkan adanya penurunan kesadaran dalam menilai tindakan yang baik atau buruk, benar atau salah, serta etis atau tidak etis. McCabe et al. (2001) kemudian melakukan studi berskala besar pertama untuk menguji kecurangan yang terjadi di perguruan tinggi. Studi tersebut melibatkan lebih dari 5000 mahasiswa dari 99 perguruan tinggi di Amerika Serikat dan menemukan hasil sekitar 75% responden setidaknya pernah terlibat dalam satu atau lebih tindak kecurangan akademik. Permasalahan yang sama juga terjadi di Indonesia, menurut hasil survei Litbang Media Group (2007) sebagian besar siswa melakukan kecurangan akademik baik yang berada di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi.

Prayoga dan Qudsyi (2015) melakukan penelitian terhadap 253 mahasiswa yang melakukan bentuk-bentuk tindak kecurangan akademik di perguruan tinggi. Studi tersebut mengungkapkan bahwa kecurangan akademik dilakukan dengan cara seperti menggunakan catatan ketika tes berlangsung tanpa izin pengawas, menyalin hasil pekerjaan mahasiswa lain saat ujian berlangsung, membantu orang lain untuk melakukan kecurangan saat ujian berlangsung, dan yang paling banyak ditemui, yaitu memalsukan referensi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masih terdapat masalah ketidakjujuran di kalangan terpelajar sekalipun seharusnya mereka menjunjung tinggi etika dan norma.

(4)

Brown dan Chang (2003) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa hampir 90%

mahasiswa bertindak curang ketika ujian. Angka tersebut diperkuat oleh studi yang dilakukan Sierra dan Hyman (2008) yang menemukan bahwa pelajar yang sudah terbiasa melakukan kecurangan akan cenderung terlibat kembali dalam tindak kecurangan ketika memiliki kesempatan di dunia kerjanya. Tindak kecurangan akademik inilah yang membawa peneliti kepada kesimpulan tentang alasan mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Bolin (2004) dalam studinya menemukan bahwa tindak kecurangan akademik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kebiasaan mahasiswa sehingga tindakan tersebut dianggap lazim dan merasa mempunyai peluang untuk melakukan kecurangan. Studi Bolin (2004) tersebut dikembangkan oleh Becker et al. (2006) dengan menambahkan dimensi baru yang kemudian dikenal sebagai fraud triangle.

Tiga elemen yang menyebabkan kecurangan terjadi dikemukakan oleh Albrecht (2012), yaitu adanya tekanan (pressure) yang diinterpretasikan sebagai motif untuk bertindak curang, kemudian kesempatan (perceived opportunity) sebagai keterampilan bertindak curang dan tidak diketahui, terakhir adalah alasan (rationalize) yang diinterpretasikan sebagai anggapan bahwa bertindak curang merupakan perilaku yang dapat diterima. Dengan adanya studi tersebut, karakteristik kecurangan mahasiswa dapat dikategorikan sebagai kecurangan akademik (academic fraud).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud untuk meneliti pengaruh dimensi fraud triangle yaitu tekanan, peluang/kesempatan, serta rasionalisasi adalah benar terhadap potensi kecurangan akademik, khususnya bagi mahasiswa S1 Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Tahun Angkatan 2017-2019.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Apakah tekanan berpengaruh terhadap potensi kecurangan akademik pada mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019?

2. Apakah kesempatan berpengaruh terhadap potensi kecurangan akademik pada mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019?

3. Apakah rasionalisasi berpengaruh terhadap potensi kecurangan akademik pada mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019?

TELAAH PUSTAKA Kecurangan Akademik

Definisi fraud menurut Association of Certified Fraud Examiners (2018) adalah segala bentuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) atas perbuatan orang-orang dari dalam atau luar organisasi demi keuntungan pribadi atau kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. Kecurangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata “curang” yang memiliki arti tidak jujur.

(5)

Jadi, kecurangan adalah perbuatan yang dilakukan dengan tidak jujur (Depdiknas, 2008:

281).

Untuk memahami kegiatan akademik apa saja yang berpeluang disusupi tindak kecurangan, Max A. Eckstein (2003: 19) menjelaskan dalam tulisannya. Kegiatan akademik merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari proses pembelajaran, pengerjaan tugas-tugas, evaluasi pembelajaran, dan kegiatan- kegiatan administrasi yang seluruhnya harus dilakukan oleh siswa. Dari berbagai jenis kegiatan akademik tersebut, pengerjaan tugas-tugas dan evaluasi pembelajaran selalu berkaitan dengan sejauh mana kemampuan tiap siswa untuk menerima materi yang telah diberikan. Tugas-tugas yang diberikan meliputi meringkas materi pembelajaran secara mandiri dari berbagai sumber, tugas praktik menyelesaikan laporan keuangan, maupun tugas-tugas semacam studi kasus yang meningkatkan pemahaman akan akuntansi keuangan dan lain sebagainya.

Sedangkan evaluasi pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan ujian harian merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan dilaksanakan setidaknya dua kali di tiap semester.

Kategori Kecurangan Akademik

Marsden et all (2005) membedakan kecurangan akademik ke dalam tiga kategori, yaitu cheating atau perilaku menyontek ketika ujian berlangsung, plagiarism yaitu tindakan mengutip pernyataan tanpa menyertakan sumber, dan falsification yakni tindakan untuk memberi kesan atas suatu pernyataan yang dikemukakan oleh pelaku kecurangan merupakan hal yang sudah terbukti benar. Inti dari ketiga tindak kecurangan adalah niat untuk mendapatkan keuntungan berupa nilai yang lebih baik melalui usaha kerja orang lain.

Penyebab Kecurangan Akademik

Segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa di berbagai jenjang pendidikan terkhusus dalam penelitian ini di dalam perguruan tinggi tentu didasari oleh berbagai faktor. Anderman dan Murdock (2007: 18-25) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik antara lain self-efficacy, perkembangan moral, serta religi menurut Rettinger dan Jordan (2005: 110).

Self-efficacy (efikasi diri) pertama kali dikemukakan oleh Bandura (1997:3) yang mendefinisikannya sebagai suatu bentuk keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri dalam mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan demi mencapai hasil tertentu. Bila dikaitkan dengan akademik, efikasi diri akademik merupakan kepercayaan seseorang tentang kemampuan dan kredibilitasnya dalam mengerjakan tugas hingga mengatasi berbagai tantangan akademik.

Perkembangan moral didefinisikan sebagai bentuk perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar benar dan salah (Santrock, 2007: 117). Setidaknya ada tiga aspek yang dilibatkan mengenai perkembangan moral, yakni pemikiran, perilaku, dan perasaan. Pandangan yang mendasari hal pemikiran meliputi cara seseorang berpikir mengenai aturan-aturan yang berkaitan dengan etika. Atas dasar pandangan tersebut akan mempengaruhi bagaimana seharusnya mahasiswa berperilaku sesuai dengan etika.

(6)

Menurut Ancok dan Suroso (1995: 76) religi adalah sistem simbol, kepercayaan, nilai, dan perilaku yang seluruhnya berpusat pada persoalan- persoalan yang bermakna tinggi. Aspek religi yang berhubungan dengan penelitian ini adalah aspek akhlak karena menunjukkan seberapa taat seseorang berperilaku sesuai dengan ajaran agamanya.

Tindak kecurangan akademik tidak akan terpikirkan oleh mahasiswa bila aspek religi sangat kuat tinggal di dalam hati mereka.

Metode Pencegahan Kecurangan Akademik

Matindas (2010) menjelaskan macam-macam upaya pencegahan tindak kecurangan akademik, yakni: (1) menjelaskan perilaku yang tergolong sebagai tindak kecurangan akademik serta sanksinya; (2) menekankan bahwa setiap kecurangan yang dilakukan pasti akan ketahuan; (3) mengusahakan agar mahasiswa tidak berpikir bahwa melakukan kecurangan adalah cara satu-satunya untuk mendapat nilai maksimal; (4) memberi bukti bahwa setiap kecurangan akan dikenakan sanksi; (5) melatih mahasiswa untuk mandiri dalam menyelesaikan tugas; dan (6) mendorong mahasiswa agar percaya dengan kemampuan yang dimiliki dan selalu bertindak sesuai norma dan etika.

Dimensi Fraud Triangle

Teori fraud triangle pertama kali diperkenalkan oleh Donald R. Cressey pada tahun 1953. Teori fraud triangle merupakan suatu konsep yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya kecurangan. Teori ini menjabarkan penyebab terjadinya kecurangan ke dalam tiga faktor, yaitu tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Tekanan berasal dari kata “tekan” yang memiliki arti suatu keadaan yang menekan, keadaan tidak menyenangkan yang secara umum merupakan beban batin (Depdiknas, 2008: 1420). W.

Steve Albrecht, dkk., (2012:31) menjelaskan tekanan merupakan situasi ketika seseorang merasa perlu memilih melakukan kecurangan. Bila dikaitkan dengan aktivitas akademik, tekanan menggambarkan suatu respon yang muncul apabila tuntutan dan tugas yang dikerjakan siswa terlalu banyak (Olejnik dan Holschuh, 2007). Tekanan dapat berasal dari mana saja baik itu diri sendiri, orang terdekat, juga lingkungan sekitar. Menurut Dody Hartanto (2012: 23), kebiasaan buruk siswa yang dapat berakibat pada perlakuan tindak kecurangan akademik adalah kebiasaan menunda-nunda tugas penting. Sedangkan menurut Bonnie Szumski (2015: 21-22), faktor orang-orang sekitar yang lebih mementingkan keberhasilan dapat menekan seseorang untuk melakukan kecurangan demi memperoleh tingkat keberhasilan yang sama. Bonnie melanjutkan bahwa tekanan yang lebih besar dibanding kemampuan yang dimiliki akan cendurung membuat seseorang tidak mempedulikan nilai-nilai serta perilaku yang baik. Maka dari itu, bila kebanyakan orang di lingkungannya menyontek dapat menimbulkan niat seseorang untuk melakukan hal yang sama.

Dimensi kedua yaitu kesempatan dapat diartikan sebagai suatu peluang atau keleluasaan untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2008: 1264). Dalam tindak kecurangan laporan keuangan, peluang dapat terjadi apabila pengendalian internal di suatu perusahaan tergolong lemah yang berakibat pada kemungkinan kecil untuk mengetahui tindak kecurangan (Dorminey, 2012). Hal yang sama dirasakan pada lembaga

(7)

pendidikan, peluang seseorang untuk melakukan segala bentuk kecurangan akademik salah satunya karena adanya kesempatan.

Kondisi ketiga yakni rasionalisasi, yaitu suatu proses untuk mengubah sesuatu yang tidak rasional menjadi rasional atau masuk akal (Depdiknas 2008: 1146).

Rasionalisasi menjadi faktor penting dalam fraud karena pelaku akan selalu mencari pembenaran atas tindakan yang dilakukan (W. Steve Albrecht, dkk., 2012: 49). Ia melanjutkan bahwa rasionalisasi yang biasa digunakan adalah menganggap melanggar peraturan adalah hal biasa karena semua orang melakukannya. Dalam dunia akademik, Michael Josepshon dan Melissa Mertz (2004: 26-30) menyatakan beberapa rasionalisasi para siswa ketika melakukan kecurangan akademik, seperti: (1) Karena semua siswa menyontek, perbuatan saya bukanlah hal yang salah; (2) Kenyataannya para pelaku tindak kecurangan akademik lebih beruntung dibanding yang berlaku jujur; (3) Kecurangan harus dilakukan untuk mempermudah langkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi;

(4) Tidak memiliki cukup waktu untuk belajar sehingga melakukan cara instan; (5) Meyakini bahwa pengajar tidak begitu peduli hasil kerja para pelajar didapatkan dengan cara yang jujur atau tidak. (6) Merasa ketika bertindak curang tidak ada pihak yang dirugikan; dan (7) Pelajar merasa kesulitan menerima materi pembelajaran sehingga menganggap bertindak curang adalah satu-satunya cara agar mendapat nilai yang maksimal.

Kerangka Penelitian

Berdasarkan beberapa uraian serta penelitian di atas, maka peneliti menyusun kerangka penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Sehingga, kerangka di atas menjelaskan bahwa peneliti bermaksud mengamati apakah tekanan, kesempatan, serta rasionalisasi memiliki pengaruh atas terjadinya potensi kecurangan akademik pada mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

(8)

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Adapun penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang datanya berupa angka-angka (kuantum) yang analisanya menggunakan analisa statistik dan di dalamnya terdapat generalisasi atas temuan yang diperoleh. Penelitian kuantitatif digunakan sebagai metode pengujian atas teori-teori tertentu yang diteliti melalui hubungan antar variabel, sehingga menghasilkan kesimpulan yang mampu menjelaskan gambaran atas permasalahan yang diteliti.

Instrumen Penelitian

Adapun penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai sumber pengumpulan data yang informasinya diperoleh dari para responden seperti yang telah dijelaskan di atas.

Kuesioner pada penelitian ini menggunakan skala likert sebagai pengukuran variabelnya.

Adanya skala likert dalam kuesioner penelitian berguna sebagai alat ukur sikap, pendapat, bahkan persepsi seseorang atau kelompok terhadap suatu fenomena sosial dengan cara pemberian skor.

Jenis Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel dependen dan variabel independen. Potensi kecurangan akademik (Y) adalah variabel dependen yang terdapat dalam penelitian ini. Sementara itu, variabel independen yang diusung peneliti berasal dari ketiga dimensi fraud triangle yaitu tekanan (X1), kesempatan (X2), dan rasionalisasi (X3).

Operasional Variabel

Variabel Indikator Referensi

Potensi Kecurangan Akademik

- Menggunakan atau memberi bantuan secara sengaja ketika ujian

- Memalsukan kutipan dan tidak menyertakan sumber atau nama penulis

- Memberi bantuan baik secara langsung atau melalui perantara ketika ujian

- Menggunakan perangkat yang dilarang oleh tata tertib ujian

Steve Albrecht, dkk (2012)

(9)

Tekanan

- Kurangnya pemahaman akan materi pembelajaran

- Tingginya jiwa kompetisi antar mahasiswa

- Tuntutan dari lingkungan keluarga untuk mendapat hasil yang memuaskan

- Terbebani akan tanggung jawab di luar perkuliahan seperti

organisasi kampus, dll

Steve Albrecht, dkk (2012)

Kesempatan

- Kurangnya pengendalian dalam mencegah tindak kecurangan - Kurangnya kemampuan pengajar

dalam menilai kualitas jawaban - Pemberlakuan sanksi masih

lemah

- Kurangnya pemeriksaan sebelum dan ketika ujian berlangsung

Steve Albrecht, dkk (2012)

Rasionalisasi

- Kecurangan dianggap hal biasa - Reaksi agar keluar dari situasi

terdesak

- Ketidakadilan dalam memperlakukan tindak

kecurangan

- Bukanlah sesuatu yang merugikan

- Tindakan yang dilakukan demi kebaikan

Wolfe & Hermanson (2004) dan Steve Abrecht, dkk (2012)

Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari lapangan oleh peneliti (Hasan 2002: 82). Sehubungan dengan pemahaman tersebut, penelitian ini memperoleh data langsung melalui survey dimana kuesioner dibagikan kepada mahasiswa aktif S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya angkatan 2017-2019 melalui email dan google form.

Populasi dan Sampel

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya angkatan 2017 s.d. 2019.

Sementara sampel merupakan bagian dari karakteristik yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan purposive sampling sebagai teknik

(10)

pengambilan sampel dimana penentuan sampel didasarkan pada kriteria tertentu (Sekaran, 2016: 248). Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif S1 Jurusan Akuntansi FEB UB angkatan 2017 sampai dengan 2019 dan pernah melakukan/mendapati tindak kecurangan akademik (academic fraud).

Metode Analisis Data

Jenis analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu metode analisis dengan menggunakan data berbentuk angka atau data kualitatif (Sugiyono, 2013). Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software Microsoft Excel 2016 dan IBM SPSS 24.0. Pada penelitian ini metode untuk analisa data yang digunakan adalah Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial. Statistik Inferensial terdiri dari Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Normalitas, Uji Multikoliniearitas, Uji Heteroskedastisitas, Analisis Regresi Berganda, Uji t, Uji F, dan Koefisien Determinan.

• Statistik Deskriptif

Adanya analisis statistik deskriptif bermanfaat untuk menggambarkan serta mendeskripsikan data yang telah terkumpul dengan hasil yang apa adanya tanpa bermaksud untuk menggeneralisasi kesimpulan dari hasil penelitian (Sugiyono, 2015). Sehubungan dengan penafsiran tersebut, analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden dengan memberikan gambaran serta deskripsi dari potensi kecurangan akademik sebagai variabel dependen, serta dimensi fraud triangle yakni tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi sebagai variabel independen.

• Uji Validitas

Tujuan dilakukannya uji validitas yaitu untuk memastikan instrumen yang terdapat dalam suatu penelitian mampu menghasilkan sesuatu yang dapat diukur.

Lebih konkretnya, seperti yang dinyatakan oleh Kuncoro (2013: 173) bahwa instrumen penelitian dapat dikatakan valid apabila skala yang ditetapkan dalam pengukuran mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

• Uji Realibilitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi alat ukur yang akan mempengaruhi skor (Kuncoro, 2013: 175). Dalam penelitian ini, instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6. Sebaliknya, apabila nilai Cronbach Alpha < 0,6 maka variabel dikatakan tidak reliabel sehingga perlu dikoreksi kembali tiap item pertanyaan.

• Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual terdistribusi dengan normal atau tidak. Dasar pengambilan keputusan untuk menyatakan bahwa nilai terdistribusi normal apabila nilai probabilitasnya > 0,6. Begitu pun sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,6 maka dapat dikatakan nilai berdistribusi tidak normal (Hair, et al, 2010: 125). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov Test.

• Uji Multikoliniearitas

(11)

Uji multikoliniearitas dilakukan untuk mengetahui korelasi antara variabel satu dengan variabel lainnya (Ghozali, 2013: 91).Untuk membuktikan akan hal itu dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variabel Inflation Factor (VIF). Batas umum yang dianggap sebagai tingkat nilai tolerance sebesar > 0,10 atau Variabel Inflation Factor (VIF) < 10. Apabila hasil pengujian menunjukkan angka yang tidak sesuai dengan batas tersebut maka data dianggap memiliki gejala multikoliniearitas (Ghozali, 2016).

• Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menelusuri apakah terdapat ketidaksamaan varians antara residual pengamatan satu ke pengamatan lainnya dalam model regresi penelitian (Ghozali, 2013). Pengujian dilakukan menggunakan white test.

• Analisis Regresi Berganda

Ghozali (2013: 96) menyatakan bahwa regresi linear berganda merupakan regresi linear yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis seberapa besar hubungan dan pengaruh variabel independen yang berjumlah lebih dari dua. Sejalan dengan penjelasan tersebut, rumusan model penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = α + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏1𝑋3 Keterangan :

Y = variabel terikat a = konstanta

𝑏1, 𝑏2, … , 𝑏𝑛 = koefisien variabel bebas 𝑋1,𝑋2, … , 𝑋𝑘 = variabel independen 𝑋1 = tekanan

𝑋2 = kesempatan 𝑋3 = rasionalisasi

• Uji Parsial (t)

Uji t dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan dua acuan. Pertama dengan membandingan nilai signifikansi tiap variabel bebas dengan variabel terikat.

Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak yang berarti variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima yang artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Acuan kedua yaitu melihat perbandingan antara t hitung dengan t tabel. Jika t hitung < t tabel artinya Ho diterima sedangkan bila t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Tingkat signifikansi uji ini sebesar 10% beserta derajat kebebasannya (df

= n – k – 1) di mana n merupakan jumlah sampel, k adalah jumlah variabel independen.

• Uji ANOVA (F)

(12)

Uji F pada penelitian ini ditujukan sebagai alat untuk menguji apakah terdapat hubungan linear antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen secara simultan (Ghozali, 2016). Pengambilan keputusan uji ini didasarkan nilai probabilitasnya dengan tingkat signifkansi 5%. Apabila hasil uji menunjukkan nilai probabilitas > 0,05 itu artinya hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai probabilitas < 0,05 maka hipotesis diterima.

• Koefisien Determinan

Koefisien determinasi adalah koefisien yang berguna untuk mengetahui proporsi atau persentase perubahan total variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen dengan kisaran penilaian antara nol sampai satu (Ghozali, 2016). Jika hasil uji menunjukkan angka yang semakin besar maka semakin banyak pula informasi yang diperlukan untuk menjelaskan variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sampel

Responden dalam penelitian ini terdiri dari mahasiswa aktif S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017- 2019. Pengambilan data menggunakan metode survey dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden terkait menggunakan google form. Penyebaran kuesioner sejumlah 298 kuesioner membutuhkan waktu selama 12 hari. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel pada penelitian ini, berikut ini merupakan jumlah pendistribusian kuesioner sesuai kriteria sampel yang dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Keterangan Jumlah

Populasi:

Mahasiswa aktif S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

1235 Mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria:

Mahasiswa aktif S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya selain angkatan 2017-2019

(530)

Mahasiswa yang memenuhi kriteria 705

Jumlah sampel minimal berdasarkan rumus slovin (5%) 255

Kuesioner yang disebarkan 298

Kuesioner yang tidak dikembalikan (39)

Total responden 259

Tingkat pengembalian 87%

Tingkat pengembalian yang digunakan 87%

Sumber:Data Primer (diolah: 2021) Karakteristik Responden

Dari 259 responden tersebut sebanyak 103 (40%) responden adalah laki-laki dan 156 (60%) lainnya adalah perempuan. Jumlah responden mahasiswa Akuntansi angkatan

(13)

2017 berjumlah 124 (48%), kemudian angkatan 2018 berjumlah 69 (27%) responden, dan responden angkatan 2019 berjumlah 66 (25%). Terkait rata-rata IPK, terdapat masing- masing satu (1) responden yang memiliki IPK <1.50 dan yang berkisar di antara 2.51- 3.00, sedangkan kebanyakan responden memiliki IPK berkisar 3.51- 4.00 yaitu sejumlah 173 (67%) responden dan sisa responden yang berjumlah 84 (32%) memiliki IPK berkisar 3.00-3.50.

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik Deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil kuesioner yang telah diisi oleh 259 responden agar memberikan gambaran mengenai pengaruh dari dimensi Fraud Triangle terhadap Potensi Kecurangan Akademik di lingkungan Mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019. Melalui bantuan SPSS 24, hasil kuesioner tergambar dari data pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2

Variabel N Range Min. Max. Mean Std. Deviasi

Tekanan (X1) 259 3 1 4 2,69 0,8401

Kesempatan (X2) 259 3 1 4 2,45 0,9194

Rasionalisasi (X3) 259 3 1 4 2,66 0,8996

Potensi Kecurangan

Akademik (Y) 259 3 1 4 2,01 0,8802

Sumber: Data Primer (diolah; 2021) Hasil Uji Validitas

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan cara mengkorelasikan setiap skor item dengan skor total menggunakan teknik Korelasi Pearson (Product Moment). Kriteria pengujian menyatakan apabila koefisien korelasi (r) ≥ r Tabel berarti item angket dinyatakan valid atau mampu mengukur variabel yang diukurnya.

Tabel 4.3

Uji Validitas Instrumen

Variabel Item

Koefisien Validitas (r Hitung)

Kriteria (r Tabel)

Keteranga n

X1.1 0.519 0.1381 Valid

X1.2 0.454 0.1381 Valid

X1.3 0.542 0.1381 Valid

X1.4 0.542 0.1381 Valid

X1.5 0.556 0.1381 Valid

(14)

Tekanan (X1) X1.6 0.537 0.1381 Valid

X1.7 0.419 0.1381 Valid

X1.8 0.445 0.1381 Valid

X1.9 0.581 0.1381 Valid

X1.1

0 0.538

0.1381

Valid

Kesempatan (X2)

X2.1 0.566 0.1381 Valid

X2.2 0.590 0.1381 Valid

X2.3 0.440 0.1381 Valid

X2.4 0.491 0.1381 Valid

X2.5 0.640 0.1381 Valid

X2.6 0.607 0.1381 Valid

X2.7 0.686 0.1381 Valid

X2.8 0.667 0.1381 Valid

X2.9 0.672 0.1381 Valid

X2.1

0 0.619

0.1381

Valid

Rasionalisasi (X3)

X3.1 0.698 0.1381 Valid

X3.2 0.638 0.1381 Valid

X3.3 0.415 0.1381 Valid

X3.4 0.749 0.1381 Valid

X3.5 0.683 0.1381 Valid

X3.6 0.444 0.1381 Valid

X3.7 0.399 0.1381 Valid

X3.8 0.695 0.1381 Valid

X3.9 0.512 0.1381 Valid

(15)

X3.1

0 0.621

0.1381

Valid

Potensi Kecurangan (Y)

Y.1 0.585 0.1381 Valid

Y.2 0.500 0.1381 Valid

Y.3 0.649 0.1381 Valid

Y.4 0.561 0.1381 Valid

Y.5 0.457 0.1381 Valid

Y.6 0.649 0.1381 Valid

Y.7 0.654 0.1381 Valid

Y.8 0.666 0.1381 Valid

Y.9 0.724 0.1381 Valid

Y.10 0.717 0.1381 Valid

Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa semua nilai koefisien korelasi setiap item dengan skor total (r) > r tabel (0.1381). Dengan demikian item-item itu dinyatakan valid atau mampu mengukur variabel tersebut, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

Hasil Uji Reliabilitas

Teknik pengujian reliabilitas adalah dengan menggunakan Cronbach’s Alpha.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah apabila nilai koefisien Cronbach’s Alpha ≥ 0.6 berarti item angket dinyatakan reliabel atau konsisten dalam mengukur variabel yang diukurnya.

Tabel 4.4 Uji Realiabilitas

Variabel Koefisien Reliabilitas Kriteria Keterangan

Tekanan (X1) 0.690 0.6 Reliabel

Kesempatan (X2) 0.798 0.6 Reliabel

Rasionalisasi (X3) 0.786 0.6 Reliabel

Potensi Kecurangan (Y) 0.817 0.6 Reliabel

Sumber: Data diolah (SPSS; 2021)

Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai dari Cronbach’s Alpha untuk semua variabel lebih besar dari 0.6. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya maka

(16)

dengan demikian item yang mengukur variabel-variabel tersebut dinyatakan reliabel atau konsisten dalam mengukur variabel tersebut.

Hasil Uji Normalitas

Pengujian asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual dalam model analisis path berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah residual berdistribusi normal atau tidak, dapat dideteksi melalui Probability Plot. Berikut ini adalah hasil pendeteksian asumsi normalitas melalui Probability Plot:

Gambar 4.1

Uji Normalitas melalui Probability Plot

Berdasarkan probability plot di atas dapat diketahui bahwa titik-titik residual menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini berarti residual dinyatakan berdistribusi normal. Dengan demikian asumsi normalitas terpenuhi.

Selain itu menguji apakah residual berdistribusi normal atau tidak, dapat dideteksi melalui Kolmogorov Smirnov Test. Kriteria pengujian menyatakan bahwa apabila p value

> level of significance (=5%) maka residual dinyatakan berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil pendeteksian asumsi normalitas melalui Kolmogorov Smirnov.

Tabel 4.5

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 259

Mean 0.0000000

(17)

Normal Parametersa,b Std. Deviation 4.26209356

Most Extreme Differences

Absolute 0.033

Positive 0.033

Negative -0.026

Test Statistic 0.033

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200

Berdasarkan kolmogorov smirnov test diatas dapat diketahui bahwa statistic KS (Kolmogorov Smirnov) sebesar 0.033 dan p value sebesar 0.200. Berdasarkan identifikasi tersebut karena p value (0.200) > level of significance (=5%) berarti dapat disimpulkan bahwa residual pada model regresi yang ada dinyatakan berdistribusi normal.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Alat uji yang dipakai pada penelitian ini adalah uji White sehingga dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini terletak pada perbandingan antara nilai Chi- Square Hitung dan Chi-Square Tabel. Apabila nilai Chi-Square Hitung ≤ Chi- Square Tabel, maka tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas dan begitu pula sebaliknya. Di bawah ini merupakan hasil uji heteroskedastisitas yang dijelaskan melalui tabel 4.6.

Tabel 4.6 Chi-square Hitung

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai R Square nya adalah 0,010. Dalam perhitungan Chi-Square Hitung, nilai R Square perlu dikalikan dengan jumlah responden penelitian (N). Responden penelitian ini berjumlah 289, sehingga dengan mengacu pada perhitungan tersebut maka diperoleh nilai Chi-Square Hitung sebesar 25,9. Langkah selanjutnya adalah dengan membandingkan nilai Chi-Square Hitung dan Chi-Square Tabel yang dijabarkan melalui tabel 4.7.

Tabel 4.7 Chi-square tabel

Perhitungan Chi-Square Tabel mengaju pada nilai df (degree of freedom) yang

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .102a .010 -.001 2.49577

Model

Sum of Squares df

1 Regression 16.684 3

Residual 1588.358 255

Total 1605.041 258

(18)

dibandingkan dengan tingkat signifikansi penelitian. Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai df adalah 3 dan harus dikurangi 1 sehingga df bernilai 2. Untuk mengetahui seberapa besar nilai df 2 pada tingkat signifikansi 0,05 maka perlu melihat tabel Chi-Square Distribution seperti di bawah ini.

Gambar 4.2

Chi-square distribution table

Melalui gambar di atas, dapat diketahui bahwa nilai df 2 pada tingkat signifikansi 0,05 sebesar 5,991. Maka dapat dipastikan tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas karena nilai Chi-Square Hitung ≤ Chi-Square Tabel.

Hasil Estimasi Model Regresi Berganda

Hasil estimasi model regresi pengaruh Tekanan (X1), Kesempatan (X2), dan Rasionalisasi (X3) terhadap Potensi Kecurangan (Y) dapat dilihat melalui tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8

Estimasi Model Regresi Berganda Variabel Koefisien Standardized

Koefisien

Std.

Error t Hitung p value

(Konstanta) -1.971 - 1.882 -1.047 0.296

X1 0.285 0.228 0.069 4.153 0.000

X2 0.140 0.141 0.055 2.532 0.012

X3 0.415 0.402 0.061 6.771 0.000

R2 = 0.384 Adj R2 = 0.377 F hitung = 53.087

p value = 0.000

 = 0.05

(19)

Persamaan regresi dari hasil estimasi analisis regresi linier berganda adalah:

𝒀̂ = −1.971 + 0.285 𝐗𝟏 + 0.140 𝐗𝟐 + 0.415 𝐗𝟑

Persamaan regresi di atas menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. Dari persamaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Nilai konstanta sebesar -1,971 artinya apabila tidak terdapat pengaruh tekanan, kesempatan dan rasionalisasi atau dengan kata lain nilai X1, nilai X2, dan nilai X3 adalah 0 (nol), maka potensi kecurangan akademik akan menurun setidaknya satu atau hampir dua kasus.

2. Variabel tekanan mempunyai nilai sebesar 0,285 artinya apabila variabel tekanan (X1) meningkat dengan asumsi tidak terdapat kesempatan dan rasionalisasi maka potensi kecurangan akademik akan mengalami peningkatan juga.

3. Variabel kesempatan mempunyai nilai sebesar 0,140 artinya apabila variabel kesempatan (X2) meningkat dengan asumsi tidak terdapat tekanan dan rasionalisasi maka potensi kecurangan akademik akan mengalami peningkatan juga.

4. Variabel tekanan mempunyai nilai sebesar 0,415 artinya apabila variabel rasionalisasi (X3) meningkat dengan asumsi tidak terdapat tekanan dan kesempatan maka potensi kecurangan akademik akan mengalami peningkatan juga.

Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji Simultan (F)

Hasil uji simultan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model Sum of

Squares df Mean

Square F P value

1

Regression 2927.069 3 975.690 53.087 0.000

Residual 4686.684 255 18.379

Total 7613.753 258

Berdasarkan tabel di atas, pengujian hipotesis secara simultan menghasilkan nilai F hitung sebesar 53.087 dengan p value sebesar 0.000. Hasil pengujian tersebut menunjukkan p value (0.000) < level of significance (α=0.05) maka tolak H0, hal ini berarti terdapat pengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) Tekanan (X1), Kesempatan (X2), dan Rasionalisasi (X3) terhadap Potensi Kecurangan (Y).

(20)

Hasil Uji Parsial (t)

Pengujian hipotesis parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara partial (individu) variabel Tekanan (X1), Kesempatan (X2), dan Rasionalisasi (X3) terhadap Potensi Kecurangan (Y). Kriteria pengujian menyatakan jika nilai t hitung > ttabel atau p value < level of significance (α=0.05) maka terdapat pengaruh signifikan secara partial (individu). Sebaliknya jika nilai thitung < ttabel atau p value >

level of significance (α=0.05) maka tidak terdapat pengaruh signifikan secara partial (individu) variabel Tekanan (X1), Kesempatan (X2), dan Rasionalisasi (X3) terhadap Potensi Kecurangan (Y). Hasil pengujian secara parsial dijelaskan dibawah ini berdasarkan hasil pada tabel 4.5 di atas sebelumnya:

a. Uji Pengaruh Variabel Tekanan Terhadap Potensi Kecurangan

Pengujian hipotesis pengaruh variabel Tekanan (X1) menghasilkan nilai t hitung sebesar 4.153 dengan p value sebesar 0.000. Hasil pengujian tersebut menunjukkan p value (0.000) < level of significance (α=0.05) sehingga pada taraf nyata 5% terdapat pengaruh yang signifikan Tekanan terhadap Potensi Kecurangan. Dilihat dari koefisien regresi β1 bernilai positif sebesar 0.285. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif Tekanan terhadap Potensi Kecurangan. Hal ini berarti semakin tinggi Tekanan dapat meningkatkan Potensi Kecurangan.

b. Uji Pengaruh Variabel Kesempatan Terhadap Potensi Kecurangan

Pengujian hipotesis pengaruh variabel Kesempatan (X2) menghasilkan nilai t hitung sebesar 2.532 dengan p value sebesar 0.012. Hasil pengujian tersebut menunjukkan p value (0.012) < level of significance (α=0.05) sehingga pada taraf nyata 5% terdapat pengaruh yang signifikan Kesempatan terhadap Potensi Kecurangan. Dilihat dari koefisien regresi β2 bernilai positif sebesar 0.140. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif Kesempatan terhadap Potensi Kecurangan.

Hal ini berarti semakin tinggi Kesempatan dapat meningkatkan Potensi Kecurangan.

c. Uji Pengaruh Variabel Rasionalisasi Terhadap Potensi Kecurangan

Pengujian hipotesis pengaruh variabel Rasionalisasi (X3) menghasilkan nilai t hitung sebesar 6.771 dengan p value sebesar 0.000. Hasil pengujian tersebut menunjukkan p value (0.000) < level of significance (α=0.05) sehingga pada taraf nyata 5% terdapat pengaruh yang signifikan Rasionalisasi terhadap Potensi Kecurangan. Dilihat dari koefisien regresi β3 bernilai positif sebesar 0.415. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif Rasionalisasi terhadap Potensi Kecurangan.

Hal ini berarti semakin tinggi Rasionalisasi maka dapat meningkatkan Potensi Kecurangan.

Hasil Koefisien Determinan

Tujuan dilakukannya uji koefisien determinasi adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Pada penelitian ini, hasil uji koefisien determinasi dinyatakan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10

Uji Koefisien Determinasi

(21)

Dari Tabel 4.10 dapat diketahui nilai adjusted R square sebesar 0,377, yang berarti bahwa variabel independen penelitian ini dapat mendefinisikan variabel dependen sebesar 0,377 atau 37%, dengan kata lain 63%-nya dijelaskan oleh variabel-variabel selain tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Sedangkan nilai Standard Error of the Estimate (SEE) yang berguna untuk menjelaskan tingkat keakuratan model regresi dalam memprediksi variabel dependen pada penelitian ini menunjukkan angka sebesar 4,287.

Pembahasan

Pengaruh Tekanan terhadap Potensi Kecurangan Akademik

Albrecht (2012) menjelaskan bahwa tekanan dimaknai sebagai suatu motivasi atau dorongan demi suatu tujuan namun dibatasi oleh ketidakmampuan untuk meraihnya yang memaksa seseorang agar bertindak curang. Tindakan yang sifatnya dipaksakan biasanya tidak memperhatikan bahkan melanggar nilai atau norma-norma yang ada di masyarakat. Hal tersebut selaras dengan pendapat Becker (2006) yang menyatakan bahwa kecurangan semakin mungkin terjadi apabila tekanan yang dihadapi pelaku juga semakin besar.

Hasil pengujian signifikansi koefisien regresi variabel tekanan menunjukkan bahwa H1 diterima. Nilai koefisien yang menunjukkan angka sebesar 0,285 dan sig-t sebesar 0,000, dapat disimpulkan bahwa variabel tekanan berpengaruh secara signifikan terhadap potensi kecurangan akademik mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017- 2019. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hadi Santoso (2013), Dian Purnamasari (2014) dan Desiana (2015) dimana tekanan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi terjadinya kecurangan akademik. Pernyataan ini mendukung teori Fraud Triangle dimana tekanan menjadi salah satu variabel dari faktor pendorong seseorang melakukan tindakan kecurangan.

Pengaruh Kesempatan terhadap Potensi Kecurangan Akademik

Kesempatan atau peluang merupakan suatu kondisi yang memungkinkan seseorang melakukan tindak kecurangan dan tidak terdeteksi (Albrecht, 2012).

Adanya kesempatan dikarenakan sistem yang kurang baik, padahal faktor ini yang paling mudah diantisipasi bila mempunyai sistem pengendalian yang tepat.

Oktosesarina (2008) menyatakan bila sistem pengendalian bagus, kemungkinan kesempatan muncul dalam tindak kecurangan akan semakin minim. Albrecht (2012) juga menyatakan bila kesempatan semakin meningkat, maka besar kemungkinan perilaku kecurangan marak terjadi.

Hasil pengujian signifikansi koefisien regresi variabel kesempatan menunjukkan bahwa H2 diterima. Nilai koefisien yang menunjukkan angka sebesar 0,140 dan

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .620a .384 .377 4.28709

(22)

sig sebesar 0,012 menyimpulkan bahwa variabel kesempatan berpengaruh secara signifikan terhadap potensi kecurangan akademik mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017- 2019. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fores dan Negre (2010) Muhammad Hadi Santoso (2013), Dian Purnamasari (2014) dan Desiana (2015) dimana kesempatan berpengaruh penting terhadap terjadinya kecurangan akademik. Pernyataan ini mendukung teori Fraud Triangle dimana kesempatan menjadi salah satu variabel dari faktor pendorong seseorang melakukan tindakan kecurangan.

Pengaruh Rasionalisasi terhadap Potensi Kecurangan Akademik

Rasionalisasi merupakan tindakan atau alasan pembenaran diri demi suatu perilaku yang salah (Albrecht, 2012). Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan rasionalisasi sebagai suatu cara untuk menjadikan tindakan yang tidak rasional menjadi rasional dan merupakan perilaku yang dianggap baik. Hubungannya dengan bidang akademik, William dan Hosek (2003) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa ketidakjujuran oleh mahasiswa merupakan rasionalisasi mereka terhadap perilaku tindak kecurangan. Dengan adanya rasionalisasi, menunjukkan bahwa mahasiswa menganggap perilaku curang sebagai tindakan yang masih dalam batas wajar dan bukanlah suatu kesalahan.

Hasil pengujian signifikansi koefisien regresi variabel rasionalisasi menunjukkan bahwa H3 diterima. Nilai koefisien yang menunjukkan angka sebesar 0,415 dan sig sebesar 0,000 menyimpulkan bahwa variabel rasionalisasi berpengaruh secara signifikan terhadap potensi kecurangan akademik mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017- 2019. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hadi Santoso (2013), Dian Purnamasari (2014) dan Desiana (2015) dimana rasionalisasi berpengaruh penting terhadap terjadinya kecurangan akademik. Pernyataan ini mendukung teori Fraud Triangle dimana rasionalisasi menjadi salah satu variabel dari faktor pendorong seseorang melakukan tindakan kecurangan.

PENUTUP Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi potensi kecurangan akademik dengan pendekatan fraud triangle pada mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019.

Variabel independen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu Tekanan (X1), Kesempatan (X2), Rasionalisasi (X3). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap Potensi Kecurangan Akademik (Y). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

(23)

1. Tekanan berpengaruh signifikan terhadap potensi terjadinya kecurangan akademik mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019.

2. Kesempatan berpengaruh signifikan terhadap potensi terjadinya kecurangan akademik mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019.

3. Rasionalisasi berpengaruh signifikan terhadap potensi terjadinya kecurangan akademik mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Angkatan 2017-2019.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain terdapat pada nilai koefisien determinasi (R2). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0.377, dengan kata lain seluruh variabel independen hanya mampu mendefinisikan variabel dependen sebesar 37.7% sehingga persentase sisanya sebesar 62.3% dijelaskan melalui variabel di luar penelitian ini. Karena nilai koefisien determinasi ditentukan berdasarkan teori, rendahnya nilai R2 disebabkan oleh penyusunan kuesioner yang kurang bagus, pelaksanaan pilot test yang tidak berjalan lancar, dan ruang lingkup penelitian yang kurang luas. Selain itu pemilihan waktu penyebaran kuesioner yang kurang tepat yaitu di hari-hari terakhir pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) sampai pada berakhirnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Tahun Ajaran 2020/2021 merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan tingkat pengembalian kuesioner yang tidak 100% walaupun pada akhirnya mampu melebihi target minimal sampel penelitian yang telah ditentukan.

Saran

Melalui kesimpulan di atas, berikut beberapa saran yang diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pihak yang ingin lebih mendapati topik ini atau melakukan penelitian- penelitian berikutnya:

1. Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar memperluas variabel-variabel yang mempengaruhi kecurangan akademik karena dengan variabelvariabel independen yang terdapat dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan variabel depende sebesar 37%.

2. Disarankan bagi peneliti agar lebih memperhatikan kondisi responden guna memperoleh data yang semakin kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Adelaja, Samuel Olunlade. 2011. Deterrent Measures and Cheating Behaviour of Accounting Undergraduates in Tertiary Institutions in Lagos Nigeria.

International Journal of Business and Management. Vol. 6, No. 12, Hal 195.

Albrecht, W. Steve. 2012. Fraud Examination, Fourth Edition. South-Western. USA.

Ancok, D., & Suroso, F. N. 1995. Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem- Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(24)

Anderman, E. M., & Murdock, T. B. 2007. Psychology of Academic Cheating. London:

Academic Press, Inc. 34.

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter. 2019. Survei Fraud Indonesia. Hal 14-15. Jakarta, Indonesia.

Bandura. 1997. Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman.

Becker, J. Coonoly, Paula L, dan J. Morrison. 2006. Using the Business Fraud Triangle to Predict Academic Dishonesty Among Business Students. Academy of Educational Leadership Journal. Vol 10, No 1, Hal 37.

Bolin, A.U. 2004. Self-Control, Perceived Opportunity, and Attitudes as Predictors of Academic Dishonesty. The Journal of Psychology. 138(2), Hal 101-144.

Brown, B.S dan P, Chang. 2003. A Comparison of Academic Dishonesty among Business Students in a Public and Private Catholic University. Journal of Research of Christian Education. 12(1), Hal 27-48.

Davis, S. F., Drinan, P. F. & Gallant, T. B., 2009. Cheating in School: What We Know and What We Can Do. Chiscester: Wiley Blackwell.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dorminey, J., A.S. Fleming, Mary-Jo, Kranacher., dan Riley Jr, R.A. 2912, The Evolution of Fraud Theory. Issues in Accounting Education, Vol. 27, No 2.

Eckstein, Max A. 2003. Combating Academic Fraud: Towards a Culture of Integrity, (Online). (http://www.unesco.org.iiep, diakses tanggal 25 Januari 2021).

Forgas dan Negre. 2010. Academic Explanatory Factors from Student’s. Journal Academic Ethics, 8: 217-232.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

___________. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 7.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

___________. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 8.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hair, J. F. 2010. Multivariate Data Analysis, 7th Edition. United States: Pearson.

Hartanto, Dody. 2012. Bimbingan dan Konseling Menyontek: Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Penerbit Indeks.

Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Josepshon, Michael., dan Mertz, Melissa. 2004. Promoting Integrity and Preventing Academic Dishonesty. Los Angeles.

King, C. 2009. Online exams and cheating: An empirical analysis of business student’s views. The Journal of Educators Online. Vol 6, 1-11.

Kuncoro, Mudrajat. 2013. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 4. Jakarta:

Erlangga.

Kurnia, Widya. 2009. Analisis Terhadap Kecurangan Akademik (Academic Fraud) Mahasiswa Pada Saat Ujian. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

(25)

Lawson, R. A. 2004. Is Classroom cheating related to business student’s propensity to cheat in the “real world”?. Journal of Business Ethics. Volume 49, No 2, 189-199.

Marsden, H., Carroll, M., & Neill, J. T. 2005. Who cheats at university? A self- report study of dishonest academic behaviours in a sample of Australian University students. Australian Journal of Psychology, Vol 57(1), Page 1- 10.

Matindas, R. 2010. Mencegah Kecurangan Akademik, (Online).

(http://budimantindas.blogspot.com, diakses tanggal 26 Januari 2021).

McCabe, D. I., dan Trevino. 1997. Individual and Contextual Influences on Academic Dishonesty: A Multicampus Investigation. Research in Higher Education, 38, Hal 379-396.

McCabe, D. I., dan Trevino. 2001. Cheating in academic institutions: A decade of research ethics and behaviour, 11 (3). Hal 219-232.

Morris, D., & Kilian, C. 2007. Do accounting students cheat? A study examining undergraduate accounting students’ honesty and perceptions of dishonest behaviour. A Study Examining Undergraduate Accounting Students’ Honesty and Perceptions of Dishonest Behaviour.

Mulyawati, H., Masturoh, I., Anwaruddin, I., Mulyati, L. Agustendi, S., & Tartila, T.S.S.

2010. Pembelajaran Studi Sosial. Alfabeta. Bandung.

Nonis, S.A., C.O. Swift. 2001. An examination of the relationship between academic dishonesty and workplace dishonesty: A multicampus investigation. Journal of Education for Business. Volume 77, No 2, 69-77.

Nursani, Rahmalia dan Irianto, Gugus. 2013. Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa: Dimensi Fraud Diamond. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol 2, No 2.

Universitas Brawijaya.

Oktosesarina, Heppy. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Tekanan, Kesempatan, dan Rasionalisasi terhadap Perilaku Kecurangan yang dilakukan oleh Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Skripsi. Malang:

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Olejnik, S. N. & Holschuh, J. P. 2007. College rules! 2nd Edition How to study, survive, and succeed. New York: Ten Speed Press.

Prayoga, A.G., & Qudsyi, H. 2015. Hubungan antara Konformitas terhadap Teman Sebaya dan Kecurangan Akademik pada Mahasiswa Perguruan Tinggi. Naskah Publikasi. Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Purnamasari, Dian. 2014. Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Pada Saat Ujian Dan Metode Pencegahannya.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Vol. 2(2).

Rettinger, D. A., & Jordan, A. E. 2005. The relations among religion, motivation, and college cheating: A natural experiment. Ethics & Behaviour, 15(2), Page 107-129.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi 11. Jakarta: PT. Erlangga.

(26)

Sekaran, Uma & Bougie, Roger. 2016. Metode Penelitian Bisnis, Edisi 7. Jakarta Selatan:

Salemba Empat.

Sierra, J.J. & M. R. Hyman. 2008. Ethical Antecendents of Cheating Intentions: Evidence of Mediation. Journal Academic Ethics, 6. Hal 51-66.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2012. Budaya Korupsi dan Korupsi Budaya: Tantangan Bagi Dunia Pendidikan, (Online). (http://uharsputra.wordpress.com, diakses tanggal 5 Januari 2021).

Szumski, Bonnie. 2015. Matter of Opinion Cheating. Chicago: Norwood House Press.

Williams, M. S., dan Hosek, W. R. 2003. Strategies for Reducing Academic Dishonesty.

Journal of Legal Studies Education, Vol 21, 87.

Wolfe, David T., Dana R. Hermanson. 2004. The fraud diamond: Considering the four elements of fraud. The CPA Jornal. 38-42.

Wood, Gall dan Warnken, Paula. 2004. Managing Technology, Academic Original Sin:

Plagiarism, The Internet, and Librarians. Journal of Academic Librarianship, Vol 30 Issue 3, Page 237-242.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan nilai t diketahui nilai T hitung sebesar 4.891 &gt; 2,045 T tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PAI dalam Keluarga (X) berpengaruh terhadap

Penelitian ini dilatarbelakangi agar mengetahui seberapa besar pengaruh kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior OCB karyawan pada Sekolah