• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, JUMLAH INDUSTRI, TINGKAT UPAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INVESTASI, JUMLAH INDUSTRI, TINGKAT UPAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, JUMLAH INDUSTRI, TINGKAT UPAH TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA

DI KABUPATEN / KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Kevin Akbar Hidayat 134020107111011

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)

Analisis Pengaruh Investasi, Jumlah Industri, Tingkat Upah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Timur

Kevin Akbar Hidayat Dr. Susilo, SE., MS.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang Email: kevin.akbarh17@gmail.com

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pelaksanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan kesempatan kerja. penyerapan tenaga kerja di suatu daerah dapat di pengaruhi oleh investasi, jumlah industri, dan juga tingkat upah. Penelitian ini dimaksudkan untuk sejauh mana ketiga variabel independen mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif dengan data sekunder gabunan 29 kabupaten dan 9 kota pada periode tahun 2013-2015. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa investasi, jumlah industri dan tingkat upah berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Faktor yang memiliki pengaruh paling dominan adalah Jumlah Industri.

Kata kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Investasi, Jumlah Industri, Tingkat Upah, Pertumbuhan Ekonomi.

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pelaksanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan kesempatan kerja. Penyediaan kesempatan kerja di Jawa Timur menjadi penting dengan kondisi penduduk yang terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pertambahan penduduk membuat jumlah angkatan kerja di Jawa Timur meningkat. Sektor industri dan perdagangan yang memiliki nilai tambah paling besar dibandingkan sektor lainnya diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang lebih luas. Untuk mengantisipasi permasalahan pengangguran yang pada akhirnya akan mengganggu peroses pertumbuhan ekonomi, maka perlu dikaji faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh investasi, jumlah industri dan tingkat upah dalam mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur, selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor apakah yang paling mendominasi dalam mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur.

Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah pengangguran terbesar kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi DKI Jakarta. Namun dalam sisi PDRB Provinsi Jawa Timur merupakan daerah yang terbesar kedua dibawah Provinsi DKI Jakarta, maka dari itu diharapkan Provinsi Jawa Timur dapat menekan jumlah pengangguran agar menjadi lebih rendah.

(3)

Tabel 1.2 Jumlah Pengangguran Terbuka di Pulau Jawa dari Tahun 2015 hingga 2017

Provinsi Dalam Jiwa

2015 2016 2017

DKI Jakarta 368,190 317,007 346,945

Jawa Barat 1,794,874 1,873,861 1,839,428

Jawa Tengah 863,783 801,330 823,938

DI Yogyakarta 80,245 57,036 64,019

Jawa Timur 906,904 839,283 838,496

Banten 509,383 498,596 519,563

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018)

Berdasarkan hasil penjelasan diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur seharusnya dapat menekan kembali jumlah pengagguran di daerah tersebut jika dilihat dari tingkat PDRB yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Timur. Diharapkan penelitian ini dapat menunjukkan sejauh mana pengaruh investasi, jumlah industri dan tingkat upah mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Maka dari itu peneliti disini memilih untuk mengambil judul “Analisis Pengaruh Investasi, Jumlah Industri dan Tingkat Upah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Kabupaten / Kota di Jawa Timur”

B. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Tenaga Kerja

Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. (Sumarsono,2009)

Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu (Rahardjo, 1984). Penyerapan tenaga kerja ini merupakan turunan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan perubahan dari input atau masukan (faktor produksi) menjadi output atau keluaran.

Investasi

Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara swasta dan pemerintah. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk jangka panjang dapat menaikkan standar hidup masyarakatnya (Mankiw, 2003:62).

Industri

Industri adalah suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual (Dumairy,1996: 227).

Tingkat Upah

Menurut teori Neoklasik, karyawan memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marjinalnya. Dengan kata lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada pengusaha.

(4)

C. METODE PENELITIAN Definisi Operasional penelitian

Definisi operasional adalah petunjuk yang menjelaskan bagaimana seluruh variabel dalam penelitian ini diukur. untuk memperjelas dan mempermudah dalam pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional sebagaimana berikut:

A. Penyerapan Tenaga Kerja (Variabel Dependen)

Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja di Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Timur. Jumlah penduduk bekerja atau bisa disebut dengan pekerja dinyatakan dalam satuan orang.

B. Investasi Swasta (Variabel Independen)

Realisasi investasi yang dilakukan oleh pihak swasta di seluruh dalam kurun waktu 2013–2015 yang dinyatakan dalam juta rupiah. Data dari investasi swasta dalam penelitian ini didapatkan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

C. Jumlah Industri (Variabel Independen)

Jumlah industri sedang dan besar yang terletak di Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu 2013-2015. Data jumlah industri dalam penelitian ini diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

D. Tingkat Upah (Variabel Independen)

Tingkat upah merupakan biaya tenaga kerja yang dibayarkan kepada pekerja atas imbalan terhadap pekerjaan atau jasa yang diberikan oleh pemberi pekerjaan. Tingkat upah yang digunakan dalam penelitian adalah Upah Riil di Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Timur per tahun yang diterima oleh para pekerja dalam satuan Rupiah. Data tingkat upah dalam penelitian ini diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif.

Adapun menurut (Sugiyono 2011), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik, sedangkan menurut (Sukmadinata, 2006) pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka dan mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang diteliti dengan menggunakan instrumen- instrumen formal, standar dan bersifat mengukur. Sedangkan pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan, atau manggambarkan data dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan pada tujuan yang ingin dijawab peneliti yaitu mengetahui hubungan dan pengaruh antara beberapa variabel dan mendeskripsikan hubungan dan pengaruh antar variabel tersebut secara statistik maka jenis penelitian kuantitatif adalah solusi yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.

Lokasi penelitian

Objek dari penelitian adalah Provinsi Jawa Timur sehingga penelitian ini dilakukan di Jawa Timur.

Penelitian ini menggunakan data 29 kabupaten dan 9 kota di Jawa Timur yang diambil dari tahun 2013 hingga 2015, sebagai hasil publikasi dari sensus Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur.

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan beberapa pertimbangan yang telah diambil maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan gabungan antara data cross section dari 38 kabupaten/kota dan data deret waktu atau time series tahun 2013-2015 di Jawa Timur. Penelitian ini mengasumsikan bahwa variabel investasi, jumlah industri dan tingkat upah membutuhkan waktu dalam memberikan pengaruh terhadap variabel pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, penggunaan data panel

(5)

dengan gabungan antara data cross section 38 kabupaten/kota dan data time series merupakan pilihan yang tepat dalam penelitian ini.

Selain itu, data panel memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan data panel menurut (Gujarati 2009) adalah bersifat tahan terhadap beberapa tipe pelanggaran asumsi Gauss Markov, yakni heteroskedasitas dan normalitas. Di samping itu, dengan perlakuan tertentu struktur data seperti ini diharapkan untuk memberikan informasi yang lebih banyak (high informational content). Suatu aspek yang sangat diinginkan bagi penelitian empiris yang bernilai tinggi.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui publikasi dari sumber-sumber lain seperti instansi, jurnal penelitian, koran, majalah, dan internet, buku, dan berbagai literatur lain. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, jurnal penelitian, tesis dan berbagai publikasi literatur lain yang berkaitan dengan studi ini.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu metode yang bertujuan untuk mendapatkan data terkait dengan variabel penelitian melalui berbagai sumber literatur dan institusi. Sumber literatur yang digunakan adalah publikasi data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, jurnal penelitian, tesis, artikel di internet, dan buku. Data sekunder dikumpulkan melalui dokumentasi dari data-data yang telah dipublikasikan oleh berbagai instansi dan literatur yang berkaitan dengan studi ini.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah hasil estimasi model fixed effect untuk variabel investasi, jumlah industri dan tingkat upah sebagai variabel independen/bebas serta penyerapan tenaga kerja sebagai variabel dependen/terikat. Hasil estimasi persamaan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Panel Fixed Effect Model

Variabel Koefisien Std. Eror t-Statistik Prob.

Konstanta (C) 3.745837 0.466890 27.21115 0.0000

Investasi (X1) 0.051858 0.007197 7.485107 0.0055

Jumlah Industri (X2) 0.434224 0.053288 4.580539 0.0073

Tingkat Upah (X3) 0.198756 0.027935 8.067566 0.0003

R-squared: 0.859004

Nilai Prob. (Uji F): 0.0000

Sumber: Data diolah

Variabel dependen pada hasil uji regresi panel adalah penyerapan tenaga kerja dan variabel independennya adalah investasi, jumlah industri dan tingkat upah. Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah:

LnY = 3.745837+ 0.051858 LnX1it + 0.434224 LnX2it + 0.198756LnX3it

Keterangan :

Y = Penyerapan tenaga kerja X1 = Investasi

X2 = Jumlah Industri X3 = Tingkat Upah

(6)

Dari hasil persamaan regresi di atas, dapat diketahui bahwa:

a. Variabel Investasi

Koefisien regresi variabel Investasi yang bernilai positif sebesar 0.051858 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada variabel Investasi sebesar 1 persen maka variabel Penyerapan tenaga kerja akan mengalami peningkatan sebesar 0.051858 persen.

b. Variabel Jumlah Industri

Koefisien regresi variabel Jumlah Industri yang bernilai positif sebesar 0.434224 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada variabel Jumlah Industri sebesar 1 persen maka variabel Penyerapan tenaga kerja akan mengalami peningkatan sebesar 0.434224 persen.

c. Variabel Tingkat Upah

Koefisien regresi variabel Total Upah yang bernilai negatif sebesar 0.198756 menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada variabel Total Upah sebesar 1 persen maka variabel Penyerapan tenaga kerja akan meningkat sebesar 0.198756 persen.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Y), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.4 diperoleh nilai R-square sebesar 0.859004 atau 85%. Artinya kontribusi terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja dijelaskan sebesar 85% oleh variabel Investasi, Jumlah Industri, dan Tingkat Upah. Sedangkan sisanya sebesar 15% dijelaskan oleh variabel bebas lain di luar model.

Uji Simultan/Uji Statistik F

Untuk menguji hipotesis pengaruh dari variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, digunakan uji statstik F. Dasar pengambilan keputusan pada uji statistik F dengan membandingkan antara F hitung dengan F tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka variabel bebas dikatakan signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat, begitu pula sebaliknya. Atau juga bisa dengan melihat nilai signifikansi (F-statistic ), apabila nilai Prob. (F-statistic ) lebih kecil (<) dari alpha yang telah di tetapkan (5%) maka variabel bebas secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat, dan begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.4 diperoleh nilai Prob. (F-statistic) sebesar 0.0000 atau lebih kecil dari alpha 5% (0.05). Besarnya nilai Prob. tersebut menunjukkan bahwa H1 diterima dan menolak H0 yang berarti secara bersama-sama vaiabel Investasi, Jumlah Industri, dan Tingkat Upah berpengaruh signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja.

Uji Parsial/Uji Statistik t

Untuk menguji pengaruh parsial dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Penyerapan Tenaga Kerja), digunakan uji statistik t. Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen, dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel Investasi

Variabel Investasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.0055 atau lebih kecil (<) dari alpha 5%

(0.05) yang berarti bahwa variabel Investasi berpengaruh signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja pada taraf kesalahan 5%.

b. Variabel Jumlah Industri

Variabel Jumlah Industri memiliki nilai signifikansi sebesar 0.0073 atau lebih kecil (<) dari alpha 5% (0.05) yang berarti bahwa variabel Jumlah Industri berpengaruh signifikan terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja pada taraf kesalahan 5%.

c. Variabel Tingkat Upah

Variabel Tingkat Upah memiliki nilai signifikansi sebesar 0.0003 atau lebih kecil (<) dari alpha 5% (0.05) yang berarti bahwa variabel Tingkat Upah berpengaruh signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja pada taraf kesalahan 5%.

(7)

Hubungan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Sesuai yang dikemukakan oleh teori bahwa investasi memiliki hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja, dimana hasil penelitian telah menampilkan bahwa investasi memiliki nilai koefisien sebesar 0.051858. nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa ketika terjadi kenaikan pada variabel investasi sebesar 1% maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat sebesar 0.05%. serta didukung dengan nilai signifikansi sebesar 0.0055 dengan alpha 5%. Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan taraf kesalahan sebesar 0.05 (5%) investasi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Hasil penelitian yang sama juga terjadi pada penelitian yang telah dilakukan oleh Abdul Haris Romdhoni (2017) yang berjudul “Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Tengah Tahun 2009-2013”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa investasi memiliki hubungan positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan kata lain jika investasi meningkat maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa investasi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah.

Hubungan Jumlah Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah industri memiliki hubungan yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Diketahui nilai koefisien variabel jumlah industri dalam tabel hasil estimasi memiliki nilai sebesar 0.434224 nilai ini merupakan nilai terbesar dalam mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Nilai koefisien 0.434224 ini menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada variabel Jumlah Industri sebesar 1% maka variabel Penyerapan tenaga kerja akan mengalami peningkatan sebesar 0.43%. kemudian juga didukung dengan nilai signifikansi sebesar 0.0073 dengan alpha 5%. Hal tersebut menjelaskan bahwa kesalahan sebesar 0.05% (5%) jumlah industri berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Hasil yang sama juga terjadi pada penelitian yang telah dilakukan oleh Eva Dwi Prihartanti (2007) yang berjudul Analisis “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor” dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa variabel jumlah industri memiliki hubungan postif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor. Hal tersebut juga menjelaskan bahwa ketika jumlah industri di Kota Bogor Meningkat maka penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor juga akan mengalami peningkatan.

Hubungan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa upah memiliki hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut telah ditunjukkan oleh nilai koefisien dari variabel tingkat upah sebesar 0.198756. hal ini menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada variabel total upah sebesar 1%

maka variabel penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan jumlah sebesar 0.20%. Peningkatan tingkat upah akan menyebabkan peningkatan permintaan dan hal ini diikuti oleh banyaknya perusahaan yang ingin masuk ke dalam pasar sehingga penyerapan tenaga kerja yang dilakukan perusahaan juga akan semakin meningkat. Jadi dengan adanya kenaikan tingkat upah maka para pengusaha akan mengupayakan untuk menambah tingkat produksi yang dimana penambahan tingkat produksi tersebut membutuhkan penambahan unit usaha, dengan adanya penambahan unit usaha ini menyebabkan kebutuhan akan tenaga kerja menjadi meningkat. Hal ini juga didukung dengan nilai signifikansi variabel upah sebesar 0.0003 dengan alpha 5%. Itu artinya dengan taraf kesalahan sebesar 0.05 (5%) total upah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa hubungan upah yang positif dengan penyerapan tenaga kerja tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Todaro, fenomena ini terjadi karena pada saat ini upah di suatu yang meningkat di suatu daerah, maka aka menimbulkan kenaikan juga pada tingkat konsumsi, dimana peningkatan konsumsi tersebut akan menimbulkan peningkatan kapasitas produksi, sehingga terjadinya peningkatan kapasitas produksi ini akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak lagi dan akhirnya terjadilah penambahan lapangan kerja yang baru, hal tersebut diperkuat oleh data Pengeluaran Perkapita di Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Timur.

(8)

Pengeluaran Perkapita di Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 - 2015.

Dari gambar diatas diketahui bahwa tingkat pengeluaran penduduk di Provinsi Jawa Timur selalu meningkat tiap tahunnya, dapat disimpulkan bahwa dengan terjadinya peningkatan konsumsi tiap tahun di Provinsi Jawa Timur akan berdampak terhadap penyerapan yang terjadi di setiap tahunnya juga karena meningkatnya tingkat konsumsi di suatu daerah juga akan meningkatkan kapasitas produksi maka dari itu terbukalah lapangan kerja yang baru.

Hasil penelitian yang sama juga terjadi pada penilitian yang telah dilakukan oleh Oktaviana Dwi Saputri (2011) yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Salatiga”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa upah memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Salatiga. Hal ini menunujukkan bahwa semakin tinggi tingkat upah di Kota Salatiga maka penyerapan tenaga kerja di Kota Salatiga juga akan mengalami peningkatan. Hal yang serupa terjadi pada penelitian yang telah dilakukan oleh I Gusti Agung Indradewa dan Ketut Suardhika Natha (2015) yang berjudul “Pengaruh Inflasi, PDRB dan Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Bali” dalam penelitian tersebut dijelaskan hasilnya bahwa upah minimum memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali.

Variabel Paling Dominan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hasil estimasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jumlah industri merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien pada variabel jumlah industri sebesar 0.434224 dan merupakan variabel yang memiliki nilai koefisien paling tinggi dantara variabel yang lainnya. Pada bagian – bagian sebelumnya juga telah dijelaskan bahwa industri mencerminkan adanya kegiatan ekonomi, kemudian untuk melakukan kegiatan produksi dibutuhkan adanya input tenaga kerja. Teori Keynes telah mengatakan bahwa ketika seseorang membelanjakan sejumlah pendapatan mereka maka ia membantu meningkatkan pendapatan orang lain. Dalam hal ini yang dimaksud dengan

“membelanjakan” adalah penambahan pengeluaran barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan, jadi apabila perusahaan menambah unit usahanya maka tentu saja perusahaan tersebut akan memerlukan tambahan tenaga kerja agar unit usaha yang baru dibentuk tersebut dapat di operasikan. Hal ini menjelaskan setiap adanya tambahan unit usaha maka penambahan tenaga kerja juga akan dibutuhkan.

Semakin banyak tenaga kerja yang diserap maka permintaan agregat juga akan ikut meningkat. Jadi terjadinya peningkatan jumlah industri sudah pasti akan meningkatkan permintaan akan barang dan modal sehingga hal tersebut juga akan mendorong permintaan agregat, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh teori Keyness.

586,407

674,580

830,472

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000

2013 2014 2015

(9)

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penulisan yang ditetapkan yaitu untuk mengetahui pengaruh Investasi, jumlah industri, dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja dari 38 kota/kabupaten di Jawa Timur periode 2013-2015, beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pembahasan menunjukkan bahwa variabel investasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut dikarenakan nilai investasi yang semakin tinggi menyebabkan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur semakin meningkat dan sesuai dengan peranan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja.

2. Variabel jumlah industri memiliki pengaruh yang siginifikan dan berhubungan positif dengan penyerapan tenaga kerja, hal tersebut menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah industri di Provinsi Jawa Timur maka terjadi peningkatan juga terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut terjadi karena dengan bertambahnya jumlah industri maka kegiatan produktif juga ikut bertambah sehingga kebutuhan tenaga kerja di daerah tersebut juga akan ikut meningkat.

3. Variabel tingkat upah memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan dengan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut dikarenakan kenaikan tingkat upah dapat menyebabkan peningkatan konsumsi di daerah tersebut, dimana peningkatan konsumsi juga akan berpengaruh terhadap tingkat produksi dan tingkat produksi akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.

4. Berdasarkan dari nilai koefisien yang dimiliki oleh ketiga variabel independen tersebut diketahui bahwa variabel jumlah industri adalah variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja. hal tersebut dikarenakan jumlah industri besar akan membutuhkan tenaga kerja yang berjumlah besar juga, maka dari itu dengan bertambahnya jumlah industri akan menyebabkan kenaikan yannilai koefisien yang dimiliki oleh variabel jumlah industri merupakan nilai koefisien terbesar dari variabel independen yang lainnya yaitu sebesar 0.434224, hal ini menjelaskan bahwa variabel jumlah industri merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Jumlah industri di Provinsi Jawa Timur merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. oleh karena itu diharapkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat memberikan peran yang lebih terhadap peningkatan sektor industri di Provinsi Jawa Timur.

Salah satunya dengan cara memangkas rantai birokrasi. Birokrasi merupakan biaya bagi pengusaha sehingga apabila semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mendirikan perusahaan maka pengusaha atau investor akan menjadi lebih tertarik untuk mendirikan perusahaan di Provinsi Jawa Timur.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel investasi memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur maka diharapkan pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif. Salah satu cara agar menciptakan investasi yang kondusif adalah dengan cara mempromosikan investasi ke luar daerah dan juga dengan cara mempermudah perijinan investasi. Tindakan ini dapat mendorong wilayah Provinsi Jawa Timur untuk membuka dan mengembangkan kesempatan kerja baru. Dengan munculnya kesempatan kerja baru maka dipastikan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur meningkat serta juga mampu mengurangi tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Timur.

3. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan produktivitas terhadap tenaga kerja muda dengan cara melakukan pelatihan terhadap bidang teknologi. Hal ini dikarenakan pada saat ini teknologi merupakan suatu kebutuhan dari masyarakat sehingga para investor cenderung mencari para tenaga kerja yang dapat memproduksikan komoditas di bidang teknologi, dengan

(10)

adanya pelatihan tersebut diharapkan dapat menimbulkan daya tarik para investor agar menanamkan modalnya di daerah Provinsi Jawa Timur.

DAFTARPUSTAKA

Arias, Javier. 2018. Trade, informal employment and labor adjusment costs. Journal of Development Economics Vol. 133: 396-414.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya

Badan Pusat Statistik. 2016. Laporan Indikator Industri Manufaktur. Jawa Timur: Badan Pusat Statistik

---.Jawa Timur, 2018. PDRB Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2016 (Milyar Rupiah). Jawa Timur:

Badan Pusat Statistik

---, 2018. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut KabupatenKota dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2005 - 2015. Jawa Timur: Badan Pusat Statistik

---, 2018. PDRB Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Sub Kategori) Tahun 2010-2016 (Milyar Rupiah).

Jawa Timur: Badan Pusat Statistik

Barbero, Javier. 2018. Industry Location and Wages: The Role of Market Size and Accessibility In Trading Networks. Regional Science and Urban Economics Vol. 71: 1-24.

Bilas, R, A, 1984. Teori Ekonomi Mikro. Terjemahan dari Microeconomic Theory oleh Djoerban Wahid. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Bjuggren, Carl Magnus. 2017. Employment Protection and Labor Productivity. Journal of Public Economics Vol. 157: 138-157.

Cahyono, Hendry. 2013. Analisa pengaruh industri kecil bordir terhadap penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. UNESA, Surabaya.

Deodhar, Y, S danPandey, V, 2006. Degree of Instan Competition; Estimation of Market Power in India’s Instan Coffee Market.Journal. Indiana Institute Of Management. Ahmedabd.

India.

Heatubun, Adolf Bastian. 2008. Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor. Institut Pertanian Bogor.

Karib, Abdul. 2012. Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha, Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Utara. Universitas Andalas, Padang.

Lubis, Mitra Mustika. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertania di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

Mankiw, Gregory. 2004. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga

---. N. 2007. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi kelima. Salemba Empat. Jakarta.

Mehic, Adrian. 2018. Industrial Employment and Income Inequality: Evidence from panel data.

Structiral Change and Economic Dynamics Vol. 45: 84-93.

(11)

Mori, Yuko. 2018. Economic Consequences of employment quota system for disable people:

Evidence from a regression discontinuity design Japan. Journal of the Japanese and International Economies Vol. 48: 1-14.

Putra, Rizky Eka. 2012. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Podurungan Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Rahmana, Arief. 2010. Kajian Tentang Aspek Proses dalam Implementasi Menajemen Kualitas di Lingkungan Usaha Kecil Menengah Sektor Manufaktur (Studi Kasus di CV.WMT).

Universitas Widyatma-Bandung.

Raselawati, Ade. 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKm di Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rochmani, Tanti Siti. 2016. Analisis Penyerapan tenaga kerja sektor industri di Provinsi Jawa Tengah. BPS: Surakarta

Setiawan, Achma Hendra. 2010. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang. Universitas Dipenogoro, Semarang.

Simanjuntak, Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LP-FEUI Subekti, M. Agus. 2007. Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjar Negara. Universitas Negeri Semarang.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta Todaro, Michael P. 2003. Ekonomi Pembangunan di Dunia ketiga. Jakarta: Balai Aksara.

Todaro PM dan Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi Jilid I. Ed ke-9. Jakarta: Erlangga.

Wibisono, Y. 2005. Modul Pelatihan Ekonometrika Dasar. Depok: Lab.Ilmu Ekonomi FE-UI.

Wicaksono, Rezal. 2010. Analisis Pengaruh PDB Sektor Indusitri, Upah Rill, Suku Bunga Rill, dan Jumalah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990-2008. Universitas Dipenogoro, Semarang.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Woyanti, Nenik dan Ayu Wafi Lestari. 2011. Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Semarang. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Yusuf, Edy dan Ostinasia tindaon. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Jawa Tengah (pendekatan demometrik). Universitas Dipenogoro. Semarang.

Zamrowi, M.Taufik. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil. Universitas Dipenogoro, Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Besaran upah dapat memiliki hubungan positif atau negatif terhadap jumlah pengangguran, jika hubungan positif hal ini terjadi karena upah minimum yang diterima adalah

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Purnamasari, 2009 menyatakan bahwa pembiayaan musyarakah equity financing tidak berpengaruh terhadap laba