• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis pengaruh pinjaman bergulir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis pengaruh pinjaman bergulir"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT MISKIN

(STUDI KASUS KEC. PAKISAJI KAB. MALANG)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

RANI ALFITRI 105020113111006

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2014

(2)

Analisis Pengaruh Pinjaman Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Terhadap Pendapatan Masyarakat Miskin

(Studi Kasus Kec. Pakisaji Kab. Malang) Rani Alfitri

Dr. Ghozali Maskie, SE., MS.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh pinjaman bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat miskin di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang, (2) mengetahui variabel jumlah modal pinjaman, pendidikan dan usia mempengaruhi pendapatan masyarakat miskin setelah menerima pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang diambil dengan menggunakan data primer yang diperoleh langsung dengan cara wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian ini berdasarkan hasil uji paire sample t-test menunjukkan adanya perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan modal pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Pakisaji. Selain itu variabel penelitian modal pinjaman, pendidikan, dan usia secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat miskin. Secara parsial variabel modal pinjaman dan pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat miskin, sedangkan variabel usia tidak berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat miskin di Kecamatan Pakisaji Kab. Malang.

Kata kunci : PNPM Mandiri Perkotaan, Pemberdayaan Masyarakat, Kemiskinan di Kecamatan Pakisaji.

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan perekonomian dalam mengatasi permasalahan pembangunan dan sosial kemasyarakatan seperti kemiskinan. Indonesia sebagai negara berkembang, kemiskinan merupakan masalah sosial mendasar yang harus dihadapi dan pendapatan yang rendah merupakan masalah utama dalam pembangunan ekonomi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014, target penurunan kemiskinan pada 2014 bisa mencapai 8- 10%. Sedangkan angka kemiskinan pada September 2012 sebesar 11,66 % setara dengan 28,6 juta jiwa.

Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia, ini dibuktikan dengan tingginya disparitas pendapatan antar daerah. Melihat kondisi tersebut maka dilakukan pemberdayaan masyarakat. Menurut Sumaryo (1991) dalam Hadiyanti (2006:38) pemberdayaan adalah suatu dan proses mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya dilakukan secara fisik saja melainkan diperlukannya suatu pemberdayaan guna

(3)

mengatasi masalah kemiskinan. Pemberdayaan dapat dilakukan mulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu tingkat desa atau kelurahan dalam bentuk pemberdayaan usaha kecil. Dengan adanya pemberdayaan ini diharapkan dapat mengembangkan usaha ke dalam skala yang lebih besar.

Bentuk kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dalam pengentasan kemiskinan ini sangat beragam. Salah satu bentuk pemberdayaan yang dijalankan pemerintah yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.

Pada tahun 2007 pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Salah satu bentuk programnya adalah PNPM Mandiri Perkotaan.

Penganggulangan kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi yang dikenal dengan Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan pinjaman bergulir, yaitu berupa pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa yang tergabung dalam KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin melalui usaha ekonomi produktifnya. Dengan adanya kegiatan pinjaman bergulir ini diharapkan pendapatan yang diperoleh masyarakat semakin meningkat. Menurut Irawati,dkk (2013) menyebutkan bahwa variabel jumlah modal pinjaman, pendidikan dan usia mempengaruhi pendapatan. Pendapatan dalam hal ini dijadikan salah satu tolok ukur dalam mengukur kesejahteraan atau mengurangi tingkat kemiskinan dari masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan.

Sejak berlangsungnya program pemberdayaan ini mulai tahun 2008 hingga sekarang menunjukkan perkembangan jumlah rumah tangga miskin yang cenderung naik di Kecamatan Pakisaji. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja PNPM dalam mengentaskan kemiskinan belum berhasil. Berikut adalah perkembangan rumah tangga miskin sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1

Tabel 1 Perkembangan Jumlah dan Prosentase Rumah Tangga Miskin Kec. Pakisaji

No. Desa RTM

Tahun 2008

RTM

Tahun 2011 Prosentase

1 Permanu 294 441 66,67

2 Karang Pandan 234 382 61,26

3 Glanggang 200 291 68,73

4 Sutojayan 262 410 63,90

5 Wonokerso 195 370 52,70

6 Karang Duren 333 281 -18,51

7 Pakisaji 266 455 58,46

8 Jatisari 234 337 69,44

9 Wadung 324 586 55,29

10 Genengan 277 412 67,23

11 Kebon Agung 473 779 60,72

12 Kendal Payak 317 437 72,54

Total 3.409 5.181 65,80

Sumber : BPS Kabupaten Malang (data diolah)

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa kecamatan pakisaji memiliki 12 (duabelas) desa dengan tingkat kemiskinan rumah tangga miskin dari tahun 2008 ke tahun 2011 mengalami peningkatan. Dengan penjelasan yang dijabarkan di atas, maka pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana pengaruh pinjaman bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat miskin di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang?

2) Bagaimana variabel jumlah pinjaman modal, pendidikan dan usia mempengaruhi pendapatan masyarakat miskin setelah menerima bantuan modal (PNPM) Mandiri ?

(4)

B. KAJIAN PUSTAKA Konsep Kemiskinan

Kemiskinan merupakan sebuah persoalan yang tidak ada ujung pangkalnya untuk dibahas guna untuk meningkatkan suatu perekonomian suatu negara. Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya. Soetriesno (2001) dalam Hadiyanti (2006:35) menyebutkan bahwa sebagian ahli para ekonom kemiskinan mendefinisikan sebagai fenomena ekonomi, dalam arti rendahnya penghasilan atau tidak dimilikinya mata pencaharian yang cukup untuk bergantung hidup. Pendapat seperti ini untuk sebagian mungkin benar, tetapi diakui atau tidak kurang mencerminkan kondisi riil yang sebenarnya dihadapi keluarga miskin.

Kemiskinan sesungguhnya bukan semata-mata kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau standar hidup yang layak, namun lebih dari esensi kemiskinan adalah menyangkut kemungkinan orang atau keluarga miskin untuk melangsungkan dan mengembangkan kegiatan perekonomian dalam upaya meningkatkan taraf kehidupannya. Menurut Kuncoro (2006:111), kemiskinan setidaknya dapat dilihat dari 2 sisi yaitu;

a) Kemiskinan Absolut, dimana dengan pendekatan ini diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu.

b) Kemiskinan Relatif, yaitu pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan, atau dengan kata lain kemiskinan realatif amat erat hubungannya degan masalah distribusi pendapatan.

Garis Kemiskinan

Kuncoro (2006:113) menjelaskan bahwa garis kemiskinan merupakan ukuran kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan norma tertentu. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi (consumption-based poverty) terdiri dari dua elemen, yaitu: (1) pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya, dan (2) jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari- hari.

World Bank dalam Bappenas (2010) menyebutkan bahwa garis kemiskinan sebesar US$

1 dan US$ 2 dalam PPP ( Purchasing Power Parity atau Paritas Daya Beli) per hari (bukan nilai tukar US$ resmi) dengan tujuan membandingkan angka kemiskinan antarnegara atau wilayah dan perkembangannya menurut waktu untuk menilai kemajuan yang dicapai dalam memerangi kemiskinan di tingkat global/internasional. Angka konversi PPP ini adalah banyaknya rupiah yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa yang mana jumlah yang sama dapat dibeli sebesar US$1 di Amerika Serikat.

Garis kemiskinan menurut BPS dalam Supriyanto (2006:6) menyebutkan penduduk miskin dalam tiga kategori antara lain:

a. Penduduk sangat miskin

adalah penduduk yang konsumsinya kurang dari 1.900 kalori per orang per hari ditambah dengan pengeluaran non pangan (PNM) atau senilai Rp 120.000,00 per orang per bulan atau rumah tangga yang pendapatannya kurang dari Rp 480.000,00 per bulan.

b. Penduduk miskin

Adalah penduduk yang kemampuan pemenuhan kebutuhan konsumsinya antara 1.900 kalori – 2.100 kalori per orang per hari ditambah PNM setara dengan Rp150.000,00 per orang per bulan atau rumah tangga yang pendapatannya kurang dari Rp600.000,00 per bulan.

c. Penduduk hampir miskin

Adalah penduduk yang kemampuan pemenuhan kebutuhan konsumsinya antara 2.100 kalori – 2.300 kalori per orang per hari ditambah PNM setara dengan Rp175.000,00 per orang per bulan atau rumah tangga yang pendapatannya kurang dari Rp700.000,- per bulan.

(5)

Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Strategi dalam pengentasan atau penanggulangan kemiskinan dilaksanakan berdasarkan kondisi masing-masing daerah yang bersangkutan. Budiono (1993) dalam Sumodiningrat (2011:44) menjelaskan bahwa kebijakan dan langkah-langkah dalam menanggulangi kemiskinan perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain:

1.Program pengentasan kemiskinan dapat berjalan baik dan efektif apabila tercipta suasana tentram dan stabil. Upaya untuk mengentaskan kemiskinan ini adalah dengan menciptakan ketentraman dan memantapkan kestabilan ekonomi,sosial dan politik.

2.Program pengentasan kemiskinan hanya akan berjalan efektif jika pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.

3.Tercipta kelestarian lingkungan yang berkaitan dengan program penanggulangan kemiskinan.

Lingkungan hidup yang tetap lestari dan tetap terjaga tercipta distribusi kersejahteraan antarwarga masyarakat secara merata.

4.Program penanggulangan kemiskinan harus merupakan program yang berkelanjutan, yang dapat terus-menerus berjalan dan dapat mandiri. Pengentasan kemiskinan perlu dilakukan secara bertahap, terus-menerus dan terpadu yang didasarkan pada kemandirian yang diantaranya kemampuan penduduk miskin untuk menolong diri mereka sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa program penanggulangan kemiskinan harus dilandaskan pada peningkatan kemampuan masyarakat miskin untuk melakukan kegiatan produktif. Sehingga, mampu menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi dan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari suatu kegiatan.

Sumodiningrat (2011:45) menjelakan bahwa alokasi bantuan dalam penanggulangan kemiskinan dalam suatu program harus memiliki tujuan yang tajam terhadap sasarannya. Program tersebut harus dilaksanakan secara akurat dan bertahap. Dalam hal ini kebijakan pengentasan kemiskinan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu kebijakan tidak langsung dan kebijakan langsung. Kebijakan tidak langsung meliputi suatu upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial dan politik; mengendalikan jumlah penduduk; melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat yang miskin melalui kegiatan pelatihan.

Sedangkan kebijakan langsung dalam pengentasan kemiskinan mencakup:

1. Pengembangan data dasar dalam penentuan kelompok sasaran (targeting).

2. Penyediaan kebutuhan dasar: pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan.

3. Penciptaan kesempatan kerja: program magang, padat karya.

4. Program pembangunan wilayah: Inpres, Program Pengembangan Wilayah(PPW), transmigrasi, PIR, dan PKT.

5. Pelayanan perkreditan melalui lembaga perkreditan desa FID, BKD, P4Pk, PHBK, LDKP, KCK-KUD, dan lembaga kredit desa lainnya.

Teori Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Rahayu, pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkuangannya yakni mulai dari aspek intelektual (Sumber Daya Manusia), aspek material, dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial budaya, ekonomi, politik ,keamanan dan lingkungan. Sedangkan Chambers dalam Kartasasmita (1997:10) dalam Huraerah (2008:81) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat “people-centered,participatory, empowering, dan suistainable”. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya akhir-akhir ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternative terhadap konsep-konsep pertumbuhan masa lalu.

Soetarso (2003) dalam Huraerah (2008:82) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memiliki dua pengertian yang saling berkaitan yaitu:

a. Peningkatan kemampuan, motivasi dan peran semua unsure masyarakat agar dapat menjadi sumber yang langgeng untuk mendukung semua bentuk usaha kesejahteraan sosial.

(6)

b. Pemanfaatan sumber masyarakat yang telah ditingkatkan kemampuan, motivasi, dan perannya.

Soegijoko (1997 dalam Sholeh) menyebutkan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus terarah yakni berpihak kepada orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu didampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator, komunikator, dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya kemandirian.

Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan merupakan suatu hasil yang didapatkan seseorang dari suatu kegiatan usaha atau pekerjaan yang dapat diartikan sebagai balas jasa yang diperolehnya. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) pendapatan adalah seluruh penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang terhitung dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan formal berupa pendapatan uang maupun pendapatan berupa barang. Pendapatan uang berasal dari: gaji dan upah, hasil investasi. Sedangkan pendapatan berupa barang meliputi: beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

Sumardi (1982:94) dalam Agustina (2010:28) menjelaskan bahwa pendapatan sektor informal merupakan segala penghasilan berupa uang atau barang yang diterima, yang biasanya berupa balas jasa atau kontra prestasi dari sector informal. Pendapatan ini berupa pendapatan usaha dan pendapatan investasi, pendapatan usaha yang meliputi hasil bersih suatu usaha yang dijalankan secara pribadi, komisi dan penjualan dari kerajinan rumah. Sedangkan pendapatan dari investasi berupa pendapatan dari keuntungan sosial.

Hubungan Antara Modal Pinjaman dengan Peningkatan Pendapatan

Komaruddin (1991:40) menjelaskan modal merupakan persediaan uang yang digunakan untuk membeli barang yang akan dijual untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan atau kegiatan jual beli. Komaruddin (1991:42) juga menjelaskan bahwa modal merupakan suatu kolektivitas benda modal yang dapat dilihat dari fungsi produksinya dalam memperoleh pendapatan. Hal ini menjelaskan bahwa modal yang digunakan untuk kegiatan usaha baik yang berasal dari modal pribadi jika terjadi kekurangan modal bisa melakukan peminjaman modal yang nantinya digunakan untuk ekspansi usaha yang nantinya bisa berdampak positif terhadap pendapatan pelaku usaha.

Modal yang digunakan untuk melakukan ekspansi usaha, yang dijadikan sebagai biaya dalam pembelian suatu barang-barang dalam kegiatan produksi yang dinyatakan dalam biaya usaha. Biaya usaha dapat diklasifikasikan dalam dua biaya yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun barang yang dijual banyak atau sedikit. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan yang besar kecilnya dipengaruhi oleh barang yang dijual. Semakin tinggi barang yang dijual akan memperkecil biaya varibel dalam proses produksi. Biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC) yang dijumlahkan menjadi total biaya (TC), maka TC= FC+VC. Semakin rendah biaya produksi yang dikeluarkan dengan jumlah pendapatan maka laba yang didapatkan akan semakin tinggi, sebagaimana ditampilkan dalam rumus sebagai berikut:

Dari rumus diatas dijelaskan bahwa semakin tingginya laba dari kegiatan produksi secara otomatis akan meningkatkan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya modal akan meningkatkan laba dan meningkatkan pendapatan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian- penelitian sebagai berikut: hasil penelitian Irawati,dkk (2013) menyebutkan bahwa jumlah modal positif dan signifikan terhadap kenaikan pendapatan. Damayanti (2011) menjelaskan bahwa modal memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedangang pasar Gede Surakarta. Inayah,dkk (2014) menyebutkan bahwa modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih usaha kecil dan menengah sektor formal. Firdausa, dkk (2013) menyebutkan bahwa modal awal berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar Bintaro Demak dan hasil penelitian Purnamayanti, dkk (2014) menyebutkan bahwa modal berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap pendapatan usaha kecil dan menengah (UKM).

(7)

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Peningkatan Pendapatan

Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Pendidikan itu sendiri terdiri dari pendidikan tingkat formal dan tidak formal. Tarigan (2006:22) menjelaskan bahwa pendidikan formal merupakan suatu peningkatan kecakapan yang dilakukan dilingkungan khusus (misalnya sekolah), sedangkan pendidikan tidak formal menjelaskan bahwa kecakapan diperoleh lewat pengalaman kehidupan atau belajar sendiri dari lingkungan. Sedangkan tujuan pendidikan menurut Djumramsjah (2004) dalam Tarigan (2006:22) adalah untuk menciptakan integritas atau kesempurnaan pribadi. Integritas tersebut menyangkut jasmaniah, intelektual, emosional dan etis.

Berdasarkan teori human capital menurut Simanjutak (1985:59) menjelaskan bahwa seseorang dapat meningkatkan keberhasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun dalam menempuh pendidikan yang berarti seseorang tersebut meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan, dan sebaliknya jika seseorang satu tahun seseorang menunda menerima penghasilan yang masih harus mengikuti kegiatan pendidikan. Disamping penundaan penerimaan penghasilan juga harus membayar biaya sekolah secara langsung seperti uang sekolah, pembelian buku-buku dan alat–alat sekolah. Manfaat pendidikan menurut Tarigan (2004:222) dalam Tarigan (2006:23) menjelaskan bahwa pendidikan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan apabila mengikuti pendidikan yang lebih tinggi jenjangnya dan anak didik secara sadar atau tidak sadar akan menebarkan pengetahuannya kepada masyarakat sekitar.

Salah satu manfaat pendidikan yang diklasifikasikan adalah bertambahnya kelak pendapatan anak didik dikarenakan adanya peningkatan dalam jenjang pendidikan. Peningkatan pendidikan ini terkait dengan peningkatan produktivitas baik dalam bentuk usaha sendiri ataupun apabila bekerja mampu menduduki jenjang jabatan yang lebih tinggi. Simanjutak (1985:66) menjelaskan bahwa hubungan pendidikan dengan tingkat produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan. Pendidikan yang semakin tinggi mengakibatkan produktivitas yang lebih tinggi dan oleh sebab itu memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi pula. Berdasarkan hasil penelitian Irawati, dkk (2013) menyebutkan bahwa pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kenaikan pendapatan.

Hubungan Antara Usia dengan Peningkatan Pendapatan

Usia atau umur merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi cara berfikir dan bertindak seseorang, khususnya dalam pengambilan keputusan. Usia juga mempengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja. Seorang yang bekerja dalam usia muda akan lebih produktif dalam peningkatan pendapatan dibandingkan dengan usia lanjut.

Cahyono(1998) dalam Putri, dkk (2013) menjelaskan bahwa umur merupakan salah satu factor yang mempengruhi pendapatan. Umur produktif berkisar 15-64 tahun yang merupakan umur ideal bagi para pekerja. Di masa produktif, secara umum semakin bertambahnya umur maka pendapatan akan semakin meningkat, yang tergantung juga pada jenis pekerjaan yang dilakukan.

Kekuatan fisik seseorang untuk melakukan aktivitas sangat erat kaitannya dengan umur, karena apabila umur seseorang telah melewati masa produktif, maka semakin menurun kekuatan fisiknya sehingga produktivitasnya pun menurun dan pendapatan juga ikut turun. Berdasarkan hasil penelitian Putri, dkk (2013) menjelaskan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga miskin dan umur merupakan variabel yang dominan terhadap pendapatan. Jika umur masih tergolong produktif pendapatan bisa mengalami kenaikan dan sebaliknya jika telah usia lanjut maka akan mengalami penurunan.

C. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pinjaman bergulir PNPM terhadap pendapatan masyarakat miskin. penelitian tersebut mengambil studi kasus di Kec. Pakisaji Kab. Malang yang didalamnya terdapat 5 desa/kelurahan yaitu Desa Permanu, Wonokerso, Karang Duren, Wadung dan Jatisari.

(8)

Jenis Data Dan Sumber Data

Dalam Penelitian ini jenis data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari koesioner yang berisikan variabel-variabel pendapatan sebelum dan pendapatan sesudah, variabel modal pinjaman, variabel pendidikan dan variabel usia.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS, data monografi kecamatan, literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data menggunakan uji paired sample t-test yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah setelah adanya pinjaman bergulir dan uji regresi linear berganda bertujuan untuk menjelaskan hubungan variabel modal pinjaman, pendidikan dan usia terhadap pendapatan masyarakat.

Uji Hipotesis untuk menguji pengaruh secara simultan anatara variabel bebas terhadap variabel terikat maka diperlukan uji F, sedangkan untuk mengetahui pengaruh per variabel dilakukan pengujian parsial yang menggunakan uji t dan Uji Koefesien Determinasi (R²) digunakan untuk mengetahui sebarapa jauh model dalam menerangkan variabel dependen adanya variasi variabel independen.

Uji Asumsi Klasik terdapat uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heterokedastisitas. Masing – masing uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui lolos atau tidaknya didalam data tersebut.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Paired Sample T-Test

Hasil Uji Paired Sample T-Test terhadap variabel pendapatan responden antara

pendapatan sebelum dan pendapatan sesudahnya, sebagaimana ditampilkan dalam tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Paired Sample T-Test

Mean N Std.Deviation Std. Eror Mean Pair1 YSebelum

YSesudah

7.4112E5 40 2.03739E5 32213.97188 1.0149E6 40 3.57123E5 56466.03458 Nilai t-hitung : -7.554

Signifikansi t-hitung : 0.000 Sumber : SPSS 16, data diolah

Hasil t-tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat signifikansi 0,05:2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-1 =39. Hasil yang diperoleh untuk t-tabel sebesar -2,023. Karena nilai t-hitung < -tabel (-7,554 < -2,023) dan tingkat signifikansi <0,05 (0,000 <0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pendapatan yang semakin meningkat antara sebelum dan sesudah pemberian bantuan pinjaman bergulir.

Uji Regresi Linear Berganda

Uji Regresi Linear Berganda terhadap hasil penelitian yang dilakukan peneliti di lapangan dengan menggunakan variabel jumlah modal pinjaman, pendidikan dan usia terhadap pendapatan sesudah memperoleh bantuan modal pinjaman bergulir, sebagaimana ditampilkan dalam tabel 3 sebagai berikut:

(9)

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Variabel

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t-hitung Sig-t

B Std.Eror Beta

Konstanta -171826,709 240438,235 -0,715 0,479

Modal (X1) 0,460 0,098 0,384 4,685 0,000

Pendidikan (X2) 98789,820 13032,564 0,675 7,580 0,000

Usia (X3) 2717,900 4164,130 0,52 0,653 0,518

Koefisien Korelasi Berganda (R2) : 0,815 Koefisien Determinasi (R) : 0,903 F hitung : 52,971 Sig F : 0,000 Sumber : SPSS 16, data diolah

Hasil regresi diatas menghasilkan persamaan sebagai berikut:

Y = -171826,709 + 0,460X1 + 98789,820X2 + 2717,900X3 + e Persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai berikut:

a. Konstanta -171826,709

Ketika variabel modal (X1), pendidikan (X2) dan usia (X3) bernilai nol (0), maka pendapatan masyarakat miskin (Y) bernilai sebesar (-171826,709).

b. Koefisien X1 = 0,460

Ketika variabel modal (X1) mengalami peningkatan sebesar satu satuan (rupiah), sedangkan variabel pendidikan (X2) dan variabel usia (X3) dianggap tetap maka pendapatan masyarakat miskin secara rata-rata naik sebesar 0,460.

c. Koefisien X2 = 98789,820

Ketika variabel pendidikan (X2) mengalami peningkatan sebesar satu satuan (tahun), sedangkan variabel modal (X1) dan variabel usia (X3) bernilai tetap maka pendapatan masyarakat miskin secara rata-rata naik sebesar 98789,820.

d. Koefisien X3 = 2717,900

Ketika variabel usia (X3) mengalami peningkatan sebesar satu satuan (tahun), sedangkan variabel modal (X1) dan variabel pendidikan (X2) bernilai tetap maka pendapatan masyarakat miskin secara rata-rata naik sebesar 2717,900.

Uji Hipotesis secara Silmultan

Pengujian hipotesis secara simultan atau secara keseluruhan dengan variabel dependentnya pendapatan dan variabel independentnya jumlah modal pinjaman, pendidikan serta usia, sebagaimana ditampilkan dalam tabel 4 sebagai berikut:

(10)

Tabel 4. Hasil Uji Secara Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.055E12 3 1.352E12 52.971 .000a

Residual 9.187E11 36 2.552E10

Total 4.974E12 39

a. Predictors: (Constant), Usia, Modal, Pendidikan b. Dependent Variable: Pendapatan

Berdasarkan hasil uji F diatas menjelaskan bahwa nilai F hitung sebesar 52,971 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai F tabel dengan tingkat signifikansi 5% sebesar 3,26. Tingkat signifikansi F < 0,05 (0,000 <0,05) dan F hitung > F tabel (52,971 > 3,26). Ini menunjukkan bahwa variabel modal, pendidikan dan usia secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap variabel pendapatan masyarakat miskin.

Pengujian Hipotesis Secara Parsial

a. Pengaruh Secara Parsial Antara Variabel Modal Pinjaman Terhadap Pendapatan Penerimaan atau penolakan Ho dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t-hitung < t tabel, maka Ho diterima atau variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Jika t hitung > t tabel, maka variabel independent berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Dengan α = 5% dan derajat kebebasan df (n-k-1) =(40-3- 1)= 36 , maka diperoleh t tabel sebesar 1,688. Sehingga uji t terhadap variabel modal diperoleh t hitung sebesar 4,685 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena signifikansi t hitung <0,05 (0,000 <0,05) dan t hitung > t tabel ( 4,685 > 1,688). Secara parsial variabel modal berpengaruh signifikan terhadap variabel pendapatan masyarakat miskin.

b. Pengaruh Secara Parsial Antara Variabel Pendidikan Terhadap Pendapatan

Uji t terhadap variabel pendidikan diperoleh t hitung sebesar 7,580 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena signifikansi t hitung <0,05 (0,000 <0,05) dan t hitung > t tabel (7,580 > 1,688). Secara parsial variabel pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel pendapatan masyarakat miskin.

c. Pengaruh Secara Parsial Antara Variabel Usia Terhadap Pendapatan

Uji t terhadap variabel usia diperoleh t hitung sebesar 0,653 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,518. Karena signifikansi t hitung >0,05 (0,518 >0,05) dan t hitung < t tabel (0,653 <

1,688). Secara parsial variabel pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pendapatan masyarakat miskin.

Hasil Perhitungan Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik pada penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian terhadap ke valitan data yang digunakan salah satunya dilakukan pengujian dengan uji normalitas sebagaimana ditampilkan dalam tabel 5 sebagai berikut:

(11)

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 40

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .96076892

Most Extreme Differences Absolute .131

Positive .131

Negative -.080

Kolmogorov-Smirnov Z .831

Asymp. Sig. (2-tailed) .494

Sumber : SPSS 16

Hasil uji normalitas diatas menunjukkan nilai Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,494. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Asymp Sig (2-tailed) di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolinearitas terhadap data yang digunakan sebagaimana ditampilkan pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel VIF Tolerance Kesimpulan

Modal (X1) 1,312 0,762 Non Multikolinearitas

Pendidikan (X2) 1,544 0,648 Non Multikolinearitas

Usia (X3) 1,220 0,820 Non Multikolinearitas

Sumber : SPSS 16, data diolah

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa persamaan regresi terbebas dari gejala multikolinearitas, dimana masing-masing variabel menunjukkan nilai VIF <10 dan nilai tolerance > 0,1. Nilai VIF variabel modal = 1,312, pendidikan =1,544, dan usia =1,220, sedangkan nilai tolerance variabel tersebut antara lain modal =0,762, pendidikan = 0,648, dan usia =0,820.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi terhadap data yang digunakan sebagaimana ditampilkan dalam tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .903a .815 .800 1.59746E5 1.805

a. Predictors: (Constant), Usia, Modal, Pendidikan b. Dependent Variable: Pendapatan

(12)

Berdasarkan hasil uji diatas diperoleh bahwa nilai uji Durbin Watson senilai 1,805. Untuk mengetahui bahwa data tersebut terdapat masalah atau gejala autokorelasi menggunakan uji dalam penarikan sebuah kesimpulan, yang dijelaskan dalam gambar 1 dibawah ini sebagai berikut:

Gambar 1 : Penarikan Keputusan Hasil Uji

Berdasarkan gambar diatas menjelaskan bahwa persamaan regresi tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai Durbin-Watson bernilai 1,805.

d. Uji Heterokesdastisitas

Uji Heterokedastisitas terhadap data yang digunakan sebagaimana ditampilkan pada tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -7.894E-11 240438.235 .000 1.000

Modal .000 .098 .000 .000 1.000

Pendidikan .000 13032.564 .000 .000 1.000

Usia .000 4164.130 .000 .000 1.000

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber : SPSS 16

Berdasarkan hasil uji di atas menjelaskan dengan menggunakan nilai t-tabel sebesar 1,688 yaitu t- hitung <t-tabel (0,000 <1,688) dan nilai p-value > 0,05 yaitu sebesar (1,000 >0,05), maka dapat disimpulkan bahwa persamaan model regresi di atas tidak terjadi gejala heterokedastisitas.

Pembahasan

Pembahasan Uji Paired Sample T-Test

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah memperoleh bantuan pinjaman modal PNPM Mandiri Perkotaan. Perbedaan pendapatan ini dikarenakan dari kegiatan jenis usaha yang dijalani oleh responden, semakin besar usaha yang mereka lakukan semakin besar pula pendapatan yang

DL = 1,34 Du = 1,66 4-Du =2,34 4-DL=2,66 4 1,805

Autokorelasi Positif

Ragu- ragu

Tidak Ada Autokorelasi

Ragu -ragu

Autokorelasi Negatif

(13)

mereka terima. Besarnya usaha yang mereka jalani diperoleh dari bantuan modal pinjaman yang mereka dapatkan digunakan untuk pengembangan (ekspansi ) usaha.

Dalam hasil penelitian ini menghasilkan suatu perbedaan juga dilihat dari jenis usaha yang dijalankan. Jenis usaha yang dijalankan sebagaimana ditampilkan dalam tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9 Klasifikasi Jenis Usaha

Jenis Usaha (Pekerjaan) Jumlah Responden

Utama 26 Orang

Sampingan 14 Orang

Jumlah 40 Orang

Sumber: Data Primer 2014, diolah

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa dari jumlah 40 responden menunjukkan sebanyak 26 responden jenis usaha yang dijalankan sebagai jenis usaha atau pekerjaan utama dalam memperoleh pendapatan, sedangkan sebanyak 14 orang responden jenis usaha yang dijalankan sebagai jenis usaha sampingan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha utama sangat mempengaruhi kenaikan pendapatan responden karena semakin banyak waktu yang tercurahkan untuk menjalankan usaha tersebut, yang secara positif berdampak pada kenaikan pendapatan.

4.5.2 Pembahasan Hasil Pengujian Secara Simultan

Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa variabel modal pinjaman (X1), pendidikan (X2), dan Usia (X3) secara simultan mempengaruhi pendapatan masyarakat miskin.

4.5.3 Pembahasan Hasil Pengujian Secara Parsial 1. Modal Pinjaman (X1)

Berdasarkan hasil uji t, bantuan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan masyarakat miskin. Hal ini menunjukkan bahwa bantuan modal PNPM Mandiri Perkotaan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan bantuan modal ini sangatlah penting dalam menunjang kegiatan usaha yang dijalankan oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan bahwa masyarakat yang menjalankan jenis usaha di Kecamatan Pakisaji rata-rata sudah memiliki kemampuan atau pengalaman dalam dunia usaha, sehingga kebanyakan mereka yang mendapatkan suntikan dana digunakan untuk melakukan pengembangan terhadap usahanya. Semakin besar dana pinjaman yang diperoleh yang digunakan untuk kegiatan usaha semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh masyarakat.

2. Pendidikan (X2)

Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa variabel pendidikan memilki hubungan positif dan signifikan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat miskin. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar kemampuan masyarakat dalam mengolah kegiatan usahanya, yang berdampak pada pendapatan usaha yang mereka jalankan.

Berdasarkan fakta yang ada dilapangan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak terlalu diprioritaskan. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Pakisaji, masyarakat akan mendapatkan kegiatan pembelajaran, penyuluhan, latihan kerja dalam mengelola usahanya untuk meningkatkan pendapatannya.

(14)

3. Usia (X3)

Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa variabel usia tidak signifikan berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan masyarakat miskin. Dalam penelitian ini usia secara rata-rata tergolong dalam usia yang produktif. Hal ini menunjukkan bahwa usia meskipun masih tergolong dalam usia produktif tidak berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Berdasarkan fakta yang ada dilapangan meskipun usia mereka bertambah yang nantinya bisa berdampak terhadap pendapatan yang diperolehnya, tidak mereka khawatirkan karena kebanyakan masyarakat yang menjalankan usaha dibantu oleh anggota keluarganya.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh pinjaman bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat (PNPM) mandiri perkotaan terhadap pendapatan masyarakat miskin Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang dapat diambil kesimpulan antara lain:

1. Adanya perbedaan pendapatan masyarakat miskin antara sebelum dan sesudah memperoleh pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Pakisaji.

2. Variabel modal pinjaman, pendidikan bernilai positif dan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat miskin, sedangkan variabel usia tidak berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat miskin Kecamatan Pakisaji.

. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan dan ditarik sebuah kesimpulan, maka dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa saran atau rekomendasi yang diantaranya sebagai berikut:

1. Adanya modal pinjaman bergulir bernilai positif dan menunjukkan adanya perbedaan pendapatan yang semakin positif, diharapakan pihak PNPM Mandiri Perkotaan masing-masing kelurahan bisa mengalokasikan dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang lebih besar lagi ke dalam program kegiatan ekonomi yaitu pinjaman bergulir.

2. Variabel pendidikan lebih dominan menunjukkan pengaruh yang lebih besar terhadap kenaikan pendapatan masyarakat, maka pihak fasilitator ataupun pihak relawan-relawan yang dibentuk oleh PNPM di daerah setempat bisa memetakan kelompok masyarakat yang belum memiliki pendidikan yang cukup untuk bisa mengakses pendidikan yang setara, baik dengan mengikuti kegiatan belajar dengan kejar paket, ataupun dengan pendidikan formal bagi masyarakat yang masih usia dini belum bisa mengakses pendidikan. Hal ini dengan cara mengalokasikan dana BLM ke dalam program kegiatan dalam bidang sosial.

Daftar Pustaka

Agustina, Tri Hayati. 2010. Analisis Pengaruh Bantuan Modal Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Skripsi. Universitas Brawijaya.

Bappenas. 2010. Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera-I/KS-I. Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak kedeputian Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan. http://www.bappenas.go.id Diakses pada 5 Maret 2014.

Damayanti, Ifany. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

http://eprints.uns.ac.id. Diakses pada 9 Mei 2014.

(15)

Hadiyanti, Puji. 2006. Kemiskinan dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Vol 2 Islam, Vol. 2, (No.1) :33-46. http://komunitas.wikispaces.com.

Diakses pada 9 September 2013.

Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat; Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora.

Inayah,Nurul., Kirya, I Ketut., dan Suwendra, I Wayan. 2014. Pengaruh Kredit Modal Kerja Terhadap Pendapatan Bersih Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Sektor Formal. Jurnal Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha vol 2. http://download.portalgaruda.org.

Diakses pada 9 Mei 2014.

Irawati, Dewi., Hamzah, Abubakar., dan Syechalad, M.Nur. 2013. Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Miskin di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmu Ekonomi PascaSarjana

Universitas Syah Kuala vol. 3 no.(1).

http://www.pemberdayaanterhadapusahaekonomiproduktif.pdf diakses pada 27 februari 2014.

Komaruddin. 1991. Manajemen Permodalan Perusahaan Modern (Suatu Pendekatan). Jakarta:

Bumi Aksara.

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan: Teori. Masalah, dan Kebijakan.

Yogyakarta:UPP STIM YKPN.

Purnamayanti, N. W. A., Suwendra, I.W., & Yulianthini, N. N. 2014. Pengaruh Pemberian Kredit dan Modal Terhadap Pendapatan UKM. Jurnal Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha vol 2. http://download.portalgaruda.org. Diakses pada 9 Mei 2014.

Putri, Arya Dwiandana dan Nyoman Djinar Setiawina. 2013. Pengaruh Umur, Pendidikan dan Pekerjaan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Desa Bebandem. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. Vol.2, (No.4) :173-180.

http://ojs.unud.ac.id Diakses pada 5 Maret 2014.

Rahayu, MG Ana Budi. (Tanpa tahun). Pembangunan Perekonomian Nasional Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa. http://www.binaswadaya.org. diakses pada 27 Desember 2013.

Sholeh, Maimun. (Tanpa tahun). Kemiskinan: Telaah dan Beberapa Strategi

Penanggulangannya. Universitas Negeri Yogyakarta. http://staff.uny.ac.id. Diakses pada 5 Januari 2013.

Simanjutak, P. J., 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit FE UI:

Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan. 2011. Membangun Perekonomian Rakyat. Yogyakarta : IDEA (Institute of Development and Economic Analysis).

Supriyanto. 2006. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, vol 3 (No.1).

http://eprints.uny.ac.id. Diakses 27 Januari 2014.

Tarigan, Robinson. 2006. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pendapatan Perbandingan Antara Empat Hasil Penelitian. Jurnal wawasan, Vol.11, (No.3) :21-27.

http://repository.usu.ac.id. Diakses pada 27 Februari 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penerbitan Obligasi dan Sukuk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Monica Alvionita1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: [email protected]

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected] [email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang mana penelitian ini