• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Algoritma ACO-TS dan ACO-SMARTER Dalam Menyelesaikan Traveling Salesman Problem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Perbandingan Algoritma ACO-TS dan ACO-SMARTER Dalam Menyelesaikan Traveling Salesman Problem"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Perbandingan Algoritma ACO-TS dan ACO-SMARTER Dalam Menyelesaikan Traveling Salesman Problem

Jimmy Peranginangin*, Ronsen Purba, Arwin Halim

Program Studi Magister Teknologi Informasi, STMIK Mikroskil, Medan, Indonesia Email: 1,*[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

Penulis Email Korespondensi: [email protected]

Abstrak−Penelitian yang dilakukan ialah Analisis Perbandingan Algoritma ACO-TS dan ACO-SMARTER dalam Menyelesaikan Traveling Salesman Problem dimana masalah yang hendak diselesaikan adalah masalah pedagang keliling (Travelling Salesman Problem, TSP). Tujuan penelitian ini adalah diharapkan mampu memberikan hasil perbandingan running time dan jarak terpendek antara algoritma ACO-TS dan algoritma ACO-SMARTER dalam menyelesaikan TSP. Hasil pengujian diperoleh bahwa kombinasi algoritma Ant Colony Optimization (ACO) dan Tabu Search (TS) lebih baik dalam segi pencapaian jalur optimum serta running time dibandingkan algoritma ACO dan ACO-SMARTER dalam menyelesaikan permasalahan Traveling Salesman Problem. Algoritma Tabu Search pada algoritma ACO berperan sebagai pengontrol rute- rute yang sudah terpilih agar tidak diproses lagi pada semut yang sama. Hal ini tentu akan membuat algoritma ACO-TS lebih cepat dalam memproses data karena tidak terdapat data rute yang sama pada putaran selanjutnya, dimana dari 200 dataset diperoleh running time pada ACO 11,5 detik dan jarak optimum 76687, ACO SMARTER 8,5 detik dan jarak optimum74496 sedangkan ACO-TS hanya membutuhkan waktu 2,9 detik dan jarak optimum 70558.

Kata Kunci: ACO; ACO-TS; ACO-SMARTER; TSP; Algoritma

Abstract−The research conducted is the Comparative Analysis of the ACO-TS and ACO-SMARTER Algorithms in Solving the Traveling Salesman Problem where the problem to be solved is the traveling salesman problem (TSP). The purpose of this study is to hopefully be able to provide a comparison result of running time and the shortest distance between the ACO-TS algorithm and the ACO-SMARTER algorithm in solving the TSP. The test results show that the combination of the Ant Colony Optimization (ACO) algorithm and the Tabu Search (TS) algorithm is better in terms of achieving the optimum path and running time than the ACO and ACO-SMARTER algorithms in solving the Traveling Salesman Problem. The Tabu Search algorithm in the ACO algorithm acts as a controller for the routes that have been selected so that they are not processed again by the same ant. This will certainly make the ACO-TS algorithm faster in processing data because there is no data on the same route in the next round, where from 200 datasets the running time is obtained at ACO 11.5 seconds and the optimum distance is 76687, ACO SMARTER 8.5 seconds and the optimum distance is 74496 while the ACO-TS only takes 2.9 seconds and the optimum distance is 70558.

Keywords: ACO; ACO-TS; ACO-SMARTER; TSP; Algorithms

1. PENDAHULUAN

Traveling Salesman Problem (TSP) merupakan permasalahan optimasi kombinatorial klasik serta memiliki peran dalam perencanaan, penjadwalan serta mencari pada bidang rekayasa dan pengetahuan[1] Pencarian nilai yang optimal dapat dijumpai pada permasalahan di kehidupan sehari – hari, yaitu seperti: menentukan rute terpendek [2]menentukan jumlah optimal untuk persediaan hasil produksi dan lain-lain. Permasalahan yang terdapat pada TSP yaitu mengenai seseorang yang harus mengunjungi semua kota tepat satu kali dan kembali ke kota asal.

Beberapa contoh penerapan TSP yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, misalnya efisiensi penjadwalan pengiriman koran, produksi barang, pemasangan jaringan komunikasi, dan masalah transportasi [3]

Terdapat beberapa algoritma yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan TSP, salah satunya yaitu algoritma Ant Colony Optimization (ACO). Algoritma ACO dikenal sebagai algoritma dengan metode metaheuristik yang terinspirasi dari kecerdasan semut dalam pencarian jalur terpendek menuju sumber makanan [4] yang sering digunakan dalam menyelesaikan permasalahan TSP. Namun dikarenakan algoritma ACO yang sangat kompleks, maka computation time yang dibutuhkan juga semakin tinggi [5]. Langkah kerja pada algoritma ACO yaitu semut akan berkeliling secara acak. Lalu ketika semut – semut menemukan jalur yang berbeda seperti menemukan persimpangan, semut – semut tersebut akan mulai menentukan arah jalan secara acak. Sebagian semut akan memilih berjalan ke arah atas lalu sebagiannya lagi akan berjalan ke arah bawah. Ketika menemukan makanan, semut – semut tersebut akan kembali ke koloninya sambal memberikan tanda dengan jejak feromon.

Karena jalur yang ditempuh lewat jalur bawah lebih, maka semut yang berada di jalur bawah akan tiba lebih dahulu dengan asumsi kecepatan semua semut adalah sama. Jejak pheromone yang ditinggalkan oleh semut di jalur yang lebih pendek aromanya akan lebih kuat dibandingkan pheromone di jalur yang lebih panjang. Semut – semut lain akan lebih tertarik mengikuti jalur bawah karena aroma pheromone yang lebih kuat [6].

Salah satu algoritma yang memiliki kelebihan pada running time yang lebih singkat ialah Tabu Search (TS).

Algoritma ini dikemukakan pertama kali oleh Glover pada tahun 1986 [7]. Keunikan dari metode TS adalah adanya Tabu List yang fleksibel sehingga membedakan algoritma ini dari Algoritma Branch and Bound yang menggunakan struktur memori yang kaku dan simulated annealing yang tidak menggunakan struktur memori [8].

Menurut penelitian [7] algoritma Tabu Search dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menekan adanya bentrok jadwal, seperti adanya guru yang mengajar di kelas yang berbeda, tetapi di waktu yang

(2)

sama, demikiab juga dengan penelitian [2] modifikasi Algoritma ACO dengan memberikan nilai secara otomatis terhadap parameter jumlah semut sebesar 35% dari ukuran masalah, terbukti mampu meningkatkan kecepatan pencarian rute terpendek sebesar 3 kali dari kecepatan algoritma ACO yang asli. Sedangkan dari sisi pemakaian memori, modifikasi ACO terbukti lebih efisien dengan rata-rata pemakaian memori 93% dari Algoritma ACO yang asli, dan penelitian [6] menghasilkan eksperimen yang menunjukkan bahwa ada perubahan heuristik menyebabkan perubahan efisiensi algoritma dan kualitas solusi yang diidentifikasi. Heuristik Ull ternyata universal. Algoritma menggunakan heuristik tersebut telah memberikan hasil yang sangat baik terlepas dari ukuran masalah (organisasi kota). Algoritma yang menggunakan kombinasi dari dua heuristik pembaruan feromon global - BSF (rute terbaik-sejauh ini) dan IB (rute terbaik-iterasi) menunjukkan efektivitas tinggi. Saat mengoperasikan tidak ada metode pembaruan feromon yang memberikan hasil yang memuaskan serta [9] Penelitian terhadap Peningkatan kinerja ACO yang dipadukan dengan algoritma SMARTER dimana pembobotan pada metode SMARTER menggunakan range antara 0 sampai 1, sehingga mempermudah perhitungan dan perbandingan nilai pada masing-masing alternative [10], menyimpulkan bahwa ACO-SMARTER terbukti mengalami peningkatan sebesar 26.17%

Pada penelitian ini dilakukan perbandingan antara algoritma ACO- SMARTER dengan algoritma ACO dan algoritmaa TS untuk mendapatkan running time dan jarak yang optimal, dan menentukan kualitas dari suatu algoritma, semakin singkat running time, maka akan semakin baik, namun tetap memperhatikan kualitas jalur optimal yang dihasilkan dari algoritma tersebut.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan agar dapat melakukan analisa pada algoritma ACO yang telah dikombinasikan dengan algoritma lain yaitu ACO-TS dan ACO-SMARTER. Masalah yang hendak diselesaikan adalah masalah pencarian rute yang paling optimal pada perjalanan pedagang keliling (Travelling Salesman Problem, TSP). Pada penelitian ini diharapkan akan mendapatkan kesimpulan dari analisa algoritma yang terbaik dalam menyelesaikan TSP.

Dalam hal ini yang akan dibandingkan yaitu running time dan rute optimal yang didapatkan kedua algoritma kombinasi tersebut

Data yang diolah pada penelitian ini berupa dataset TSP kota-kota yang diambil dari TSP dataset kroA200 yang terdiri dari 200 kota-kota berupa angka-angka kordinat. Langkah-langkah dalam menganalisa optimasi algoritma Ant Colony Optimization (ACO) adalah sebagai berikut [11]:

1. Melakukan pencarian jarak terdekat dengan algoritma ACO.

2. Melakukan pencarian jarak terdekat dengan algoritma ACO-Tabu Search.

3. Melakukan pencarian jarak terdekat dengan algoritma ACO-SMARTER.

4. Melakukan analisa running time dan jarak optimal antara kedua algoritma kombinasi agar mendapatkan kesimpulan dari analisa algoritma yang terbaik dalam menyelesaikan TSP.

Gambar 1. Metodologi Penelitian

Hal pertama yang akan dilakukan yaitu mengumpulkan dataset sebanyak 200 kota. Lalu dataset tersebut akan dilakukan pengujian menggunakan algoritma ACO-TS dan ACO-SMARTER. Setelah mendapatkan hasil

(3)

dari masing-masing algoritma kombinasi, maka langkah selanjutnya ialah membandingkan hasil yang telah didapatkan dari algoritma kombinasi ACO-TS dan ACO-SMARTER. Lalu langkah terakhir yang akan dilakukan ialah menarik kesimpulan dari hasil yang telah dibandingkan.

2.1 Ant Colony Optimization (ACO)

Ant colony optimization (ACO) adalah algoritme yang mengadopsi kecerdasan dari sekelompok semut dalam pencarian makanan yang mampu meyelesaikan permasalahan M-TSP [12], ACO menerapkan metode penyelesaian masalah optimasi berdasarkan prinsip komunikasi antar koloni semut [13]. Adapun langkah-langkah dalam penyelesaian pencarian jarak yang optimal dengan menggunakan algoritma ACO yaitu [14]:

1. Input dataset rute TSP

2. Mengkonstruksikan masalah ke dalam sebuah graph G = (V, E) dengan V himpunan verteks yang merepresentasikan himpunan titik – titik, dan E adalah himpunan dari edge yang merepresentasikan jarak antara dua titik.

3. Inisialisasi parameter awal yaitu α, β, ρ, τ0 = τij, Q, Ncmax.

4. Mengisi node pertama ke dalam tabu list.

5. Penyusunan rute kunjungan setiap semut ke setiap titik yang dilewati.

6. Mengunjungi node lain yang belum ada pada tabu list berdasarkan aturan random proportional rule. Node dengan probabilitas terbesar merupakan node yang akan dikunjungi. Kemudian mengisikan kunjungan tersebut pada tabu list.

7. Hitung probabilitas dan pheromone pada tabu list

8. Melakukan proses pembaharuan pheromone pada tiap jalur dan mengosongkan tabu list masing-masing semut.

9. Mengulang proses kelima sampai proses keenam dengan menggunakan pheromone hasil pembaharuan sebagai pheromone awal tiap ruas atau menghentikan proses jika NCmax sudah terpenuhi.

10. Kemudian tentukan tabu list dengan nilai terbaik yaitu tabu list dengan nilai probabilitas tertinggi.

2.2 Algoritma ACO-TS

Algoritma Tabu Search merupakan salah satu algoritma yang berada dalam ruang lingkup metode heuristic [15]- [17]. Algoritma ini menggunakan short-term memory untuk menjaga agar proses pencarian tidak terjebak pada nilai optimum lokal. Algoritma ini menggunakan tabu list untuk menyimpan sekumpulan solusi yang baru saja dievaluasi. Perhitungan algoritma ACO-TS dalam pencarian rute terpendek pada persoalan TSP dari rute-rute pada dataset

1. Menghitung jarak antar kota sesuai dengan kordinat dataset dengan rumus:

drs = √(𝑥𝑟− 𝑥𝑠)2+ (𝑦𝑟− 𝑦𝑠)2 (1) 2. Menghitung visibilitas antar node dengan rumus

Visibilitas (Ƞrs) = 1

𝑑𝑟𝑠 (2) 3. Menginisialisasi nilai parameter-parameter ACO :

τij=0,01 q0=0,1

α (intensitas jejak semut) =1 β (visibilitas jejak semut) =1 m=4

ρ=0,5 Ncmax=1

4. Mencari probabilitas tertinggi dengan rumus

[𝑇𝑖𝑗(𝑡)]𝛼 [𝑛𝑖𝑗]𝛽

Ʃ[𝑇𝑖𝑗(𝑡)]𝛼 [𝑛𝑖𝑗]𝛽 (3)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Percarian Jarak Yang Optimum Dengan Algoritma ACO

Hasil yang diperoleh pada pencarian jarak yang optimum dengan menggunakan algoritma ACO pada persoalan TSP dengan dataset 200 kota menggunakan parameter yang digunakan oleh peneliti sebelumnya

a. Percobaan 1

Percobaan dilakukan dengan penambahan parameter semut yaitu Tetapan pengendali intensitas visibilitas (β) = 4 dan Tetapan pengendali pheromone (α) = 1. Hasil pencarian jarak antar kota dari Dataset 200 kota didapat dengan menggunakan persamaan no (1) hasil jarak antar kota dilihat pada matriks Jarak seperti pada Tabel

(4)

Tabel 1. Matriks Jarak Antar Kota

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 0 11.18 36.21 38.91 52.06 48.84 46.50 4 9.75 62.48 64.08 80.09 78.03 85.00 2 11.18 0 29.26 33.60 45.56 40.49 36.84 39.50 53.93 56.40 72.04 68.94 75.17 3 36.21 29.26 0 7.00 16.29 13.68 16.28 21.93 27.00 27.89 43.98 43.07 51.68 4 38.91 33.60 7.00 0 13.69 16.28 21.63 27.46 27.89 27.00 43.08 43.97 53.61 5 52.06 45.56 16.29 13.69 0 11.15 20.14 25.12 16.24 13.63 29.50 31.53 42.07 6 48.84 40.49 13.68 16.28 11.15 0 09.06 14.01 13.64 16.25 31.55 29.50 38.04 7 46.50 36.84 16.28 21.63 20.14 09.06 0 5.83 18.60 23.43 36.97 32.28 38.50 8 49.75 39.50 21.93 27.46 25.12 14.01 5.83 0 20.00 25.94 37.63 31.29 35.85 9 62.48 53.93 27.00 27.89 16.24 13.64 18.60 2.00 0 7.00 18.43 16.15 25.95 10 64.08 56.40 27.89 27.00 13.63 16.25 23.43 25.94 7.00 0 16.17 18.41 29.60 11 80.09 72.04 43.98 43.08 29.50 31.55 36.97 37.63 18.43 16.17 0 11.18 21.44 12 78.03 68.94 43.07 43.97 31.53 29.50 32.28 31.29 16.15 18.41 11.18 0 11.64 …….. …….. …….. …….. ……… ….. …….. …….. ……. …….. …….. …… ...

13 85.00 75.17 51.68 53.61 42.07 38.04 38.50 35.85 25.95 29.60 21.44 11.64 0

Hasil matriks nilai visibilitas antar kota dapat dilihat pada tabel

Tabel 2. Matriks Nilai Visibilitas Antar Kota

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 ∞ 0.09 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 2 0.09 ∞ 0.03 0.03 0.02 0.02 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 3 0.03 0.03 ∞ 0.14 0.06 0.07 0.06 0.05 0.04 0.04 0.02 0.02 0.02 4 0.03 0.03 0.14 ∞ 0.07 0.06 0.05 0.04 0.04 0.04 0.02 0.02 0.02 5 0.02 0.02 0.06 0.07 ∞ 0.09 0.05 0.04 0.06 0.07 0.03 0.03 0.02 6 0.02 0.02 0.07 0.06 0.09 ∞ 0.11 0.07 0.07 0.06 0.03 0.03 0.03 7 0.02 0.03 0.06 0.05 0.05 0.11 ∞ 0.17 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 8 0.02 0.03 0.05 0.04 0.04 0.07 0.17 ∞ 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 9 0.02 0.02 0.04 0.04 0.06 0.07 0.05 0.05 ∞ 0.14 0.05 0.06 0.04 10 0.02 0.02 0.04 0.04 0.07 0.06 0.04 0.04 0.14 ∞ 0.06 0.05 0.03 11 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.05 0.06 ∞ 0.09 0.05 12 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.06 0.05 0.09 ∞ 0.09 …….. …….. …….. …….. …… ….. …….. …….. ……. …….. …….. ... ...

13 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.04 0.03 0.05 0.09 ∞

Tabel 3. Hasil Jarak Optimum ACO Percobaan-1 Siklus Jarak Optimum

1 88317

2 86028

3 82212

4 81084

5 76201

6 88156

7 75092

8 80129

9 86021

10 87435

11 86087

12 96619

13 95728

14 78270

15 86688

16 87062

17 89349

(5)

Siklus Jarak Optimum

19 80479

20 79127

21 92245

22 90788

23 95129

24 93807

25 89799

26 97704

27 87118

28 86684

29 85579

30 96132

Rata-rata 87120.53 Running Time 11.5 detik b. Percobaan-2

Percobaan dilakukan dengan penambahan parameter semut yaitu Tetapan pengendali intensitas visibilitas (β) = 3 dan Tetapan pengendali pheromone (α) = 1. Hasil pencarian jarak antar kota dari Dataset 200-kota

Tabel 4. Hasil Jarak Optimum ACO Percobaan-2

Siklus Jarak Optimum

1 88317

2 86028

3 85212

4 78282

5 88201

6 88156

7 89092

8 88129

9 89021

10 91435

11 86087

12 90019

13 87728

14 86270

15 85688

16 87062

17 89349

18 90547

19 91479

20 92127

21 92245

22 92788

23 92129

24 87807

25 89799

26 91704

27 89118

28 86684

29 90579

30 86132

Rata-rata 88573.8 Running Time 11.5 detik

Dari tabel di atas diperoleh jarak yang paling optimum adalah pada Siklus ke 4 dengan jarak 78282 serta running time program dari pemrosesan dataset hingga iterasi 30 dan mendapatkan jalur optimum selama 11.5 detik.

3.2. Hasil Pencarian Jarak Terdekat Algoritma ACO-TS

Pada percobaan 1, parameter semut yang digunakan adalah tetapan pengendali intensitas visibilitas (β) = 1 dan tetapan pengendali pheromone (α) = 1, jumlah Semut = 30, minimum error 0.15.

(6)

Percobaan-1

Pada percobaan 1, parameter semut yang digunakan adalah tetapan pengendali intensitas visibilitas (β) = 1 dan tetapan pengendali pheromone (α) = 1, jumlah Semut = 30, minimum error 0.15. Hasil percobaan-1 algoritma ACO-TS diperoleh jarak optimum serta running time semua siklus

Tabel 5. Hasil Percobaan-1 ACO-TS 30 Siklus Siklus Jarak Optimum

1 195594

2 141305

3 114445

4 103522

5 92776

6 86884

7 87117

8 88974

9 81869

10 76773

11 83086

12 79222

13 81835

14 78836

15 78427

16 79982

17 79315

18 79071

19 77546

20 77977

21 77878

22 78802

23 71142

24 84254

25 76686

26 78071

27 80736

28 78508

29 80009

30 80267

Rata – Rata 88363.63 Running Time 2.9 detik Percobaan-2

Pada percobaan ini dilakukan dengan penambahan parameter semut yaitu Tetapan pengendali intensitas visibilitas (β) = 3 dan Tetapan pengendali pheromone (α) = 3, jumlah Semut = 30, minimum error 0.15. Hasil percobaan-1 diperoleh jarak optimum serta running time semua siklus

Tabel 6. Hasil Percobaan-2 ACO-TS 30 Siklus Siklus Jarak Optimum

1 196702

2 115026

3 110501

4 106725

5 98825

6 87800

7 87029

8 88602

9 81652

10 77552

11 82828

12 76551

13 80581

14 76295

(7)

Siklus Jarak Optimum

15 76282

16 79875

17 79890

18 79152

19 77192

20 69975

21 77108

22 78201

23 72717

24 84110

25 76401

26 78718

27 80905

28 78291

29 80031

30 81289

Rata-Rata 87226.87 Running Time 2.9 detik

Dari tabel diatas diperoleh jarak rata-rata yang paling optimum adalah sebesar 69975. Jarak yang paling optimum adalah pada Siklus 20 ke serta running time program dari pemrosesan dataset hingga iterasi 30 dan mendapatkan jalur optimum selama 2.9 detik. Adapun hasil percobaan untuk kedua algoritma dapat dilihat seperti pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Percobaan ACO

No Algoritma Jarak Rata-rata Running Time Jarak Optimum

1 Percobaan-1 87120.53 11.5 75092

2 Percobaan-2 88573.8 11.5 78282

Rata-rata total 87847.17 76687

Tabel 8. Hasil Percobaan ACO-TABU SEARCH

No Algoritma Jarak Rata-rata Running Time Jarak Optimum

1 Percobaan-1 88363.63 2.9 71142

2 Percobaan-2 87226.87 2.9 69975

Rata-rata total 87795.25 70558.5

Dari data pada Tabel diatas diperoleh jarak yang paling optimum dengan algoritma ACO sebesar 75092 dan jarak rata-rata total yang didapatkan ialah 87847.17 serta Running time sebesar [1] 15.5 detik pada percobaan 1. Hal ini membuktikan bahwa percobaan 1 pada algoritma ACO lebih baik dibandingkan percobaan 2. Lalu pada algoritma Kombinasi (ACO-TABU SEARCH) , jarak optimum yang didapatkan ialah 69975 dan jarak rata-rata total 87795.25 serta rata-rata running time 2.9 detik pada percobaan 2. Hal ini membuktikan bahwa percobaan 2 pada algoritma ACO-TS lebih baik dibandingkan percobaan 1. Dikarenakan hasil jarak optimum yang didapatkan pada percobaan pertama dan kedua tidak sama, maka penulis mengambil nilai rata – rata jarak optimum sebagai acuan dari jarak optimum yang didapatkan.

3.3. Hasil PerbandinganAlgoritma Kombinasi ACO-TS dan ACO-SMARTER

Tabel 9. Hasil Penelitian Jarak Optimum Algoritma ACO, ACO-TS dan ACO-SMARTER

ACO ACO-SMARTER ACO-TS

Dataset Jumlah Kota

Jarak Optimum

Rata – rata jarak optimum

Jarak Optimum

Rata – rata jarak optimum

Jarak Optimum

Rata –rata jarak optimum

kroA200 200 75092 76687 72284 74496 69975 70558.5

Tabel 10. Hasil Penelitian Running Time Algoritma ACO, ACO-SMARTER dan ACO-TS

ACO ACO-SMARTER ACO-TS

Dataset Jumlah Kota Running Time Running Time Running Time

kroA200 200 11.5 Detik 8.6 Detik 2.9 Detik

Berdasarkan informasi hasil percobaan diatas, dibandingkan dengan algoritma ACO-SMARTER yang diteliti oleh Hafis (2020) maka dapat disimpulkan bahwa algoritma ACO-TS lebih baik dibandingkan ACO dan ACO-SMARTER dari segi pencapaian jalur optimum serta running time. Hal ini disebabkan karena algoritma

(8)

ACO-TS lebih cepat dalam memproses data karena tidak terdapat data rute yang sama pada tabu list di putaran selanjutnya.

4. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan penulis dengan dataset dan spesifikasi perangkat keras yang sama bahwa kombinasi algoritma Ant Colony Optimization (ACO) dan Tabu Search (TS) lebih baik dalam segi pencapaian jalur optimum serta running time dibandingkan algoritma ACO dan ACO-SMARTER dalam menyelesaikan permasalahan Traveling Salesman Problem. Algoritma Tabu Search pada algoritma ACO berperan sebagai pengontrol rute-rute yang sudah terpilih agar tidak diproses lagi pada semut yang sama. Hal ini tentu akan membuat algoritma ACO-TS lebih cepat dalam memproses data dengan running time 2.9 detik karena tidak terdapat data rute yang sama pada putaran selanjutnya.

REFERENCES

[1] R. N. Hay’s, “Kombinasi Firefly Algorithm-Tabu Search untuk Penyelesaian Traveling Salesman Problem,” Jurnal Online Informatika, vol. 2, no. 1, p. 42, Jul. 2017, doi: 10.15575/join.v2i1.63.

[2] A. Jufri and B. Santoso, “Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa,” Jurnal EECCIS Vol. 8, No. 2, Desember 2014, vol. 8, no. 2, pp. 187–192, 2014.

[3] E. Nurlaelasari, S. Supriyadi, and U. T. Lenggana, “Penerapan Algoritma Ant Colony Optimization Menentukan Nilai Optimal Dalam Memilih Objek Wisata Berbasis Android,” Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer, vol. 9, no. 1, pp. 287–298, 2018, doi: 10.24176/simet.v9i1.1914.

[4] D. Y. Fallo, “Pencarian Jalur Terpendek Menggunakan Algoritma Ant Colony Optimization,” Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi (JUKANTI), vol. 1, no. 1, pp. 28–32, 2018, doi: 10.37792/jukanti.v1i1.8.

[5] W. Deng, J. Xu, and H. Zhao, “An Improved Ant Colony Optimization Algorithm Based on Hybrid Strategies for Scheduling Problem,” IEEE Access, vol. 7, pp. 20281–20292, 2019, doi: 10.1109/ACCESS.2019.2897580.

[6] Z. Swiatnicki, “Application of ant colony optimization algorithms for transportation problems using the example of the travelling salesman problem,” in 2015 4th International Conference on Advanced Logistics and Transport (ICALT), May 2015, pp. 82–87. doi: 10.1109/ICAdLT.2015.7136597.

[7] R. A. S. Mayang Putri Khairunnisa, Bambang Pramono, “Implementasi Algoritma Tabu Search pada Aplikasi Penjadwalan Mata Pelajaran (Studi Kasus: SMA NEGERI 4 Kendari),” Informatics Engineering Department of Halu Oleo University, vol. 2, no. 2, pp. 31–39, 2017.

[8] Y. Yunita, “Implementasi Metode Simple Multi-Attribute Rating Technique Exploiting Rank (SMARTER) Pada Sistem Pendukung Keputusan,” Kntia Unsri, vol. 4, pp. 57–60, 2017.

[9] Miswanto, F. Pernando, and I. Aditya Firmansyah, “Implementasi Algoritma Tabu Search Untuk Mengoptimasi Penjadwalan Preventive Maintenancept Solusi Aplikasi Interaktif,” Sentika, vol. 2018, no. Sentika, pp. 23–24, 2018, [Online]. Available: http://prosiding.uika-bogor.ac.id/index.php/semnati/article/view/93

[10] S. Hafiz, N. Ginting, and E. B. Nababan, “Performance Improvement of Ant Colony Optimization Algorithm Using Multi- Attribute Rating Simple Technique Exploiting Ranks,” International Journal of Research and Review, vol. 7, no.

February, pp. 150–154, 2020.

[11] Z. Wang, H. Xing, T. Li, Y. Yang, R. Qu, and Y. Pan, “A Modified Ant Colony Optimization Algorithm for Network Coding Resource Minimization,” IEEE Transactions on Evolutionary Computation, vol. 20, no. 3, pp. 325–342, Jun.

2016, doi: 10.1109/TEVC.2015.2457437.

[12] G. Ping, X. Chunbo, C. Yi, L. Jing, and L. Yanqing, “Adaptive ant colony optimization algorithm,” in 2014 International Conference on Mechatronics and Control (ICMC), Jul. 2014, pp. 95–98. doi: 10.1109/ICMC.2014.7231524.

[13] I. Noviasari, A. Rusli, and S. Hansun, “Penerapan Algoritma ACO untuk Penjadwalan Kuliah Pengganti pada Perguruan Tinggi (Studi Kasus: Program Studi Informatika, Universitas Multimedia Nusantara),” Ultima InfoSys, vol. 9, no. 2, pp.

79–85, Mar. 2019, doi: 10.31937/si.v9i2.1062.

[14] Y. C. Sitanggang, C. Dewi, and R. C. Wihandika, “Pemilihan Rute Optimal Penjemputan Penumpang Travel Menggunakan Ant Colony Optimization Pada Multiple Travelling Salesman Problem (M-TSP),” Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (J-PTIIK) Universitas Brawijaya, vol. 2, no. 9, pp. 3138–3145, 2018.

[15] V. Rohini and A. M. Natarajan, “Comparison of genetic algorithm with Particle Swarm Optimisation, ant colony optimisation and Tabu search based on university course scheduling system,” Indian Journal of Science and Technology, vol. 9, no. 21, 2016, doi: 10.17485/ijst/2016/v9i21/85379.

[16] Q. Li, W. Tu, and L. Zhuo, “Reliable Rescue Routing Optimization for Urban Emergency Logistics under Travel Time Uncertainty,” Int. J. Geo-Information, 2018.

[17] A. K. Agrawal, R. Kumar, P. Bhardwaj, and S. Sharma, “Particle SWARM optimization for natural grouping in context for group technology application,” in International Conference on Industrial Engineering and Operations Management, 2015, pp. 568–575.

Referensi

Dokumen terkait

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA ANT SYSTEM DALAM PENYELESAIAN MULTI.. TRAVELING

Adanya Algoritma Fuzzy Evolusi yang memberikan suatu solusi untuk dapat dibandingan dengan Algoritma Genetika yang dimana kedua algoritma tersebut mempunyai kesamaan

Pada skripsi ini membahas tentang Hybrid algoritma Cat Swarm Optimization (CSO) dan Tabu Search (TS) untuk penyelesaian Permutation Flowshop Scheduling Problem (PFSP)..

Algoritma genetika 39,06% lebih unggul dibanding dengan algoritma artificial bee colony, karena algoritma genetika akan mengkasilkan solusi lebih optomal pada setiap

Pada Tugas Akhir ini, akan dibahas mengenai metode metaheuristik dengan menggunakan algoritma Ant Colony Optimization (ACO) untuk diuji pada sistem multi-user SC-FDMA arah

Dari uraian diatas maka dapat dikemukakan masalah yang akan diselesaikan adalah Bagaimana menggunakan algoritma Ant Colony Optimization (ACO) untuk membuat suatu system

Qorima Emila Pusparani, 2016, Hybrid Algoritma Cat Swarm Optimization (CSO) dan Tabu Search (TS) untuk Permutation Flowshop Scheduling Problem (PFSP) , Skripsi ini

Adanya Algoritma Fuzzy Evolusi yang memberikan suatu solusi untuk dapat dibandingan dengan Algoritma Genetika yang dimana kedua algoritma tersebut mempunyai