• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA JALAN HUSEIN HAMZAH PAL 5 DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2017 DAN METODE AASHTO 1993

N/A
N/A
ARSILA HAIRUNNISA

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA JALAN HUSEIN HAMZAH PAL 5 DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2017 DAN METODE AASHTO 1993"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA 2017 DAN METODE AASHTO 1993

PADA JALAN HUSEIN HAMZAH PAL 5

Russel Savarino Pasaribu1), Komala Erwan2), Said2)

1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak

2) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak Email : [email protected]

ABSTRAK

Perkerasan kaku adalah jalan yang menggunakan struktur perkerasan beton dengan bahan semen dan agregat.

Jalan Husein Hamzah Pal 5 dijadikan sebagai lokasi penelitian, karena lokasi yang sering dilewati untuk tujuan wisata, perikanan dan perindustrian di Sungai Kakap. Pada penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode Bina Marga 2017 dan AASHTO 1993. Data primer yang digunakan adalah data LHR dan data sekunder yang digunakan adalah data curah hujan, data geometrik jalan dan data CBR. Perbedaan dari kedua metode tersebut adalah konsep desain. Metode Bina Marga 2017 adalah metode mekanistik empiris yaitu menggunakan data – data yang ada di lapangan, yang selanjutnya digabungkan dengan data hasil laboratorium. Sedangkan konsep desain AASHTO 1993 adalah metode empiris yaitu hasil dari sumber pengetahuan dan pengamatan dengan memperhitungkan tegangan regangan dan deformasi pada pelat beton. Pada jalan Husein Hamzah Pal 5 analisis dilakukan menggunakan perkerasan kaku dengan umur rencana 40 tahun dan pertumbuhan lalu lintas 5,14%.

Hasil tebal pelat pada metode Bina Marga 2017 didapat sebesar 305 mm yang lebih tipis dari tebal pelat pada metode AASHTO 1993 sebesar 31 cm. Kedua metode tersebut menggunakan mutu beton K – 350 dengan perancangan sambungan melintang menggunakan dowel 38 mm, panjang 450 dan jarak 300 mm.

Kata Kunci: AASHTO 1993, Bina Marga 2017, Perkerasan Kaku.

ABSTRACT

Rigid pavement is a road that uses a concrete pavement structure with cement and aggregate materials. Jalan Husein Hamzah Pal 5 were used as a research location, because the location is often passed for tourism, fishery and industrial purposes on the Kakap River. this study uses two methods, which are bina marga method 2017 and AASHTO 1993. LHR data is primary data that used on this study and the secondary data is precipitation data, road geometric data and CBR data. The difference between the two methods is the design concept. Bina Marga Method 2017 is an empirical mechanistic method that uses data in the field, which further combined with laboratory data. While the design concept of AASHTO 1993 is an empirical method that is the result of theoritical and observation based on plate strain and deformation on concrete plates. On Jalan Husein Hamzah Pal 5 analysis was conducted using rigid pavement with a plan age of 40 years and traffic growth of 5.14%. The thickness of the plate as result of Bina Marga method 2017 is 305 mm which is thinner than the thickness of the plate in the 1993 AASHTO method of 31 cm. Both methods use the concrete quality of K - 350 with the transverse connections design using dowel 38 mm, length 450 and distance 300 mm.

Keywords : AASHTO 1993, Bina Marga 2017, Rigid Pavement.

I. PENDAHULUAN

Pentingnya melakukan pemeliharaan perkerasan terhadap jalan seiring meningkatnya volume kendaraan supaya jalan yang dilalui pengendara merasakan nyaman, dan keamanan dalam berlalu lintas. Seiring berjalannya waktu pertumbuhan lalu lintas maka diperlukan peningkatan infrastruktur. Pada umumnya kerusakan pada perkerasan jalan kemungkinan beban berat

menjadi salah satu penyebabnya. Dari hasil kesimpulan beberapa ahli bisa diakibatkan oleh frekuensi beban yang tinggi. Banyak metode mengenai dalam perkerasan jalan di Indonesia sendiri ada Analisa Komponen Bina Marga, diluar negeri ada AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) dan The Ashpalt Institut dari Amerika, Road Note dari Inggris, dan Austroad dari Australia.

(2)

2 Jalan Husein Hamzah Pal 5 dijadikan sebagai

lokasi penelitian, karena merupakan ruas yang digunakan untuk menuju tujuan wisata, perikanan dan perindustrian di Sungai Kakap. Lokasi tersebut sering dilalui oleh kendaraan – kendaraan berat seperti kontainer, truk dan lain – lain dikarenakan lokasi yang dilewati mengarah sungai kakap yang perikananan dan perindustriannya sebagai jalur perekonomian. Selain itu pada ruas jalan tersebut juga dibangun dengan dua metode perkerasan yang berbeda, yaitu perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada peraturan dan pedoman yang berlaku dengan tujuan berikut :

a) Merencanakan tebal perkerasan kaku dengan metode Bina Marga 2017.

b) Merencanakan tebal perkerasan kaku dengan metode AASHTO 1993.

c) Membandingkan hasil analisa tebal perkerasasan kaku berdasarkan uraian dari parameter dengan metode Bina Marga 2017 dan AASHTO 1993.

II. METODOLOGI DAN PUSTAKA Perkerasan Kaku Metode Bina Marga 2017

Berdasarkan persyaratan teknis Bina Marga 2017 terdiri dari beberapa tahapan perhitungan yaitu pemilihan struktur perkerasan, pertumbuhan lalu lintas, perhitungan lalu lintas pada lajur rencana, faktor ekivalen beban, beban sumbu standar kumulatif, penentuan daya dukung tanah, umur rencana, perhitungan perencanaan perkerasan kaku, dan sambungan. Berikut perhitungan beban sumbu standar kumulatif sebagai perencanaan tebal perkerasan kaku :

a) Beban Sumbu Standar Kumulatif

Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESAL) merupakan lajur umur rencana yang diproyeksikan dengan jumlah kumulatif beban standar sebagai berikut :

ESATH-1 = (ΣLHRJK x VDFJK) x 365 x DD x DL x R

(1) dimana :

ESAL = kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana.

ΣLHRJK = jenis kendaraan niaga dengan jumlah harian rata - rata (kend/hari).

ESATH-1 = tahun pertama pada kumulatif lintasan.

VDFJK = faktor jenis kendaraan niaga terhadap ekivalen beban tiap jenis

kendaraan niaga.

DL = faktor pembagian lajur.

DD = faktor pembagian arah.

R = faktor pengali terhadap pertumbuhan lalu lintas kumulatif.

b) Umur Rencana

Umur rencana pada perkerasan kaku biasa direncanakan sekitar 20 tahun hingga 40 tahun.

c) Perhitungan Perencanaan Perkerasan Kaku Perencanaan perkerasan kaku untuk jalan dengan beban lalu lintas rendah dan beban lalu lintas berat didasarkan pada penentuan kelompok sumbu kendaraan niaga. Berikut beban lalu lintas pada perkerasan kaku :

Tabel 1. Perkerasan Kaku Jalan dengan Beban Lalu Lintas Berat (Sumber : Bina Marga, 2017) Struktur

Perkerasan R1 R2 R3 R4 R5 Kelompok

sumbu kendaraan berat (overload) (10^6)

<4.3 <8.6 <25.8 <43 <86

Dowel dan bahu

beton Ya

Struktur Perkerasan (mm) Tebal pelat

beton 265 275 285 295 305

Lapis fondasi

LMC 100

Lapis fondasi

agregat kelas A 150

d) Sambungan

Perkerasan jalan perlu dilakukan dengan sambungan. Sambungan pada perkerasan kaki digunakan untuk mengoreksi kerusakan akibat pemuaian dan susut. Sambungan dberperan penting, yaitu :

Dowel Bars, dalam perhitungan dowel ini nilai bearing stress pada beton harus lebih kecil dari bearing stress yang diizinkan.

Tie Bars, dalam perhitungannya Bina Marga menyarankan tie bars dibuat dari baja tulangan minimum U24, dengan diameter 16 mm, panjang 800 mm dan jarak 750 mm.

Perkerasan Kaku Metode AASHTO 1993

Metode AASHTO 1993 merupakan salah satu metode yang banyak digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan kaku. Secara umum metode ini di adopsi sebagai standar perencanaan di berbagai negara. Langkah-langkah praktis, prosedur dan parameter – parameter perencanaan diberikan sebagai berikut : (Metode AASHTO 1993)

a) Equivalent Single Axle Load (ESAL)

Faktor ekivalensi beban adalah jumlah ESAL yang dihasilkan oleh satu lintasan gandar. Faktor ekivalensi diperoleh berdasarkan pengaruh kerusakan relatif dari berbagai tipe kendaraan, terhadap kerusakan yang disebabkan oleh beban gandar tunggal 18 kip (atau 80 kN = 8,16 ton), dengan ban dobel pada ujung – ujungnya.

(2)

(3)

3 dimana :

N1 = tahun pertama lalu lintas dibuka.

Nn = akhir umur rencana pada lalu lintas.

LHRj = jumlah jenis kendaraan harian rata - rata.

VDFJK = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan.

W18 = lajur lalu lintas dengan traffic desaign.

DD = faktor pembagian arah.

DL = faktor pembagian lajur

Pada perencanaan tebal perkerasan kaku, lalu lintas yang digunakan adalah lalu lintas kumulatif selama umur rencana, dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Wt = W18 x (3) dimana:

n = umur rencana.

g = peningkatan lalu-lintas.

W18 = lajur lalu lintas dengan traffic desaign.

Wt = jumlah total beban gandar tunggal standar kumulatif .

b) Modulus Reaksi Tanah Dasar

CBR di indoseia biasa menggunakan sebesar 6% untuk lapis tanah dasar. Nilai k dari tanah dasar dapat diestimasikan dari nilai modulus resilient (MR), yaitu :

(4)

(5) dimana:

MR = resillient modulus

k = modulus reaksi tanah dasar (psi)

Nilai modulus reaksi tanah dasar (k) sangat penting dalam menentukan perancangan perkerasan.

Kualitas tanah dasar dan material di atas tanah dasar digambarkan dengan nilai modulus. Akibat besarnya nilai k maka lapisan subbase semakin tebal.

c) Koefisien Drainase (Cd)

Kelembaban air mempengaruhi kinerja perkerasan, yaitu dapat mengurangi kekuatan tanah dasar dan lapis pondasi bawah serta dapat menyebabkan melengkungnya pelat. Koefisien drainase (Cd) berfungsi untuk memodifikasi tebal beton rencana dengan memperhatikan kondisi drainase. Diberikannya koefisien drainase adalah untuk memperhitungkan kinerja perkerasan pada pengaruh sistem drainase. Penentuan variabel dalam menentukan Cd yaitu persentase perkerasan yang terkena air. Persentase waktu struktur perkerasan dalam 1 (satu) tahun terkena air dinyatakan pada persamaan berikut :

(6) dimana:

Tj = hujan rata-rata per hari (jam), Th = jumlah rata-rata hari hujan per tahun

(hari),

C = koefisien pengaliran,

P = hari hujan dalam satu tahun yang berpengaruh pada perkerasan (%).

d) Koefisien Transfer Beban (J)

Nilai koefisien transfer beban dapat dipengaruhi dengan adanya alat transfer beban seperti dowel. Nilai –nilai yang digunakan sebagai pendekatan adalah :

 Untuk sambungan dengan dowel : J = 2,5 – 3,1

 Untuk perancangan lapis overlay : J = 2,2 – 2,6 e) Penentuan Tebal Pelat (D)

Pada perencanaan perkerasan kaku, diambil kombinasi yang paling optimum dari tebal pelat beton dan lapis pondasi bawah. Tebal perkerasan kaku dapat diketahui dengan persamaan berikut : Log10 x W18 = ZR x So + 7,35log10 (D+1) - 0,06 +

+ (4,22 – 0,32 pt) x log10

(7) dimana :

W18 = Lalu lintas rancangan (ESAL) ZR = Deviasi standar normal So = Standar deviasi keseluruhan D = Tebal pelat beton (in)

∆PSI = Kehilangan kemampuan pelayanan Po = Indeks kemampuan pelayanan awal Pt = Indeks kemampuan pelayanan akhir Sc’ = Kuat lentur beton (psi)

Cd = Koefisien drainase J = Koefisien transfer beban Es = Modulus elastisitas beton (psi) k = Modulus reaksi tanah dasar (pci) Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur atau proses yang digunakan untuk penelitian agar mengetahui langkah – langkah sistematis. Secara singkat metodologi penelitian adalah prinsip dasar dalam proses penelitian. Untuk menguji hipotesis haruslah dibuat sejumlah benda uji tes yang hasilnya nanti akan digunakan untuk menguji hipotesis tersebut.Metode deskriptif, metode yang digunakan dalam penulisan ni. metode deskriptif yang menggunakan objek penelitian saat sekarang dengan melihat fakta sebagaimana adanya, dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan konsep-konsep baru mengenai hal yang diteliti.

Teknik Pengumpulan Data a) Data Primer

Data primer diperoleh peneliti itu sendiri setelah mengamati langsung dari sumbernya. Pada penelitian data primer yang digunakan adalah data volume lalu lintas. Data lalu lintas ini digunakan sebagai parameter pada metode Bina Marga 2017

(4)

4 untuk mengetahui beban lalu lintas yang dihitung

selama umur rencana. Volume lalu lintas yang dihitung diproyeksikan sepanjang umur rencana.

Cara menentukan desaign traffic adalah memperkirakan jumlah volume dan pembagian lalu lintas tahun pertama menurut tipe kendaraan metode AASHTO 1993.

b) Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang data penelitian secara tidak langsung atau perantara. Data CBR dan data curah hujan diperlukan untuk mendukung dalam penelitian ini.

Data CBR menentukan daya dukung tanah pada metode Bina Marga 2017 dan AASHTO 1993. Data curah hujan menentukan koefisien drainase pada metode Bina Marga 2017 dan AASHTO 1993.

Analisis Data dan Pembahasan

Menentukan tebal lapis perkerasan kaku harus sesuai prosedur dan parameter harus sesuai dengan metode yang digunakan. Berikut adalah parameter dan prosedur dari Bina Marga 2017 dan AASHTO 1993 :

a) Perencanaan perkerasan kaku berdasarkan Bina Marga 2017

Analisis Pada analisis metode Bina Marga (2017) diperlukan data primer dan data sekunder untuk mendukung setiap nilai parameter yang dikerjakan. Data primer yang diperlukan yaitu data LHR sedangkan data sekunder yang diperlukan yaitu data curah hujan, data CBR dan data geometrik jalan. Setelah data dikumpulkan masuk kedalam perhitungan atau penentuan parameter guna untuk mendapat tebal perkerasan. Parameter yang diperlukan sebagai berikut :

 Pemilihan struktur perkerasan jalan.

 Penentuan umur rencana.

 Penentuan nilai Equivalent Single Axle Load.

 Penentuan struktur pondasi perkerasan.

 Penentuan daya dukung efektif tanah dasar menggunakan solusi tanah normal atau tanah lunak.

 Penentuan struktur lapisan perkerasan.

 Penentuan tipe sambungan.

 Penentuan detail desain.

b) Perencanaan perkerasan kaku dengan Metode AASHTO 1993

Pada analisis metode AASHTO (1993) diperlukan data primer dan data sekunder untuk mendukung setiap nilai parameter yang dikerjakan.

Data primer yang diperlukan yaitu data LHR sedangkan data sekunder yang diperlukan yaitu data curah hujan, data CBR dan data geometrik jalan.

Setelah data dikumpulkan masuk kedalam perhitungan atau penentuan parameter guna untuk

mendapat tebal perkerasan. Parameter yang diperlukan sebagai berikut :

 Data lalu lintas

 Lalu lintas rencana

 CBR

 Modulus reaksi tanah dasar (k)

 Flexural Strength (Sc‟)

 Reliability

 Serviceability

 Koefisien Drainase (Cd)

 Load transfer coefficient (J)

 Perhitungan Penulangan Diagram Alir Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Diagram Alir Metode Bina Marga 2017

Tahapan perhitungan dan analisis metode Bina Marga 2017 dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Identifikasi Masalah

Studi Literatur :

Bina Marga 2017

AASHTO 1993

Data Primer :

Data LHR

Data Sekunder :

Data Curah Hujan

Data CBR

Data Geometrik Mulai

Metode Bina Marga 2017

 Pemilihan Struktur Perkerasan

Umur Rencana

Lalu lintas harian

Pertumbuhan lalu lintas

Faktor prtumbuhan kumulatif

Faktor distribusi lajur dan arah

Penentuan desain fondasi minimum

Penentuan desain struktur perkerasan

Metode AASHTO 1993

Data lalu lintas

Lalu lintas rencana

CBR

Modulus reaksi tanah dasar (k)

Flexural Strength (Sc‟)

Reliability

Serviceability

Koefisien Drainase (Cd)

Load transfer coefficient (J)

Perhitungan Penulangan

Perbandingan tebal perkerasan kaku hasil hitungan metode Bina Marga 2017 dan Metode AASHTO 1993

Kesimpulan

Selesai

Perbandingan tebal perkerasan kaku hasil hitungan metode Bina Marga 2017 dan Metode AASHTO 1993

(5)

5 Gambar 2. Diagram Alir Metode Bina Marga 2017

Diagram Alir Metode AASHTO 1993

Tahapan perhitungan dan analisis metode AASHTO 1993 dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Diagram Alir Metode AASHTO 1993 III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkerasan kaku adalah perkerasan yang terdiri dari perkerasan beton atau plat beton sebagai lapis fondasi dan lapis fondasi bawah di atas tanah dasar.

Lokasi penelitian berada di Jalan Husein Hamzah Pal 5. Penelitian ini menggunakan Metode Bina Marga 2017 dan AASHTO 1993. Perbedaan dari kedua metode tersebut adalah konsep desain Metode Bina Marga 2017 adalah metode mekanistik empiris yaitu menggunakan data – data yang ada di lapangan digabungkan dengan data hasil laboratorium sedangkan konsep desain Metode AASHTO 1993 adalah metode empiris yaitu hasil dari sumber pengetahuan dan pengamatan dengan memperhitungkan tegangan regangan dan deformasi pada plat beton. Salah satu kegiatan dalam proses perencanaan teknis jalan adalah proses pengumpulan atau penyajian data. Penelitian ini sangat menentukan dalam kualitas desain jalan yang akan dihasilkan, karena jika terjadi kesalahan akan mengakibatkan desain jalan yang dihasilkan tidak

optimal dan akan menyimpang yang akan direncanakan.

Data Lalu Lintas Harian Rata - Rata (LHR) Lalu lintas harian rata – rata adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata – rata yang melewati satu jalur. Data tersebut disurvei secara langsung dilokasi penelitian di Jalan Husein Hamzah, Pal 5.

Adapun kendaran – kendaraan yang dihitung pada saat survei perhitungan lalu lintas dikelompokan menjadi beberapa golongan yang berdasarkan pada Peraturan Direktorat Jenderal Bina Marga.

Pengolahan data lalu lintas harian mengacu pada pedoman Wells, 1985 dalam Warpani, 1993.

Pada survei lalu lintas harian pada lokasi Jalan Husein Hamzah pal 5 dilakukan selama 12 jam per hari selama 3 hari. Umumnya pada kedua metode tersebut dilakukan 7 kali 24 jam. Maka perlu perhitungan lalu lintas harian yang tidak dilakukan selama 16 jam penting atau kurang dari 93% dari arus lalu lintas selama 24 jam. Hasil rekapitulasi hasil pengolahan data survei volume lalu lintas sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Perhitungan Volume Lalu Lintas 7 x 24 jam (Sumber : Analisis Data, 2021) Lalu Lintas Dalam 7 x 24 jam

No Tipe Kendaraan LHRM

(kend/hari) 1 Sedan, Jeep, Wagon 5974,398

2 Combi, Minibus 101,9969

3 Pick up, Mobil Hantaran 2815,566

4 Bus Kecil 39,52893

5 Bus Besar 12,28879

6 Truk Ringan 2 Sumbu 256,2212 7 Truk Sedang 2 Sumbu 968,3564

8 Truk 3 Sumbu 16,18024

9 Truk Semi Trailer 32,36047 Jumlah Kendaraan 10216,9 Data Curah Hujan

Data curah hujan ini mempengaruhi dalam desain jalan dimana dalam perkerasan harus diatas permukaan air pada saat perencanaannya. Data curah hujan didapat di website Badan Pusat Statistik dimana data curah hujan tersebut didapat. Berikut data curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 3. Jumlah Hari Hujan Per Tahun

(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021)

No Tahun Hari Hujan

1 2011 271

2 2012 219

3 2013 210

arga 2017

Umur rencana

Tentukan jenis sambungan

Pemilihan struktur perkerasan

Lalu lintas

Desain fondasi jalan

Desain perkerasan

-Perkerasan lentur -Perkerasan kaku

-Analisis volume lalu lintas -Data lalu lintas -Jenis kendaraan -Faktor pertumbuhan lalu lintas -Faktor ekivalen beban (VDF) -Beban sumbu standar kumulatif

Fondasi perkerasan kaku -Tanah dasar normal -Tanah dasar lunak

Struktur perkerasan kaku

Pd T – 14 – 2003 (Bina Marga 2003)

Mulai Selesai

Traffic

Reliability

Serviceability

CBR

Kuat tekan beton

Flextural strength Drainage coefficient Load transfer coefficient

-Umur rencana -Faktor distribusi arah -Faktor distribusi jalur -LHR pada tahun dibuka -Pertumbuhan lalulintas tahunan -Vehicle damage factor -Standard normal deviation -Standard deviation

- -Terminal serviceability -Initial servieability

- -Modulus reaksi tanah dasar

- -Modulus elastisitas beton

-

Desain ESAL

Servieability loss

Coba Tebal pelat

Check Equation

Tebal Pelat rencana

Tidak

Ya

(6)

6

4 2014 209

5 2015 206

6 2016 271

7 2017 244

8 2018 219

9 2019 219

10 2020 230

Hujan Rata-Rata 230 Data CBR

Daya dukung tanah diperoleh dari nilai CBR, dimana data CBR didapat dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Kalimantan Barat. Data CBR yang didapat berada dilokasi pada Jalan Husein Hamzah Pal 5. Data CBR yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan hasil penelitian pada 32 titik di lokasi penelitian, namun dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan nilai CBR yang mewakili 90% kondisi tanah tersebut. Berikut data nilai CBR yang mewakili 90% pada ruas Jalan Pontianak – Pal 5 :

Tabel 4. Nilai CBR Segmen (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalbar, 2019)

Nilai CBR mewakili 90%

Ruas Jalan Pontianak – Pal 5 Data Nilai

CBR (%)

Jumlah Yang Sama Atau Lebih Besar

Persen Yang Sama Atau Lebih

Besar (%)

1.50 32 100.00

2.00 29 90.63

3.00 27 84.38

4.00 20 62.50

5.00 14 43.75

6.50 5 15.63

7.80 4 12.50

8 3 9.38

CBR yang didapat dalam penelitian pada Jalan Husein Hamzah Pal 5 berdasarkan grafik di bawah ini adalah sebesar 2,1%.

Gambar 4. Grafik CBR

Analisis Tebal Perkerasan Kaku Metode Bina Marga 2017

Analisis Tebal Perkerasan Kaku Metode Bina Marga 2017 dilakukan dengan menginput serta menghitung parameter – parameter yang teradapat pada Metode Bina Marga 2017. Desain struktur perkerasan kaku pendesain harus fokus pada penginputan parameter tersebut, dimana dalam perhitungannya terdiri dari :

 Penentuan umur rencana, dimana penentuan umur rencana struktur perkerasan kaku mengacu pada tabel umur rencana Metode Bina Marga 2017 sehingga umur rencana yang digunakan adalah 40 tahun.

 Faktor pertumbuhan lalu lintas, digunakan untuk menentukan tebal perkerasan kaku dalam perhitungan ESA, dimana hasil perhitungan faktor pertumbuhan lalu lintas kumulatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah 125,007 dengan pertumbuhan lalu lintas sebesar 5,14%

yang didapat pada tabel pertumbuhan lalu lintas metode Bina Marga 2017.

 Faktor distribusi lajur kendaraan niaga (DL), diambil 100% karena pada lokasi Jalan Husein Hamzah Pal 5 menunjukan lajur kendaraan 1 arah sehingga memilih angka tersebut.

 Beban sumbu standar kumulatif, dimana dalam perhitungan beban sumbu standar kumulatif di dapat hasil 60.495.869,72 (CESA) kurang dari 86. Pada hasil CESAL, angka tersebut termasuk yang tinggi sehingga pada desain struktur tebal perkerasan kaku termasuk jalan dengan beban lalu lintas berat.

 Penentuan desain fondasi jalan minimum, dimana Berdasarkan data CBR yang digunakan maka hasil dari tabel desain fondasi jalan minimum kondisi struktur tanah dilokasi Jalan Husein Hamzah Pal 5 adalah tanah lunak sehingga perlu dilakukannya perbaikan tanah dasar untuk menahan beban perkerasan kaku yang direncanakan. Dari tabel tersebut didapatkan uraian struktur fondasi menggunakan lapis penopang dan tebal perbaikan tanah dasar adalah sebesar 850 mm.

 Penentuan struktur perkerasan, yang ditentukan berdasarkan hasil perhitungan CESAL, maka pengelompokan tebal perkerasan kaku adalah R5 karena hasil lalu lintas rencana (CESA) lebih dari 86000000. Jadi hasil dari penentuan struktur perkerasan kaku menggunakan dowel dan bahu beton dengan tebal pelat beton 305 mm, tebal lapis fondasi LMC 100 mm, dan tebal lapis fondasi agregat kelas A 150 mm.

Berdasarkan hasil perhitungan dan parameter perencanaan tebal perkerasan kaku pada Metode Bina Marga 2017 maka diperoleh perencanaan yang

(7)

7 digunakan pada ruas Jalan Husein Hamzah Pal 5

adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Analisis Perhitungan Metode Bina Marga 2017 (Sumber : Analisis Data, 2021)

Parameter Nilai Satuan

Umur Rencana 40 tahun

Pertumbuhan Lalu Lintas 5,14 %

Faktor Pengali Pertumbuhan

Lalu Lintas 125,007

Beban Sumbu Standar

Kumulatif 60.495.869,72

Tebal Pelat Beton 30,5 cm

Tebal Lapis Fondasi LMC 10 cm

Tebal Lapis Fondasi Agregat

Kelas A 15 cm

Lapis Penopang Geotextile

Analisis Tebal Perkerasan Kaku Metode AASHTO 1993

Analisis pada tebal perkerasan kaku menggunakan metode AASHTO 1993. Metode AASHTO 1993 menggunakan konsep desain empiris yaitu hasil dari sumber pengetahuan dan pengamatan dengan memperhitungkan tegangan regangan dan deformasi pada plat beton. Dalam analisis perlu penginputan parameter – parameter supaya dalam konsep desain yang dikerjakan tidak terjadi kesalahan pada perhitungan yang digunakan dimana dalam perhitungannya terdiri dari :

 Penentuan umur rencana, dimana pada metode ini umur rencana yang digunakan adalah 40 tahun karena kondisi Jalan Husein Hamzah Pal 5 memiliki volume kendaraan yang begitu tinggi.

 Kemampuan pelayanan akhir (pt), dimana pada Jalan Husein Hamzah Pal 5 merupakan jalan raya utama maka nilai pt yang digunakan adalah 2,5.

 Kemampuan pelayanan awal (po), dimana pada penilitian ini membahas tentang perkerasan kaku maka nilai indeks kemampuan pelayanan awal (po) yang digunakan adalah 4,5.

 Faktor distribusi lajur dan arah, dengan faktor distribusi arah (DD) adalah 0,3 – 0,7 umumnya diambil 0,50 sementara distribusi lajur (DL) diambil 100% karena kondisi jalan hanya 1 lajur setiap arah.

Vehicle Damage Factor (VDF), dimana nilai VDF untuk setiap jenis kendaraan memiliki nilai yang berbeda. Nilai VDF digunakan pada perhitungan ESAL atau desain traffic.

Equivalent Single Axle Load (ESAL), dimana perhitungan ESAL digunakan untuk mengetahui berapa besaran dalam mengendalikan beban standar kumulatif selama setahun (W18) dengan hasil perhitungan beban gandar tunggal standar

kumulatif selama 40 tahun adalah 95.014.894 ESAL.

 Modulus reaksi tanah dasar, dimana nilai modulus reaksi tanah dasar yang didasarkan pada potensi erosi pondasi bawah, dari gambar di atas maka didapat nilai k sebesar 150 pci.

 Modulus elastisitas beton, dimana dalam speksifikasi perkerasan kaku umumnya digunakan kuat tekan beton fc’ = 350 kg/cm2 sehingga hasil perhitungan modulus elastisitas beton yang diperoleh yaitu 4021694.

Flextural Strength, pada perancangan perkerasan kaku parameter flextural strength digunakan untuk perhitungan tebal pelat. Umumnya di Indonesia menggunakan nilai Sc’ = 45 kg/cm2 yang dikonversikan menjadi 640 psi.

Reability, direncanakan agar memuaskan selama masa pelayanan pada perkerasan yang dirancang.

Nilai reliabilitas 80 – 99 karena klasifikasi pada jalan Husein Hamzah Pal 5 termasuk jalan arteri di perkotaan dengan Nilai (ZR) yang ditentukan yaitu -1,282 karena diambil nilai tengah dari nilai reliabilitas.

 Deviasi Standar Keseluruhan (So), digunakan untuk memperhitungkan variasi dari input data.

Pada metode AASHTO 1993 nilai So pada perkerasan kaku adalah 0,30 – 0,40. Pada penelitian ditentukan nilai So yaitu 0,38.

 Koefisien drainase (Cd), dimana berdasarkan tabel persen waktu struktur perkerasan terkena air hingga tingkat kelembabannya mendekati jenuh air, kualitas drainase yang digunakan adalah baik dengan tingkat persen waktu yaitu 1,17.

 Koefisien transfer beban (J), dimana berdasarkan pada nilai koefisien transfer beban menggunakan sambungan dengan dowel maka nilai yang digunakan sebesar 2,7.

Berdasarkan hasil perhitungan dan parameter maka diperoleh perencanaan yang digunakan pada ruas Jalan Husein Hamzah Pal 5 adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Analisis Metode AASHTO 1993 (Sumber : Analisis Data, 2021)

Parameter Nilai Satuan

Umur Rencana 40 tahun

Lalu-lintas, ESAL 95.014.894 ESAL Terminal Serviceability (pt) 2,5

Initial Serviceability (po) 4,5 Serviceability Loss

(∆PSI = po – pt) 2

(8)

8

Reliability (R) 90 %

Standard Normal Deviation

(ZR) -1,282

Standard Deviation (So) 0,38 Modulus Reaksi Tanah Dasar

(k) 150 pci

Kuat Tekan (f’c) 4978,155 psi

Modulus Elastisitas Beton

(Ec) 4.021.694,369 psi

Flexural Strength (Sc’) 640 psi

Drainage Coefficient (Cd) 1,17 Load Transfer Coefficient (J) 2,7

Tebal Pelat Beton (D) 31 cm

Tabel 7. Rekap Hasil Perhitungan Metode Bina Marga 2017 dan AASHTO 1993 (Sumber : Analisis Data, 2021) Perhitungan dan

Parameter

Bina Marga 2017

AASHTO 1993

CBR

Nilai CBR 2,1% , maka

harus diperbaiki tanah dasar dengan tebal

minimum tanah dasar sebesar 85 cm.

Nilai CBR 2,1%, maka

harus distabilisasi

menjadi 6%.

Umur Rencana 40 tahun 40 tahun

Lalu Lintas :

Equivalen Single

Axle Load (ESAL) - 95.014.894

Cumulative Eqivalent Standard Axles (CESA)

60.495.869,21 Pertumbuhan lalu

lintas 5,14% 5,14%

Reliabilitas - 90%

Standard deviasi (So) - 0,38

Standard normal

deviasi (ZR) - -1,282

Serviceability :

Initial servicebility

(po) - 2,5

Terminal

Servicebility (pt) - 4,5

Servicebility loss

(∆psi) - 2

Koefisien draineas - 1,17

(cd)

Koefisien penyalur

beban (J) - 2,7

Flexturan strength

(sc) - 640 psi

Tebal pelat beton 305 mm 310 mm

Dowel D38 - 450 D38 - 450

IV. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dan perhitungan yang sudah dilakukan kesimpulan pada analisis perbandingan tebal perkerasan kaku metode Bina Marga 2017 dan metode AASHTO 1993, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil tebal pelat pada metode Bina Marga 2017 yang didapat sebesar 305 mm dengan lapis fondasi kurus (LMC) sebesar 100 mm dan lapis fondasi agregat kelas A sebesar 150 mm sedangkan AASHTO 1993 didapat sebesar 310 mm dengan lapis fondasi beton 150 mm dan lapis fondasi agregat kelas A sebesar 150 mm.

2. Pada hasil data CBR di Jalan Husein Hamzah Pal 5 sebesar 2,1%. Pada metode Bina Marga harus dilakukan perbaikan tanah dasar setebal 850 mm sesuai panduan desain fondasi jalan minumum sedangkan metode AASHTO 1993 dari nilai CBR 2,1% maka dilakukan stabilisasi sebesar 6% dengan mendesain lapis fondasi kurus (LMC) dengan tebal 150 mm serta dilakukannya kajian geoteknik untuk meningkatkan stabilitas pada tanah dasar.

3. Pada kedua metode tersebut menggunakan sambungan susut agar dapat mengalihkan tegangan yang disebabkan oleh suhu, kelembaban, gesekan sehingga mencegah retak. Jika tidak digunakan maka akan terjadi retak acak pada permukaan beton dengan ukuran dowel D38 – 450.

4. Berdasarkan hasil tebal pelat pada Bina Marga didapat dengan berdasarkan tabel kelompok sumbu efektif, sedangkan AASHTO 1993 didapat berdasarkan rumus perhitungan tiap parameter yang digunakan.

5. Hasil perbandingan yang baik menurut penulis adalah metode AASHTO 1993 karena dilihat dari stuktur tanah dasar pada metode AASHTO hanya menggunakan geotextile tanpa menggunakan tanah timbunan sedangkan metode Bina Marga 2017 harus melakukan perbaikan tanah dasar sebesar 850 mm. Kelebihan lainnya dari Metode AASHTO 1993 adalah irit biaya pada perencanaan karena material yang digunakan sedikit dan juga waktu pengerjaan dilapangan tidak memakan waktu dikarenakan pada

(9)

9 metode Bina Marga 2017 harus melakukan

perbaikan tanah dasar sebesar 850 mm dari pada metode AASHTO yang hanya menggunakan geotextile untuk meningkatkan stabilitas pada tanah dasar.

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan serta kesimpulan yang telah disampaikan maka saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada penelitian survei lalu lintas diharapkan mendapatkan data yang lebih teliti dan akurat.

2. Tiap – tiap parameter yang digunakan harus dipelajari terlebih dahulu sehingga tidak terjadi kesalahan saat melakukan perhitungan atau saat melakukan pemilihan angka ataupun golongan.

3. Data primer dan data sekunder harus lengkap agar tidak terjadi error pada saat perhitungan yang dilakukan masing – masing metode.

4. Diperlukan referensi mengenai perencanaan perkerasan kaku, agar dapat membantu pemahaman mengenai metode ini dan dapat mengurangi kesalahan dalam perhitungan atau analisis.

REFERENSI

American Association of State Highway and Transportation Officials. 1993. AASHTO Guide for Design of Pavement Structures.

Washington, D.C.

Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14-2003.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).

Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum Hendarsin,S.L.,(2000), Penuntun Praktis

Perencanaan Teknik Jalan Raya. Penerbit Politeknik Negeri Bandung, Bandung.

Wells, G. R. 1993. Rekayasa Lalu Lintas.

Penerjemah Ir. Suwardjoko Warpani.

Jakarta : Penerbit Bhrata

(10)

10

Referensi

Dokumen terkait

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE.. BINA

Metode yang digunakan dalam penelitian Alternatif Desain Tebal Perkerasan Lentur adalah dengan membandingkan tiga metode, yaitu metode Bina Marga 1987, AASHTO 1986 dan Road Note

Tetapi di Indonesia kebanyakan dipilih metode Bina Marga, karena dalam perencanaan tebal perkerasan lentur memperhitungkan faktor regional yang telah disesuaikan

Perhitungan beban gandar standar kumulatif menggunakan metode AASHTO 1993 dengan W 18 desain diperoleh hasil sebesar 8,97, yang berarti bahwa tebal pelat beton rencana dapat

Berdasarkan AASHTO yang mengacu pada AASHTO Road Test, untuk perkerasan kaku tipe perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan maka nilai J= 2.55 Dengan menggunakan data

Dengan ini saya menyatakan sebenar-benarnya bahwa: Tugas Akhir dengan judul,“ PERENCANAAN TEBAL RIGID PAVEMENT DENGAN METODE BINA MARGA 2003 DAN AASHTO 1993 PADA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tebal lapis perkerasan kaku yang dibutuhkan, mengetahui perbedaan hasil perhitungan tebal lapis perkerasan kaku dengan metode Bina

Analisis desain perkerasan kaku berdasarkan metode AASHTO 1993 yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan spesifikasi perkerasan jalan beton semen agar dapat memenuhi umur rencana tertentu dengan mempertimbangkan kondisi lalu lintas dan faktor-faktor