• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN CABANG MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN CABANG MAKASSAR"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

CABANG MAKASSAR

Diajukan Oleh Moh. Afandy Fariansyah

4514013019

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR 2018

(2)

1

PADA BPJS KETENAGAKERJAAN CABANG MAKASSAR Nama Mahasiswa : Moh. Afandy Fariansyah

Stambuk/NIM : 4514013019

Fakultas : Ekonomi

Program Studi : Akuntansi

Tempat Penelitian : BPJS Ketenagakerjaan Cabang Makassar

Telah Disetujui:

Pembimbing I

Faridah, SE., M.Si., Ak., CA

Pembimbing II

Thanwain, SE., M.Si

Mengetahui dan Mengesahkan:

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa

Dr. H. Andi Arifuddin Mane, SE., M.Si., SH., MH

Ketua Program Studi Akuntansi

Thanwain, SE., M.Si Tanggal Pengesahan :

ii

(3)

PERNYATAAN KEORISINAL SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : MOH. AFANDY FARIANSYAH Nim : 45 14 013 019

Jurusan : Akuntansi Fakultas : Ekonomi

Judul : Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap pada BPJS Ketenagakerjaan cabang Makassar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan dari saya adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya didalam naskah skripsi ini tidak pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan daftar pustaka.

Demikian peryataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan sama sekali.

Makassar,…./...

Mahasiswa yang bersangkutan

MOH. AFANDY FARIANSYAH

iii

(4)

Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Makassar

Oleh

Moh. Afandy Fariansyah Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Bosowa Makassar ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi asset tetap pada BPJS Ketenegakerjaan Cabang Makassar telah sesuai dengan PSAK No.16 revisi 2011 (dibimbing oleh Faridah, SE., M.Si., Ak., CA sebagai pembimbing I dan Thanwain, SE., M.Si sebagai pembimbing II).

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli tahun 2018 di BPJS Ketenagakerjaan cabang Makassar, mengenai BPJS Ketenagakerjaan merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.Sebagai Lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang jaminan sosial tenaga kerja.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka, yaitu penelitian yang akan dilakukan dengan menghimpun data yang besifat teoritis dari buku-buku dan catatan-catatan yang berkaitan, penulis dan peneliti lapangan terdiri dari dokumentasi observasi dan lampiran. Motode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif yang menjelaskan tentang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 dan perlakuan aset tetap pada lokasi penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi aset tetap yang di dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan cabang Makassar pada prinsipnya sudah mendekati Standar Akuntansi Keuangan. Namun, ada beberapa hal yang belum sesuai dengan PSAK No 16 revisi 2011.

Kata Kunci : PSAK NO.16 revisi 2011, Aset tetap, Perlakuan akuntansi aset tetap

iv

(5)

Analysis of Fixed Asset Accounting Treatment at BPJS Employment of Makassar Branch

By

Moh. Afandy Fariansyah

Accounting Program Faculty of Economics University of Bosowa Makassar

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine whether the accounting treatment of fixed assets at BPJS Manpower Branch Makassar has been in accordance with PSAK No.16 revision 2011 (guided by Faridah, SE., M.Si., Ak., CA as mentors I and Thanwain, SE ., M.Si as mentor II).

The study was conducted from June to July 2018 at BPJS Employment of Makassar branch, regarding BPJS Employment is a public program that provides protection for workers to overcome certain socioeconomic risks and its implementation using social insurance mechanism.As a State Institution engaged in social insurance BPJS Employment formerly named PT Jamsostek (Persero) is implementing labor social security law.

The research method used is literature research, ie research that will be conducted by collecting data of theoretical properties of related books and records, writers and field researchers consist of observation documentation and attachment. The analytical method used is a comparative descriptive analysis that explains the Statement of Financial Accounting Standards (PSAK) No.16 and the treatment of fixed assets at the research location.

he results showed that, based on the results of the analysis of the accounting for fixed assets carried out by BPJS Employment, the Makassar branch in principle was approaching the Financial Accounting Standards.

However, there are some things that are not yet in accordance with the 2011 revised PSAK No. 16.

Keywords : PSAK NO.16 revised 2011, Fixed assets, Fixed asset accounting treatment

v

(6)

KATA PENGANTAR

Sesunguhnya hanya kepada-Nya lah kita menyembah dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan, maka selayaknya syair indah nan santunan berupa puji dan syukur yang setinggi-tinginya kepada Allah SWT, karena atas kuasa-Nya lah sehingga kita diberikan nikmat akal yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna.

Salam dan taslim senantiasa kita curahkan kepada baginda Rasululuah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabanya yang telah melakukan perubahan besar dalam peradaban umat manusia.

Berkat hidayah Allah SWT dan syafaat Muhammad SAW penulis akhirnya berhasil merampungkan Proses penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA BPJS KETENAGAKERJAAN CABANG MAKASSAR”

Selama proses penyusunan skripsi ini, berbagai macam kendala yang kadang menghambat dan mengahalang penulis, baik sacara materi maupun non materi dalam penyusunan ini. Sehingga tanpa bantuan dari berbagi pihak maka skripsi ini pasti belum tersusun seperti sekarang ini.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang setinggi-tinginya penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada:

vi

(7)

1. H. Idris Abd. Kadir & Hj. Hasriana Kadir, kedua orang tuaku yang telah mengasuh, mendidik, memberikan doa dan senantiasa memberikan dukungan baik secara moral maupun materi.

2. Suarmansyah, Sultan Aslan Syah, dan Moh. Akmal Syah, saudara yang selalu mendukung segala langkah kehidupan sehingga sampai pada saat sekarang ini.

3. Keluarga besar yang ada di Kota Kolonodale yang senantiasa mendukung dan memberikan doa kepada penulis sehingga mampu sampai pada titik ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. M. Saleh Pallu M.Eng. selaku Rektor Universitas Bosowa yang telah menyediakan sarana dan fasilitas selama penulis menempuh proses pendidikan.

5. Ibunda Faridah, SE., M.Si., Ak. CA selaku pembimbing I dan Ayahanda Thanwain, SE., M.Si selaku Pembimbing II yang tulus dan sabar bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, serta motivasi dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Dr. H. Andi Arifuddin Mane, SE., M.Si. ,SH., MH selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universita Bosowa

7. Ayahanda Thanwain, SE., M.Si selaku Ketua Prodi Akuntansi Serta Staf Para dosen Fakultas Ekonomi yang telah membagikan ilmunya kepada peneliti.

8. Saudara/saudari seperjuangan saya selama menuntut ilmu baik dalam bidang akademik maupun non akademik serta seluruh teman-teman

vii

(8)

mahasiswa Fakultas Ekonomi yang tak sempat saya tulis namanya satu persatu, kalian luar biasa.

9. Saudari Fitriany (lebu) yang senantiasa memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini dan terkadang menemani penulis pada saat melakukan penelitian.

10. Saudara tak sedarah sampai titik akhir penulisan skripsi Rahmatullah Ilyas (pudding), Andi Chaeril f (unik), Muslimin (aco), Andi fajrianti (anto).

A’nyuee

11. Teman-teman “sudirman squad”; Ramzy, Wawan, dan Ullah yang selalu bertingkah konyol dan agak miring otaknya, serta Ayang yang selalu terbully kapanpun dan dimanapun.

12. Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan cabang Makassar beserta staf- stafnya yang bersedia memberikan izin untuk melakukan kegiatan penelitiaan serta informasi dan data-data yang berhubungan dengan skripsi ini. Serta teman-teman “BPJS squad”; Vivi, Nunu, dan Jumrah.

Peneliti menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu penulis sangat senang menerima saran dan kritik yang sifatnya

membangun. Akhir kata, peneliti mengharapkan semoga Skripsi ini bisa bermafaat bagi para pembaca.

Makassar, 2018

penulis

viii

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 7

1.3 Tujuan penelitian ... 7

1.4 Manfaat penelitian ... 7

BAB II Tinjauan Pustaka ... 9

2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Definisi Akuntansi ... 9

2.1.2 Pengertian Aset Tetap ... 10

2.1.3 Cara-cara Memperoleh Aset Tetap ... 12

2.1.4 Karakteristik Aset Tetap ... 14

2.1.5 Klasifikasi Aset Tetap ... 16

2.1.6 Pengakuan Aset Tetap ... 17

2.1.7 Penyusutan ... 17

ix

(10)

2.1.8 Penghentian Pemakaian Aset Tetap ... 21

2.1.9 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap ... 22

2.1.10 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 revisi 2011 ... 26

2.2 Kerangka pikir ... 28

2.3 Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.2.1 Jenis Data ... 31

3.2.2 Sumber Data ... 32

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4 Metode Analisis ... 33

3.5 Definisi Operasional ... 34

BAB IV PEMBAHASAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 35

4.1.1 Sejarah BPJS Ketenagakerjaan ... 35

4.1.2 Visi Misi ... 39

4.1.3 Struktur Organisasi ... 40

4.1.4 Job Description ... 41

4.2 Deskripsi Data ... 60

4.2.1 Pembagian Aset Tetap ... 60

4.2.2 Pengakuan Aset Tetap ... 61

x

(11)

4.2.3 Pengukuran Aset Tetap ... 61

4.2.4 Penyusutan Aset Tetap ... 64

4.2.5 Penghentian dan Pelepasan Pengakuan Aset Tetap ... 66

4.2.6 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Dalam Laporan Keuangan ... 66

4.3 Analisis Data ... 67

4.3.1 Perbandingan Perlakuan Aset Tetap ... 67

BAB V PENUTUP ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Keterbatasan Penulis ... 74

5.3 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

(12)

DAFTAR GAMBAR

2.2 Kerangka Pikir ... 28 4.1 Logo BPJS Ketenagakerjaan ... 38 4.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan

Cabang Makassar ... 40

xii

(13)

DAFTAR TABEL

1.1 Daftar Aset Tetap Aset Tetap BPJS Ketenagakerjaan

Cabang Makassar ... 6

4.1 Perbandingan Pembagian Aset Tetap... 60

4.2 Umur Manfaat dan Penyusutan ... 64

4.3 Data Keuangan Aset Tetap... 65

4.4 Perbandingan Perlakuan Akuntansi ... 67

xiii

(14)

1

Tujuan utama dari didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, maka untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan memerlukan sarana penunjang untuk melancarkan aktivitas perusahaan. Sarana penunjang yang dimaksud adalah dalam bentuk aset tetap yang terdiri dari tanah, bangunan, peralatan, mesin-mesin serta kendaraan.

Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Aset tetap merupakan suatu sarana penunjang untuk terlaksananya operasional perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan yang akan diraih. Tanpa aset tetap dalam sebuah perusahaan, bukan tidak mungkin semua rencana serta pelaksanaan operasional sebuah perusahaan tidak akan terlaksana.

Dengan demikian, wajib sebuah perusahaan menyajikan aset tetap sebagai komponen yang sangat penting untuk dilaporkan dalam suatu laporan keuangan sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga keberadaannya memerlukan penanganan yang sebaik-baiknya.

Aset tetap merupakan aset yang digunakan berulang kali biasanya diharapkan dapat dipakai dalam waktu lebih dari satu tahun. Untuk itu hal-hal yang menyangkut aset tetap mulai dari harga perolehan, beban penyusutan, biaya

(15)

selama masa perolehan dan penyajiannya pada laporan keuangan haru diperhatikan dengan cermat. Harga perolehan aset tetap yaitu mencakup segala pengeluaran yang harus ditambahkan ke harga beli aset tetap yang bersangkutan, sedangkan biaya yang timbul dari kecerobohan dan kejadian luar biasa yang tidak menambah kegunaan aktiva tetap dialokasikan sebagai beban pada perode bersangkutan.

Masalah utama dalam akuntansi aset tetap adalah penentuan harga perolehan aset tetap pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan aset tetap, penyusutan aset tetap, penghentian aset tetap, dan penyajian aset tetap didalam laporan keuangan. Dalam memperoleh aset tetap perusahaan dapat menempuh dengan cara yaitu dengan pembelian tunai, pembelian kredit 2 atau angsuran, tukar tambah, hadiah atau donasi, membuat sendiri atau ditukar dengan surat-surat berharga. Dan masing-masing cara perolehan aset tetap itu mempengaruhi penentuan harga perolehan.

Adapun harga perolehan aset tetap tersebut adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap digunakan. Semua aset tetap selain tanah yang digunakan dalam operasi normal perusahaan akan mengalami penurunan kemampuan dalam memberikan jasa atau manfaat.

Biaya yang dibebankan terhadap produksi akibat penggunaan aset tetap dalam proses produksi yang mana biaya atau nilai aset tetap akan menjadi berkurang disebut dengan penyusutan. Penurunan manfaat dapat disebabkan oleh

(16)

beberapa faktor yaitu keusangan karena pemakaian, ketinggalam zaman, keausan serta ketidaklayakan. Nilai penyusutan dapat ditentukan dengan beberapa metode yang masing-masing metode memiliki kebaikan dan kelemahan. Setelah aset tetap diperoleh maka akan terjadi pengeluaran-pengeluaran. Pengeluaran ini digolongkan dalam 2 jenis yaitu pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure).

Pengeluaran modal merupakan pengeluaran untuk menambah manfaat aset tetap dalam periode lebih dari satuan tahun, sedangkan pengeluaran pendapatan merupakan pengeluaran yang hanya memberikan manfaat dalam periode berjalan.

Kadang hal perusahaan sering mengalami kekeliruan dalam menentukan pengeluaran, 3 perusahaan tidak dapat membedakan mana yang termasuk dalam pengeluaran modal maupun pengeluaran pendapatan.

Suatu aset tetap akan diakhiri pemakaiannya dalam kegiatan perusahaan, karena beberapa hal baik sengaja maupun tidak sengaja. Pemberhentian aset yang disengaja misalnya dijual atau ditukar dengan aset lainnya. Sedangkan yang tidak disengaja misalnya, karena rusak, hilang, atau terbakar. Apabila suatu aset dihentikan, maka pertama-tama yang harus ditentukan dahulu nilai buku aset tetap tersebut, maka depresiasinya harus dihitung sampai dengan saat penghentian terjadi. Apabila suatu aktiva tetap dihantikan dari pemakaian sebelum aktiva tersebut didepresiasi penuh dan aset bekas tersebut tidak laku dijual, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam laporan keuangan, aset tetap dirinci menurut jenisnya.

(17)

Pada dasarnya aset tetap yang disajikan dalam laporan keuangan dicatat berdasarkan harga perolehan atau harga historisnya, begitu juga dengan penyusutan untuk aset tetap juga dihitung berdasarkan harga perolehan.

Akumulasi penyusutan yang disajikan sebagai pengurang terhadap aset tetap baik secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Adapun metode penyusutan yang dipakai oleh perusahaan, perlu dijelaskan dalam laporan keuangan.

Mengingat pentingnya peranan aset tetap dan besarnya dana yang dibutuhkan untuk memperoleh aset tetap tersebut, maka dibutuhkan suatu perlakuan akuntansi yang baik dan benar terhadap setiap aset tetap yang dimiliki perusahaan, yang mencakup penentuan dan pencatatan harga perolehan, penyusutan aset tetap, pengeluaran selama aset tetap digunakan dan penyajian aset dalam laporan keuangan.

Dalam kegiatan usaha, aset tetap merupakan aset yang sangat penting dalam suatu perusahaan atau badan usaha. Pengadaan aset tetap harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan sehingga investasi yang dilakukan terhadap aset tetap menjadi efektif sebagaimana planning visi dan misi perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan bisa berupa tanah, bangunan, pabrik, mesin, kendaraan, peralatan kantor, dan lainnya.

Suatu aset dapat digolongkan dan dicatat sebagai aset tetap sebuah perusahaan apabila aset tersebut memenuhi kriteria: aset dimiliki oleh perusahaan, memiliki wujud yang nyata, dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan dan bukan untuk diperjual belikan dan memiliki masa manfaat lebih dari satu periode.

(18)

Aset tetap pada umumnya memiliki nilai yang besar sehingga dapat mempengaruhi posisi kekayaan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu penyajiannya memerlukan perlakuan khusus dan perhitungan yang teliti.

Perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan aset tetap meliputi penetapan harga perolehan atau nilai perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap, pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap, penghapusan aset tetap, dan penyajian aset tetap dilaporan keuangan.

Penyajian aset tetap yang secara tidak wajar akan menimbulkan pengaruh kepada perkiraan-perkiraan turunan aset tetap, contohnya penyusutan. Karena kesalahan atas perlakuan instansi dalam menetapkan harga perolehan dan pengeluaran-pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap tersebut akan dapat mempengaruhi biaya penyusutan dan pada akhirnya akan mempengaruhi laba dan kewajaran atas penyajian dalam laporan keuangan.

Dari uraian dan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul: “ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA BPJS KETENAGAKERJAAN CABANG MAKASSAR”.

Adapun data awal yang didapat penulis pada tempat penelitian berupa daftar aset tetpa, antara lain :

(19)

Tabel 1.1

Daftar Aset Tetap BPJS Ketenagakerjaan cabang Makassar

per 31 Juli 2018

NO JENIS AKTIVA

DATA KEUANGAN

NILAI PEROLEHAN

1 Tanah 848,615,000.00

Total 848,615,000.00

2 Bangunan Kantor

a. Gedung Kantor 6,399,163,950.00 b. Rumah Jabatan -

c. Bangunan Lain 308,700,000.00

Total 6,707,863,950.00

3 Kendaraan

a. Mobil Dinas 5,084,436,000.00 b. Sepeda Motor 100,655,000.00

Total 5,185,091,000.00

4 Peralatan Kantor

a. Mesin Kantor 219,482,000.00 b. Perabot/Meubelair/Furnitur 1,890,100,490.00

Total 2,109,582,490.00

5 Peralatan Komputer

a. Komputer 1,186,058,000.00

b. Server 663,236,061.00

c. Jaringan 510,900,000.00

(20)

d. Mesin Cetak / Printer 230,124,000.00

Total 2,590,318,061.00

6 Peralatan Lain

a. Interior Bangunan 1,485,350,530.51 b. Peralatan JPK - c. Peralatan Lain-Lain 2,113,769,349.00

Total 3,599,119,879.51

Grand Total 21,040,590,380.51 Sumber: Data BPJS Ketenagakerjaan cabang Makassar tahun 2018

1.2 Perumusan masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah Perlakuan Akuntansi Aset Tetap pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Makassar telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 revisi 2011?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi aset tetap pada BPJS Ketenagakerjaan cabang Makassar telah sesuai dengan Standar Akuntnasi Keuangan.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai akuntansi aset tetap baik secara teoritis maupun dari praktik yang diterapkan perusahaan.

b. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang ingin membahas masalah ini dimasa yang akan datang.

(21)

c. Bagi perusahaan dapat menjadi masukan dan informasi untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha untuk memperbaiki dan menyempurnakan atas kekurangan yang ada pada perusahaan yang berhubungan dengan akuntansi aset tetap.

(22)

9

Dalam penilitian ini yang dibahas adalah bagaimana perlakuan akuntansi aset tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan. Sebelum membahas lebih lanjut kita harus mengetahui terlebih dahulu landasan teoritis tentang akuntansi dan aset tetap.

2.1.1 Definisi Akuntansi

Akuntansi adalah merupakan bahasa bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu (Harahap 2013:2). Wild, Shaw dan Chiappetta (2014:3) mendefinisikan akuntansi adalah “sistem informasi dan pengukuran yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi yang relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan tentang kegiatan bisnis organisasi”.

Dapat disimpulkan konsep akuntansi adalah proses pengukuran yang melibatkan pencatatan, penggolongan dan pengiktisaran setiap transaksi bisnis yang terjadi dalam kegiatan bisnis yang dikomunikasikan melalui laporan keuangan selama periode tertentu bagi pengguna yang membutuhkannya.

Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan.

Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis.

(23)

Akuntansi menurut AICPA (American Institute Of Certified Public

Accounting) adalah “seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi serta kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang serta interpretasi dari hasil proses tersebut” (Lubis, 2010 : 2).

Menurut Charles T. Horngren. Walter T. Horrison Jr.. Linda Smith Bamber (2006: 4) Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi laporan keuangan, dan mengkonsumsikan hasilnya kepada para pembuat pengambil keputusan.

Aset menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang suda lalu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu sistem informasi yang meliputi proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi dan mengkomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan keuangan untuk dijadikan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan.

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.

2.1.2 Pengertian Aset Tetap

Reeve, Waren dan Duchac (2013:2) menyatakan “aset tetap (fixed asset) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang”. Aset ini digunakan oleh perusahaan dan tidak dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal. Standar Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) menyatakan aset tetap yaitu asset berwujud yang:

(24)

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administrasi;

b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Dapat disimpulkan bahwa aset tetap adalah harta milik perusahaan yang dapat dilihat keberadaannya untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administrasi selama lebih dari satu periode akuntansi. Sodikin (2013:145) menyatakan “suatu aset tergolong sebagai aset tetap jika dia memiliki tiga karakteristik secara simultan”, yaitu:

a. Memiliki wujud fisik seperti tanah, bangunan, dan peralatan.

b. Digunakan untuk memproduksi atau menyediakan barang/jasa, disewakan kepada orang lain atau untuk tujuan administratif.

c. Memiliki umur manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Dalam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No 16 paragraf 6, bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan untuk 10 produksi atau menyediakan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan di harapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Sedangkan menurut pernyataan standar akuntansi pemerintah (PSAP) No 07 paragraf 4, bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan atau dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Menurut Juan dan Wahyuni (2013: 340) Karakteristik aset tetap adalah:

a. Aset tersebut digunakan dalam operasi. Hanya aset yang digunakan dalam operasi normal perusahaan saja yang dapat di klasifikasikan sebagai aset tetap (misalnya

(25)

kendaraan bermotor yang dimiliki oleh dealer mobil untuk dijual kembali harus diperhitungkan sebagai persediaan).

b. Aset tersebut memiliki masa (umur) manfaat yang panjang. Lebih dari satu periode.

c. Aset tersebut memiliki substansi fisik. Aset tetap memiliki ciri substansi fisik kasat mata sehingga dibedakan dari aset tak berwujud seperti hak paten dan merek dagang.

Aset tetap (plant assets atau Fixed assets atau Property Plant andequipment) adalah aset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan denganjangka waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material.Aset tetap (fixed assets) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang.

Aset ini merupakan aset berwujud karena memiliki bentuk fisik. Aset ini dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dan tidak dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal. Nama lain yang biasa digunakan dalam bahasa Inggris untuk aset tetap adalah plant assets; property, plant, and equipment (PPE).

2.1.3 Cara-cara Memperoleh Aset Tetap

Tidak setiap aset tetap perusahaan selalu dibeli oleh perusahaan dari pihak lain. Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan aset tetap tersebut.

Cara perolehan tersebut antara lain:

a. Pembelian Tunai

Aset tetap yang diperoleh melalui pembelian tunai dicatat didalam buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset

(26)

tetap tersebut , yaitu mencakup: harga faktur aset tetap tersebut, bea balik nama, beban angkut, beban pemasangan, dll.

b. Pembelian Angsuran

Apabila aset tetap diperoleh melalui pembelian angsuran, harga perolehan aset tetap tersebut tidak termasuk bunga.Bunga selama masa angsuran harus dibebankan sebagai beban bunga periode akuntansi berjalan.

Sedangkan yang dihitung sebagai harga perolehan adalah total angsuran ditambah beban tambahan seperti beban pengiriman, bea balik nama, beban pemasangan, dll.

c. Ditukar Dengan Surat Berharga

Aset tetap yang ditukar dengan surat berharga, baik saham atau obligasi perusahaan tertentu, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar.

d. Ditukar dengan Aset Tetap yang lain

Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset lain, maka prinsip harga perolehan tetap harus digunakan untuk memperoleh aset yang baru tersebut, yaitu aset baru harus dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga pasar aset lama ditambah dengan uang yang dibayarkan (kalau ada).

Selisih antara harga perolehan tersebut dengan harga nilai buku aset lama diakui sebagai laba atau rugi pertukaran.

e. Diperoleh Sebagai Donasi

Jika aset tetap diperoleh sebagai donasi, maka aset tetap tersebut dicatat dan diakui sebagai sebesar harga pasarnya.

(27)

2.1.4 Karakteristik Aset Tetap

Ada 3 karakteristik pokok dari aset tetap yaitu antara lain sebagai berikut:

a. Maksud perolehannya adalah digunakan dalam kegiatan perusahaan, dan bukan untuk diperjualbelikan dalam kegiatan normal perusahaan.

Karakteristik inilah yang membedakan aset tetap dari persediaan barang (inventory).Sebagai contoh, mobil yang di perdagangkan oleh perusahaan dealer mobil adalah persediaan barang dagang (merchandise inventory), sedangkan mobil yang digunakan oleh perusahaan untuk antar jemput pegawai merupakan aset tetap.

b. Umur atau jangka waktu pemakaiannya yang lebih dari satu tahun. Dengan karakteristik ini,dikenal istilah penyusutan(depreciation)dalam aset tetap,yang merupakan alokasi biaya dari aset tetap tersebut dalam jangka waktu pemakaian atau umurnya.

c. Pengeluaran untuk aset tersebut harus merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material bagi perusahaan tersebut.

Karakteristik aset tetap memiliki karakteristik khusus seperti:

a. Aset tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar atau mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam kegiatan normal perusahaan.

b. Semua aset tetap memiliki usia terbatas pada akhirnya usia harus dibuang atau diganti usia ini dapat merupakan estimasi jumlah tahun yang didasarkan kepada pemakaian dan keharusan yang ditimbulkan oleh unsur-

(28)

unsur atau dapat bersifat variabel tergantung pada jumlah penggunaan dan pemeliharaan.

c. Nilai aset tetap bersal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam mendapatkan hak-hak yang sah atas penggunaannya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.

d. Aset tetap seluruhnya bersifat non moneter manfaat nya diterima dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahnya menjadi sejumlah uang tertentu.

e. Pada umunya jasa yang diterima dari aset tetap meliputi satu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau lebih dari satu siklus operasi perusahaan.

f. Pada umumnya aset tetap yang ada didalam perusahaan menunjang atau mendukung operasi perusahaan untuk menghasilkan penghasilan dari satu periode yang tidak untuk dijual kembali, aset tetap sering dikatakan suatu bagian utama dari perusahaan dimana investasi yang ditanamkan dalam aset tetap ini sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan untuk itu perlu dipertimbangkan yang menyeluruh terhadap aset baik pengendalian, pemeliharaan dan alokasi dari manfaat aset tetap yang akan membawa pengaruh jangka panjang terhadap perusahaan.

g. Prasarana, dimana perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan dan pagar.

(29)

2.1.5 Klasifikasi Aset Tetap

Pada dasarnya aset tetap terdiri dari:

a. Tanah atau lahan

Yaitu bidang tanah yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong dalam akuntansi apabila ada lahan atau tanah yang diidrikan bangunan diatas nya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri khususnya bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai guna seperti riol, jalan lain maka dapat digabungkan dalam nilai tanah.

b. Bangunan gedung

Gedung merupakan bangunan yang berdiri diatas bumi ini baik diatas lahan atau air, pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung ini.

c. Mesin

Termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari perusahaan yang bersangkutan.

d. Kendaraan

Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, tractor, porkift, mobil, kendaraan roda dua dan lain-lain.

e. Perabot

Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot labolaturium, inventaris gedung dan lain-lain.

(30)

f. Inventaris atau peralatan

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang dipergunakan dalam perusahaan seperti inventaris pabrik, inventaris labolaturium, inventaris gedung dan lain-lain.

2.1.6 Pengakuan Aset Tetap

Pengakuan aset tetap berwujud dimulai ketika telah dicatat biaya perolehan aset tetap berwujud ke dalam catatan akuntansi perusahaan.

Menurut PSAK No. 16 (2017:16.2) biaya perolehan adalah sejumlah kas yang di bayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang di serahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau kontruksi atau dapat diterapkan dalam jumlah yang didistribusikan ke aset pada saat pertama kali di akui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.

2.1.7 Penyusutan

Sugiri (2009:158), mengatakan “penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya”. Hery (2011:170), mengatakan “pembebanan penyusutan merupakan pengakuan terjadinya penurunan nilai atas potensi manfaat (jasa) suatu aktiva”.

Pengalokasian beban penyusutan mencakup beberapa periode pendapatan sehingga banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen untuk menghitung besarnya beban penyusutan periodic secara tepat. Beban penyusutan periodik secara tepat dari pemakaian suatu aktiva, dapat dipertimbangkan dari 3 (tiga) faktor yaitu:

a. Nilai perolehan aktiva (asset cost)

b. Suatu aktiva mencakup seluruh pengeluaran yang terkait dengan perolehannya dan persiapannya sampai aktiva dapat digunakan. Nilai perolehan ini yang sifatnya objektif, dikurangi dengan estimasi nilai residu

(31)

adalah merupakan dasar harga perolehan aktiva yang dapat disusutkan.

Nilai perolehan dikatakan obyektif karena sifatnya dapat dijual oleh siapapun dan menghasilkan nilai yang sama.

c. Nilai residu (residual or salvage value)

Merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aktiva tidak dipakai lagi.

Dengan kata lain nilai residu ini mencerminkan nilai estimasi dimana aktiva dapat dijual kembali ketika aktiva tetap tersebut dihentikan dari pemakaiannya. Besarnya estimasi nilai residu sangat tergantung kebijakan manajemen mengenai penghentian aktiva dan juga tergantung pada kondisi sektor pasar lainnya.

d. Umur Ekonomis (economic life)

Dalam menghitung beban penyusutan umur ekonomis dapat diartikan sebagai suatu periode/umur fisik dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tetapnya dan juga berarti sebagai jumlah unit produksi atau jumlah operasional yang diharapkan diperoleh dari aktiva.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Penyusutan

Pembebanan penyusutan merupakan pengakuan terjadinya penurunan nilai atas potensi manfaat (jasa) suatu aktiva. Pengalokasian beban penyusutan mencakup beberapa periode pendapatan sehingga banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen untuk menghitung besarnya beban penyusutan periodic secara tepat.

(32)

Metode Perhitungan Penyusutan

Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Metode aktivitas (Activity Method)

Metode aktivitas (activity method ), juga disebut pendekatan beban variable, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas bukan dari berlalunya waktu. Rumus metode aktivitas adalah:

Beban penyusutan = ( biaya - nilai sisa) x jam tahun ini Total estimasi jam b. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah diguanakan secara luas dalam prakteknya karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur yang paling sesuai. rumus metode garis lurus adalah:

Beban penyusutan = biaya dikurangi nilai sisa estimasi umur pelayanan

c. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)

Metode beban menurun (Decreasing Charge Method), yang seringkali disebut metode penyusutan dipercepat menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum satu dari dua metode beban menurun digunakan yaitu: metode jumlah angka tahun atau metode saldo menurun.

(33)

1. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digits)

Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan. Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1= 15) dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang. Dengan metode ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15). Pada akhir masa manfaat aktiva, saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.

Sum of the year digits = N (N + 1) 2 N = masa manfaat

2. Metode Saldo Menurun \

Metode beban menurun lainnya adalah metode saldo menurun (declining balance method), yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Rumus metode saldo menurun adalah sebagai berikut:

Beban penyusutan = 2 x tarif garis lurus x nilai buku awal tahun d. Metode Penyusutan Khusus

Perusahaan tidak memilih salah satu dari metode penyusutan yang lebih populer karena aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan metode penyusutan khusus.

1. Metode Kelompok Dan Gabungan

(34)

Akun aktiva seringkali disusutkan dengan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk beberapa akun aktiva yang digunakan, yaitu metode kelompok dan metode gabungan. Metode kelompok sering digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki masa manfaat yang hampir sama. Pendekatan gabungan digunakan apabila aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda.

2. Metode Campuran atau Kombinasi

Metode penyusutan yang sudah diterangkan diatas, perusahaan bebas mengembangkan metode penyusutan sendiri yang khusus atau dibuat khusus. Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum hanya mensyaratkan bahwa metode itu menghasilkan pengalokasian biaya aktiva selama umur aktiva dengan cara yang sistematis dan rasional.

2.1.8 Penghentian Pemakaian Aset Tetap

Ada beberapa transaksi yang menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu:

a. Penjualan aset tetap

Jika penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan dengan aset tetap tersebut harus dihapuskan, jika penghentian disebabkan transaksi penjualan, selisih antara nilai jual dengan nilai buku aset tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul kerugian.

(35)

b. Berakhirnya masa manfaat aset tetap

Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.

c. Pertukaran dengan aset lain

Harga pertukaran aset tetap yang didapat melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat ditentukan, harga pasar aset tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser).

2.1.9 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap

Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor (Harahap, 2011: 272).

Dari definisi tersebut diharapkan agar laporan keuangan dapat disajikan secara penuh. Dan laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

a. Neraca,

b. Laporan laba rugi

c. Laporan perubahan ekuitas d. Laporan arus kas

(36)

e. Catatan atas laporan keuangan

Untuk penyusutan aset tetap, pengungkapan informasi untuk setiap kelompok aset sesuai PSAK dan PSAP yang dapat disusutkan adalah sebagai berikut:

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto

b. Metode penyusustan, umur manfaat dan tarif penyusustan yang digunakan c. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusustan (dijumlahkan dengan

akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode, dan rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode

d. Penurunan nilai aset.

e. Nilai pertanggungan asuransi atas aset tetap, jika asuransi dilakukan dan pendapat manajemen apakah nilai tersebut memadai untuk itu.

Untuk aset tetap yang dicatat pada jumlah nilai wajar atau revaluasi PSAK NO 16 paragraf 78 mensyaratkan pengungkapan:

a. Tanggal efektif revaluasi

b. Apakah penilai independen dilibatkan

c. Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimmasi nilai wajar aset.

d. Penjelasan mengenai nilai wajar aset aset yang ditentukan secara langsung berdasar harga yang dapat diobservasi dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya

(37)

e. Jumlah tercatat setiap kelompok aset tetap jika aset tersebut dicatat dengan model biaya, bukan model penilaian

f. Surplus revaluasi, yang menunjukan perubahan selama periode dan pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

PSAK NO 16 (paragraf 75) Dalam cacatan atas laporan keuangan juga perlu diungkapkan:

a. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik, dan aset yang dijaminkan untuk untuk utang.

b. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan.

c. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap

d. Jumlah konsensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau di hentikan jika tidak diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif.

Jika selama periode pelaporan terdapat perubahan estimasi akuntansi yang berdampak material baik pada periode sekarang maupun pada periode yang akan datang, maka sifat dampak perubahan tersebut harus diungkapkan sehingga pembaca laporan keuangan mendapatkan informasi yang memadai sebagai bahan pertimbangan dalam menilai laporan keuangan. Perubahan estimasi dapat terjadi karena adanya perubahan pada estimasi nilai residu, estimasi nilai pembongkaaran, pemindahan atau restorasi suatu aset tetap umur manfaat dan metode penyusutan (Kartikahadi, 2012: 359).

(38)

Dalam PSAP No 07 paragraf 80 Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat.

b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

1. Penambahan 2. Pelepasan

3. Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada 4. Mutasi aset tetap lainnya.

a. Informasi penyusutan, meliputi:

1. Nilai penyusutan

2. Metode penyusutan yang dig unakan

3. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan

4. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

d. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:

1. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap

2. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap 3. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi

4. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

Tujuan penyajian aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan adalah untuk memberikan gambaran kuantitatif dan jenis jenis aset tetap yang dimiliki perusahaan. Selanjutnya memberikan prediksi mengenai arus kas masuk dan

(39)

keluar dari aset tetap dimasa depan. Karena penyajian aset tetap dalam laporan keuangan ditujukan untuk berbagai pihak, baik pihak ekstern maupun intern perusahaan, maka diperlukan pengungkapan atau disclosure yang sejelas jelasnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan perusahaan.

2.1.10 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Revisi 2011 tentang Aset Tetap

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Revisi 2011 tentang Aset Tetap terdiri dari paragraf 1 – 83. Seluruh paragraf dalam PSAK ini memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraph yang di cetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip yang sama PSAK 16 (Revisi 2011) harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam PSAK mengenai aset tetap, IAI (2017:16.1):

a. Aset tetap adalah aset berwujud yang:

1. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan 2. diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

b. Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui.

c. Jumlah tercatat adalah jumlah suatu aset diakui setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

d. Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya.

e. Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.

f. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antar pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

g. Nilai residu dari aset adalah estimasi jumlah yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diperkirakan pada akhir umur manfaatnya.

h. Nilai spesifik entitas adalah nilai kiri dari arus kas yang diharapkan entitas timbul dari penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur manfaatnya atau diharapkan terjadi ketika penyelesaian liabilitas.

(40)

i. Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutukan dari aset selam umur manfaatnya.

j. Rugi penurunan nilai adalah jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat aset atas jumlah terpulihkannya.

k. Umur manfaat adalah:

1. Periode aset diperkirakan dapat digunakan oleh entitas, atau

2. Jumlah produksi atau unit serupa dari aset yang diperkirakan akan diperoleh dari aset entitas.

(41)

2.2 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

PT BPJS

ASET TETAP

APAKAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA BPJS KETENAGAKERJAAN

CABANG MAKASSAR TELAH SESUAI DENGAN PSAK

NO. 16 REVISI 2011

METODE ANALASIS DESKRIPTIF

KESIMPULAN

REKOMENDASI

(42)

Berdasarkan dengan teori-teori yang membahas mengenai aset tetap maka penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan perusahaan terhadap aset tetap sudah sesuai dengan apa yang sudah ditentukan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 yang membahas tentang aset tetap.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan berbagai cara sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam proses penelitian tersebut diantaranya dengan menggunakan metode literature (studi kepustakaan), studi kasus, kemudian membandingkan dengan suatu ketentuan yang telah ditetapkan, dalam hal ini PSAK No.16 mengenai aset tetap.

Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran mengenai bagaimana seharusnya memperlakukan suatu aset tetap pada perusahaan dan juga menjadi sebuah rujukan bagi peneliti-peneliti berikutnya yang akan membahas suatu permasalahan yang berkaitan dengan aset tetap itu sendiri.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, peneliti menyatakan hipotesis penelitian bahwa diduga perlakuaan akuntansi aset tetap pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Makassar tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 revisi 2011.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat lokasi pada BPJS Ketenagakerjaan cabang Makassar yang terletak di Jalan Urip Sumoharjo Km 4,5 Kec. Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231. Tempat penelitian digunakan untuk mendapatkan data, informasi, keterangan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan penelitian sekaligus sebagai tempat dilaksanakannya penelitian.

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang nantinya akan digunakan oleh penulis antara lain :

a. Data kualitatif, yaitu data yang bersumber dari lokasi penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan tanya jawab dengan karyawan yang terkait dengan objek penelitian serta penelitian secara langsung mengenai siklus kerja dalam perusahaan yang terkait dengan penelitian. Disajikan tidak dalam bentuk angka-angka.

b. Data kuantitatif, yaitu data yang bersumber dari data perusahaan berupa transaksi-transaksi/jurnal pada saat dijadikan aset tetap, laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca, rugi/laba, arus kas, dan daftar aset tetap perusahaan.

(44)

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang nantinya akan diperoleh penulis dalam penelitian ini antara lain :

a. Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian (Indriantoro dan Supomo, 2014: 146). Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara kepada manajer, bagian keuangan, dan pihak yang terkait dengan penelitian ini.

b. Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2014:147). Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan antara lain gambaran umum mengenai BPJS Ketenagakerjaan Cabang Makassar tersebut, serta data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun proses penelitian yang penulis gunakan adalah proses penelitian naturalistik / kualitatif, dimana proses dilakukan secara berulang-ulang pada

(45)

proyek penelitian yang sama. Dengan dilakukan penelitian secara berulang-ulang ada obyek / subyek yang sama tetapi teknik pengumpulan data yang bervariasi antara lain:

a. Penelitian kepustakaan (library research)

Yaitu dengan membaca serta membahas literatur untuk lebih mengetahui dan mendapatkan data dan informasi yang lebih akurat dalam penulisan yang dilakukan,guna untuk memenuhi konsep dasar penulisan yang dibutuhkan sehubungan dengan pembahasan evaluasi sistem akuntansi pengelolaan aset tetap pada BPJS.

b. Penelitian lapangan (field research)

Yaitu penelitian langsung kelapangan dan meneliti dari sistem akuntansi pengelolaan aset tetap yang diterapkan oleh BPJS ketenagakerjaan guna untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan proposal, dengan menggunakan cara:

c. Wawancara

Yaitu metode pengambilan data yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain.

3.4 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif dan komparatif. Deskriptif merupakan penyajian data yang dihasilkan dalam penelitian dengan memberi gambaran apa adanya atau sesuai kenyataan.

(46)

perusahaan, dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan analisis sistem akuntansi pengelolaan aset tetap pada BPJS. Metode komparatif artinya penelitian dengan menggunakan data yang diperoleh dan membandingkan dengan teori-teori kemudian memberikan pemecahan.

3.5 Definisi Operasional

Dari hasil penelitian nantinya, peneliti dapat melihat atau membandingkannya dengan apa yang di tetapkan PSAK No 16 Revisi 2011.

Teori-teori tersebut mencakup tentang perlakuan akuntansi aset tetap yang meliputi tentang pengakuan, pengukuran, penyusutan, penurunan nilai, penghentian maupun pelepasan aset tetap, dan penyajian aset tetap.

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator

Perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan PSAK No. 16 revisi 2011

Suatu cara perlakuan akuntansi terhadap suatu kejadian yang akan berakibat terhadap pengakuan beban pendapatan dalam satu periode akuntansi dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang sudah ditentukan

a. Pengakuan aset tetap

b. Harga perolehan aset tetap

c. Pengukuran aset tetap

d. Penyusutan aset tetap

e. Penghentian dan pelepasan aset tetap

Aset tetap

Aset berwujud yang diperoleh bentuk siap pakai atau dengan dibangun dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudakn untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun

a. Tanah

b. Bangunan kantor c. Kendaraan d. Peralatan kantor e. Peralatan

Komputer f. Peralatan lain

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraan nya menggunakan mekanisme asuransi sosial.Sebagai Lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang jaminan sosial tenaga kerja.

BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No.

24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014.

4.1.1 Sejarah BPJS Ketenagakerjaan

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

(48)

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.

(49)

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011.

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya. Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

(50)

4.1.2 Visi dan Misi Visi

Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kebanggaan Bangsa, yang Amanah, Bertatakelola Baik serta Unggul dalam Operasional dan Pelayanan.

Misi

Melalui Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan berkomitmen Untuk:

a. Melindungi dan Menyejahterakan seluruh pekerja dan keluarganya b. Meningkatkan produktivitas dan daya saing pekerja

c. Mendukung pembangunan dan kemandirian perekonomian nasional Fungsi BPJS Ketenagakerjaan

Sebagai program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dengan memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), dan Jaminan Hari Tua (JHT) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya.

Gambar 4.1

Logo BPJS Ketenagakerjaan

Sumber : Buku Pedoman dan Informasi BPJS Ketenagakerjaan (tahun 2014)

(51)

Arti Logo BPJS Ketenagakerjaan HIJAU

1. Warna hijau melambangkan kesejahteraan.

2. Warna hijau diharapkan dapat merepresentasikan nilai-nilai pertumbuhan, harmoni, kesegaran, stabilitas dan keamanan.

PUTIH

1. Warna putih melambangkan integritas.

2. Warna putih diharapkan dapat merepresentasikan kemurnian, kebersihan dan kesempurnaan sebagai symbol kebaikan.

KUNING

1. Warna kuning melambangkan optimism.

2. Warna kuning diharapkan dapat merepresentasikan optimism, pencerahan dan kebahagiaan serta memberi harapan akan masa depan yang lebih baik.

BIRU

1. Warna biru melambangkan keberlanjutan.

2. Warna biru diharapkan dapat merepresentasikan kepercayaan, kesetiaan, kebijaksanaan, kepercayaan diri, keahlian dan ketahan jangka panjang.

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah merupakan suatu kerangka yang memperlihatkan sejumlah tugas-tugas dan kejadian-kejadian untuk mencapai tujuan organisasi. Hubungan antara fungsi-fungsi wewenang dan tanggung jawab setiap anggota didalamnya, biasanya bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pikir
Tabel 3.2  Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai

“Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004) dalam PSAK No.16, biaya atau harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan

Biaya perolehan aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan

Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu pada saat perolehan atau konstruksi

Sedangkan menurut PSAK 16 Revisi 2015 biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan