TUGAS AKHIR
AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN
Oleh:
NELLY OSTARIA HUTABARAT 112102037
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
berkat, rahmat, dan karuniaNya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan judul “AKUNTANSI ASET
TETAP PADA PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN” dengan tepat waktu. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
untuk meraih gelar Ahli Madya dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Di dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA., sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE., M.Acc.,Ak., CA., sebagai Pembantu
Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., CA., sebagai Ketua Program Studi D III
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak., sebagai Sekretaris Program Studi D
III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Drs. Hj. Nurzaimah, MM, Ak., sebagai Dosen Pembimbing penulis yang
telah meluangkan waktu dan banyak memberikan masukan kepada penulis.
dan Bina Lingkungan (PLTA) dan para Staff karena telah memberikan izin
riset kepada penulis.
7. Bapak Herbert Lumbangaol sebagai Manajer Seksi Anggaran dan Keuangan
(PLTA), terkhusus buat Bapak Supriadi Jumeno,Bapak Tayib Karsan dan Kak
Novelina Simangunsong yang telah membantu dalam proses pengumpulan
data yang berhubungan dengan tugas akhir penulis.
8. Teristimewa kepada orangtua tercinta, Ayah A. Hutabarat dan Ibu alhm. R.
Siagian yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih
sayang.
9. ‘Big Brother’. Buat kakak penulis Apridayana Hutabarat dan Novita
Hutabarat, Abang Marsosen Hutabarat, dan kedua adik penulis Putri Hutabarat
dan Sopyan Hutabarat untuk semua doa dan dukungannya.
10. Sahabat-sahabat penulis yang tidak bisa penulis sebut satu persatu untuk
semua perhatian dan kebersamaan selama menjalani perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat
kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan
kritik yang membangun untuk tugas akhir ini serta semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Rencana Penulisan ... 4
1. Jadwal Penelitian ... 4
2. Rencana Isi ... 5
BAB II : PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN A. Sejarah Ringkas ... 7
B. Struktur Organisasi ... 10
C. Job description ... 13
D. Jaringan Usaha/Kegiatan ... 29
E. Kinerja Terkini ... 33
F. Rencana Usaha/Kegiatan ... 33
A. Pengertian Aset Tetap ... 35
B. Penggolongan Aset Tetap ... 36
C. Perolehan Aset Tetap ... 39
D. Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap ... 50
E. Penyusutan Aset Tetap ... 55
F. PenghentianPemakaianAsetTetap ... 61
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Jadual Penelitian dan Penyusunan tugas akhir ………. 5
3.1 Ruang Lingkup Aset PT. INALUM (Persero)
Power Plant Paritohan ……….. 38
3.2 Perhitungan Beban Penyusutan Metode saldo
Menurun……… 57
3.3 Metode Penyusutan, Batas Penyusutan yang
Diperbolehkan dan Sisa Nilai Buku/Nilai Tercatat (Carrying Value) Minimum PT. INALUM (Persero)
Power Plant Paritohan ……….. 59
3.4 Umur Pemakaian dan Tarif Penyusutan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Struktur Oganisasi PT. INALUM (Persero)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Aset Tetap PT. INALUM (Persero)
Power Plant Paritohan ……… 68
2. Prosedur Perolehan dan Pembuangan Aset Tetap
PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan …….. 79
3. Surat Izin Riset dari PT. INALUM (Persero)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan adalah suatu organisasi yang mentransformasikan sumber daya
(input) menjadi produk (output). Input dalam proses produksi juga disebut
faktor produksi. Tanah, tenaga kerja, dan modal adalah tiga faktor produksi
utama. Faktor modal yang cukup berpengaruh dalam menunjang kelancaran
proses produksi perusahaan salah satunya adalah aset tetap.
Aset tetap merupakan aset berwujud yang digunakan dalam operasional
perusahaan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan
mempunyai nilai yang cukup material.
Perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun manufaktur menggunakan
berbagai macam aset tetap, seperti tanah, bangunan, kendaraan, mesin-mesin
dan peralatan. Dalam perusahaan, aset tetap bisa menempati bagian yang
sangat signifikan pada total aset perusahaan secara keseluruhan.
Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yakni membeli secara
tunai (purchase for cash), membeli secara kredit atau angsuran (purchase on
deffered payment), pertukaran (acquisition by exchange), membuat sendiri
(acquisition by self construction), dan diterima sebagai hadiah/penemuan
(acquisition by gift or discovery). Cara perolehan aset tetap tersebut akan
mempengaruhi pencatatan harga perolehannya.
Aset tetap (selain tanah secara fisik) memiliki masa manfaat yang terbatas
tersebut terhadap operasional perusahaan. Faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan kemampuan aset tetap untuk menyediakan manfaat bisa
diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional.
Penyusutan fisik (physical depreciation) terjadi dari kerusakan dan keausan
ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca. Penyusutan fungsional
(functional depreciation) terjadi jika aset tetap yang dimaksud tidak lagi
mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan.
Dengan demikian harga perolehan atau biaya aset tetap harus ditransfer ke
akun beban dengan cara yang sistematis sepanjang umur manfaatnya. Transfer
periodik ini, dari biaya ke beban dinamakan dengan penyusutan atau
depresiasi (depreciation).
Tiga faktor harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban
penyusutan yang diakui setiap periode. Ketiga faktor tersebut adalah biaya
awal aset tetap, umur manfaat yang diperkirakan, dan estimasi nilai pada akhir
umur manfaat atau nilai residu (residual value).
Aset tetap mempunyai batas waktu tertentu untuk tetap beroperasi secara
layak pakai. Oleh karena itu, aset tetap memerlukan perbaikan dan
pemeliharaan yang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam hal ini perlu
penetapan apakah pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset
tetap tersebut dapat dikategorikan sebagai pengeluaran/belanja modal (capital
expenditures) atau sebagai pengeluaran/belanja pendapatan (revenue
expenditures). Hal ini perlu ditetapkan untuk menghindari biaya-biaya yang
penyajiannya dalam laporan keuangan menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
Mengingat pentingnya peranan aset tetap dalam mencapai tujuan
perusahaan dan nilainya yang cukup material maka kebijakan akuntansi yang
dijalankan oleh perusahaan harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang merupakan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana pelaksanaan akuntansi aset tetap berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan dalam praktiknya di perusahaan.
Untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian ini, maka penulis memilih
satu perusahaan sebagai objek penelitian, yaitu PT. INALUM (Persero) –
Power Plant, Paritohan. Adapun alasan penulis dalam memilih objek
penelitian ini adalah mengingat nilai aset perusahaan ini cukup besar dan
bervariasi. Hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk tugas akhir dengan
judul “Akuntansi Aset Tetap pada PT. INALUM (Persero) – Power Plant,
Paritohan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang masalah diatas maka
penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini, yaitu
apakah kebijakan akuntansi aset tetap dalam hal perolehan aset tetap,
pengeluaran setelah perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap, dan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kebijakan akuntansi
aset tetap dalam hal perolehan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan
aset tetap, penyusutan aset tetap, dan penghentian pemakaian aset tetap
yang diterapkan oleh PT. INALUM (Persero) – Power Plant Paritohan,
telah sesuai dengan PSAK No.16.
2. Manfaat penelitian
1. Memberikan sumbangan informasi berupa saran dan masukan bagi
perusahaan dalam penerapan akuntansi aset tetap sesuai dengan PSAK
No.16;
2. Hasil penelitian menjadi bahan masukan bagi penulis dalam
pemahaman mengenai penerapan aset tetap sesuai dengan PSAK
No.16;
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak
yang ingin melakukan penelitian sehubungan dengan judul ini.
D. Rencana Penulisan 1. Jadual Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. INALUM (Persero) Power – Plant,
Tabel 1.1
Jadual Penelitian dan Penulisan Laporan Tugas Akhir
NO. KEGIATAN
JUNI
I II III IV
1. Pengesahan Penulisan Tugas Akhir
2. Pengajuan Judul
3. Permohonan Izin Riset
4. Penunjukkan Dosen Pembimbing
5. Pengumpulan Data
6. Penyusunan Tugas Akhir
7. Bimbingan Tugas Akhir
8. Penyelesaian Tugas Akhir
2. Rencana Isi
Laporan penelitian terdiri dari empat bab, dimana setiap bab saling
berkaitan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembuatan tugas
akhir yang telah ditetapkan bahwa susunan tugas akhir harus praktis dan
sistematis. Oleh karena itu, laporan penelitian tugas akhir ini disusun
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
[image:15.595.113.515.187.470.2]belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan rencana penulisan yang terdiri dari jadual
penulisan dan rencana isi.
BAB II : PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sejarah
ringkas PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan,
struktur organisasi, job description, jaringan
usaha/kegiatan, kinerja terkini, dan rencana
usaha/kegiatan.
BAB III : AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. INALUM
(Persero) POWER PLANT PARITOHAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian
aset tetap, penggolongan aset tetap, perolehan aset tetap,
pengeluaran setelah perolehan aset tetap, penyusutan aset
tetap, dan penghentian pemakaian aset tetap.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan
dan saran yang berhubungan dengan hasil pembahasan
BAB II
PROFIL PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN
A. Sejarah Ringkas
Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai Asahan yang mengalir dari
Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik
mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah
Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.
Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima dari
Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang studi
kelaikan Proyek PLTA dan Aluminium Asahan. Laporan tersebut menyatakan
bahwa PLTA layak untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium
sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan.
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui
perundingan-perundingan yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari pemerintah
Jepang untuk proyek ini, pemerintah Republik Indonesia dan 12 Perusahaan
Penanaman Modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan
Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebuttan
Proyek Asahan. Kedua belas Perusahaan Penanaman Modal Jepang tersebut
adalah Sumitomo Chemical Company Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha Ltd.,
Nippon Light Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd.,
Nichimen Co., Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni Corporation,
Aluminium Co., Ltd., Mitsui & Co., Ltd.
Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan
di Jakarta kedua belas Perusahaan Penanaman Modal tersebut bersama
Pemerintah Jepang membentuk sebuah nama Nippon Asahan Aluminium Co,
Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 November 1975.
Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum),
sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan didirikan di
Jakarta.Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan
Proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian induk. Perbandingan saham antara
pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, pada saat
perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978
perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi
41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan
58,88%.
Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian induk, Pemerintah
Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5/1976 yang melandasi
terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil
Pemerintahan yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan
pengembangan Proyek Asahan. Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan
perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri
peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.Inalum
membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun pembangkit
terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera
Utara.Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai
Asahan yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka.
Oleh karena itu, total listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada
kondisi permukaan air Danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada
tanggal 9 Juni 1978. Pemabangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah
Siguragura dimulai pada tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden
RI, Soeharto dalam acara Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan
dengan tata cara adat Jepang dan tradisi lokal. Pembangunan seluruh PLTA
memakan waktu 5 tahun dan diresmikan oleh wakil presiden Umar
Wirahadikusuma pada tanggal 7 Juni 1983.
Total kapasitas tetap 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang
dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan di Kuala Tanjung.
Secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN
terjadi pada 1 November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam
Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan
Konsorsium Perusahaan asal Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan
secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada 19 Desember 2013 setelah
Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium.
PT Inalum (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada tanggal 21 April
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu sistematika penyusunan kedudukan
dalam perusahaan.Struktur organisasi terdiri dari pembagian tugas serta
tanggung jawab dari masing-masing bagian karyawan yang disesuaikan
dengan keahliannya.
Struktur organisasi bertujuan untuk mendapatkan suatu sistem kerja sama
antar karyawan dengan baik dan berguna bagi perusahaan. Agar
mempermudah pengawasan, atasan memberikan pekerjaan yang layak kepada
seluruh karyawan sesuai dengan keahlian karyawan.
Adapun struktur organisasi yang terdapat pada PT. Inalum (Persero)
Power Plant Paritohan adalah terdiri dari :
1. Direktorat
1.1 Direktur Utama
1.2 Direktorat Operasi
1.3 Direktorat Pengembangan dan Bisnis
1.4 Direktorat Keuangan
1.5 Direktorat Umum dan Sumber Daya Manusia
2. Departemen dan Seksi
2.1 Departemen di bawah Direktur Utama
2.1.1 Departemen Sekretaris Perusahaan
Seksi Hubungan Masyarakat (PLTA)/Power Public Relation
(PPR)
Seksi Pengadaan (PLTA)/Power Procurement Section (PPM)
2.2 Direktorat Operasi
2.2.1 Departemen Enjineering
Seksi Pengembangan Teknik & Enjineering (PLTA)/Power
Technical Development & Engineering Section (PTE)
2.2.2 Departemen Operasi PLTA & Distribusi
Seksi Operasi/Power Operation Section (POP)
2.2.3 Departemen Pemeliharaan PLTA
a. Seksi Pemeliharaan/Power Maintenance Section (PMN)
b. Seksi Pekerjaan Sipil & Jaringan Transmisi/Power Civil
Work & Transmission Line Section (PCT)
3. Direktorat Pengembangan & Bisnis (terdapat di Kuala Tanjung)
4. Direktorat Keuangan
4.1 Departemen Budgeting & Controlling
Seksi Anggaran & Keuangan (PLTA)/Power Budgeting and
Planning Section (PBF)
5. Direktorat Umum & Sumber Daya Manusia
5.1 Departemen Administrasi (PLTA)
a. Seksi Keamanan Industri/Power Security Section (PSC)
b. Seksi Administrasi/Power Administration Section (PAS)
5.2 Departemen Umum & CSR
Seksi Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PLTA)/Power
Gambar 2.1
Struktur Organisasi PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan Direktur Utama Departemen Sekretaris Perusahaan Departemen Pengadaan Direktorat Operasi Direktorat Pengembangan & Bisnis Direktorat Keuangan
Departemen Budgeting & Controlling
Direktorat Umum & SDM
Departemen
Administrasi (PLTA)
Departemen Umum & CSR GMS
Board Of Commissioner
Board Of Directors President Director Departemen Pemeliharaan PLTA Departemen Operasi PLTA & Distribusi Departemen
C. Job Description
Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka job description dari setiap
seksi yang ada pada PT. Inalum(Persero) Power Plant Paritohan adalah :
1. Departemen di bawah Direktur Utama
1.1 Departemen Sekretaris Perusahaan
Seksi Hubungan Masyarakat (PLTA)/Power Public Relation (PPR)
Seksi PPR (Power Public Relation), merupakan window dari dan ke
Inalum, berbagai tamu dan informasi dari luar perusahaan pertama
sekali diterima oleh seksi ini.
1.2 Departemen Pengadaan
Seksi Pengadaan (PLTA)/Power Procurement Section (PPM)
Pada Seksi PPM terdapat 2 bagianyaitu :
1.2.1 Bagian Administrasi, D/E dan Pengadaan
Bagian administrasi terbagi atas 2sub bagian yaitu:
a. Administrasi
- Mengurusi surat masuk dan surat keluar, facs
- Registrasi RFE, RFP, RFUD, dan kontrak
- Mempersiapkan permintaan pembayaran
- Mempersiapkan rencana pembelian
- Membuat laporan
- Mengatur pemakaian bahan bakar
- Mengatur spare-parts
b. D/E & Pengadaan
- Eksekusi pembelian
- Analisa bisnis
- M/L prosedur (L/C, Customs)
- Bagian ISO (14001, SMK3)
- Mengurusi (izin masuk-kontrak) tenaga ahli luar
- Survei pasar pembelian
- Inspeksi pekerjaan di lapangan
- Menjual barang-barang bekas
1.2.2 Bagian Pengadaan/Pelayanan Kerja
- Eksekusi pembelian,
- Analisa bisnis,
- Mengawasi proses,
- Bagian ISO (9001, PA),
- Survei pasar pembelian,
- Inspeksi pekerjaan di lapangan.
2. Direktorat Operasi
2.1 Departemen Enjineering
Seksi Pengembangan Teknik & Enjineering (PLTA)/Power
Technical Development & Engineering Section (PTE)
Pada seksi PTE terdapat 2 bagian yaitu :
Bagian Statistik Operasi dan Teknikal R/D terbagi atas 2 sub
bagian yaitu :
a. Statistik Operasi dan Perawatan
- Simulasi water level
- Produksi/ rencana operasi
- Menyusun rencana perawatan
- Menginvestigasi dan menganalisis masalah
- Laporan operasi dan rencana
- Urusan ke PLN
- Mengkoordinir masalah Outage
- Kompilasi, evaluasi, melaporkan data statistical
- Pelatihan dan pendidikan
- Mengatur/merawat dokumen dan gambar teknikal
- Mengkoordinasi masalah yang berhubungan dengan
lingkungan.
b. Teknikal R/D
- Penelitian, pengembangan teknikal dan investasi
untuk perbaikan Power Generation termasuk TL, DL,
dam waterway fac dan kinerjanya,
- Memimpin pembuatan realisasi & evaluasi program,
termasuk spesifikasi rehabilitasi dan perbaikan Power
Generator termasuk TL, DL, fasilitas dam waterway,
2.1.2 Bagian Pembelian dan Persediaan
Bagian Pembelian dan Persediaan terbagi atas 2 sub bagian
yaitu:
a. Mekanikal, elektrikal dan elektronikal
- Rencana perawatan
- Pembelian spare-parts, alat-alat dan pemakaiannya
- Yang berhubungan dengan Master List
- Merencanakan anggaran dan pembelian
- Memproses dan mengawasi RFA, RFP, RFE,RFAB,
TE
- Mempersiapkan AMP, Midterm, anggaran & LTP
- Inspeksi/pengiriman barang-barang material
- Memproses penerimaan persediaan
- Pengklaiman pengiriman barang yang tidak sampai.
b. Persediaan dan Penyimpanan
- Manajemen penyimpanan spare-parts
- Melakukan pengawasan aset tetap dan pemakaiannya
- Melakukan pengawasan persediaan IPW
- Mempersiapkan laporan penyimpanan
- Mengecek stok spare-part/persediaan
- Penerimaan material/menginput ke kartu stok
- Memproses pembuangan material
- Manajemen limbah (B3).
2.2 Departemen Operasi PLTA & Distribusi
Seksi Operasi/Power Operation Section (POP)
Pada seksi POP 2 bagian yaitu :
2.2.1 Bagian Dam Operation, Administtrasion Engineering
Bagian Dam Operation, Administtrasion Engineeringterdapat
2 sub bagianyaitu :
a. Administrasi dan Engineering
Kompilasi, evaluasi & melaporkan pencapaian operasi,
kesalahan analisis & pengawasan dokumen, bagian ISO
dan SMK3.
b. Dam Operation
- Operasi Dam,
- Perawatan minor Dam.
2.2.2 Bagian Hydro Power Operation
Bagian Hydro Power Operation terdapat 2 sub bagian yaitu :
a. Daily SGP & TNP
- Pengelolaan, pengawasan dan inspeksi patrol pada
fasilitas P/S,
- Restorasi pekerjaan selama keadaan darurat di Power
Generating dan fasilitas yang berkaitan.
b. MCR Shift Group
Power System,
- Determinasi dan permintaan pengoperasian pintu
Dam,
- Pengelolaan, pengawasan dan inspeksi patrol pada
fasilitas P/S,
- Restorasi pekerjaan selama keadaan darurat di Power
Generating dan fasilitas yang berkaitan.
2.3 Departemen Pemeliharaan PLTA
2.3.1 Seksi Pemeliharaan/Power Maintenance Section (PMN)
Pada seksi PMN terdapat 3 bagianyaitu :
a. Bagian General Administration
- Merencanakan perawatan, pengembangan, analisis
masalah, tambahan pekerjaan dan pengawasan,
- Penyelesaian dokumen, pelaporan dan yang
berhubungan dengan ISO,
- Tugas-tugas sekretaris,
- Masalah-masalah umum.
b. Bagian Mechanical
Bagian Mechanical terbagi atas 3sub bagianyaitu :
(i) Workshop & Cranes
- Mengoperasikan dan merawat cranes serta
peralatan-peralatannya,
dibutuhkan,
- Melaporkan, merencanakan dan membuat
anggaran yang berhubungan dengan
peralatan-peralatan,
- Mempelajari teknologi mekanikal terbaru.
(ii)Main Equipment
- Merawat, memperbaiki, memodifikasi dan
mengembangkan W/T SGP dan TNP,
- Merawat dan memperbaiki Penstock, Inlet Valve
by pass valve dan draft tube,
- Merawat dan memperbaiki butterfly valve untuk
TNP,
- Melaporkan, merencanakan dan membuat
anggaran yang berhubungan dengan main
equipment,
- Mempelajari teknologi mekanikal terbaru
(iii) Auxiliary Equipment
- Merawat,memperbaiki, memodifikasi dan
mengembangkan auxiliary equipment mekanikal
untuk SGP, TNP dan Dam,
- Merawat emergency diesel generator SGP A/G
dan auxiliary equipment lainnya,
- Melaporkan, merencanakan dan membuat
anggaran yang berhubungan dengan auxiliary
equipment,
- Mempelajari teknologi mekanikal terbaru.
c. Bagian Electrical dan Electronical
Pada bagian Electrical dan Electronical terbagi atas 2
bagian yaitu:
(i) Bagian Electrical
Bagian Electrical terbagi atas 2 sub bagianyaitu :
a. Protection Sistem
- Merawat protection relay di SGP, TNP dan
KTS,
- Merawat protection generator di SGP dan
TNP,
- Merawat protection station service SGP dan
TNP,
- Merawat elevator,
- Merawat, merencanakan dan membuat
anggaran yang berhubungan dengan protection
sistem,
- Perencanaan perawatan,
- Mempelajari teknologi elektrikal terbaru.
- Merawat dan memperbaiki generator di SGP
dan TNP,
- Merawat dan memperbaiki main transformer
di SGP dan TNP,
- Merawat AVR di SGP dan TNP,
- Merawat Governor di SGP dan TNP,
- Merawat OHT Cranes,
- Merawat, merencanakan dan membuat
anggaran yang berhubungan dengan main
equipment,
- Mempelajari teknologi elektrikal terbaru.
c. Auxiliary Equipment
- Merawat dan memperbaiki bagian elektrikal
Dam dengan semua fasilitas yang ada (RGD,
SGD, TND),
- Merawat peralatan S/Y (GCB dan DS) di SGP
dan TNP,
- Merawat semua transformer (SGP, TNP
Dams, P/S),
- Merawat UPS, Batt Charger, Baterai di SGP
dan TNP,
- Merawat dredger dan water system,
anggaran yang berhubungan dengan auxiliary
equipment,
- Mempelajari teknologi elektrikal terbaru.
(ii)Bagian Electronical
Bagian Electronical terdapat 2 sub bagianyaitu :
a. Instrumentation
- Merawat, memperbaiki dan memodifikasi
semua instrumen yang ada,
- Merawat, merencanakan dan membuat
anggaran yang berhubungan dengan
instrumentation,
- Mempelajari teknologi instrumentation
terbaru.
b. Komunikasi
- Merawat, memperbaiki dan memodifikasi
microwave system, power link system, power
line carrier system, telp and PABX system,
VHF Radio system, FO cummunication line di
SGP, TNP dan Dams, FO back bone
communication system IPP-ISP,
- Melaporkan, merencanakan dan membuat
anggaran yang berhubungan dengan
- Mempelajari teknologi komunikasi dan
SCADA terbaru.
2.3.2 Seksi Pekerjaan Sipil & Jaringan Transmisi/Power Civil
Work & Transmission Line Section (PCT)
Seksi PCT dibagi atas 3 bagian yaitu :
a. Bagian Civil Work
- Pekerjaan umum sipil,
- Perawatan jalan dan fasilitas pendukung jalan,
- Survei topography,
- Inspeksi jalan dan fasilitas pendukungnya,
- Menangani pekerjaan arsitektur,
- Perawatan bangunan Dam dan Power Station,
- Survei hidrologi
- Inspeksi Waterway Dam, Power Station, Bangunan
dan fasilitas lain,
- Perawatan pekerjaan dredger,
- Mengoperasikan boat,
- Mengoperasikan alat berat seperti loader,
- Perawatan alat-alat berat, dredger, boat dan peralatan
lain.
b. Bagian Transmission Line
- Perawatan jaringan transmisi 275 kV,
lainnya,
- Koordinasi dengan bagian Humas tentang
masalah-masalah yang dijumpai di sepanjang area transmisi,
- Restorasi jika ada keadaan darurat atau masalah
dengan jaringan,
c. Bagian Administrasi Umum
- Membuat anggaran,
- Mengurus masalah pembelian,
- Inventory dan pergudangan,
- Pekerjaan administrasi,
- Pekerjaan-pekerjaan umum,
- Bagian ISO dan SMK3.
3. Direktorat Pengembangan dan Bisnis (terdapat di Kuala Tanjung)
4. Direktorat Keuangan
4.1 Departemen Budgeting & Controlling
Seksi Anggaran & Keuangan (PLTA)/Power Budgeting and
Planning Section (PBF):
- Koordinasi rencana anggaran tahunan di PLTA,
- Anggaran dan pengawasan anggaran di PLTA,
- Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di bawah pengawasan
a. Pengeluaran dan penerimaan kas di PLTA,
b. Manajemen rekening bank di PLTA,
c. Akuntansi untuk PLTA termasuk aktiva tetap dan persediaan
dan rekening bank di PLTA.
5. Direktorat Umum dan Sumber Daya Manusia
5.1 Departemen Administrasi (PLTA)
5.1.1 Seksi Keamanan Industri/Power Security Section (PSC)
Seksi PSC (Power Security), yaitu seksi keamanan yang
mengamankan objek vital perusahaan mulai dari Regulating
Dam hingga ke Power Station Tangga.
5.1.2 Seksi Administrasi/Power Administration Section (PAS)
Pada seksi PAS terdapat 5 bagianyaitu :
a. Bagian Legal Matter, Outsourcing & Car Management
- Legal matter,
- Regulasi Administrasi,
- Land matter,
- Lisensi dan Permit,
- Stempel Perusahaan,
- Hukum dan Perundang-undangan,
- Hubungan dengan divisi, departemen dan seksi,
- Hubungan dengan Asahan Autority, pemerintah dan
- Outsourcing matter,
- Manajemen mobil : mobil umum dan kendaraan
khusus, mengatur penggunaan mobil, merawat mobil,
asuransi mobil.
b. Bagian Office Management & Budget Execution
- Administrasi umum (surat, dokumen),
- Mengkoordinasi AMP/penyusunan anggaran,
- Bagian ISO dan SMK3,
- Manajemen kantor,
- Manajemen penyimpanan dan proteksi keamanan,
- Kebersihan kantor dan area sekitarnya,
- Penyimpanan barang/material,
- Peralatan kantor (fotocopy, fax, telephone,
teleconference),
- Acara khusus dan tamu.
c. Bagian Personnel & Welfare Administration
- Administrasi Personalia,
- Data personal karyawan,
- Penerimaan, pengembangan dan pemberhentian,
- Penilaian kinerja karyawan,
- Memberikan penghargaan dan sanksi kepada
karyawan,
- Administrasi Kesejahteraan Karyawan,
- Gaji karyawan dan PPh 21,
- Administrasi pinjaman karyawan,
- Pengurusan ke kantor imigrasi dan jamsostek,
- Dana pensiun,
- Dinas luar, perjalanan pribadi (pulang kampung),
- Kompensasi uang makan,
- Asuransi (SIHARTA),
- Bantuan untuk karyawan,
- Mendukung kegiatan hiburan perusahaan.
d. Bagian Fasilitas Perumahan dan Perawatannya
Bagian Fasilitas Perumahan dan Perawatannya terdapat 3
sub bagian yaitu :
(i) Fasilitas perumahan
- Manajemen Residence, Dormitory, & Lodging,
- Mengawasi pekerjaan maids,
- Manajemen Guest House, Multi Purpose Hall &
Gymnasium.
(ii)Civil :Merawat bangunan dan fasilitas rumah di
komplek Paritohan.
(iii)Electric
- Merawat fasilitas electrical di komplek Paritohan,
buangan rumah tangga,
- Mengoperasikan dan mengontrol perawatan sentral
parabola.
e. Bagian Pengolahan Air Bersih & Sanitasi
Bagian Pengolahan Air Bersih & Sanitasi terdapat 2 sub
bagian yaitu :
(i) Pengolahan Air Bersih
- Mengoperasikan dan merawat air bersih,
- Mengawasi pendistribusian air minum.
(ii)Sanitasi
- Pemotongan rumput dan pengelolaan sampah,
- Merawat lapangan golf,
- Merawat komplek Paritohan,
- Pembasmian nyamuk,
- Saluran parit (air kotor),
- Mengawasi dan pengoperasian alat pengolahan
limbah air rumah tangga.
5.2 Departemen Umum & CSR
Seksi Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PLTA)/Power
Community Development Section (PCD), merupakan seksi yang
menangani perencanaan kemitraan dan bina lingkungan serta yang
menangani perencanaan dan pelaksanaan CSR (Corporate Social
D. Jaringan Usaha/Kegiatan
PT Inalum terletak di 4 lokasi yang berbeda, yaitu :
a. Kantor Pusat (Head Office) yang bertempat di Jakarta.
b. Kantor Penghubung (Liaison Office) yang bertempat di Medan.
c. Kantor Peleburan (Smelting Plant) yang bertempat di Kuala Tanjung,
Kec. Sei Suka, Kab. Batu Bara.
d. Kantor Pembangkit Listrik (Power Plant) yang bertempat di Paritohan,
Kec. Pintupohan Meranti, Kab. Toba Samosir.
1. Pabrik Peleburan
Pabrik Peleburan Aluminium merupakan bagian utama dari PT
Inalum, dibangun di atas areal selua 200 Ha. Peleburan Aluminium PT
Inalum di Kuala Tanjung memproses alumina menjadi logam aluminium
batangan dengan memakai alumina dan karbon sebagai bahan baku
utamanya, dan meleburnya dengan memakai tenaga listrik. Pada Pabrik
Peleburan ini, terdapat 3 bagian utama untuk proses produksi, yaitu :
a. Bagian Tungku Reduksi
Bagian Tungku Reduksi terdiri dari 3 unit gedung reduksi yang
masing-masing berukuran panjang 648 m, lebar 52 m dan tinggi 29 m.
Tungku reduksi atau pot pada ketiga gedung reduksi ini berjumlah 510
buah. Tungku reduksi tipe anoda panggang 175 KA ini beropersi pada
suhu 960 C. Setiap tungku reduksi atau pot dapat menghasilkan 1,3 ton
b. Bagian Karbon
Bagian Karbon memproduksi blok anoda karbon yang akan digunakan
pada tungku-tungku reduksi dan terdiri dari 3 bagian, yaitu : Bagian
Karbon Mentah, Bagian Pemanggang Anoda dan Bagian Penangkaian.
Blok anoda berfungsi sebagai elektroda pada tungku reduksi.
c. Bagian Penuangan
Pada bagian ini, aluminium cair dari tungku reduksi ke Bagian
Penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku
penampung, lalu dibentuk menjadi aluminium batangan (ingot) yang
beratnya masing-masing 50 pon (± 22,7 kg) dan merupakan poduk
akhir PT Inalum yang dipasarkan di dalam dank e luar negeri. Di sini
terdapat 10 buah tungku penampung yang masing-masing berkapasitas
30 ton dan 7 unit mesin pencetak ingot.
d. Fasilitas Penunjang
Untuk kelancaran operasi, perusahaan juga membangun bengkel di
Pabrik Peleburan guna memperbaiki peralatan, mesin-mesin,
kendaraan yang rusak dan lain-lain di pabrik peleburan. Pabrik
peleburan juga memiliki bangunan kantor seluas 3.300 m2, kantin,
rumah ibadah dan lain-lain.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
PT Inalum membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik
Tenaga Air, yang terdiri dari Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan
pembangkit ini dioperasikan dengan memakai air Sungai Asahan yang
mengalir dari Danau Toba ke Selat Malaka. Oleh karena itu, tenaga listrik
yang dihasilkan sangat tergantung pada tinggi permukaan Air Danau Toba.
Sungai Asahan dengan panjang 150 km memiliki potensi debit pada
musim kemarau 60 m3/detik dan pada musim hujan lebih dari 100
m3/detik.
PLTA di Siguragura dan Tangga masing-masing digerakkan oleh
potensi air terjun ini, dengan kapasitas total :
Kapasitas terpasang : 603 MW
Output tetap : 426 MW
Output puncak : 513 MW
PLTA ini terdiri dari :
a. Bendungan Pengatur (Regulating Dam)
Terletak di Siruar ± 14.5 km dari Danau Toba yang berfungsi
mengatur kestabilan air keluar dari Danau Toba ke sungai Asahan
untuk mensuplai air ke stasiun Pembangkit Listrik secara konstan
b. Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Dam)
Terletak di Simorea dan berfungsi sebagai sumber air yang stabil untuk
stasiun Pembangkit Listrik Siguragura.
c. Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura (Siguragura Power Station)
Berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator
pertama di Indonesia.
d. Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Dam)
Berfungsi untuk membendung air yang telah dipakai PLTA Siguragura
untuk dimanfaatkan kembali pada PLTA Tangga.Bendungan ini
merupakan bendungan busur pertama di Indonesia.
e. Stasiun Pembangkit Listrik Tangga (Tangga Power Station)
Air disalurkan melalui sebuah terowongan bawah tanah yang
panjangnya 3.150 m. Bendungan ini memiliki 4 unit generator
masing-masing berkapasitas 79,2 MW dan berada di atas permukaan tanah.
f. Jaringan Transmisi (Transmission Line)
Tenaga Listrik yan dihasilkan stasiun Pembangkit Listrik Siguragura
dan Tangga disalurkan melalui Jaringan Transmisi sepanjang 120 km
dengan jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 kV ke Kuala
Tanjung. Melalui Gardu Induk Kuala Tanjung tegangannya diturunkan
menjadi 33 kV untuk didistribusikan ke tiga gedng tungku reduksi
mempunyai 2 unit penyearah silicon dengan DC 37 KA dan 800 V.
Sesuai dengan Perjanjian Induk kelebihan tenaga listrik dengan
batasan maksimal 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui PLN.
Kelebihan tenaga listrik 275 kV ini disalurkan melalui gardu induk
Kuala Tanjung ke gardu induk PLN untuk didistribusikan ke
E. Kinerja Terkini
Ruang lingkup perusahaan PT. Inalum (Persero) terdiri dari :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Power Plant, Paritohan
2. Pabrik Peleburan Aluminium Smelting Plant, Kuala Tanjung
Kinerja Usaha terkini dari PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan
adalah menghasilkan listrik dengan total kapasitas 426 MW dan Output 513
MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan aluminium di
Smelting Plant, Kuala Tanjung.
Inalum membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari Stasiun
Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama
Asahan 2 yang terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi
Sumatera Utara. Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan
air sungai asahan yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka. Tenaga
Listrik yang dihasilkan sangat tergantung pada kondisi permukaan air Danau
Toba.
F. Rencana Usaha/Kegiatan
Tenaga Listrik yang dihasilkan oleh PLTA sangat tergantung pada kondisi
permukaan air Danau Toba. Oleh karena itu, perlu upaya untuk menjaga dan
menstabilkan debit air Danau Toba. Upaya tersebut direncanakan dengan
pembuatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). TMC merupakan usaha
manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan
(diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan
penggabungan (collision and coalescence) atau proses pembentukan es (ice
nucleation).
TMC yang akan dilakukan oleh PT. Inalum (Persero) Power Plant
Paritohan bertujuan untuk menambah debit air Danau Toba yang akan
dilaksanakan di sekitar Kecamatan Muara, Kota Parapat dan sekitar kawasan
Danau Toba lainnya yang termasuk dalam Water Level PLTA PT. Inalum
BAB III
AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN
A. Pengertian Aset Tetap
Di dalam PSAK 16 (revisi 2011) yang dimaksud dengan aset tetap adalah
aset berwujud yang :
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai aset tetap, maka ada beberapa
definisi aset tetap yang dikemukakan oleh beberapa ahli dibidang
akuntansi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan
dibawah ini :
Pengertian aktiva tetap menurut Harahap (2002 : 20) adalah “aktiva yang
menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus – menerus dalam
kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”.
Warren, et al (2008 : 440) mengemukakan aset tetap (fixed assets)
merupakan “aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen. Mereka
merupakan aset berwujud (tangible assets) karena terlihat secara fisik. Aset
tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan
untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal”.
Pengertian aktiva tetap menurut Baridwan (2012 : 271) adalah “aktiva –
Kieso, et al (IFRS Edition : 512) mendefinisikan aset tetap atau Property,
Plant, Equipment (PPE) adalah “aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan
untuk digunakan dalam operasional perusahaan dengan umur ekonomis lebih
dari satu tahun”.
Dari pengertian – pengertian yang dikemukakan diatas aset tetap memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Mempunyai bentuk fisik
2. Digunakan dalam operasional perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk
dijual
3. Mempunyai umur ekonomis yang relatif permanen yaitu lebih dari satu
periode akuntansi
4. Nilai dari aset tersebut cukup material
Dalam menentukan apakah suatu aset tersebut termasuk dalam aset tetap
atau tidak diperlukan kriteria – kriteria yang jelas dan tepat. Jika tidak, maka
akan berdampak pada penyajiannya di laporan keuangan dan hasilnya adalah
informasi yang tidak tepat dan menyesatkan pemakainya.
B. Penggolongan Aset Tetap
Aset tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat bermacam – macam
terjantung dari pada luas operasi perusahaan dan besarnya serta jenis
perusahaan. Aset tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain:
a. Dari Sudut Substansi, Aset Tetap dapat dibagi:
1. Tangible Assets atau aset berwujud seperti Lahan, Mesin, Gedung, dan
2. Intangible Assets atau aset yang tidak berwujud seperti HGU, HGB,
Goodwill – Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.
b. Dari Sudut Disusutkan atau Tidak
1. Depreciated Plants Assets yaitu aset tetap yang disusutkan seperti
Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin),
Inventaris, Jalan, dan lain-lain.
2. Undepreciated Plant Assets, aset tetap yang tidak disusutkan seperti
Land (Lahan).
c. Berdasarkan Jenis
Aset tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut:
1. Lahan
Lahan adalah sebidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat
bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada
lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan
pencatatannya dari lahan itu sendiri.
2. Bangunan Gedung
Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas
lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi
gedung itu.
3. Mesin
Mesin termasuk peralatan – peralatan yang menjadi bagian dari mesin
4. Kendaraan
Semua jenis kendaraan seperti Alat Pengangkut, truck, grader, tractor,
forklift, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain.
5. Perabot
Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot
pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.
6. Inventaris/Peralatan
Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan
dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik,
inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain.
7. Prasarana
Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat
klasifikasi khusus prasarana seperti Jalan, Jembatan, Riol, Pagar, dan
lain-lain.
PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan memiliki ruang lingkup
[image:48.595.111.516.620.747.2]aset tetap seperti dijelaskan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
Ruang Lingkup Aset Tetap PT.INALUM (Persero) Power Plant Paritohan
Perkiraan Ringkasan Gedung
Sarana
Yang dimaksudkan dengan gedung adalah bangunan yang terletak tetap diatas tanah, temasuk tambahan dan perlengkapan seperti kabel, penerangan, pengatur udara dan sebagainya.
Mesin
Kenderaan dan Alat Angkutan Lain
Alat-alat dan Perabot (Alat-alat Pengukur)
Lain-lain
Konstruksi dalam Persiapan
gedung.
Mesin adalah aset tetap yang mengolah barang, menghasilkan tenaga, atau yang merubah kualitas, merubah bentuk, melarutkan, menyimpan dan atau menggerakkan. Juga termasuk peralatan listrik dan alat transport kecuali kenderaan dan kapal.
Fasilitas transportasi di darat atau di laut, mobil-mobil untuk tujuan khusus.
Timbangan kenderaan, alat-alat pengukur, alat-alat penguji dan sebagainya.
Alat-alat dan perabot yang dapat dipindah dengan tangan kecuali alat-alat dan perabot yang telah disebut diatas.
Konstruksi dalam Persiapan berarti perkiraan sementara yang menghimpun biaya yang dibutuhkan untuk perolehan atau pemasangan dari aset tetap sebelum dipindahkan ke perkiraan Aset Tetap.
Jumlah pembayaran termasuk biaya insidentil seperti biaya utama, biaya bahan, biaya pemasangan, dan sebagainya.
C. Perolehan Aset Tetap
Di dalam PSAK 16 (revisi 2011) dijelaskan bahwa yang termasuk dalam
biaya perolehan aset tetap adalah
1. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan-potongan lain;
2. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara lansung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;
3. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan lain selain untuk menghasilkan persediaan.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah :
- biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam PSAK 24 (revisi
2010): Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
- biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
- biaya handling dan penyerahan awal;
- biaya perakitan dan instalasi awal;
- biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah
dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya, contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji); dan
- komisi profesional.
Kieso, et al (IFRS Edition : 536) menetapkan nilai perolehan aset tetap
sebagai berikut :
Termasuk dalam nilai perolehan tanah antara lain:
- purchase price; harga yang dibayarkan kepada penjual - closing costs; biaya hukum, biaya pengurusan surat-surat
- costs incurred in getting the land in condition for its intended use; seperti perataan, pembuatan drainase dan pembersihan
- pelunasan biaya-biaya yang masih harus dibayar seperti Pajak Bumi
dan Bangunan, dan lain-lain
- perbaikan tanah lainnya, seperti perbaikan jalan, pagar, tempat parker, dan lain-lain
Termasuk dalam nilai perolehan gedung antara lain:
- semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan proses
perolehannya ataupun konstruksinya, seperti bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead selama konstruksi.
- Biaya ahli dan pengurusan surat-surat
Termasuk dalam nilai perolehan peralatan antara lain: - harga yang dibayarkan kepada penjual
- biaya transportasi
- biaya komisi, jika ada
- biaya pemasangan
- biaya uji coba penggunaan
Steven M. Bragg (2012 : 146) menyebutkan bahwa biaya-biaya yang
termasuk dalam Properti, Pabrik, dan Peralatan (PP&P) :
- harga pembelian dari aset dan pajak yang terkait
- biaya konstruksi dari aset, yang mencakup biaya buruh dan imbalan
pekerja
- bea impor
- biaya pengangkutan dan penanganan
- persiapan lokasi - instalasi dan perakitan - permulaan uji coba asset - biaya operasional
- biaya yang diestimasi untuk membongkar dan menghapus aset
tersebut selanjutnya, jika ini adalah sebuah keharusan
- pengurangan: diskon dan potongan harga
- pengurangan: penerimaan bersih dari penjualan setiap produk yang
dihasilkan selama pengujian awal.
Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yakni membeli secara
tunai (purchase for cash), membeli secara kredit atau angsuran (purchase on
deffered payment), pertukaran (acquisition by exchange), membuat sendiri
(acquisition by self construction), dan diterima sebagai hadiah/penemuan
(acquisition by gift or discovery). Cara perolehan aset tetap tersebut akan
mempengaruhi pencatatan harga perolehannya.
1. Pembelian Tunai (Purchase for Cash)
Nilai perolehan aset tetap yang didapat melalui transaksi pembelian tunai
diukur dengan jumlah uang atau kas yang dibayar dalam transaksi dan
pengeluaran-pengeluaran lain yang terjadi dalam hubungannya dengan usaha
Barat Corp. membeli bangunan seharga Rp 800.000.000. Biaya lain-lain yang
dikeluarkan antara lain biaya notaris Rp 10.000.000, biaya perantara Rp
5.000.000.
Transaksi ini dapat dicatat sebagai berikut:
Bangunan……… Rp 815.000.000
Kas ……… Rp 815.000.000
Angka ini diperoleh dari penjumlahan sebagai berikut:
harga beli Rp 800.000.000
biaya notaries 10.000.000
biaya perantara 5.000.000
Total Rp 815.000.000
2. Pembelian secara kredit atau angsuran (purchase on deffered payment)
Aset tetap juga dapat diperoleh melalui pembelian secara kredit berjangka
panjang, dengan program pembayaran secara angsuran atau sekaligus pada
tanggal tertentu dikemudian hari. Aset tetap yang diperoleh dengan cara ini
harus dicatat berdasarkan current cash-equivalent price, dan bunga yang
termasuk di dalam program pembayaran tersebut harus diakui sebagai beban
dalam periode yang tercakup di dalam kontrak. Praktik demikian bertujuan
untuk membedakan secara layak antara pengorbanan yang merupakan bagian
dari nilai perolehan aset tetap yang didapat dengan pengeluaran kas yang
merupakan beban bunga sebagai konsekuensi dari kredit atau program
pembayaran secara angsuran. Pembebanan bunga atas kredit ada dua
a. Secara flat
b. Berdasarkan sisa utang
Contoh :
Dibeli Tanah dengan harga Rp 500.000.000. Pembayaran pertama Rp
300.000.000, sisa dibayar dalam 5 kali angsuran per semester. Bunga pertahun
adalah 10 %.
Jurnal saat pembelian :
Tanah……… Rp 500.000.000
Kas……….. …….. Rp 300.000.000
Utang Pembelian Angsuran ………. 200.000.000
Jurnal pembayaran angsuran :
(i) Secara flat, jurnalnya sama untuk 5 kali angsuran per semester sebagai
berikut:
Utang Pembelian Angsuran ……….. Rp 40.000.000
Bunga (5 % x Rp 200.000.000)………... 10.000.000
Kas………... …… Rp 50.000.000
(ii)Jika bunga dibebankan berdasarkan sisa utang maka dijurnal sebagai
berikut:
Angsuran semester I:
Utang Pembelian Angsuran………….. Rp 40.000.000
Bunga (5 % x Rp 200.000.000)……….. 10.000.000
Kas………. Rp 50.000.000
Utang Pembelian Angsuran……… Rp 40.000.000
Bunga (5 % x Rp 160.000.000)………. 8.000.000
Kas ………. Rp 48.000.000
Dan seterusnya.
3. Pertukaran (acquisition by exchange)
Perusahaan dapat melakukan pertukaran dengan surat-surat berharga atau
sekuritas yang diterbitkan , baik sekuritas hutang maupun sekuritas saham
untuk mendapatkan aset tetap. Nilai perolehan aset yang didapat melalui
transaksi pertukaran dengan sekuritas harus diukur berdasarkan pada :
1) harga pasar dari sekuritas yang diserahkan dalam transaksi
2) harga pasar aset yang didapat
Contoh:
Suatu perusahaan mendapatkan mesin pebriknya melalui pertukaran dengan
10.000 lembar saham biasa, nominal @Rp 100.000 per lembar. Pada saat itu,
harga pasar saham perusahaan adalah Rp 110.000 per lembar.
Jurnal perolehan mesin pabrik:
Mesin Pabrik ……… Rp 1.100.000.000
Modal Saham ………. Rp 1.000.000.000
Agio Saham ………... 100.000.000
4. Membuat Sendiri (acquisition by self construction)
Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun atau
membuat sendiri aset tetap yang diperlukan untuk menjalankan operasinya: (a)
(cost saving), (c) mencapai standar kualitas konstruksi yang lebih tinggi, (d)
agar dapat segera dioperasikan.
Ada beberapa masalah yang berhubungan dengan nilai perolehan aset tetap
yang dibangun sendiri yaitu sebagai berikut :
- Biaya Overhead yang dibebankan
Dalam menentukan jumlah biaya Overhead akan menimbulkan kesulitan
karena biasanya ada biaya-biaya yang sama-sama dibayar atau dibebankan
untuk semua (beberapa) kegiatan. Untuk menetapkan berapa besar biaya
Overhead yang akan dibebankan terhadap aset yang dibangun sendiri
maka ada dua cara:
 Metode Incremental Cost
Dalam hal ini biaya Overhead yang dibebankan adalah kenaikan
(tambahan) biaya Overhead akibat adanya pembangunan aset tersebut.
 Metode Proportional
Dalam metode ini yang dibebankan bukan saja kenaikan Overhead itu
tetapi juga dibebankan biaya Overhead tetap secara pro-rata baik untuk
kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan sendiri.
- Laba Rugi dari Pembangunan Sendiri
Jika ternyata biaya pembangunan itu lebih rendah apabila diserahkan
kepada pihak lain dalm pembangunannya maka perbedaan ini seolah-olah laba
tidak boleh dianggap sebagai laba.
Jika ternyata biaya pembangunan sendiri lebih besar maka perlu
disebabkan hal-hal yang tidak efisien atau karena kelalaian maka harus dicatat
sebagai Rugi. Jadi harga pokok aset dicatat sebesar berapa biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk pembangunan tersebut sesuai dengan metode
diatas.
- Biaya Bunga dalam Masa Pembangunan
Jika dalam pembangunan itu digunakan dana atau kredit dari luar
perusahaan seperti Bank atau Lembaga Keuangan lainnya maka kita
diwajibkan membayar bunga. Bunga yang dihitung dari penggunaan modal
sendiri atau imputed interest tidak boleh dicatat sebagai unsur harga pokok
aset tetap.
Bunga yang boleh dibebankan terhadap harga pokok menurut Financial
Accounting Standard Board (FASB) statement No. 34 adalah:
1) Bunga dari pinjaman yang benar-benar dibayarkan dan pinjaman itu
memang benar-benar merupakan keharusan.
2) Bunga yang dibebankan hanya selama periode pembangunan berjalan.
3) Tarif bunga adalah “Interest Cost” yang dihitung sebagai berikut :
Misalnya biaya gedung yang dibangun sendiri tersebut sudah mencapai Rp
10.000.000. Apabila pemakaian biaya ini dianggap merata selama setahun itu
maka rata-rata pemakaian adalah Rp 5.000.000 (Rp 10.000.000 : 2). Untuk itu
telah dipinjam kredit hipotik Rp 2.000.000 dengan bunga 10%, Pinjaman yang
diterima tetapi tidak untuk proyek adalah sebesar Rp 500.000 dengan bunga
11 % dan pinjaman lainnya sebesar Rp 1.000.000 dengan bunga 8 %. Maka
sebagai berikut:
Rp 2.000.000 x 10 % = Rp 200.000
Rp 3.000.000 x 9 % = 270.000
Rp 5.000.000 = Rp 470.000
Angka 9 % ini dihitung dengan cara sebagai berikut:
Rata-rata penggunaan biaya selama tahun berjalan adalah Rp 5.000.000 (Rp
10.000.000 : 2). Pinjaman adalah Rp 2.000.000, selebihnya Rp 3.000.000 dari
pinjaman lain.
Interest Cost 9 % dihitung sebagai berikut:
Rp 500.000 x 11 % = Rp 55.000
Rp 1.000.000 x 8 % = Rp 80.000
Rp 1.500.000 Rp 135.000
Rp 135.000
Interest Rate = x 100 %
Rp 1.500.000
= 9 %
5. Diterima Sebagai Hadiah/Penemuan (acquisition by gift or discovery) Jika aset tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan maka transaksi ini
disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan
balik.
Aset ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh pihak/perusahaan penilai yang independen
(Appraisal Company).
Perusahan X menerima bantuan sebidang lahan dan bangunan gedung dari
pemerintah. Nilai lahan dan bangunan itu menurut harga pasar yang wajar
masing-masing Rp 500.000.000 dan Rp 700.000.000.
Transaksi ini dijurnal sebagai berikut:
Lahan ………. Rp 500.000.000
Gedung ………….. 700.000.000
Saham Donasi ……….. Rp 1.200.000.000
Prosedur Akuntansi untuk Aset Tetap yang ada di PT. INALUM (Persero)
Power Plant dalam hal biaya perolehan menjelaskan bahwa biaya perolehan
dari aset tetap pada prinsipnya adalah semua biaya yang dibutuhkan untuk
perolehannya dan semua pengeluaran yang langsung dibutuhkan untuk
pemasangan aset tersebut hingga siap untuk dioperasikan untuk tujuan usaha.
Begitupun dalam hal aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran, pemberian
dan yang sejenisnya, Seksi Akunting akan menilai aset tetap tersebut
berdasarkan harga pasar yang berlaku, atau harga lain yang pantas sebagai
harga perolehan.
I. Harga Perolehan
Biaya perolehan aset tetap umumnya akan terdiri dari :
1) harga beli dan atau biaya konstruksi
2) biaya pengapalan, ongkos muat dan ongkos bongkar dan biaya
asuransi
3) komisi pembelian
5) biaya pemasangan
6) biaya keahlian teknik, biaya konsultan
7) biaya operasi percobaan
8) biaya intern yang timbul
9) biaya bunga semasa konstruksi
10)biaya-biaya lain yang sama sifatnya dengan diatas.
II. Prosedur yang dilakukan untuk Konstruksi dalam Persiapan sebagai berikut :
1) Penjurnalan ke perkiraan Konstruksi dalam Persiapan
Semua biaya atau harga yang dibutuhkan untuk perolehan aset tetap
akan dijurnal ke dalam perkiraan Konstruksi dalam Persiapan, dan
pada prinsipnya sewaktu aset tetap siap untuk dioperasikan untuk
tujuan usaha, “Konstruksi dalam Persiapan” tersebut segera
dipindahkan ke perkiraan aset tetap yang sesuai.
2) Pengklasifikasian Konstruksi dalam Persiapan
Pengklasifikasian Konstruksi dalam Persiapan akan ditetapkan untuk
mengatur Konstruksi dalam Persiapan, dan pada dasarnya digolongkan
menurut kode anggaran dan kode departement (termasuk nomor
kontrak).
3) Waktu Pengklasifikasian
Bulan dimana harga perolehan dijurnal keperkiraan Konstruksi dalam
Persiapan adalah sebagai berikut:
bulan inspeksi.
b. Biaya lain-lain ……….. pada prinsipnya pada
bulan pembayaran.
4) Pembayaran Dimuka
Pembayaran dimuka yang akan dibayar pada saat membuat kontrak
akan dijurnal ke perkiraan Konstruksi dalam Persiapan.
III. Prosedur yang dilakukan untuk perolehan aset tetap akan dijelaskan dalam lampiran 2.
D. Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap
Selama menggunakan aset tetap perusahaan tidak dapat menghindari
adanya pengeluaran-pengeluran untuk aset tetap. Pengeluaran tersebut perlu
dianalisis karena pengaruhnya terhadap harga pokok (cost) yang akhirnya
mempengaruhi biaya penyusutan.
Aset tetap akan memerlukan biaya-biaya, baik biaya operasional yang
rutin sifatnya maupun biaya yang tidak bersifat rutin. Oleh karena itu, adanya
kriteria untuk membedakan antara pengeluaran modal (capital expenditures)
di satu pihak, dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) di pihak
lain mutlak diperlukan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang jika
dapat menambah harga pokok aset tetap yang bersangkutan dalam arti
pengeluaran itu dikapitalisir. Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran
yang diperlukan untuk mempertahankan atau menjaga kondisi agar aset dapat
sebagai beban dalam periode terjadinya pengeluaran.
Didalam membedakan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran
pendapatan perusahaan dapat mengidentifikasi pengeluaran modal sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang diharapkan akan membuat aset tetap terkait
bisa memberikan jasa yang lebih besar kepada perusahaan di masa mendatang.
Oleh karena itu, setiap pengeluaran modal diharapkan mempunyai salah satu
atau kedua dampak positif terhadap operasi perusahaan di masa mendatang
berikut ini.
(1) Kenaikan kuantitas atau volume jasa yang dapat diberikan oleh aset tetap.
Kenaikan kuantitas atau volume jasa yang dapat diberikan oleh aset ini
bisa dalam bentuk masa manfaat yang lebih lama atau lebih banyak output
yang bisa dihasilkan.
(2) Meningkatnya kualitas jasa yang dapat diberikan oleh aset tetap.
Jika tidak satupun dampak positif terhadap operasi perusahaan di masa
mendatang tersebut dapat diidentifikasi, pengeluaran yang terjadi harus
dipandang sebagai upaya untuk sekedar mempertahankan kondisi aset tetap
agar dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Pengeluaran demikian lebih tepat
untuk diperlakukan sebagai pengeluaran pendapatan, dan diakui sebagai beban
dalam periode terjadinya.
Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap setelah
perolehannya oleh Harnanto (2002 : 340) dibedakan ke dalam 4 kategori: (1)
penambahan (additions), (2) penggantian dan perbaikan (replacements and
relocation), dan (4) reparasi dan pemeliharaan (repair and maintenance).
Harahap (2002 : 50) menggolongkan pegeluaran aset tetap menjadi 5
kategori, yaitu (1) pemeliharaan (maintenance), (2) reparasi (repairs), (3)
perbaikan (betterment dan improvement), (4) penambahan (addition), (5)
perombakan (rearrangement).
Kategori-kategori diatas akan diuraikan seperti dibawah ini :
(1) Penambahan (Additions)
Penambahan atau perluasan merupakan pengeluaran yang biasanya cukup
besar jumlahnya karena menaikkan atau menambah manfaat potensial aset
tetap yang bersangkutan. Sebagai contoh, menambah tingkat sebuah
gedung. Pengeluaran ini termasuk kedalam Pengeluaran Modal (Capital
Expenditure).
(2) Penggantian dan Perbaikan (Replacement and Betterments)
Penggantian menyangkut pembongkaran dari bagian atau komponen aset
tetap dan pemasangan komponen pengganti sejenis yang baru. Jika
penggantian komponen dilakukan dengan komponen substitusi yang
secara signifikan akan menambah nilai kegunaan atau memperpanjang
taksiran masa manfaat aset, maka reparasi demikian itu disebut sebagai
perbaikan (betterments atau improvements). Perbaikan biasanya ditandai
oleh adanya peningkatan efisiensi dan kecenderungan untuk
memperpanjang masa manfaat aset secara keseluruhan. Pengeluaran ini
dapat merupakan sebagai Revenue Expenditure atau sebagai Capital
(3) Pengaturan Kembali dan Relokasi (Rearrangement and Relocation)
Biaya pengaturan kembali dan relokasi tidak ditambahkan pada nilai
perolehan aset tetap terkait, melainkan dicatat dalam perkiraan tersendiri
secara terpisah dari aset tetap terkait sebagai beban tangguhan dan
diamortisasi secara periodik sebagai beban dalam taksiran masa
manfaatnya.
Contohnya biaya penyusunan kembali layout mesin & alat pabrik sebagai
akibat perubahan proses produksi untuk meningkatkan efisiensi operasi di
masa yang akan datang yang material jumlahnya dan dapat diidentifikasi
secara terpisah dari biaya operasi. Pengeluaran ini merupakan Pengeluaran
Modal (Capital Expenditure).
(4) Reparasi dan Pemeliharaan (Repair and Maintenance)
Biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan biaya yang senantiasa terjadi
untuk mempertahankan aset tetap dalam kondisi dan dapat menjalankan
fungsinya secara normal. Biaya ini sifatnya biaa dan berulang-ulang dan
tidak menambah umur aset. Pengeluaran ini merupakan Pengeluaran
Pendapatan (revenue expenditure).
PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan, mengenai pengeluaran
setelah perolehan aset tetap memiliki prosedur khusus yaitu membedakan
antara Biaya yang Dikapitalisir dengan Biaya Reparasi & Pemeliharaan.
1. Biaya yang Dikapitalisir
pengeluaran, dan memenuhi salah satu ketentuan yang berikut maka akan
dibukukan kedalam perkiraan aset tetap sebagai Biaya yang Dikapitalisir.
a. Menambah kapasitas produksi untuk produksi utama
b. Menambah kapasitas terpasang dari aset tetap
c. Menambah nilai aset tetap akibat perbaikan mutu bahan
d. Perbaikan atau Perubahan lain yang sama sifatnya dengan yang diatas.
Catatan :
Biaya yang dikapitalisir berhubungan dengan : memperbesar bangunan,
pengaspalan baru jalan-jalan, penambahan mesin dan sebagainya.
2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
a. Biaya/perbaikan rutin dan biaya perbaikan dan pemeliharaan
periodeik.
b. Biaya untuk pembaharuan bahan-bahan pelapis pada tungku reduksi
(biaya pembaharuan pot yang rusak).
c. Biaya pembongkaran dan pembersihan mesin.
Catatan :
Pada waktu mempersiapkan anggaran reparasi dan pemeliharaan setiap
tahun usaha, anggaran tersebut dikelompokkan kedalam biaya yang
dikapitalisir dan biaya reparasi dan pemeliharaan dengan menetapkan kode
anggaran.
Pengelompokkan ini dipertimbangkan kembali sesuai dengan standar
pembedaan pada saat anggaran diteliti menurut hasil sebenarnya.
Dalam PSAK 16 (revisi 2011) dijelaskan bahwa penyusutan adalah alokasi
sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur
manfaatnya.
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara
terpisah.
Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset
tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut.
Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan sacara terpisah bagian dari
aset yang biaya perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya perolehan
aset tersebut.
Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi
kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.
Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis
sepanjang umur manfaatnya.
Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum setiap
akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi
<