Management Studies and Entrepreneurship Journal
Vol 5(2) 2024 : 4281-4286
Copyright © 2024 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International license, http://journal.yrpipku.com/index.php/msej
Analysis Of The Perceptions Of Managers And Visitors Towards The Implementation Of Chse In The Binong Tourism Village Area
Analisis Persepsi Pengelola Dan Pengunjung Terhadap Implementasi Chse Di Kawasan Kampung Wisata Binong
Christoper Keefe Wijayahadi
Master of Business Administration Student Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia
[email protected] ABSTRACT
One of the most sought-after industries by the world community is tourism. However, the COVID-19 pandemic has impacted the tourism industry. One of the areas is Binong Jati. Observation, interviews, and documentation are qualitative data collection methods used in this research. The results show that the implementation of CHSE in Binong Tourism Village has not gone well, as shown by the results of interviews with respondents that there are still many shortcomings that need to be improved, especially in terms of cleanliness. The lack of facilities, such as garbage disposal sites, causes many people to litter.
The improvement step is to build facilities, such as public toilets, trash bins, hand washing facilities scattered in the Binong area so that it makes it easier for tourists or visitors to stay clean.
Keywords : Perception, CHSE, Binong Tourism Village, Community, Tourism ABSTRAK
Salah satu industri yang paling dicari oleh masyarakat dunia adalah pariwisata. Namun, pandemi COVID- 19 berdampak pada industri pariwisata. Salah satu wilayahnya adalah Binong Jati. Observasi, wawancara, dan dokumentasi adalah metode pengumpulan data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan CHSE di Kampung Wisata Binong belum berjalan dengan baik, seperti yang ditunjukkan oleh hasil wawancara dengan responden bahwa masih ada banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, terutama dalam hal cleanliness atau kebersihan.
Kurangnya fasilitas-fasilitas, seperti tempat pembuangan sampah yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Langkah perbaikannya adalah dengan membangun fasilitas-fasilitas, seperti toilet umum, tempat sampah, sarana cuci tangan yang tersebar di wilayah Binong sehingga memudahkan wisatawan atau pengunjung untuk tetap merasa bersih.
Kata Kunci : Persepsi, CHSE, Kampung Wisata Binong, Masyarakat, Pariwisata 1. Pendahuluan
Kota Bandung merupakan kota yang terkenal memiliki tempat wisata yang beragam, seperti wisata alam, kuliner, dan budaya. Salah satu bidang yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi adalah pariwisata bagi negara-negara berkembang, maupun pertumbuhan perekonomian bagi suatu daerah. Hal tersebut dapat didukung berdasarkan sumber data yang menunjukkan bahwa pada tahun 2021, jumlah turis yang datang ke Bandung sebanyak 3.741.680 wisatawan (Badan Pusat Statistik Bandung, 2022).
Pemerintah menetapkan status new normal pada tahun 2022, dan masyarakat mulai kembali melakukan aktivitasnya. Namun, selama masa new normal hal tersebut membuat suatu perubahan terhadap gaya dan perilaku masyarakat setelah masa pandemi Covid-19.
Oleh sebab itu salah satu kawasan yang sudah mulai untuk melakukan perubahan terhadap kegiatan wisata adalah kawasan Binong Jati. Kawasan Binong Jati kini kembali melakukan beberapa perubahan dalam sektor pariwisatanya.
Lingkungan menjadi faktor penting dalam sektor pariwisata. Oleh sebab itu melalui memperhatikan situasi lingkungan, dapat memengaruhi minat wisatawan yang berencana mengunjungi suatu destinasi pariwisata. Hal tersebut bertujuan menarik minat wisatawan
Wijayahadi, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 4281-4286
4281
untuk berwisata di kawasan Kampung Wisata Binong. Oleh sebab itu, perlu fokus pada upaya mengembangkan kesadaran masyarakat setempat tentang betapa pentingnya merawat kebersihan di area Kampung Wisata Binong.
Adanya pandemic Covid-19 ini menyebabkan persepsi yang berbeda-beda pada sektor pariwisata di kalangan masyarakat, terutama untuk pengelola maupun pengunjung yang berkunjung ke Kampung Wisata Binong. Hal tersebut sangat penting di mana dengan persepsi maka pengunjung dapat mengetahui apakah suatu tempat wisata dapat memberikan rasa nyaman dan aman selama mengunjuinya. Salah satu fungsi psikis yang sangat penting bagi seseorang adalah persepsi. Fungsi ini memungkinkan seseorang untuk memiliki jendela untuk memahami peristiwa dan realitas kehidupan.
Pada penelitian ini, CHSE ditunjukkan untuk bisnis dan masyarakat di Kampung Wisata Binong. CHSE merupakan singkatan dari Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability. CHSE merupakan sebuah standarisasi protokol kesehatan yang diaplikasikan oleh para pelaku usaha pariwisata. Oleh sebab itu, dengan adanya sertifikat CHSE, diharapkan dapat membuat para konsumen maupun wisatawan kawasan Kampung Wisata Binong, jauh lebih percaya dan merasa aman untuk datang ke tempat usaha tersebut. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terkait CHSE di kawasan Kampung Wisata Binong.
2. Tinjauan Pustaka Persepsi
Menurut Sugihartono (2007), persepsi dapat dijelaskan sebagai kemampuan dari panca indera untuk menginterpretasikan stimulus atau mengolah proses penerjemahan stimulus yang diterima oleh alat indera manusia. Manusia memiliki variasi dalam persepsi mereka, yang dipengaruhi oleh perspektif dalam penginderaan itu sendiri. Perbedaan ini dapat menghasilkan persepsi yang bersifat positif atau negatif, yang pada gilirannya dapat memengaruhi tindakan manusia yang terlihat atau nyata.
Persepsi adalah suatu proses di mana individu atau kelompok mengatur dan menafsirkan kesan sensorik mereka untuk memberikan makna pada lingkungan sekitar. Ketika seseorang atau kelompok memiliki motivasi, tindakan-tindakan yang diambil dapat dipengaruhi oleh faktor persepsi dalam situasi yang dihadapi. Oleh karena itu, dua individu memiliki motivasi dan tujuan yang serupa dapat bertindak secara berbeda hal tersebut terjadi karena mereka menghadapi situasi yang berbeda (Stephen Robbin, 2009).
Proses terjadinya persepsi
Proses persepsi pada diri individu atau sekelompok orang adalah peristiwa dua arah, sebagai hasil dari aksi dan reaksi. Menurut Bimo Walgito (2010), ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar seseorang dapat menyadari dan mengadakan persepsi:
a) Terdapat objek yang dapat dipersepsikan mampu menimbulkan suatu stimulus, yang dapat mempengaruhi alat indera. Stimulus tersebut dapat berasal dari luar dan langsung memengaruhi alat indera (reseptor), atau berasal dari dalam dan langsung memengaruhi saraf penerima (sensoris) yang berfungsi mirip dengan reseptor.
b) Alat indera atau reseptor berperan sebagai alat yang menerima stimulus, dan sekaligus terdapat syaraf sensoris yang berfungsi sebagai perantara untuk mengirimkan stimulus dari reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c) Keberadaan perhatian merupakan langkah awal yang diperlukan sebagai persiapan dalam mengalami persepsi. Tanpa adanya perhatian, proses persepsi tidak akan terjadi dalam diri seseorang.
Proses terbentuknya persepsi menurut Walgito dapat dijelaskan melalui empat tahap sebagai berikut:
Wijayahadi, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 4281-4286
4282
1) Tahap awal dapat dikenal sebagai proses kealaman atau juga fisik, di mana stimulus ditangkap oleh alat indera manusia.
2) Tahap kedua, di mana proses fisiologis, melibatkan pengiriman stimulus dari reseptor atau alat indera melalui saraf-saraf sensoris.
3) Tahap ketiga, dikenal dengan tahap psikologis, yang merupakan langkah ketiga, melibatkan kesadaran dari individu terhadap stimulus yang diterima oleh reseptor.
4) Tahap ke empat adalah tahap terakhir dimana hasil dari proses persepsi, yang melibatkan tanggapan dan perilaku sebagai respons terhadap stimulus yang diterima.
Indikator Persepsi
Wardana et al. (2018) menyatakan bahwa seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu stimulus saja, tetapi banyak stimulus yang berasal dari lingkungannya. Namun, beberapa dari stimulus ini tidak akan menarik perhatian seseorang, yang kemudian dapat dievaluasi atau dipersepsikan. Menurut Walgito (2010: 102–104), beberapa indikator menunjukkan persepsi:
1) Penyerapan terhadap rangsang atau objek yang tidak berasal dari individu. Panca indra menerima dan menyerap rangsang atau objek baik secara bersamaan maupun secara terpisah, yang menghasilkan gambaran, kesan di dalam otak, atau tanggapan.
2) Pengertian atau suatu pemahaman terhadap objek. Suatu gambaran di dalam otak diorganisasikan, digolongkan, serta diinterpretasikan sehingga membentuk pengertian atau pemahaman terhadap objek.
3) Penilaian atau evaluasi individu terhadap suatu objek. Penilaian individu terbentuk setelah pengertian atau pemahaman terbentuk. Individu memeriksa standar maupun norma yang mereka miliki secara subjektif dengan pemahaman baru mereka. Meskipun objeknya memiliki persamaan, namun penilaian setiap individu berbeda. Oleh karena itu, persepsi individu.
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Proses persepsi individu atau kelompok dipengaruhi oleh tanggapan terhadap stimulus panca indera atau sudut pandang. Menurut Walgito (2010), objek yang dapat dipersepsikan sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang berbeda dari satu orang ke orang lain, menurut Walgito (2010), adalah:
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal mencakup berbagai aspek seperti tingkat keintensitasan, dimensi ukuran, resistensi, pola gerakan berulang, unsur-unsur baru dan yang sudah dikenal, latar belakang keluarga, pengetahuan yang diperoleh, serta budaya sekitar.
b. Faktor internal
internal terdiri dari elemen-elemen seperti proses pembelajaran, respons emosional, sikap, kepribadian individu, prasangka, harapan atau aspirasi, tingkat perhatian (fokus), kondisi fisik, gangguan psikologis, nilai-nilai, kebutuhan, minat, dan motivasi individu.
c. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, hal yang krusial dalam pembentukan persepsi seseorang adalah aspek informasi.
CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability)
CHSE merupakan salah satu bentuk dari upaya pencegahan berkembangnya virus Covid-19, di mana pemerintah sendiri telah menerapkan peraturan-peraturan yang berupa penerapan protokol kesehatan (Nugraheni et al., 2020, 18). Penerapan yang dilakukan tersebut dilakukan dengan program sertifikasi penerapan Cleanliness, Healthy, Safety, and Environment (CHSE), terutama pada sektor pariwisata yang di mana memiliki tingkat penyebaran Covid-19 yang tinggi. CHSE dibuat dan dirancang sesuai dengan keputusan
Wijayahadi, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 4281-4286
4283
Menteri Kesehatan mengenai protokol kesehatan yang berada pada kawasan tempat dan fasilitas umum dalam upaya untuk menangani pencegahan dan pengendalian terhadap Covid- 19.
Menurut Buhalis (2000:98), ada 6A dalam pengembangan pariwisata, yaitu atraksi (attraction), akses (access), sarana pariwisata (amenities), penginapan (accommodation), aktivitas (activities), dan organisasi dan promosi pariwisata (ancillary services).
1. Attraction atau atraksi adalah sebuah bentuk daya tarik utama seseorang yang memiliki keinginan untuk melakukan perjalanan ke tempat yang diinginkan. Dalam atraksi sendiri terdapat beberapa fungsi, yaitu sebagai daya pikat untuk menarik minat seseorang dalam mengunjungi tempat pariwisata, membuat seseorang secara langsung melakukan suatu perjalanan wisata ke berbagai tempat, dan sebagai pemberi kepuasan kepada wisatawan.
2. Access atau Akses melibatkan penyediaan fasilitas dan infrastruktur yang diperlukan oleh pengunjung untuk mencapai tujuan wisata, sehingga perlu adanya layanan seperti persewaan kendaraan dan transportasi lokal, serta informasi mengenai rute atau jalur perjalanan (Cooper et al., 2000). Hal tersebut berupa sarana prasarana transportasi yang memudahkan wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata, yaitu berupa fasilitas infrastruktur jalan yang dapat dilewati sehingga dapat membuat wisatawan menjadi nyaman untuk berkunjung ke suatu daerah.
3. Amenities merupakan fasilitas atau sarana prasarana pariwisata, mencakup berbagai fasilitas pendukung yang diperlukan oleh pengunjung di tujuan wisata. Amenities mencakup berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi, menyediakan makanan dan minuman, tempat hiburan, tempat perbelanjaan, serta layanan lainnya seperti perbankan, fasilitas kesehatan, keamanan, dan asuransi (Cooper dan rekan, 2000).
4. Accommodation atau tempat menginap, menyediakan fasilitas untuk wisatawan berupa tempat istirahat dan menginap, dengan menyediakan fasilitas penginapan yang berkualitas.
Selain itu, fasilitas tersebut dapat mencakup layanan makanan dan minuman. Salah satu bentuk akomodasi yang umum dikenal dalam industri pariwisata adalah hotel yang menawarkan berbagai fasilitas. Namun, di desa wisata, akomodasi seringkali berupa tempat tinggal yang disediakan oleh penduduk setempat.
5. Activities atau aktivitas Kegiatan wisata, yang sering disebut sebagai aktivitas, merupakan serangkaian kegiatan di suatu tujuan yang memberikan pengalaman unik kepada pengunjung, menjadi daya tarik utama yang mendorong mereka untuk mengunjungi suatu lokasi.
6. Ancillary services atau organisasi pariwisata dalam menyelenggarakan kegiatan wisata, organisasi, pemerintah daerah, kelompok, atau pengelola destinasi wisata memberikan dukungan yang dikenal sebagai layanan pendukung atau organisasi pariwisata dan promosi (Cooper et al., 2000). Organisasi pariwisata dapat berupa pemerintahan maupun swasta yang bergerak dalam dunia kepariwisataan, guna meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerahsehingga dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Oleh karena itu, dalam menarik perhatian wisatawan dapat dilakukan dengan kegiatan promosi, seperti melakukan kegiatan pemasaran berupa kegiatan mengiklankan, memasarkan melalui media sosial, maupun dari mulut ke mulut.
3. Metode Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk menyelidiki lebih dalam fenomena melalui foto dan teks. Saryono (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keunggulan dari pengaruh sosial yang tidak dapat diukur, dijelaskan, atau digambarkan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif, yang berasal dari
Wijayahadi, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 4281-4286
4284
filsafat post positivisme, digunakan untuk melakukan penelitian pada kondisi obyek yang alamiah atau sebagai lawannya eksperimen, di mana peneliti berfungsi sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, menggunakan teknik pengumpulan tri-anggulasi (gabungan), dan analisis data dilakukan secara induktif atau kualitatif. Fokus hasil penelitian lebih kepada generalisasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi dan wawancara dalam penelitian ini. Observasi dilakukan dengan melibatkan analisis fakta yang berada di lapangan, dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Kampung Wisata Binong. Kemudian peneliti juga melakukan pengambilan data dengan melakukan wawancara, wawancara yang dilakukan oleh penulis dilakukan dengan mewawancarai masyarakat setempat dan pengunjung yang berkunjung ke Kampung Wisata Binong untuk mendapatkan pemahaman mendalam dan memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggung jawabkan.
4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mendapatkan hasil temuan berupa Kampung Wisata Binong, merupakan kawasan wisata yang baru akan dibangun, di mana dari dimensi-dimensi CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, Environment Sustainability) sendiri belum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berkembangnya kawasan Kampung Wisata Binong. Namun, hal yang harus diperhatikan dari dimensi-dimensi CHSE tersebut meliputi:
1. Cleanliness atau kebersihan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu kawasan wisata.
Mengingat bahwa wisatawan biasanya memperhatikan faktor kebersihan dari kawasan wisata tersebut. Faktor pandemi Covid-19 membuat sektor pariwisata dituntut untuk menjaga kebersihannya agar dapat tetap menjaga keamanan dari wisatawan yang berkunjung pada suatu tempat wisata. Namun, itu di kawasan Kampung Wisata Binong sendiri masih kurang dalam sektor kebersihannya, masih banyaknya sampah-sampah yang berserakan di jalanan, serta kurangnya kepedulian dari masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.
2. Healthy atau kesehatan menjadi fokus utama yang dilihat oleh wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah wisata. Munculnya wabah Covid-19 ini menjadi kekhawatiran bagi wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata ke suatu tempat. Fasilitas di kawasan Kampung Wisata Binong, seperti fasilitas kesehatan belum lengkap, di beberapa tempat sudah ada yang memadai dan di beberapa tempat masih belum memadai.
3. Safety atau keselamatan adalah hal yang harus diperhatikan, karena dalam kegiatan wisata tentunya banyak faktor yang tidak dapat diprediksi, salah satunya adalah bencana. Oleh sebab itu perlunya penanganan terhadap keselamatan masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke kawasan Kampung Wisata Binong. Kawasan Kampung Wisata Binong sendiri belum memiliki SOP terkait evaluasi ketika terjadi bencana, sehingga masyarakat tidak memahami jika terjadinya bencana. Titik kumpul kawasan Binong sendiri masih sedikit dan titik kumpul yang sudah ada juga masih rentan, dikarenakan jarak antar tempat yang saling berdekatan.
4. Environment Sustainability merupakan hal yang harus diperhatikan, dikarenakan kelestarian lingkungan dapat menjadi ciri khas maupun daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu kawasan wisata. Pada pelaksanaannya kawasan Kampung Wisata Binong sendiri masih kurang terjaga kelestarian lingkungannya, selain itu masih kurang tersebar secara merata pengetahuan-pengetahuan mengenai kawasan wisata yang bersertifikat CHSE.
Faktor tersebut terjadi karena ketidakpahaman masyarakat tentang bahaya virus corona, tingkat kepatuhan masyarakat yang rendah terhadap protokol kesehatan (Gede Pradnyawati et al., 2022, 86). Perlunya untuk melakukan kegiatan penyuluhan dan pemberian
Wijayahadi, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 4281-4286
4285
pengetahuan, serta mendorong niat dari masyarakat Binong untuk menciptakan kawasan Kampung Wisata Binong yang sehat, aman, dan nyaman sesuai dengan standar sertifikasi CHSE, supaya wisatawan tertarik untuk mengunjungi kawasan Kampung Wisata Binong.
Selain itu juga dengan pandemi Covid-19 ini mengubah pola dan gaya hidup masyarakat dunia. Oleh sebab itu masyarakat dunia harus menyesuaikan diri dengan pola dan gaya hidup baru. Perubahan besar yang terjadi di seluruh dunia yang mengharuskan manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru (Arlinda & Sulistyowati, 2021, 1407). Hasil wawancara yang sudah diperoleh dan yang sudah dilakukan peneliti dengan menggunakan pengujian uji kredibilitas data, yaitu perpanjangan pengamatan, dan menggunakan bahan referensi, maka dapat disimpulkan bahwa penguji menemukan beberapa permasalahan terkait pemasaran CHSE di kawasan Kampung Wisata Binong, yaitu:
1. Belum adanya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sekitar kawasan Kampung Wisata Binong.
2. Pengenalan atau pembelajaran penerapan CHSE yang belum dilakukan secara merata.
3. Pembuatan fasilitas kebersihan yang di beberapa tempat belum terbagi secara menyeluruh.
4. Kurangnya fasilitas keamanan dan kesehatan di kawasan Kampung Wisata Binong.
5. Akses jalan yang sulit dijangkau apabila wisatawan maupun pengunjung yang berkunjung ke kawasan Kampung Wisata Binong.
6. Standar protokol kesehatan yang belum diterapkan di berbagai tempat kawasan Kampung Wisata Binong.
5. Penutup Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian ini, di mana peneliti melakukan kegiatan wawancara dan observasi di kawasan Kampung Wisata Binong, terhadap analisis persepsi CHSE yang telah dilakukan, hasil analisis tersebut dinilai belum berjalan dengan baik bagi kawasan Kampung Wisata Binong. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan kebersihannya atau cleanliness, di mana masih banyaknya sampah-sampah yang berserakan di pinggir jalan, tidak adanya toilet umum, selain itu juga banyaknya fasilitas-fasilitas pendukung serta akomodasi suatu kawasan wisata yang belum terpenuhi sepenuhnya, beberapa daerah sudah memenuhi dan beberapa daerah masih belum memenuhi. Faktor tersebut terjadi karena kawasan Kampung Wisata Binong sendiri merupakan kawasan wisata yang baru akan dibentuk sehingga beberapa faktor pendukung wisata maupun standar ketentuan sebuah kawasan wisata yang belum terpenuhi.
Daftar Pustaka
Abdussamad, S.I.K., M.Si, D. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. CV. Syakir Media Press.
Diambil kembali dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwi r_LrM8fz6AhWS-
HMBHeR2DLkQFnoECEMQAQ&url=https%3A%2F%2Frepository.ung.ac.id%2Fget%2Fkar yailmiah%2F8793%2FBuku-Metode-Penelitian-
Kualitatif.pdf&usg=AOvVaw1C0AAVed2khklhgE874OYn
Alfyan Nur Wardana, H. S. (2018). PENGARUH PERSEPSI SISWA SMAN 2 SAMARINDA TERHADAP MINAT DALAM MEMILIH UNIVERSITAS MULAWARMAN (STUDI PADA SISWA KELAS 3).
Arlinda, F., & Sulistyowati, R. (2021, 12 07). PENGARUH PENERAPAN PROGRAM ADAPTASI CHSE (CLEANLINESS, HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT) TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG DESTINASI WISATA KABUPATEN KEDIRI DI ERA NEW NORMALSERTA DAMPAKNYA PADA PENGEMBANGAN EKONOMI PARIWISATA & INDUSTRI KREATIF. 9,
Wijayahadi, (2024) MSEJ, 5(2) 2024: 4281-4286
4286
1407. Diambil kembali dari
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jptn/article/view/40351/35833
Badan Pusat Statistik Bandung. (2022, Juni 09). Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Dipetik September 24, 2022, dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung:
https://bandungkota.bps.go.id/indicator/16/622/1/perkiraan-jumlah-
kunjungan wisatawan-ke-kota-bandung-berdasarkan-pintu masuk-kota-bandung.html Candranegara, I. W., Mirta, I., & Febriana Putra, K. A. (2021, Mei 12). Implementasi Program
“We Love Bali” Berbasis CHSE (Clean, Health, Safety, Environment) dalam Pemulihan Pariwisata Bali. Jurnal of Contemporary Public Administration (JCPA), 1(Vol. 1 No. 1
(2021)), 30. Diambil kembali dari
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jcpa/article/view/3308/2389
Gede Pradnyawati, L., Putu Ratna Juwita, D., Wijaya, M., & Nita Cahyawati, P. (2022, September 28). PENGUATAN PROGRAM CHSE MENDUKUNG KEBANGKITAN PARIWISATA DAN BALI REBORN DI BANJAR PENESTANAN KELOD, DESA SAYAN. 1, 86. Diambil kembali dari https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wmmj/article/view/5542/3918 Hadi Suprapto Arifin, I. F. (2017). ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
MAHASISWA UNTIRTA TERHADAP KEBERADAAN PERDA SYARIAH DI KOTA SERANG . 91.
Harahap, M.A, D. (2020). PENELITIAN KUALITATIF. Wal ashri Publishing. Diambil kembali dari http://repository.uinsu.ac.id/9105/1/BUKU%20METODOLOGI%20PENELITIAN%20KUALI TATIF%20DR.%20NURSAPIA%20HARAHAP%2C%20M.HUM.pdf
Kementerian Keuangan. (2020, Juni 30). Home. Dipetik September 26, 2022, dari YouTube:
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/dampak-covid- 19-pertumbuhan-ekonomi-kuartal-2-dipe
Kusumastuti, A., & Khoiron, A. M. (2019). METODE PENELITIAN KUALITATIF.LEMBAGA PENDIDIKAN SUKARNO PRESSINDO. Diambil kembali dari http://lib.unnes.ac.id/40372/1/Metode%20Penelitian%20Kualitatif.pdf
Nugraheni, K. S., Maria, A. D., & Octafian, R. (2020, September 30). PENERAPAN CLEANLINESS, HEALTH AND SAFETY (CHSE) HOMESTAY UNTUK KESELAMATAN WISATAWAN. 1, 18.
Diambil kembali dari https://ejournal.adpi-
indonesia.id/index.php/jsoshum/article/view/116/110
Paramadita, S., Umar, A., & Kurniawan, Y. J. (2020, November 1). Jurnal Pengabdian dan Kewirausahaan. ANALISA PESTEL TERHADAP PENETRASI GOJEK DI INDONESIA, 04.
Diambil kembali dari https://journal.ubm.ac.id/index.php/pengabdian-dan- kewirausahaan/article/view/2079/1701
Putra, W. (2021, October 6). Sudah Ada Sebelum Indonesia Merdeka, Ini Kampung Wisata Rajut Binong Jati. Dipetik September 24, 2022, dari Detik Travel:
https://travel.detik.com/travel-news/d-5755884/sudah-ada-sebelum-indonesia- merdeka-ini-kampung-wisata-rajut-binong-jati
S.Pd.,M.Si, H., Grad.Cert.Biotech, N., M.S, H., S.Si.,M.Pd, R., S.Si.,M.Si, J., M.Farm.,Apt, E., . . . M.I.Kom, R. (2020). METODE PENELITIAN KUALITATIF & KUANTITATIF.CV. Pustaka Ilmu
Group Yogyakarta. Diambil kembali dari
https://perpustakaan.gunungsitolikota.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollectio n/YjU0ZDA0M2M0ZjE5ZWM0ZTk3NWI0MGJhYmI2YWYyNmM1YTFlNWE5Yg==.pdf