Yogyakarta bersifat inklusif sehingga perlu dilakukan perhitungan indeks pertumbuhan ekonomi inklusif (IGI). Publikasi Analisis Komprehensif Pertumbuhan Ekonomi ini difokuskan pada pengukuran indeks komprehensif yang dapat menggambarkan inklusivitas pertumbuhan ekonomi baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
Daftar Lampiran
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Tujuan Penulisan
- Ruang Lingkup
- Sistematika Penulisan
Pembangunan ekonomi biasanya diukur dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan peningkatan angka produk domestik bruto (PDB) atau produk domestik regional bruto (PDRB). Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin semua orang akan memperoleh manfaat yang sama.
KAJIAN LITERATUR
Pembangunan Nasional
Menurut PBB, pengembangan masyarakat adalah suatu proses pembangunan yang dilakukan melalui upaya dan prakarsa masyarakat itu sendiri serta kegiatan pemerintah untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut PBB, pengembangan masyarakat adalah suatu proses pembangunan yang dilakukan melalui upaya dan prakarsa masyarakat itu sendiri serta kegiatan pemerintah untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya.
Kesejahteraan
Harapan tersebut disampaikan karena program MP3EI secara umum merupakan proyek pembangunan infrastruktur jangka panjang. Apabila program MP3EI dapat dilanjutkan dengan nama lain, diharapkan pembangunan infrastruktur akan terus berlanjut. Semangat percepatan dan perluasan pembangunan dalam program MP3EI ditujukan untuk memperkuat perekonomian domestik melalui konektivitas nasional sekaligus mengantisipasi integrasi ekonomi global.
Konektivitas nasional ini juga memperkuat struktur perekonomian nasional melalui jalur distribusi yang lebih efisien dan kompetitif. Kesejahteraan yang dimaksud adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan ekonomi yang berbasis pada keunggulan kompetitif, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kebudayaan nasional. Sedangkan yang dimaksud dengan keadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan berkeadilan yang dilaksanakan secara aktif oleh seluruh masyarakat, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia (Bappenas, 2010a).
Dalam masa pelaksanaan pembangunan, kami tetap konsisten melanjutkan berbagai program peningkatan kesejahteraan masyarakat yang telah berjalan dengan memberikan penekanan tambahan pada pengambilan kebijakan yang lebih efektif dan tepat sasaran berupa pengarusutamaan anggaran dan kebijakan. Peningkatan kesejahteraan manusia dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Pertumbuhan Ekonomi
Sebagai serangkaian proses, pertumbuhan ekonomi bukan sekedar gambaran perekonomian pada suatu waktu, namun memberikan potret perkembangan ekonomi dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks jangka panjang, pertumbuhan ekonomi berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan kemampuan suatu negara dalam menyediakan lebih banyak barang dan jasa kepada penduduknya. Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor kunci pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat peningkatan kemampuan pemerintah dalam menyediakan berbagai jenis barang dan jasa kepada penduduknya.
Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menentukan pertumbuhan output per kapita dalam jangka panjang dan bagaimana faktor-faktor tersebut saling berinteraksi sehingga terjadi proses pertumbuhan. Bagi para ekonom, kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang penting karena dapat meningkatkan nilai tambah secara lebih optimal. Pertumbuhan inklusif sering diartikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang berfokus pada penciptaan peluang ekonomi dan dapat diakses oleh semua orang (Ali dan Zhuang 2007).
Oleh karena itu, melalui pertumbuhan inklusif, kesenjangan kemiskinan akan berkurang seiring berjalannya waktu. Ada dua dimensi utama pertumbuhan inklusif: (i) mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan menciptakan serta memperluas peluang ekonomi, dan (ii) memastikan akses yang lebih luas terhadap peluang sehingga setiap anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari pertumbuhan yang dicapai.
METODE KAJIAN
Indikator yang Digunakan
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini dalam mengukur Indeks Pertumbuhan Ekonomi Inklusif adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti publikasi BPS (Statistik Indonesia, Data dan Informasi Kemiskinan), serta data pengolahan Susenas dan Sakernas tahun 2010 hingga 2015. Beberapa indikator tersebut adalah dikelompokkan menjadi satu subdimensi, dan selain itu, beberapa subdimensi dikelompokkan menjadi satu dimensi. Dengan demikian diharapkan sekelompok indikator dapat mewakili atau menggambarkan inklusivitas suatu subdimensi.
Pada akhirnya, kombinasi seluruh dimensi tersebut diharapkan mampu menggambarkan derajat inklusi pertumbuhan ekonomi pada tingkat nasional, provinsi, atau kabupaten/kota. Berbagai indikator beserta subdimensi dan dimensi penyusun IGI yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1. Mengingat satuan variabel atau indikator yang digunakan dalam pengukuran IGI berbeda, maka data dinormalisasi dengan skala antara 0 hingga 10.
Selain itu, mengingat perbedaan sifat indikator pertumbuhan ekonomi (positif atau negatif), maka dilakukan perlakuan berbeda pada rumus normalisasi data awal. Mengingat inklusivitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam studi ini tidak hanya dianalisis pada tingkat nasional dan provinsi saja, namun juga perbandingannya dengan negara lain, maka bobot yang digunakan di sini sama dengan yang digunakan oleh ADB, seperti disajikan pada tabel 3.2.
Penentuan Capaian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Ekonomi DIY Berkualitaskah?
Sedangkan PDB per kapita pada periode tersebut meningkat pada kisaran 3,74 persen hingga 4,11 persen. Jika pada tahun-tahun sebelumnya DIY berada di bawah rata-rata nasional, maka pada tahun 2014-2015 pertumbuhan ekonomi DIY meski lambat, masing-masing hanya 5,16 persen dan 4,94 persen, namun masih lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,24 persen per tahun tampaknya tidak mendorong banyak pertumbuhan lapangan kerja.
PDB per kapita per tahun yang menunjukkan pertumbuhan cukup baik, tidak diimbangi dengan pemerataan pendapatan penduduk. Dengan demikian, karakteristik pertumbuhan ekonomi DIY dapat berperan dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Namun kemiskinan berbeda karena meski pertumbuhan ekonomi melambat, persentase penduduk miskin masih terus menurun.
Pertumbuhan ekonomi juga belum banyak berperan dalam mendorong pemerataan kesempatan kerja di sektor ekonomi. Sedangkan mengenai kecenderungan penurunan ketimpangan pendapatan yang ditunjukkan dengan rasio Gini dan juga ketimpangan antar daerah dengan menggunakan indeks Williamson, naik turunnya kinerja pertumbuhan ekonomi tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan penurunan ketimpangan pendapatan dan ketimpangan antar daerah. . .
Pertumbuhan Ekonomi DIY Memuaskan
Hal ini mendukung peningkatan kepuasan pada 7 (tujuh) subdimensi, sedangkan subdimensi yang mengalami penurunan perkembangan adalah kesetaraan gender, pendidikan, dan perlindungan sosial. Subdimensi kemiskinan dan ketimpangan juga tumbuh relatif tinggi pada tahun 2013, yaitu masing-masing sebesar 9,32 persen dan 8,47 persen. Selain itu, subdimensi pendidikan mencatat pertumbuhan yang stagnan (kurang dari satu persen), yaitu 0,43 persen.
Pertumbuhan yang relatif tinggi pada subdimensi infrastruktur ekonomi dan pengentasan kemiskinan tidak mampu menghentikan penurunan kualitas kepuasan terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015. Dalam dua tahun terakhir, kualitas subdimensi pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan (dibandingkan tahun sebelumnya). Oleh karena itu, terlihat bahwa ketiga subdimensi tersebut mengalami pertumbuhan yang hampir stagnan selama periode tersebut.
Jadi, pada tahun 2015, hasil kedua indikator pada subdimensi ini relatif tinggi, masing-masing sebesar 9,22 dan 8,70. Pencapaian nilai skor pada indikator-indikator pada subdimensi penyediaan air dan sanitasi ternyata mampu mendorong peningkatan kontribusi indeks subdimensi tersebut hingga melampaui nilai indeks subdimensi kesehatan dan pendidikan pada tahun 2015.
Perbandingan IGI Antarkabupaten/kota se-DIY menurut Dimensi
Di sisi lain, capaian indeks indikator lainnya yaitu: pertumbuhan pendapatan per kapita, persentase penduduk bekerja dalam angkatan kerja, persentase penduduk yang memiliki akses terhadap listrik, dan persentase rumah tangga yang berlangganan/pelanggan telepon seluler pengguna relatif sama. didistribusikan antar kabupaten/kota. Pada dimensi ini, pada tahun 2015 sebaran kabupaten/kota sudah sama dengan posisi pada dimensi pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja produktif dan infrastruktur perekonomian di atas, walaupun jika dilihat dari subdimensi sebarannya berbeda. Indeks dimensi pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja produktif dan infrastruktur perekonomian kabupaten/kota DI Yogyakarta, 2015.
Tingginya pencapaian indeks dimensi kapasitas manusia di kabupaten/kota DIY juga didukung oleh tingginya skor indikator pada subdimensi kesehatan, yaitu persentase kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, persentase balita yang mendapat vaksinasi, rata-rata balita yang divaksin, dan tingkat harapannya. Proporsi kelahiran oleh tenaga terlatih sepanjang periode dan di seluruh kabupaten/kota mencapai lebih dari 97 persen. Hampir di semua periode dan juga di seluruh kabupaten/kota, persentase balita yang divaksinasi mencapai di atas 95 persen.
Angka harapan hidup pelaku usaha DIY merupakan yang tertinggi kedua setelah DKI Jakarta, sehingga indikator ini juga berkontribusi terhadap pencapaian kepuasan terhadap indeks kesehatan subdimensi di lingkungan/kota. Karena terbatasnya ketersediaan data pada periode penelitian untuk indikator-indikator tersebut, dan ketersediaan data terbaik di seluruh kabupaten/kota sektor DIY, maka rumah tangga penerima beras diperuntukkan bagi rumah tangga miskin (raskin). Analisis ini menggunakan dua indikator yaitu persentase rumah tangga yang menerima beras rumah tangga miskin (raskin). Raskin dan rata-rata jumlah Raskin yang diterima per bulan.
PENUTUP
Rekomendasi Hasil Analisis
Menemukan terobosan kebijakan dan implikasi program yang tepat dalam upaya mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan penduduk dan tingkat ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota. Seperti diketahui, terdapat kesenjangan yang cukup besar pada indikator PDRB per kapita, yakni PDB per kapita Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul jauh di bawah Yogyakarta dan Sleman. Upaya peningkatan peran angkatan kerja produktif masih perlu didorong sehingga diharapkan dapat meningkatkan porsi 'kue ekonomi' hasil pembangunan bagi 60 persen penduduk berpendapatan terendah.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkeadilan di semua sektor juga perlu terus ditingkatkan agar derajat inklusi pertumbuhan ekonomi DIY lebih dari memuaskan dan melebihi tingkat dan kualitas yang dicapai saat ini.
Keterbatasan dalam Kajian Analisis Ini
Catatan Penutup: Mengapa Indeks Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Perlu Diukur?
Hal ini juga erat kaitannya dengan upaya mewujudkan misi kedua pembangunan DIY 2012-2017, yaitu memperkuat perekonomian daerah yang didukung oleh semangat kerakyatan, inovatif dan kreatif. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa metode telah dikemukakan untuk mengukur seberapa besar pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai suatu negara atau wilayah. Salah satunya adalah Inclusive Growth Index (IGI) yang dilakukan ADB untuk mengukur dan membandingkan kualitas pertumbuhan ekonomi antar negara.
Beberapa negara juga sudah menerapkan metode ini untuk mengukur kualitas pertumbuhan ekonomi negaranya, seperti Tiongkok dan Indonesia. Kajian Indonesia yang dilakukan BPS RI pada tahun 2013 bertujuan untuk mengukur dan membandingkan kualitas pertumbuhan ekonomi antar provinsi dengan periode kajian 2010-2012. Mengingat data yang digunakan ADB dan BPS RI tidak tersedia dengan baik atau tidak relevan dengan kondisi di DIY, maka digunakan indikator pengganti atau penambahan indikator tambahan yang diharapkan mampu mewakili subdimensi dan dimensi yang diukur. . .
Namun terkait besaran bobot, penelitian ini masih menggunakan bobot yang digunakan ADB dan BPS RI. Sebab, tujuan kajian analitis ini tidak hanya untuk mengukur indeks tersebut pada tingkat provinsi dan kabupaten, namun juga untuk mengetahui posisi kualitas pertumbuhan ekonomi suatu kabupaten/kota.
Daftar Pustaka