• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi dan Pengelolaan Bahan Galian Dolomit di Indonesia

N/A
N/A
hasna maisha

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Potensi dan Pengelolaan Bahan Galian Dolomit di Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

BAHAN GALIAN INDUSTRI

ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN BAHAN GALIAN DOLOMIT DI INDONESIA

Disusun Oleh : Hasna Maisha Putri

23802011

Dosen Pengampu : Ir. Jukepsa Andas,S.Si,M.T

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK PERTAMBANGAN DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2025

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Analisis Potensi dan Pengelolaan Bahan Galian Dolomit di Indonesia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah Bahan Galian Industri. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Potensi dan Pengelolaan Bahan Galian Dolomit di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir. Jukepsa Andas,S.Si,M.T, selaku dosen mata kuliah Bahan Galian Industri yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sawahlunto,13 April 2025

Hasna Maisha Putri

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II ... 3

PEMBAHASAN ... 3

A. Mineral Dolomit ... 3

B. Proses Geologi dari Bahan Galian Dolomit ... 4

C. Potensi Bahan Galian Dolomit di Indonesia ... 5

D. Pertambangan Dolomit... 7

E. Kegunaan Bahan Galian Industri Dolomit ... 9

BAB III... 14

PENUTUP ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dolomit adalah mineral yang dapat dihasilkan dari alam serta di dalamnya mengandung unsur hara berbentuk Magnesium (Mg) dan Kalsium (Ca).

Dolomit ini mempunyai ciri-ciri bentuk mirip tepung serta berwarna putih.

Dolomit biasanya dapat digunakan oleh para petani sebagai pupuk yang dapat berfungsi untuk meningkatkan kandungan hara serta menetralkan asam pada tanah. Dolomit mempunyai rumus kimia CaMg(CO3)2, pada umumnya menunjukkan kenampakan warna putih namun demikian ada juga yang berwarna keabu-abuan, kebiruan, dan warna kuning muda.

Potensi dolomit di Indonesia cukup besar dan tersebar dengan spesifikasi yang berbeda-beda, salah satunya yang berada di Kabupaten Tuban. Jenis bahan galian di Kabupaten Tuban secara umum bahan galian golongan C, yaitu bahan galian berupa nitrat, fosfat, asbes, talk, grafit, pasir kuarsa, marmer, dan paling banyak yaitu bijih dolomit. Menurut Yunianto (2015), dolomit terbentuk akibat interaksi batu gamping dengan magnesium dalam tanah, sehingga membentuk batuan yang memiliki kekerasan yang menurun. Dolomit hanya dimanfaatkan sebagai bahan pupuk dan bahan bangunan maka nilai jual dari mineral dolomit cukup rendah yaitu hanya Rp. 500 per kg pada tahun 2000.

Dolomit (CaMg(CO3)2) merupakan kapur karbonat yang mengandung karbonat. Dolomit berasal dari batuan endapan yangkemudian dihaluskan hingga mencapai tingkat kehalusan tertentu. Kedua unsur yang terkandung yaitu Ca dan Mg, akan terlarut dengan air, kemudian dijerap oleh koloidal tanah.

Dolomit adalah mineral yang dihasilkan dari alam yang di dalamnya mengandung unsur hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Dolomit sebenarnya banyak digunakan sebagai bahan pengapur pada tanah-tanah masam untuk menaikkan pH tanah (Hasibuan, 2008). Selain itu, dolomit banyak digunakan karena relatif murah dan mudah didapat. Bahan tersebut dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan kimia dengan tidak meninggalkan residu yang merugikan tanah. Apabila pH tanah telah meningkat, maka kation Aluminium

(5)

2

akan mengendap sebagai gibsit sehingga tidak lagi merugikan tanaman (Safuan,2002).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan mineral Dolomit

2. Bagaimana proses Geologi dari Bahan Galian Dolomit 3. Bagaimana Potensi Bahan Galin Dolomit di Indonesia 4. Bagaimana Proses Penambangan bahan galian Dolomit 5. Apasaja kegunaan Dolomit sebagai Bahan Galian Industri?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu mineral Dolomit

2. Untuk mengetahui proses geologi dari bahan galian dolomit 3. Untuk mengetahui potensi bahan galian dolomit di Indonesia 4. Untuk mengetahui proses penambangan bahan galian dolomit 5. Untuk mengetahui kegunaan dolomit sebagai bahan galian industri

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Mineral Dolomit

Gambar Mineral Dolomit

Mineral dolomit merupakan salah satu mineral karbonat yang ada di Indonesia, yang terdiri dari unsur penyusun kalsium dan magnesium. Indonesia sebagai negara yang berada di garis katulistiwa memiliki riwayat panjang tentang mineral karbonat. Perairan di Indonesia memiliki perairan dangkal yang kaya akan hewan dan tumbuhan laut yang membentuk sedimen. Sedimentasi perairan Indonesia cukup tinggi berkisar antara 300 sampai 1.650 juta ton per tahun (Utami, 2021). Perairan Indonesia memiliki laut dangkal terluas di dunia dimana laut dangkal tersebut memiliki kedalaman rata-rata 20-30 m (Utami, 2021). Perairan dangkal tersebut dihuni oleh tumbuhan dan hewan yang membentuk terumbu karang kemudian selama jutaan tahun terbentuk batuan sedimen karbonat. Batuan karbonat pada umumnya adalah kalsium karbonat memiliki kadar kalsium karbonat lebih dari 50 % (Khawarismi, 2020). Batuan karbonat adalah batuan dengan sifat keunikan yang khusus karena terbentuk dari reaksi tumbuhan dan hewan (Khawarismi, 2020). Mineral karbonat bukan hanya terususun dari ion kalsium saja namun juga dibeberapa daerah tertentu terdapat ion magnesium. Hal ini karena kadar magnesium dalam air laut lebih tinggi dari pada kadar kalsium. Sebagai contoh perairan Benowo memiliki kadar magnesium 2.280 mg/liter dan kalsium 1,257 mg/l (Siahaan, 2022).

Karena pada umumnya kadar magnesium dalam air laut lebih besar dari kalsium maka batuan karbonat ada yang berkomposisi kalsium, kalsium dan magnesium dan hanya magnesium saja. Salah satu mineral karbonat yang mengandung kalsium dan magnesium magnesium adalah mineral dolomit.

(7)

4

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit dialam jarang yang mumi, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit juga terdapat pengotor, terutama ion besi.

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lembut dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,50-4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 -2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap udara serta mudah dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam perdagangan mineral industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium, Mg (kimia), mineral dolomit (mineralogi) dan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kandungan unsur magnesium ini menuntukan nama dolomit tersebut.

Misalnya, batugamping mengandung 110% MgCO3 disebut batugamping dolomitan, sedangkan bila mengandung 19% MgCO3 disebut dolomit.

B. Proses Geologi dari Bahan Galian Dolomit 1. Mula Jadi

Dolomite yang baru dikenal sejak tahun 1882, merupakan variasi batu gamping yang mengandung > 50% karbonat istilah dolomite pertama kali digunakan untuk batuan karbonat tertentu yang terdapat didaerah TYeolean Alpina (Pettijohn.FJ 1956). Dolomit dapat terbentuk karena proses primer dan sekunder.

Secara sekunder, dolomite umumnya terjadi kerena proses pelindian (leaching) atau peresapan unssur magnesium dari udara laut ke dalam batu gamping, atau yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Selai Nitudolomit sekunder juga dapat terbentuk karena diendapkan secara terpisah sebagai pengendapan evaporit.

Pembentukan dolomit sekunder dapat terjadi karena beberapa factor diantaranya adalah tekanan air yang banyak mengandung unsur magnesium

(8)

5

dan proses berlangsung di dalamnya waktu lama. Dengan semakin tua umur batu gamping, semakin besar kemungkinannya untuk berubah menjadi dolomit. Dolomite primer terbentuk bersama-sama dalam cebakan bijih.

2. Mineralogi

Sebagai salah satu rumpun mineral karbonat dolomit mempunyai struktur Kristal rhombohedral yang mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2 atau manajemendolomit dan berkomposisi kimia MgFe(CaCO3)2 atau ferrodolomit.

Umumnya dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dangan kekerasan lebih lunak dari batu gamping (berkisar antara 3,5-4), bersifat pejal, berat jenis antara 2,8 - 2,9 yang berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap udara serta mudah dihancurkan.

C. Potensi Bahan Galian Dolomit di Indonesia

Indonesia sebagai negara yang berada di daerah khatulistiwa yang memiliki perairan dangkal memiliki potensi sebagai sumber mineral dolomit.

Madiapoera, T (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya juga terdapat potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batugamping.

Sebagian besar mineral dolomit berada di beberapoa daerah sepanjang pantai utara Jawa Timur. Kawasan tersebut terletak pada Zona Rembang. Dalam Zona Rembang yang membentang dari Daerah Rembang hingga sampai Sumenep di pulau Madura. Mineral dolomit selain di kawasan zona Rembang juga dalam jumlah kecil terdapat diberbagai daerah di Indonesia. Persebaran Dolomit di Indonesia yang dirangkum dari berbagai penelitian antara lain:

1. Dolomit dari Paciran - Gresik

Dolomit dari Kabupaten Lamongan dan Gresik merupakan dolomit yang memiliki kualitas yang terbaik dan banyak terdapat bukit-bukit dolomit yang besar di berbagai tempat. Sebagai contoh dolomit yang berada di Gunung Sekapuk, Kecamatan Paciran, Kabupaten Gresik. Dolomit dari

(9)

6

Gunung Sekapuk ini dikelola oleh P.T. Polowijo Gosari (Sulistiyono, 2015).

Dolomit di daerah tersebut memiliki kadar MgO 19,6 % dan CaO 32,6 % berat dengan mineral pengotor sekitar 1,04 % (Sulistiyono, 2015).

2. Dolomit dari Kerek - Tuban

Dolomit dari Desa Montong, Kecamatan Kerek adalah jenis dolomit dengan kadar magnesium yang rendah. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa komposisi dolomit dari daerah Kerek ini memiliki kadar CaO 47,90

% dan MgO 5,67 %, dengan pengotor terdiri dari besi, silika dan alumina (Santika, 2017). Dolomit dari Kerek ini tidak dapat digunakan sebagai bahan baku semen karena kadar MgO lebih dari 2 % akan menggangu pada proses pengerasan semen (Santika, 2017). Dolomit di daerak Kerek berada dalam satu zona yaitu zona Rembang dengan formasi batuan Paciran (Santika, 2017). Dapat disimpulkan bahwa dalam satu zona dan formasi batuan dapat terjadi komposisi dolomit yang berbeda.

3. Dolomit dari Pulau Madura

Dolomit yang terdapat di P. Madura terdapat disepanjang utara pulau yang terdiri dari perbukitan kecil. Salah satu dolomit yang berasal dari P.

Madura adalah dolomit dari Bangkalan terdapat di Bukit Jaddih. Dolomit dari bangkalan tersebut memiliki komposisi CaO 63,42 % dan MgO 26,39

%

4. Dolomit dari Pulau Sulawesi

Dolomit dari Pulau Sulawesi terdapat di di Kecamatan Bone pantai, Kabupaten Bone Bolango, Propinsi Gorontgalo. Berdasarkan hasil karakterisasi dolomit ini bersatu Bersama dengan mineral lain yaitu dengan komposisi mineral kalsit 28,95 %, mineral Kuarsa 4,8 % dan mineral dolomit hanya 60,4 %. Berdasarkan susunan komposisi oksidanya adalah MgO 12,89 % dan CaO 39,84 % (Supriadin, 2021). Dolomit dari Sulawesi ini terdapat dalam jumlah yang cukup banyak, namun berdeda dengan dolomit dari Lamongan, dolomit dari Sulawesi ini memiliki pengotor silika yang cukup tinggi yaitu 5,14 % (Supriadin,2011).

(10)

7 5. Dolomit dari Aceh

Dolomit dari Proponsi Aceh terdapat didaerah Desa Selamat, Kecamatan Tenggulon, Kabupaten Aceh Tamiang. Dolomit dari daerah tersebut memiliki kemurnian yang cukup tinggi. Kadar dolomit dari daerah Aceh yaitu MgO 25,28 % dan CaO adalah 61,20 % setelah dilakukan kalsinasi terhadap dolomit tersebut (Sari, 2013).

6. Dolomit dari Karo

Dolomit dari Sumatera disamping dari Propinsi Aceh juga terdapat di Sumatera Utara. Dolomit dari SumateraUtara sallah satunya berapa di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo. Dolomit dari Karo tersebut memiliki kadar CaO 25,75 - 34,98 % dan MgO 11,90 – 21,97

% dengan pengotor didomiasi oleh SiO2 0,14 – 3,86 % dan Al2O3 0,20- 0,89 % (Wahyudi, 2010).

D. Pertambangan Dolomit

1. Tahapan pertambangan dolomit a. Eksplorasi

Eksplorasi di samping bertujuan untuk menentuka jumlah cadangan juga untuk menginterpretasikan bentuk tubuh endapan, luas penyebaran dan struktur yang dominan di daerah tersebut. Eksplorasi bahan galian industri pada umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan untuk mineral logam karena sebaran fisik bahan galian industri biasanya lebih mudah ditemukan.

Eksplorasi biasanya dilakukan apabila hasil penyelidikan pendahuluan memenuhi syarat untuk perencanaan penambangan.

Eksplorasi batuan dolomit dilakukan bertahap. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara pengeboran. Perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan korelasi data pemboran dengan data geologi permukaan.

b. Penambangan

Penambangan batuan dolomit di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka dengan metode quarry. Tanah penutup

(11)

8

(overburden) yang terdiri dari tanah liat,pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dilakukan dengan menggunakan bulldozer atau power pengikis. Penambangan dilakukan dengan cara konvensional dan mekanis

c. Pengolahan

Pengolahan dolomite dilakukan dengan cara yang sederhana pula.

Bongkah-bongkah dolomit dari penambangan diangkut ke unit pengolahan. Kemudian bongkah-bongkah dolomit tersebut direduksi ukurannya dengan menggunakan alat pemecah batu, hasil proses ini selanjutnya digiling untuk mendapatkan dolomit yang berukuran halus (tepung) dengan ukuran Tertentu yang disesuaikan dengan permintaan.

2. Jenis pertambangan dolomit a. Pertambangan Rakyat

Pertambangan rakyat dilakukan secara mandiri dengan menambang bukit dolomit berasal dari tanah milik pribadi maupun tanah negara.

Umumnya pertambangan rakyat dilakukan secara turun temurun dalam satu lokasi dengan mengambil secara manual. Sebagai contoh adalah pertambangan rakyat di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban terdiri dari empat desa: Leran Wetan, Leran Kulon, Pucangan, dan Wangun.

Usaha pertambangan rakyat tersebut telah diatur dalam peraturan daerah Kabupaten Tuban yang menjamin usaha pertambangan rakyat (Yunianto, 2015). Hasil pertambangan rakyat berupa batu kumbung yaitu batu yang diperoleh dari pemotongan bongkahan dolomit menjadi batu berwarna putih. Untuk menyamakan dengan bahan bangunan lain maka ukuran batu putih sama dengan batu bata merah, batako dan bata merk hebel standart. (Muntaha, 2007 dan Mashudin, 2017).

Gambar Tambang dolomit rakyat

(12)

9 b. Pertambangan Perusahaan

Selain pertambangan skala kecil yang dilakukan rakyat, mineral dolomit juga ditambang oleh perusahaan besar. Sebagai contoh adalah usaha pertambangan milik P.T. Polowijo Gosari. Merupakan perusahaan pemegang konsesi sumber bahan baku dolomit dengan luasan lebih dari 700 ha dan cadangan lebih dari 500.000.000 ton dolomit sesuai Izin Usaha Pertambangan. Konsensi pertambangan dolomit milik P.T.

Polowijo Gosari berada di Gunung Sekapuk, Kabupaten Gresik yang merupakan bukit penghasil dolomit dengan kualitas terbaik di Indonesia. Perusahaan ini didirikasn oleh dua bersaudara asal Gresik, Jawa Timur, H.A. Moed’har Syah dan H.A. Djauhar Arifin membentuk badan usaha yang bernama PT. Polowijo Gosari pada tahun 1978.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan tambang dolomit menjadi Pupuk Dolomit Magnesium. Usaha dari P.T. Polowijo Gosari berkembang menjadi beragam usaha antara lain pengembangan pertanian mangga bekerjasama dengan masyarakat sekitar perusahaan dan mendirikan kawasan industri berbasis mineral dolomit. (Company Profile P.T. Polowijo Gosari, Copyright PT Polowijo Gosari Indonesia, 2024).

E. Kegunaan Bahan Galian Industri Dolomit

Adapun pemanfaatan mineral dolomit dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.

1. Sebagai Bahan Bangunan

Dolomit merupakan batuan yang lunak namun kokoh sehingga dapat dijadikan sebagai bata. Pada daerah pesisir penggunasan dolomit yang disebut sebagai batu kumbung sangat baik terhadap uap garam sehingga rumah di daerah pesisir menggunakan dolomit sebagai pengganti bata merah dan batako. Berdasarkan hasil pengukuran kuat tekan terhadap bata merah hanya 11,2 kg/cm2 dan batako hanya 21.2 kg/cm2 . Sedangkan pada batu dolomit dari Lamongan memiliki kekuatan tekan 32.5 kg/cm2 dan Bangkalan memiliki kuat tekan 22.5 kg/cm2 . (Muntaha, 2007). Selain sebagai bahan untuk dinding bangunan batu dolomit dalam ukuran besar

(13)

10

dapat dijadikan sebagai pondasi meskipun kekuatannya masih dibawah pondasi dari batuan pecah batu dari batuan beku. Pondasi dari batuan pecahan batuan beku memiliki Tegangan runtuh berkisar 200 Mpa sedangkan kekuatan menahan beban berkisar 10 Mpa. Pondasi dari batu kumbung atau dolomit tegangan runtuh 20 sampai 100 Mpa, dan kekuatan menahan beban antara 0,5 – 4 Mpa. (Muntaha, 2007).

Berdasarkan hasil perhitungan untuk bangunan perumahan penggunaan batu kumbung lebih murah daripada dengan bata merah dari sisi tenaga kerja. Biaya pembuatan dinding rumah berdasarkan standart SNI 2017 menunjukkan dengan batu kumbung adalah Rp 109.910/m2 dan dengan bata merah Rp 113.100/m2 . Waktu pengerjaan batu kumbung 0,121 jam/m2 dan bata merah waktu yang diperlukan adalah 0,324 jam/m2 . Dengan melihat data tersebut terbukti bahwa batu kumbung lebih efisien dan murah untuk bahan baku pembuatan dinding rumah dari pada bahan bata merah (Mashudin, 2017).

Gambar Penggunaan batu kumbung sebagai pondasi rumah (Muntaha, 2007) 2. Sebagai Pupuk

Dolomit yang dihancurkan sampai lembut dapat langsung dijual sebagai pupuk. Dengan sedikit proses pemanasan dolomit dapat diubah menjadi bahan pupuk yang efektif untuk pupuk perkebunan sawit. Hasil penelitian menmujukkan dengan pemberian 1 kg dolomit yang disebar pada satu pohon kelapa sawit mampu meningkatkan kadar phospate 47 %, Kalium 16 % dan Magnesium 32 % dalam tanah sehingga meningkatkan perakaran tanaman (Noviandi, 2020). Selain pada tanaman pohon sawit, pupuk dolomit mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mineral

(14)

11

dolomit dalam tanah mampu meningksatkan pertumbuhan bakteri phospor.

Bakteri tersebut menghasilkan enzim Fosfatase di dalan tanah. Enzim tersebut kemudian mengubah unsur phospor dalam tanah dari senyawa phospor organik menjadi senyawa phospor an-organik yang diserap oleh akar. Penyerapan akar oleh tanaman tersebut mampu meningkatkan hasil tanaman padi berupa peningkatan 79,17 %. (Iswara, 2020). Secara umum dolomit memiliki kelebihan dalam menjaga pH tanah agar tetap tinggi.

Dolomit jika diberikan dalam tanah maka pH tanah tersebut dapat bertahan pada pH 6,64 selama 17 bulan, sementara itu jika dengan menggunakan kapur pertanian (CaCO3) hanya memberikan pH 5,56. Efektivitas dolomit lebih besar 1,26 kali dari pada kapur pertanian (Basuki, 2019).

Gambar Produk pupuk dolomit magnesium 3. Sebagai Filler Komposit

Bahan komposit merupakan salah satu bahan yang mempunyai sifat yang istimewa. Beberapa komposit telah mampu sebagai pengganti logam dalam hal fungsi karena mempunyai kekuatan yang lebih dari logam.

Dolomit ternyata mampu dijadikan sebagai bahan filler Co-Polimer dari Poly-(EthileneCo-vinil-Acetate). Bahan polimer ini memiliki sifat yang elastis dan ketahanan yang tinggi untuk aplikasi tertentu, namum memiliki kelemahan yaitu tidak tahan terhadap tegangan. Oleh karena itu bahan tersebut diisi dengan matriks menggunakan dolomit ukuran nano. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dolomit yang dapat dfijadikan sebagai bahan filler yang baik pada kisaran 139 nm sampai 112,78 μm. Dolomit tersebut untuk dapat menjadi filler yang baik perlu modifikasi dari dolomit polar menjadi dolomit non polar dengan asam stearat. (Ahmad Fauzi, 2022).

(15)

12 4. Sebagai Bahan Nano-Magnesium Oksida

Dolomit setelah dilakukan proses pemisahan unsur kalsium dapat diperoleh magnesium karbonat murni. Magnesium karbonat murni merupakan salah satu bahan untuk pembuatan magnesium oksida.

Pembuatan magnesium oksida dari magnesium karbonat atau disebut mineral hydromagnesite (4MgCO3·Mg(OH)2·4H2O) dengan proses kalsinasi pada rentang temperatur 850OC sampai 1.450OC (Cuanlin Hu,2024). Bahan magnesium oksida ini selain dibuat dari dolomit dapat juga dibuat dari air laut yang juga mengandung magnesium. Magnesium oksida dari air laut dibuat dengan mengambil limbah usaha pertambakan garam yaitu air bittern (Yunita, 2021).

Magnesium oksida adalah suatu bahan oksida yang memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi. Sehingga magnesium oksida ini dikembangkan sebagai bahan refraktori. Selain itu magnesium oksida merupakasn material yang memiliki kekuatan tinggi, kedap suara dan tahan terhadap serangan jamur, bakteri pembusuk dan tumbuhan lumut. Sehingga fungsi lain magnesium oksida dapat dimanfaatkan sebagai bahan farmasi, bahan kosmetik dan bahan fotokatalis untuk penganganan limbah zat warna (Aritonang, 2023).

Magnesium karbonat merupakan salah satu produk dari pengolahan mineral dolomit. Magnesium karbonat hasil dari proses sintesis dolomit pada umumnya dalam bentuk mineral hydromagnesit (C4H10Mg5O18) dan di alam dalam bentuk magnesit (MgCO3) yang lebih padat (Natasya, 2019).

Dalam bentuk senyawa hydromanesit, magnesium karbonat memiliki densitas yang rendah dan warna putih cemerlang digunakan sebagai bahan baku filler pada industri kertas, kosmetik dan farmasi. Dalam bentuk magnesit dengan densitas tinggi digunakan dalam industri peleburan besi untuk mengikat silika membentuk slag yang mampu mengikat kotoran pada peleburan besi-baja. (Natasya, 2019). Magnesium karbonat dalam industri kertas selain sebagai bahan pemutih, magnesium karbonat dapat meningkatkan keawetan (daya tahan) kertas terhadap waktu. Magnesium karbonat dapat ditambahkan pada pembuatan kertas atau pada saat kertas

(16)

13

tersebut akan diawetkan (Suryanah, 2019). Magnesium karbonat mampu meningkatkan pH pada kertas sehingga mampu menetralisir asam yang merusak kertas (Suryanah, 2019). Asam dalam kertas timbul karena adanya senyawa selulose sebagai penyusun kertas karena pengaruh dari luar menghasilkan asam, sehingga kertas menjadi rusak (Suryanah, 2019).

5. Sebagai Bahan graphene

Graphene merupakan material semi logam yang tersusun membentuk lapisan tipis 2 D membentuk seperti pola sarang lebah. Material graphene memiliki sifat dapat membentuk sifat material baru jika disisipkan material baru (Handayani, 2011). Material yang dapat disisipkan seperti silika (SiO2) , kalsium karbonat (CaCO3) dan dolomite (CaCO3.MgCO3).

Hasil penelitian material graphene yang ditambahkan dengan bahan nano dolomit menunjukkan hasil bahan campuran tersebut dapat digunakan sebagai bahan adsorbent yang efektif. Hasil percobaan menujukkan bahwa bahan adsorbent ini mampu menyerap methylene blue sebesar 3,746 mg/g (Tajic, 2022).

(17)

14 BAB III PENUTUP

1. Mineral dolomit merupakan salah satu mineral karbonat yang ada di Indonesia, yang terdiri dari unsur penyusun kalsium dan magnesium.

2. Dolomit dapat terbentuk karena proses primer dan sekunder.Secara sekunder, dolomite umumnya terjadi kerena proses pelindian (leaching) atau peresapan unssur magnesium dari udara laut ke dalam batu gamping, atau yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Selai Nitudolomit sekunder juga dapat terbentuk karena diendapkan secara terpisah sebagai pengendapan evaporit. Dolomite primer terbentuk bersama-sama dalam cebakan bijih

3. Indonesia sebagai negara yang berada di daerah khatulistiwa yang memiliki perairan dangkal memiliki potensi sebagai sumber mineral dolomit.

Madiapoera, T (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya juga terdapat potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batugamping.

4. Proses penambangan Dolomit a. Tahapan pertambangan dolomit

1) Ekspolarsi 2) Penambangan 3) Pengolahan

b. Jenis pertambangan dolomit 1) Pertambangan rakyat 2) Pertambangan perusahan 5. Pemanfaatan mineral dolomit

a. Sebagai bahan bangunan b. Sebagai pupuk

c. Filler komposit

d. Sebagai bahan nano magnesium oksida e. Sebagai bahan graphene

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA

Enimosa S.H. 2016. Makalah Dolomit. Scribd

Flysh Geost. 2023. Dolomit adalah Mineral,Bukan Batuan. Geologinesia Hastley Ym. 2017. Makalah Dolomit. Scribd

Pangestunugeraha. 2018. Batuan Dolomit.Scribd

Sulistiyono E. dan Suharyanto A. 2024. Kajian Teknologi Pengolahan Mineral Dolomit Indonesia dan Aplikasi Pemanfaatannya.puspitek serpong : Tanggerang Selatan

Ulinuha M. 2022. Ekstaksi Magnesium pada Dolomit menggunakan Pelarut Asam Fosfat.Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur:

Surabaya. Vol.3. No.1

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan Bahan Galian ( Mineral dressing ) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue -nya (tidak berharga) yang dilakukan secara

Pengolahan Bahan Galian merupakan proses pemisahan mineral berharga dari mineral tidak berharga (gangue), yang dilakukan secara mekanis, menghasilkanproduk yang kaya mineral

Proses penambangan dan pengolahan tersebut dapat dibuat suatu bahan ajar fisika yang terdiri dari kaitan materi fisika dengan tambang bahan galian C, kajian bahan galian C

Kegiatan penelitian optimalisasi potensi bahan bahan galian di wilayah bekas tambang daerah Pujon terdapat potensi bahan galian lain/mineral lain dan mineral ikutan yang

Kabupaten Musi-Rawas Propinsi Sumatera Selatan, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral bekerjasama dengan Dinas Pertambangan Daerah melakukan kegiatan pendataan bahan

Berdasarkan tipe bahan galian, sumber daya mineral dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: (1) bahan galian vital golongan A, (2) bahan galian strategis golongan B,

MAKALAH GYPSUM REKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI