• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis putusan hakim tentang itsbat nikah di - IAIN Repository

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "analisis putusan hakim tentang itsbat nikah di - IAIN Repository"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

Pendapat hakim dalam putusan Pengadilan Agama Gunung Sugih Nomor 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg majelis hakim menyetujui dengan alasan terpenuhinya rasa keadilan dan kepastian hukum bagi pemohon dan perkawinannya suami terdaftar hanya memerlukan pembaruan administrasi sambil memberikan kepastian hukum kepada anak-anak pemohon, terutama yang tidak bekerja dan mandiri, untuk mendapatkan hak gadai dari pembayaran tabungan pensiun di PT. Dari hasil pemeriksaan dapat dikatakan bahwa dalam perkara ini pihak istri sebagai pihak mengajukan permohonan perkawinan gugat di Pengadilan Agama Gunung Sugih, karena Pemohon dan 6 orang anaknya adalah Termohon I, Termohon II, Termohon III, Termohon IV Termohon V dan Responden VI.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dari segi hukum, permohonan isbat nikah harus diajukan oleh pasangan yang perkawinannya dilangsungkan sebelum berlakunya undang-undang no. berawal dari terbitnya Putusan Pengadilan Agama Gunung Sugih Nomor 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg.

Fokus Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

  • Batasan Masalah
  • Rumusan Masalah

Apa akibat hukum dari putusan Pengadilan Agama Gunung Sugih Nomor: 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg tentang itsbat nikah.

Tujuan Penelitian

Manfaat dan Signifikansi Penelitian

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Oleh karena itu keberadaan akta nikah bagi perkawinan di bawah tangan hanya menyatakan sahnya suatu perkawinan yang dilakukan menurut hukum agama dan tidak dicatatkan, dengan implikasi hukum setelah perkawinan itu dilangsungkan, perkawinan itu mempunyai kepastian hukum. Menurut dia, akta nikah untuk pernikahan poligami itu sah menurut UUP dan hukum Islam, namun di awal pernikahan terjadi pelanggaran hukum karena tidak mengajukan izin poligami dari Pengadilan Agama.

Kerangka Teori

Untuk itu hakim harus menggali nilai, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum (kepastian hukum) dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. 23 Sumber hukum yang dapat diterapkan oleh hakim dapat berupa peraturan perundang-undangan berikut ini. Landasan hukum yang menjadi pertimbangan hakim Pengadilan Agama terdiri dari Peraturan Perundang-undangan Negara dan Hukum Syariah.

Metode Penelitian

  • Jenis dan Sifat Penelitian
  • Sumber Data Penelitian
  • Metode Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Dari penjelasan di atas, penulis menggunakan bahan hukum primer dalam penelitian ini yaitu Putusan Pengadilan Agama Gunung Sugih Nomor 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dan Kompilasi Hukum Islam. Dengan demikian, penulis dalam penelitian ini menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku hukum (textbook), jurnal hukum, artikel hukum atau pandangan ahli hukum yang dimuat di media massa;

Sistematika Penulisan Tesis

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh, secara sistematis dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori-kategori, menguraikannya ke dalam satuan-satuan, mensintesiskan, menyusun ke dalam pola-pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, serta menarik kesimpulan sehingga mudah untuk dilakukan. memahami. 44. Analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu analisis data berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikembangkan menjadi hipotesis, kemudian dicari data lebih lanjut sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak.45.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN ITSBAT NIKAH

Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran Pengadilan Agama Gunung Sugih, gambaran putusan nomor 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg dan pertimbangan hukum hakim dalam putusan nomor 0255/Pdt.G/2016/PA .Gsg. Bab ini memaparkan analisis pertimbangan hakim atas Putusan Nomor 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg dan Akibat Hukum Putusan Pengadilan Agama Gunung Sugih Nomor 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg.

PENUTUP

  • Tujuan Perkawinan
  • Rukun dan Syarat Perkawinan
  • Hukum Perkawinan
  • Peraturan Perundang-undangan tentang Perkawinan di Indonesia Ada beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia yang

Rukun nikah merupakan inti dari pernikahan itu sendiri, sehingga tanpa salah satu rukun tersebut tidak mungkin dapat menikah. Perintah Allah menjelaskan bahwa menikah adalah perbuatan yang diridhai oleh Allah dan Nabi.

Tinjauan Umum Tentang Itsbat Nikah 1. Pengertian Itsbat Nikah

  • Ketentuan Isbat Nikah
  • Prosedur Itsbat Nikah di Pengadilan Agama
  • Dampak Itsbat Nikah

Bertentangan dengan pernyataan dalam undang-undang, perkawinan yang dilakukan setelah tahun 1974 seharusnya tidak disahkan, tetapi banyak perkawinan yang tidak dicatatkan, tetapi disahkan oleh pengadilan agama melalui sidang pengesahan perkawinan. Hal itu terjadi karena pemahaman hakim terhadap Kompilasi Hukum Islam membuka peluang untuk mengabulkan permohonan akta nikah bagi perkawinan yang dilakukan setelah tahun 1974. Ayat (a) sampai (e) pada Pasal 7(3) di atas merupakan syarat formil untuk produksi akta nikah yudisial agama.

Jika syarat dan rukun nikah terpenuhi dan tidak ada halangan perkawinan, maka hakim akan mengabulkan permohonan akta nikah tersebut. Sebaliknya, jika syarat rukun tidak terpenuhi, atau ada halangan terhadap perkawinan, maka hakim akan menolak permohonan pengukuhan perkawinan tersebut. Pada dasarnya kewenangan status hukum perkawinan bagi Peradilan Agama dalam sejarahnya hanya diperuntukkan bagi mereka yang melakukan perkawinan di bawah tangan sebelum berlakunya UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Proses pemeriksaan permohonan akta nikah yang diajukan oleh suami istri bersifat sukarela, produknya berupa penetapan. Proses pengurusan permohonan surat nikah yang diajukan oleh suami atau istri digugat dengan menempatkan suami atau istri yang tidak mengajukan permohonan sebagai termohon.

Deskripsi Pengadilan Agama Gunung Sugih 1. Profil Pengadilan Agama Gunung Sugih

Dalam pengungkapan undang-undang nomor 3 tahun 2006 pasal 49 huruf a disebutkan bahwa kewenangan Peradilan Agama di bidang perkawinan antara lain meliputi. Penulis memaparkan struktur organisasi Pengadilan Agama Gunung Sugih beserta nama-nama yang menduduki jabatan tersebut. Pengadilan Agama Gunung Sugih pada tanggal 17 Maret 2016 menyimpulkan dan memberikan putusan atas perkara No. 0255/Pdt.G/2016/.

Berdasarkan ketentuan Pasal 4(1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, perkara yang diajukan oleh para Pemohon menjadi kewenangan relatif Pengadilan Agama Gunung Sugih; Menimbang bahwa Pemohon sendiri yang mengajukan akta nikah ke Pengadilan Agama Gunung Sugih. Menimbang bahwa sehubungan dengan perkara tersebut di atas, Pengadilan Agama Gunung Sugih telah mengumumkan selama 14 (empat belas hari) permohonan pengesahan nikah yang diajukan oleh pemohon dan tidak ada yang keberatan.

Mengingat saat ini permohonan perkawinan sedang diajukan di Pengadilan Agama sehubungan dengan hal tersebut di atas karena berbagai alasan, maka perkawinan pada umumnya dilangsungkan setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Oleh karena itu, penetapan nikah siri oleh pengadilan agama tidak lain merupakan suatu kebijakan untuk mengisi kekosongan hukum yang berlaku bagi nikah siri bagi perkawinan yang dilakukan setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

Analisis terhadap pertimbangan hakim atas Putusan Nomor 0255/Pdt.G/2016/PGsg

  • Pihak-Pihak dalam Perkara
  • Prosedur Administrasi Permohonan Isbat Nikah
  • Proses Persidangan
  • Format Penetapan

Dengan demikian, putusan majelis hakim Ketua Pengadilan Agama Gunung Sugih yang mengadili perkara nomor: 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang. Mengenai bentuk dan isi penetapan Pengadilan Agama Gunung Sugih Nomor: 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg, penulis berpendapat sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Nomor 0255 adalah nomor urut register perkara, Pdt.G menunjukkan bahwa perkara ini merupakan persidangan, 2016 adalah tahun terdaftarnya perkara, dan PA.Gsg menunjukkan bahwa putusan merupakan produk Pengadilan Agama Gunung Sugih.

Dari analisis di atas, ditinjau dari hukum acara yang digunakan, Pengadilan Agama Gunung Sugih dalam putusan perkara Nomor: 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg sudah sesuai dengan hukum acara yang ada di dalam Permohonan Peradilan Agama diputuskan dari penyampaian perkara ke perkara. Dalam perkara Nomor 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg, Pengadilan Agama Gunung Sugih yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan, Majelis Hakim mempunyai ketentuan sebagai berikut dalam hal permohonan penetapan nikah yang diajukan oleh Pemohon terhadap Termohon I, Termohon II, Termohon III,. Bahwa Permohonan tersebut berdasarkan surat permohonannya yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Gunung Sugih tanggal 24 Februari 2016 dengan Nomor 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg dengan penambahan dan perubahannya sendiri.

Para Pemohon meminta kepada Ketua Pengadilan Agama Gunung Sugih atau Majelis Hakim untuk menyelidiki dan mengadili perkara ini dan kemudian memberikan putusan sebagai berikut. 0255/Pdt.G/2016/PA.Gsg bahwa Majelis Hakim Pengadilan Agama Gunung Sugih telah menyatakan bahwa perkawinan antara Pemohon yang bernama Pemohon dengan almarhum suami Pemohon telah dilangsungkan pada tanggal 25 April 1973 sebelum Perkawinan Pejabat Kantor Urusan Agama.

Kesimpulan

Saran

Buku-Buku

Basith, Abdil Barid, Para Pihak Permohonan Akta Nikah di Jurnal Hukum dan Peradilan, editie nr. 75, 2012. Http//www.google.com, Beberapa Masalah Perkawinan itsbat di Pengadilan Agama Kelas Ib Amuntai, geraadpleegd op 1 september 2013. Parakasi, Patly, Kajian Yuridis Pengesahan Perkawinan di Pengadilan Agama Jember (Putusan Perkara Kajian No. 06/Pdt.P/2008/PA/Jr), Skripsi Magister Pendidikan Kenotariatan PPs Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2009 , op de website http://http://eprints.undip.ac.id/18678/ geraadpleegd op 4 agustus 2010.

Pelmizar, “Pengesahan Pernikahan (Pengesahan Nikah/Isbat Nikah)”, ditulis di website www.pta-padang.go.id, diakses 4 September 2013. Ramli, Ahmad Fatoni, artikel Isbat Nikah dan Isu Sosial di website www. ptabantennet, diakses 4 September 2013. Suhadak, Masalah Pernikahan Isbat Poligami dalam Penyelesaian di Pengadilan Agama, artikel di website www.badilag.net, diakses 4 September 2013.

Usman, Suparman, Kepastian hukum tentang status perkawinan, status anak dan status harta perkawinan, artikel di website www.ptabanten.net, dikunjungi 4 September 2013. Yanti, Syafitri, “Itsbat Nikah dan kaitannya dengan status anak yang dilahirkan sebelum Perkawinan disahkan (Studi di Pengadilan Agama Kelas IA Medan), Tesis PP Universitas Sumatera Utara 2011, pada website http://repository.usu.ac.id/handle diakses pada tanggal 12 Oktober 2011.

Peraturan Perundang-Undangan

PUTUSAN

Mengingat perkara permohonan pengesahan perkawinan (itsbat nikah) telah diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat (5) dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 jis. Menimbang bahwa pada saat mengajukan permohonan ini, pemohon berdomisili di wilayah hukum Kabupaten Lampung Tengah sesuai dengan bukti P.1 dan P.6. Menimbang bahwa Pemohon dan Termohon telah dipanggil secara sah dan patut serta memenuhi panggilan tersebut.

Menimbang bahwa pada hakekatnya permohonan Pemohon menuntut agar perkawinannya yang dilangsungkan di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta pada tanggal 25 April 1973 itu disahkan, dengan dasar bahwa secara hukum status perkawinan Pemohon dengan almarhum M. Jika perkawinan itu sah, Majelis Hakim berpendapat bahwa perkawinan menurut hukum Islam sesuai dengan landasan Agama Islam dan telah memenuhi maksud filosofis Hukum Perkawinan dan Hukum Keluarga yang berlaku secara nasional karena dicatat dan diperoleh. Kutipan surat nikah yang merupakan bukti surat (P.5); Menimbang bahwa berdasarkan bukti surat (P.10 dan P.11) tersebut di atas, menunjukkan bahwa suami Pemohon bernama M.

Menimbang bahwa berdasarkan Surat Bukti (P.1 s.d. P.11) tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa akta otentik yang dibuat semata-mata sebagai alat bukti di persidangan dan tampak dari isinya. bahwa Pemohon dan almarhum suaminya memang menikah dan dikuatkan dengan keterangan para saksi, sehingga sesuai dengan ketentuan pasal 291 RBg jo. Menimbang bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi yang disumpah menurut tata cara agama Islam, masing-masing saksi menerangkan bahwa yang meninggal adalah M. UU No 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan UU No 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan UU No 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama dan Pasal 7.

Mengingat perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, maka semua biaya perkara yang dibebankan kepada Pemohon;

Referensi

Dokumen terkait

tercantum dalam data disdukcapil Kota Magelang bahwa yang berstatus kawin dan memiliki akta nikah berjumlah 16.160 orang dan yang menikah tanpa memiliki akta nikah berjumlah