• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RUNTUN WAKTU

N/A
N/A
Bobon Santos

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS RUNTUN WAKTU"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RUNTUN WAKTU

Kelompok 7

ARIMA BOX-

JENKINS

(2)

K E O L M P

O K

7

TISYA CAHYANING WIDYANTI

(24050120120034) SITI NUR DZAKIYYAH HILMI SYAHIRA

RAHAYU PUTRI ANDINI (24050120120014)

(24050120130052) (24050120140142)

(3)

PRESENT ATION OUTLINE

Latar Belakang dan Studi

Kasus

Kesimpulan Identifikasi

Model

Estimasi Parameter

Cek Diagnosa

Model Terbaik

Peramalan/

Forecasting

Uji Kebaikan Model

(4)

Salah satu faktor terpenting bagi seorang investor atau trader dalam memutuskan saham apa yang akan dibeli atau dijual adalah likuiditas saham. Minat pasar terhadap suatu saham dapat tercermin dari frekuensi dan volume perdagangan saham. Volume saham adalah jumlah aset atau saham, yang berpindah tangan selama beberapa periode waktu. Investor dapat menggunakan indikator tersebut untuk menentukan sinyal pasar sedang bearish atau bullish.

Berdasarkan hal tersebut, investor yang ingin menanamkan modalnya di pasar saham harus mengetahui bagaimana prediksi volume saham kedepan agar tidak mengalami kerugian. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan analisis runtun waktu (time series analysis). Salah satu metode dalam analisis runtun waktu adalah ARIMA Box-Jenkins. Dalam metode ARIMA Box-Jenkins sendiri diperlukan adanya pengujian parameter untuk menentukan model terbaik, yang selanjutnya dapat digunakan dalam peramalan/forecasting

(5)

UJI PARAMETER ARIMA BOX-JENKINS

DASAR TEORI

(6)

TIME SERIES

Deret berkala dapat diartikan sebagai serangkaian data yang didapatkan berdasarkan pengamatan dari suatu kejadian pada urutan waktu terjadinya. Waktu kejadian bisa merupakan periode dalam satuan detik, menit, jam,

hari, bulan, tahun dan periode waktu yang lainnya,

semuanya itu merupakan serangkaian data pengamatan yang didasarkan pada waktu kejadian dengan interval

waktu tertentu yang lebih dikenal dengan time series

(Cryer, 1986:105).

(7)

STASIONERITAS DATA

Stasioneritas time series atau runtun waktu adalah asumsi yang mendasari bahwa proses

suatu deret pengamatan tidak berubah

seiring dengan adanya perubahan waktu. Jika suatu time series Zt stasioner, maka mean dan varians deret tersebut tidak dipengaruhi

oleh berubahnya waktu pengamatan,

sehingga proses berada dalam keseimbangan

statistik (Wei, 2006).

(8)

Berikut adalah nilai yang sering

digunakan dan bentuk transformasinya.

Data dikatakan stasioner pada varian apabila dari fluktuasi data tidak terlalu

besar dari waktu ke waktu. Sebagai upaya perbaikan terhadap data yang

tidak stasioner pada varian dapat dilakukan tranformasi Box-Cox.

STASIONERITAS DALAM

VARIAN

(9)

TREND ANALYSIS PLOT TIME SERIES PLOT

Plot data runtun waktu yang stasioner ditandai dengan

plot-plot yang tidak jauh berada disekitar nilai mean.

Sebaliknya untuk

nonstasioner, plot terletak jauh dari nilai mean.

Data runtun waktu stasioner terjadi jika plot data tidak

menujukkan adanya trend naik ataupun turun. Plot-plot yang ada

cenderung konstan. Sedangkan untuk yang nonstasioner

menunjukkan adanya trend baik trend naik ataupun turun.

STASIONERITAS DALAM MEAN

(10)

Pemeriksaan stasioneritas secara visual saja tidak cukup meyakinkan. Oleh karena itu, uji hipotesis diperlukan untuk menguji proses apakah telah berada

dalam keseimbangan stastistik (stasioner).

STASIONERITAS DALAM MEAN

HIPOTESIS

TARAF SIGNIFIKANSI STATISTIK UJI

t=δ ̂/seδ

Dilihat dari output eviews pada table ADF test statistics kolom t-stat dan prob DAERAH KRITIS

Tolak H0 pada taraf signifikansi jika nilai prob < atau tolak H0 jika |nilai t-stat pada ADF test| > |nilai test kritikal value|.

H0 ∶ δ = 0 (terdapat unit root sehingga data tidak stasioner)

H1 ∶ δ ≠ 0 (tidak terdapat unit roots sehingga data stasioner)

α=5%

(11)

PLOT ACF DAN PACF

(12)

PEMODELAN

(13)

PEMODELAN

(14)

UJI SIGNIFIKANSI PARAMETER

TARAF SIGNIFIKANSI STATISTIK UJI

DAERAH KRITIS HIPOTESIS

H0: ϕ i=0 dan atau θi =0(parameter tidak signifikan terhadap model) H1: ϕ i≠0 dan atau θi ≠0(parameter signifikan terhadap model)

α=5%

t-stat untuk AR= ϕ i /se( ϕ i ) ; MA= θi ̂/se(θi )

p-value (dilihat dari output table final estimation of parameters)

H0 ditolak pada taraf signifikansi α jika nilai p-value < α atau | t-hit | >

tα/2;n-1

(15)

UJI NORMALITAS RESIDUAL

UJI INDEPENDENSI RESIDUAL

CEK DIAGNOSA

Hipotesis

H0: ρ1 = ρ2= ... = ρk = 0 (independen)

H1: minimal ada satu nilai ρk ≠ 0 (dependen)

Taraf Signifikansi

α = 5%

Statistik Uji

Daerah Kritis

H0 ditolak pada taraf signifikansi α jika nilai p value < α atau Q < X2α,(k-p-q)

Hipotesis

H0: residual data berdistribusi normal

H1: residual data tidak berdistribusi normal

Taraf Signifikansi

α = 5%

Statistik Uji

Daerah Kritis

H0 ditolak pada taraf signifikansi α jika nilai p value < α atau D ≤ Dn,(1-α)

(16)

MEAN SQUARE ERROR (MSE)

Untuk mengukur ketepatan peramalan yang baik adalah model yang

menghasilkan error yang kecil atau dapat diindikasikan mempunyai nilai MSE

yang kecil adalah model yang terbaik.

(17)

MODEL TERBAIK

Model terbaik dapat ditentukan dengan melihat nilai MSE yang dapat dilihat dari

output bagian residual baris MS. Model terbaik adalah model yang memiliki MSE

paling kecil, memenuhi uji signifikansi

parameter dan memenuhi asumsi-asumsi lain, seperti uji asumsi normalitas residual dan uji

independensi residual (white noise)

(18)

PERAMALAN

Peramalan merupakan kegiatan memprediksi keadaan di masa yang akan datang dengan menggunakan masa lalu.

Peramalan menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dan menjadi dasar dalam perencanaan. Peramalan bertujuan untuk mengurangi risiko dari pengambilan keputusan.

Peramalan periode mendatang, menentukan variansi kesalahan peramalan dan menghitung interval kepercayaan merupakan tujuan utama dari model time series. Nilai penerapan bersyarat dari model dapat dihitung langsung dari model berbentuk persamaan dari model yang terpilih

(19)

MAPE

MAPE DAN SMAPE

SMAPE

(20)

STUDI KASUS

(21)

STUDI KASUS

(22)

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder yaitu data volume saham PT.

Jasamarga Tbk. mulai tanggal 11

Oktober 2021 hingga 4 Maret 2022

(23)

ANALISIS DAN

PEMBAHASAN

(24)

#1 UJI

STASIONERITAS

(25)

SEBELUM

TRANSFORMASI

UJI

STASIONERITAS DALAM VARIAN

SESUDAH

TRANSFORMASI

(26)

SECARA VISUAL SEBELUM

DIFERENSIASI

UJI STASIONERITAS DALAM MEAN

(27)

TARAF SIGNIFIKANSI

= 5% = 0.05

HIPOTESIS

H0 : terdapat unit roots sehingga data tidak stasioner H1 : tidak ada unit roots sehingga data stasioner

DAERAH KRITIS KESIMPULAN

Tolak H0 jika nilai Prob < alpha 5%

Pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai prob sebesar 0.2699 pada output sehingga gagal menolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa data

tidak stasioner

UJI FORMAL STASIONERITAS DALAM MEAN

STATISTIK UJI

SEBELUM

DIFERENSIASI

(28)

SECARA VISUAL SETELAH

DIFERENSIASI

UJI STASIONERITAS DALAM MEAN

(29)

TARAF SIGNIFIKANSI

= 5% = 0.05

HIPOTESIS

H0 : terdapat unit roots sehingga data tidak stasioner H1 : tidak ada unit roots sehingga data stasioner

DAERAH KRITIS KESIMPULAN

Tolak H0 jika nilai Prob < alpha 5%

Pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai prob sebesar 0.0000 pada output sehingga H0 ditolak

dan dapat disimpulkan bahwa data stasioner

UJI FORMAL STASIONERITAS DALAM MEAN

STATISTIK UJI

SETELAH

DIFERENSIASI

(30)

#2 PLOT ACF &

PACF

(31)

PLOT PACF

PLOT ACF

(32)

#3 ESTIMASI

PARAMETER

(33)

TANPA KONSTANTA DENGAN KONSTANTA

Nilai parameter model ARIMA (1, 1, 0) ditunjukkan pada tabel Final Estimates of Parameters dengan ø1=-0.5371 constant=0,03

sehingga diperoleh model ARIMA (1, 1, 0) sebagai berikut

ARIMA (1, 1, 0) ATAU ARI (1, 1)

Nilai parameter model ARIMA (1, 1, 0) ditunjukkan pada tabel Final Estimates of

Parameters dengan ø1=-0.5370 sehingga diperoleh model ARIMA (1, 1, 0) sebagai

berikut

(34)

DENGAN KONSTANTA

Model ARIMA (0, 1, 1) menunjukkan nilai koefisien dari parameter ϴ adalah ϴ1 = 0.7558 dan nilai constant sebesar 0.008 sehingga diperoleh modelnya

ARIMA (0, 1, 1) ATAU IMA(1, 1)

TANPA KONSTANTA

Model ARIMA (0, 1, 1) menunjukkan nilai

koefisien dari parameter ϴ adalah ϴ1 = 0.7558 sehingga diperoleh modelnya

(35)

DENGAN KONSTANTA

ARIMA (1, 1, 1)

TANPA KONSTANTA

Model ARIMA (1, 1, 1) menunjukkan nilai koefisien dari masing masing parameter ϴ dan ø adalah ϴ1 =

0.7461; ø1 = -0.023 dan nilai constant sebesar 0.004 sehingga diperoleh modelnya

Model ARIMA (1, 1, 1) menunjukkan nilai koefisien dari masing masing parameter ϴ dan ø adalah ϴ1 =

0.7461; ø1 = -0.023 sehingga diperoleh modelnya

(36)

#4 UJI SIGNIFIKANSI

PARAMETER

(37)

UJI SIGNIFIKANSI PARAMETER

HIPOTESIS

H0 : parameter tidak signifikan terhadap model H1 : parameter signifikan terhadap model

TARAF SIGNIFIKANSI

= 5% = 0.05

STATISTIK UJI T statistic

P-value dilihat pada output tabel Final Estimation of

Parameters

(38)

MODEL PARAMETER T VALUE P VALUE KEPUTUSAN

ARIMA(1, 1, 0) AR (1) -6.30 0,000 H0 ditolak karena p-value 0,000 < α Constant 0.02 0.985 H0 diterima karena p-value 0.985 > α

MODEL PARAMETER T VALUE P VALUE KEPUTUSAN

ARIMA(1, 1, 0) AR (1) -6.33 0,000 H0 ditolak karena p-value 0,000 < α

(39)

MODEL PARAMETER T VALUE P VALUE KEPUTUSAN

ARIMA(0, 1, 1) MA (1) 11.50 0,000 H0 ditolak karena p-value 0,000 < α Constant 0.02 0.985 H0 diterima karena p-value 0.985 > α

MODEL PARAMETER T VALUE P VALUE KEPUTUSAN

ARIMA(0, 1, 1) MA (1) 11.57 0,000 H0 ditolak karena p-value 0,000 < α

(40)

MODEL PARAMETER T VALUE P VALUE KEPUTUSAN

ARIMA(1, 1, 1) AR (1) -0.17 0.863 H0 diterima karena p-value 0.863 > α MA (1) 8.39 0.000 H0 ditolak karena p-value 0,000 < α Constant 0.01 0.992 H0 diterima karena p-value 0.992 > α

MODEL PARAMETER T VALUE P VALUE KEPUTUSAN

ARIMA(1, 1, 1) AR (1) -0.17 0.862 H0 diterima karena p-value 0.862 > α MA (1) 8.44 0.000 H0 ditolak karena p-value 0,000 < α

(41)

DAERAH KRITIS

KESIMPULAN

Pada taraf signifikansi α = 5%, H0 ditolak pada model ARIMA (1, 1, 0)

dan ARIMA (0, 1, 1) karena nilai p-value < α sehingga dapat disimpulkan bahwa parameter dalam model tersebut telah signifikan.

Tolak H0 jika nilai Prob < α = 5%

(42)

#5 CEK

DIAGNOSA

(43)

Hipotesis

Taraf Signifikansi Statistik Uji

H0∶ρ_1=ρ_2=⋯=ρ_k=0 (residual tidak saling berkorelasi) H1∶Minimal ada satu ρ_k≠0 (residual saling berkorelasi)

= 5%

Dengan menggunakan Minitab, diperoleh output hasil pada table Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square Statistic sebagai berikut

UJI INDEPENDENSI

RESIDUAL (WHITE NOISE)

(44)

DENGAN KONSTANTA TANPA KONSTANTA

ARIMA (1, 1, 0)

(45)

DENGAN KONSTANTA TANPA KONSTANTA

ARIMA (0, 1, 1)

(46)

DENGAN KONSTANTA TANPA KONSTANTA

ARIMA (1, 1, 1)

(47)

Daerah Kritis Keputusan

Kesimpulan

Tolak H0 jika nilai p-value < = 5%

H0 diterima untuk semua model karena nilai p-value > = 5%

Pada taraf signifikansi = 5% dapat

disimpulkan bahwa dari ke-6 model baik

dengan konstanta maupun tanpa

konstansa, semua model memenuhi

asumsi white noise.

(48)

ARIMA (1,1,0)

UJI NORMALITAS RESIDUAL (VISUAL)

Dengan Konstanta

Tanpa Konstanta

(49)

ARIMA (0,1,1)

UJI NORMALITAS RESIDUAL (VISUAL)

Dengan Konstanta

Tanpa Konstanta

(50)

ARIMA (1,1,1)

UJI NORMALITAS RESIDUAL (VISUAL)

Dengan Konstanta

Tanpa Konstanta

(51)

UJI NORMALITAS RESIDUAL

Berdasarkan output normal probability plot, dapat disimpulkan bahwa model ARIMA (01,1), ARIMA (1,1,0) dan ARIMA (1,1,1) dengan konstanta maupun tanpa konstanta terlihat secara visual bahwa plotnya tersebar

tidak jauh dari garis linearnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa

secara visual uji normalitas residual terpenuhi

(52)

TARAF SIGNIFIKANSI

= 5% = 0.05

HIPOTESIS

H0 : residual data berdistribusi normal H1 : residual data tidak berdistribusi normal

DAERAH KRITIS KESIMPULAN

Tolak H0 jika nilai P-value < alpha 5%

Pada taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa model ARIMA (1,1,0), ARIMA (0,1,1) dan

ARIMA (1,1,1) baik dengan konstanta maupun tanpa konstanta data residual berdistribusi normal

UJI NORMALITAS RESIDUAL

(53)

#6 MODEL

TERBAIK

(54)

Model Uji Signifikansi Uji Independensi

Residual Uji Normalitas Residual AIC

CARIMA(1, 1, 0) Tidak Signifikan Independen Residual Berdistribusi

Normal 8,563537

ARIMA(1, 1, 0) Signifikan Independen Residual Berdistribusi

Normal 8,543339

CARIMA(0,1, 1) Tidak Signifikan Independen Residual Berdistribusi

Normal 8,446906

ARIMA(0, 1, 1) Signifikan Independen Residual Berdistribusi

Normal 8,426706

CARIMA(1, 1, 1) Tidak Signifikan Independen Residual Berdistribusi

Normal 8,466850

ARIMA(1, 1, 1) Tidak Signifikan Independen Residual Berdistribusi

Normal 8,478466

(55)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh model terbaik untuk data runtun waktu volume saham Jasamarga adalah ARIMA (0,1,1) atau IMA (1,1)

karena memenuhi uji signifikansi parameter, uji normalitas residual, dan memiliki nilai AIC terkecil yaitu sebesar 8,426706. Dengan

persamaan modelnya, yaitu:

(56)

#7 PERAMALAN DAN UJI KELAYAKAN

MODEL

(57)

ARIMA(0,1,1) tanpa konstanta

PERAMALAN

(58)

UJI KELAYAKAN

MODEL

(59)

SMAPE MAPE

Berdasarkan perhitungan dengan

menggunakan excel diperoleh nilai MAPE sebesar 51% yang berarti bahwa peramalan

dengan menggunakan ARIMA(0,1,1) tanpa konstanta tidak akurat atau kemampuan

model peramalan tidak baik.

UJI KELAYAKAN MODEL

Berdasarkan perhitungan dengan

menggunakan excel diperoleh nilai SMAPE sebesar 47% yang berarti bahwa peramalan dengan menggunakan ARIMA(0,1,1) tanpa konstanta kurang akurat atau kemampunan

model peramalan kurang layak.

(60)

#8 KESIMPULAN

(61)

Berdasarkan uji stasioneritas, data stasioner dalam varian dan mean setelah dilakukan transformasi sebanyak 2 kali dan diferensiasi.

Pada Plot ACF dan PACF didapat model yang memungkinkan yaitu model IMA(1,1) dan model ARI (1,1).

Berdasarkan estimasi parameter, didapat 6 model yang memungkinkan yaitu ARIMA (1, 1, 1); ARIMA (0, 1, 1); dan ARIMA (1, 1, 0) baik dengan konstanta maupun tanpa konstanta

Setelah dilakukan uji signifikansi, uji normalitas residual, uji independensi residual, dan perhitungan nilai AIC, diperoleh model terbaik yaitu ARIMA(0, 1, 1) dengan persamaan modelnya yaitu:

Diperoleh nilai MAPE sebesar 51% yang berarti bahwa peramalan dengan menggunakan ARIMA(0,1,1) tanpa konstanta tidak akurat atau kemampuan model peramalan tidak baik. Sedangkan nilai SMAPE sebesar 47% yang berarti bahwa peramalan dengan menggunakan ARIMA(0,1,1) tanpa konstanta kurang akurat atau kemampunan model peramalan kurang layak.

(62)

THANK YOU FOR LISTENING!

Don't hesitate to ask any questions!

Referensi

Dokumen terkait

dianalisis untuk menentukan atau mencari model runtun waktu fungsi autokorelasi (fak) dan fungsi autokorelasi parsial (fakp). Langkah yang ketiga yaitu estimasi, pada langkah

1) Mengidentifikasi deret input dan output untuk mengetahui kestasioneran dan menentukan orde model ARIMA. 2) Menghitung estimasi parameter model ARIMA yang sesuai untuk masing-masing

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model intervensi fungsi step yang didapat dari proses pemodelan ARIMA preintervensi, identifikasi respon intervensi,

5) Lakukan pemodelan mean menggunakan model ARIMA yang dimulai dengan identifikasi model mengunakan plot ACF/ PACF, estimasi parameter, validasi parameter, dan

Lampiran 9 – Estimasi Parameter Model ARIMA Terbaik Return Saham LQ451. Setelah Penghapusan

Model runtun waktu yang tepat untuk peramalan data tingkat penghuni kamar hotel di Kota Salatiga Bulan Januari Tahun.2009 sampai Juni 2018 adalah model ARIMA

Tujuannya adalah mempelajari cara mengkontruksi fungsi Likelihood model ARIMA (1, 1, 0) Box – Jenkins, selanjutnya menentukan estimator parameter-parameter yang ada pada

Estimasi parameter dengan metode Bayesian digunakan untuk membentuk model koreksi kesalahan dari data Indeks Harga Konsumen kota-kota di Papua.. Model koreksi