ANALISIS SEMIOTIK DALAM NOVEL O KARYA EKA KURNIAWAN Resmi Erefi, Samsiarni, Wahyudi Rahmat
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat Resmi [email protected]
ABSTRACT
This research was motivated a lot of using sign in novel O by Eka Kurniawan. In novel O by Eka Kurniawan there are sign it can be researched by semiotic study of Charles Sanders Peirce. The semiotic of Charles Sanders Peirce devide the sign base on relation of sign and denotatum and interpretant. The purpose in this research to describe and explain the semiotic problem in novel O by Eka Kurniawan. The kind in this research is qualitative research with descriptive method. The data in this research is the quotation belong of semiotic analysis in novel O by Eka Kurniawan. The source of data in novel O by Eka Kurniawan was published in 2016 by Mirna into 470 pages. The technique data collection by reading, understanding and sig the novel. The inventory data is recording the data beloging the semiotic analysis. The result of this research in semiotic analysis in novel O by Eka Kurniawan, such as. First, sign and denotatum consist of icon, index, and symbol. The icon in novel O by Eka Kurniawan is iconic of the police has the big stomach, poster, picture, costume and housing. In novel O by Eka Kurniawan also there are indeces such as: index of room and temporal. The index of room refers to some place or locatian of event. And index of temporal refers to the date of event. Meanwhile, the symbol in novel O by Eka Kurniawan is proverty symbol, wealth symbol and kingdom. In analyze novel O by Eka Kurniawan about semiotic study to understand a literary works. Second, the interpretant in novel O by Eka Kurniawan is rheme can be interpreted base on selection. Meanwhile, dicentsign there is sign suitable with reality. And argument give reason about something.
Keywords: Novel,Semiotic PENDAHULUAN
Pada hakikatnya dalam karya sastra dibicarakan tentang manusia dan kehidupannya. Karya sastra merupakan hasil pemikiran kehidupan. Kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda. Dengan perantara tanda-tanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman
yang lebih baik terhadap dunia. Tanda itu sendiri merupakan manifestasi konkret dari citra bunyi dan sering diidentifikasi dengan citra bunyi itu sebagai penanda.
Dalam kajian sastra, tanda merupakan kajian semiotik. Karya sastra yang dapat diteliti dengan pendekatan semiotik misalnya, seperti
novel. Novel memberikan peranan yang sangat penting tentang pandangan terhadap kehidupan yang ada di dalam masyarakat. Tanda-tanda merupakan kajian dari semiotik.
Dalam kajian semiotik terdapat tanda, penanda, petanda, indeks, ikon, dan simbol. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, yakni dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1995:40). Dalam novel O karya Eka Kurniawan yang bercerita tentang tanda-tanda dalam kehidupan yang nyata. Eka Kurniawan menceritakan melalui seekor monyet yang bernama O.
Dengan tokoh O dan
tokoh-tokoh lainnya. Eka Kurniawan mengambil nama tokoh O karena O merupakan sebuah nama yang mana nama O tersebut artinya adalah sebuah kehidupan yang tidak lebih dari satu lingkaran. Maksudnya yang lahir akan mati. Yang terbit di timur akan terbenan di barat, dan muncul lagi di timur. Yang sedih akan bahagia, dan yang bahagia suatu hari akan bertemu sesuatu yang sedih, sebelum kembali bahagia. Dunia ini berputar, semesta ini bulat. Tanda-tanda yang ada dalam
novel O karya Eka Kurniawan yaitu tentang seekor monyet yang telah mati dan terlahir lagi menjadi manusia. Eka Kurniawan juga menceritakan dalam kehidupan ini harus ada makan dan dimakan maksudnya kalau tidak memakan maka akan ada yang dimakan.
Berdasarkan uraian di atas, fokus masalah dalam penelitian ini adalah analisis semiotik dalam kajian Peicer tentang tanda dan denotatum dan tanda dan interprentant. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan permasalahan semiotik dalam novel O karya Eka Kurniawan. Teori yang digunakan sebagai landasan dan bekaitan dengan permasalahan yang akan diteliti adalah teori yang dikemukakan oleh Peicer (dalam Sobur, 2009:41), yaitu (1) tanda dan denotatum. (2) tanda dan interprentant.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2010:5), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan metode ilmiah.
Penelitian kualitatif dalam penelitian ini hanya menjelaskan dan mendeskripsikan data-data berupa kata-kata bukan angka-angka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis.
Ratna (2010:53), menyatakan bahwa metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis.
Ratna (2010:47), menjelasakan dalam ilmu sastra sumber datanya adalah karya dan naskah sedangkan data penelitiannya sebagai data formal adalah kata, frasa, kalimat, dan wacana.
Jadi data dalam penelitian ini yaitu kata, frasa, kalimat, dan wacana dalam novel O karya Eka Kurniawan yang memperlihatkan tanda di dalamnya, sedangkan sumber data penelitian ini adalah novel O karya Eka Kurniawan. Moleong (2010:168), menyatakan bahwa instrumen adalah alat pengumpul data. Instrumen ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih
sistematis dan mudah. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan buku-buku pengetahuan tentang semiotik yang khususnya berhubungan dengan masalah tanda.
Data dikumpulkan melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
(1) membaca dan memahami novel secara keseluruhan, (2) menandai bagian-bagian tertentu yang berupa peristiwa atau kutipan dalam novel, (3) mencatat peristiwa yang berhubungan dengan semiotik dalam novel O karya
Eka Kurniawa, (4)
mengiventarisasikan data yang berhubungan dengan semiotik yang di lihat pada tanda dan denotantum dan tanda dan interprentant dari novel O dengan mengunakan tabel.
Menurut Patton (dalam Moleong, 2010:178), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap hal tersebut. Teknik pengabsahan data yang peneliti gunakan adalah teknik pengabsahan data triangulasi.
Pada penelitian ini, teknik analisis data yang penulis gunakan adalah memahami isi novel O karya Eka Kurniawan, kemudian mengambil kesimpulan tentang permasalahan sesungguhnya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data ini adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan data yang sudah diinventarisasikan, (2) menganalisis data sesuai dengan teori
yang dikemukakan, (3)
menginterpretasikan data yang sudah dianalisis, (4) Menyimpulkan hasil penelitian, dan (5) Menuliskan laporan hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dilakukan pembahasan terhadap analisis semiotik dalam novel O karya Eka Kurniawan dapat ditemukan pembahasannya yaitu 1) tanda dan denotatum dalam novel O karya Eka Kurniawan, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. 2) tanda dan interpretant peirce dalam novel O karya Eka Kurniawan yang terdiri dari rheme, dicentsign, dan argument.
Dalam novel O karya Eka Kurniawan banyak menceritakan tentang semiotik tentang kehidupan masyarakat menenggah kebawah. Eka
Kurniawan juga menceritakan tentang sebuah kehidupan. Betapa hidup ini tidak lebih dari satu lingkaran. Yang lahir akan mati. Yang terbit di timur akan tenggelam di barat, dan muncul lagi di timur. Yang sedih akan bahagia, dan yang bahagia suatu hari akan bertemu sesuatu yang sedih, sebelum kembali lagi bahagia. Dunia itu berputar, semesta ini bulat. Eka Kurniawan memberikan judul novelnya O karena ada tanda di dalamnya bahwa dunia ini bulat seperti lingkaran yang berbentuk O dengan satu huruf. O sama dengan sebuah kehidupan yang berputar sesuai dengan porosnya.
Dalam novel O karya Eka Kurniawan ini sebenarnya Eka ingin menyampaikan betapa hidup ini penuh dengan perjuangan. Eka Kurniawan menekankan bahwa hidup sebenarnya adalah upaya untuk bertahan.
Memakan atau dimakan, meninggalkan atau di tinggalkan. Tanda-tanda yang ditemukan dalam novel ini yaitu ikon, indeks, dan simbol sesuai dengan teori semiotik Peirce (dalam Sobur, 2009:41).
Menurut Peirce (dalam Sobar, 2009:41), ikon adalah tanda yang
hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dengan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon merupakan hubungan representement (R) dan obyek (O) yang memiliki keserupaan (similitude atau resemblance) atau ‘tiruan tak serupa’
dengan bentuk objek (terlihat pada gambar atau lukisan).
Dalam novel O karya Eka Kurniawan, peneliti menemukan sebuah ikon poster. Ikon poster yang di gambarkan di dalamnya dapat dilihat dalam kutipan berikut, “Betalumur menoleh dan ikut memerhatikan poster yang ditunjuk si penjual, sekaligus terus diperhatikan O. Poster bergambar seorang penyanyi dangdut, dengan pakaian putih berumbai-rumbai, wajah penuh cambang, bagian dadanya sedikit terbuka dan memperlihatkan bulu dada yang juga lebat, serta tangannya memegang gitar merek Fender”.
Dalam kutipan tersebut dapat dilihat sebuah ikon poster bergambar seorang penyanyi dangdut, dengan pakaian putih berumbai-rumbai, wajah penuh cambang, bagian dadanya sedikit
terbuka dan memperlihatkan bulu dada yang juga lebat, serta tangannya memegang gitar merek Fender. Ini merupakan sebuah ikon poster karena poster yang di gambarkan tersebut mirip dengan yang sebenarnya dan sesuai dengan kenyataan yang ada.
Ada pun ikon yang terdapat dalam novel O karya Eka Kurniawa yaitu ikon seorang polisi yang dapat dilihat dalam kutipan berikut,“Monyet gila, kembalikan revolverku!” teriak Si Polisi, sambil membetulkan celana seragamnya, yang entah kenapa sedikit kedodoran. Berbeda dengan kebanyakan polisi yang sering terlihat di pinggir jalan, yang kebanyakan berperut besar, ia bisa di bilang kurus. Kepalanya mendongak, jelas ia sangat kesal. “Kembalikan!”. Ikon ini
mengambarkan seorang polisi berperut besar menandakan bahwa seorang polisi yang pemalas dan rakus.
Biasanya polisi yang berperut besar tersebut malas bergerak dan suka meminta uang orang yang dia tilang.
Ada pun tandan dan denotatum yang terdapat di dalamnya ialah indeks.
Menurut Peirce (dalam Sobar, 2009:41), indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Atau indeks merupakan hubungan representement (R) objek (O) yang terjadi karena terdapat keterkaitan atau hubungan kausal antara dasar dan objeknya. Indeks di sebut juga sebagai petunjuk, terwujud dalam segala macam representatif yang digunakan orang secara naluriah.
Dalam novel O karya Eka Kurniawan terdapat indeks ruang dan temporal. Indeks ruang yang digambarkan dalam novel O karya Eka Kurniawa dapat dilihat dalam kutipan berikut, “Sebelum bersama Sobar, ia pernah bersama polisi lain. Itu kisah lalu dan tak perlu banyak diingat. Atau juga ingin mengetahuinya lebih banyak, sejarah mengenai masa lalunya tercatat dengan baik dikantor polisi. Kapan ia keluar rumah bersama tuannya. Kapan ia memuntahkan pelor. Berapa pelor ia muntahkan. Dan siapa saja yang pernah menelan pelor-pelornya. Berapa mati, banyak yang pincang. Satu dua meleset”.pada kutipan tersebut mengambarkan sebuah indeks ruang yang digambarkan dalam ruang kantor polisi. Dalam
kutipan tersebut mengatakan bawah jika ingin mengetahui lebih banyak, sejarah mengenai masa lalunya tercatat dengan baik dikantor polisi. Kantor polisi menunjukkan pada indeks ruang karena kantor polisi termasuk kepada ruang atau tempat.
Menurut Peirce (dalam Sobar, 2009:41), simbol adalah bentuk yang menadai sesuatu yang lain di luar wujud bentuk simbolik itu sendiri.
Simbol disebut juga sebagai hubungan yang sudah terbentuk secara konvensi.
Tanda yang berupa simbol mencakup berbagai hal yang telah mengkonvensi di masyarakat. Antara tanda dengan objek tidak memiliki hubungan kemiripan ataupun kedekatan, melainkan terbentuknya karena kesepakatan. Simbol dapat juga di artikan sebagai tanda atau hubungan representement (R) dan obyek (O) yang terbentuk karena adanya kovensi.
Hubungannya bersifat arbiter.
Dalam novel O karya Eka Kurniawan, peneliti menemukan simbol yang digambarkan di dalamnya, yaitu simbol kemiskinan, kekayaan, dan kerajaan. Simbol kekayaan dapat dilihat dalam kutipan berikut, “suara musik yang kencang menarik
perhatiannya. O berjalan kearah satu kios di pinggir jalan. Dia tidak tahu apa yang dijual tempat tersebut, tapi dia melihat satu poster bergambar seorang lelaki dengan baju rumbai-rumbai setengah terbuka, dengan gitar fender di tangan.”
Di dalam kutipan ini simbol kekayaan yang terdapat di dalamnya ialah sebuah gitar merek Fender. Gitar merek Fender inilah yang disebut dengan sembol kekayaan karena gitar fender ini buatan dari Amerika dan memiliki harga yang sangat mahal.
Harga gitar ini mencapai ratusan sampai puluhan juta.
Ada pun simbol kemiskinan yang digambarkan diidalamnya dapat dilihat dalam kutipan berikut,
“Pasangan pemulung itu belakangan memiliki pesawat televisi butut dan pemutar cakram ringkas yang juga butut, tapi setidaknya kedua benda itu masih berfungsi. Betalumur kadang datang membawa cakram ringkas berisi film India, dan sambil menonton, kadang-kadang mereka menangis bersama jika tokoh pujaan mereka didera kemalangan tiada tara. Jika film itu demikian bagusnya, mereka akan kembali menonton keesokan
harinya, dan kembali menangis untuk kemalangan tokoh pujaan tersebut”.
Dari kutipan tersebut terdapat simbol kemiskinan yang di gambarkan pada sepasang pemulung yang mempunai alat prabot rumah tangga yang sudah buntu. Semua benda atau barang yang ada di dalam rumahnya adalah barang bekas atau buntut dan tidak berharga.
Dalam novel O karya Eka Kurniawan dapat disimpulkan bahwa beberapa tokoh, alur, dan latar dalam novel terdapat interpretantkan.
Interpretant merupakan interpretasi terhadapat kenyataan yang ada dalam tanda. Interpretant yang ditemukan dalam novel O karya Eka Kurniawan ini, yaitu rheme, dicentsign, dan argument sesuai dengan teori semiotik Peirce (dalam Sobur, 2009:42).
Peirce (dalam Sobur, 2009:42), membagi interpretant menjadi tiga bagian, yaitu (1) Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan.
Dalam novel O karya Eka Kurniawa terdapat rheme yang dapat digambarkan pada kutipan berikut,
“Mereka mengelilingi surau, lalu berhenti di dekat jendela, tak jauh dari tempat syekh mengaji. Si lelaki tua
belum menyadari kehadiran kedua sosok itu. Mereka mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kecil yang dibawa salah satu dari mereka, meletakkannya di atas batu, tepat di bawah meja. Sejenak mereka memasang telinga, mengitip kedalam.
Satu di antara mereka memberi isyarat bahwa Syekh tidak terganggu.
Kawannya mengangguk. Mereka jongkok. Satu di antara mereka mengeluarkan pematik api. Api menyala kecil, dan tampaklah benda yang di letakkan di atas batu tersebut.
Ia memiliki sumbu. Mereka membakar sumbu”. Pada kutipan tersebut mengambarkan sebuah peristiwa api menyala kecil, dan tampaklah benda yang diletakan di atas batu tersebut. Dia memiliki sumbu.
Mereka membakar sumbu. Dapat di tafsirkan sendiri bahwa api menyala kecil dan memiliki sumbu tersebut adalah sebuah benda mercun yang besar meledak dan memiliki suara yang keras. (2) Dicentsign adalah penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya atau dicentsign adalah tanda sesuai kenyataan.
Dalam novel O karya Eka Kurniwan dapat dilihat pada kutipan
berikut, “Rini Juwita menggigit bibirnya. Matahari mulai condong semakin kebawah, udara kuburan mulai terasa dingin. Ia cemas. Sangat cemas”. Pada kutipan tersebut mengambarkan bahwa matahari mulai condong semakin kebawah, udara kuburan mulai terasa dingin. Dapat dilihat bahwa dicentsign tentang kutipan diatas memang sesuai dengan kenyataan yang ada. (3) Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.
Dalam novel O karya Eka Kurniawan dapat dilihat pada kutipan berikut,
“Entang Kosasih tak pernah
mengeluarkan komentar soal itu dan O selalu berfikir sang kekasih bersepakat dengannya. Hingga suatu ketika, sepulang mendengarkan dongeng semacam itu dan mereka berpacaran di atas rongsokan kerangka mobil sambil bicara tentang kapan mereka akan menikah, tiba-tiba Entang Kosasih berkata yang membuat O hampir mati berdiri: “Aku akan mengikuti jejak Armo Gundul”. Pada kutipan tersebut mengambarkan bahwa dia akan mengikuti jejak Armo Gundul. Dapat ditafsirkan sendiri atau memberikan pendapat sendiri bahwa
seekor monyet yang akan mengikuti jejak Armo Gundul yang berhasil menjadi manusia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa analisis semiotik yang terdapat dalam novel O karya Eka Kurniawan adalah sebagai berikut: Pertama, tanda dan denotatum yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Ikon yang terdapat dalam novel O karya Eka Kurniawan yaitu ikon polisi berperut besar, poster, foto, kostum, dan perumahan. Ikon polisi berperut besar dalam novel O karya Eka Kurniawan mengambarkan seorang polisi yang pemalas dan rakus.
Biasanya polisi yang berperut besar tersebut malas bergerak dan suka meminta uang orang yang dia tilang.
Ikon poster yang digambarkan dalam novel O karya Eka Kurniawan menunjukkan pada sebuah poster yang mengambarkan seorang penyanyi dangdut, dengan pakaian putih berumbai-rumbai, wajah penuh cabang, bagian dadanya sedikit terbuka dan memperlihatkan bulu dada yang juga lebat.
Ikon foto yang terdapat dalam novel O karya Eka Kurniawan dapat di tunjukkan pada gambar seekor induk anjing dan beberapa ekor anak anjing yang berada di samping induknya. Ikon kostum merupakan sebagai penanda sosial. Dalam novel O karya Eka Kurniawan terdapat ikon kostum yang digambarkan pada seorang perempuan yang mengenakan kaca mata hitam.
Rambut lurusnya, yang dicat sedikit kecoklatan, jatuh di bahunya. Dia mengenakan kemeja warna biru pupus, dengan lengan di gulung hampir sesiku. Celana jins hitam. Sepatu kulit berhak tinggi model bakiak, warna hitam. Ikon perumahan merupakan sebagai penanda sosial. Dalam novel O karya Eka Kurniawan terdapat ikon perumahan dapat digambarkan pada sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu dengan dinding papan dan tripleks. Beberapa bagian sudah ditambal dengan kayu bekas meja dan seng.
Dalam novel O karya Eka Kurniawan terdapat indeks ruang dan temporal. Indeks ruang menunjukkan pada sebuah tempat atau lokasi kejadian. Sedangkan indeks temporal menunjukkan pada waktu kajidian.
Indeks ruang dapat dilihat dalam novel O karya Eka Kurniawan pada sebuah peristiwa kejadiannya. Dalam novel O karya Eka Kurniawan terdapat indeks ruang yaitu pada setiap kali setelah dia terpaksa mempergunakan si revolver untuk menembak, dia akan duduk di sofa rumahnya, dan mulai membuka kabin pelor.
Sedangkan indeks terporal dapat di lihat dalam novel O karya Eka Kurniawan yang ditunjukkan pada sore itu, si pemuda berjalan keluar dari gang kecil. Melewati mobil patroli. Dia melemparkan bungkus rokok ke pinggir jalan.
Dalam novel O karya Eka Kurniawan terdapat simbol kemiskinan, kekayaan, dan kerajaan.
Simbol kemiskinan yang terdapat dalam novel O karya Eka Kurniawan dapat ditunjukkan pada sepasang pemulung. Pemulung itu memiliki pesawat televisi butut dan pemutar cakram ringkas yang juga butut, tapi setidaknya kedua benda itu masih berfungsi.
Simbol kerjaan yang terdapat dalam novel O karya Eka Kurniawan dapat ditunjukkan pada seekor monyet yang mengenakan pakaian laksana
seorang sultan. Duduk diatas tandu dan tandu itu diangkat oleh dua ekor monyet yang kemudian berjalan mengelilingi si pawang.
Kedua, interpretant yang terdapat dalam novel O karya Eka Kurniawan, yaitu interpretan rheme, dicentsign, dan argumen. Dalam novel O karya Eka Kurniawa terdapat rheme yang dapat digambarkan pada sebuah peristiwa api menyala kecil, dan tampaklah benda yang diletakan di atas batu tersebut. Dia memiliki sumbu.
Mereka membakar sumbunya. Dapat di tafsirkan sendiri bahwa api menyala kecil dan memiliki sumbu tersebut adalah sebuah benda mercun yang besar dan bisa meledak juga memiliki suara yang keras.
Ada pun dicentsign dalam O karya Eka Kurniwan dapat dilihat bahwa matahari mulai condong semakin kebawah, udara kuburan mulai terasa dingin. Dapat dilihat bahwa dicentsign tentang kutipan diatas memang sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan argumen yang terdapat dalam novel O karya Eka Kurniawan dapat dilihat bahwa dia akan mengikuti jejak Armo Gundul. Dapat ditafsirkan sendiri atau
memberikan pendapat sendiri bahwa seekor monyet yang akan mengikuti jejak Armo Gundul yang berhasil menjadi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Pt. Remaja Rosdakarya.
Ratna, Kutha, Nyoman. 2010. Teori, Metode, Dan Teknik Penilitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kurniawan, Eka. 2016. O. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama