Judul Skripsi : Analisis Sistem Biaya dan Pengendalian Mutu Barang Perishable (Studi Kasus di PT. Judul Skripsi : Analisis Sistem Biaya dan Pengendalian Mutu Barang Perishable (Studi Kasus di PT.
Latar Belakang
Penelitian yang dilakukan oleh Manggus (2004) berjudul “Analisis perlakuan akuntansi terhadap produk rusak dan produk cacat pada PT. Sedangkan untuk produk cacat yang masih dapat diperbaiki, biaya perbaikan dihitung sebagai tambahan biaya produksi pesanan.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan penelitian tersebut, penulis tertarik untuk mengevaluasi kembali penelitian tersebut dengan mencari data atau sumber bahan baru (studi kasus pada perusahaan farmasi PT. Dengan adanya produk pemusnahan ini, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana biaya-biaya tersebut diakui. dan dihitung.
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
Sistematika Penulisan
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang digunakan peneliti, termasuk landasan teori dan kerangka yang berkaitan dengan permasalahan pokok yang akan dibahas dalam skripsi. Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian, seperti desain penelitian, variabel dan pengukurannya, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
Tinjauan Pustaka .1 Pengertian Biaya
Klasifikasi Biaya
Biaya non produksi adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi, biasa disebut biaya komersial. Biaya-biaya yang tidak relevan dapat dikelompokkan menjadi beberapa unsur: (1) biaya masa lalu, yaitu biaya-biaya yang telah terjadi, namun tidak mempengaruhi suatu keputusan; (2) sunk cost, yaitu biaya yang tidak dapat diperoleh kembali.
Sistem Perhitungan Biaya
Biaya yang dibebankan pada produk jadi adalah bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Metode penetapan biaya variabel (variable costing) adalah metode penentuan harga dasar suatu produk dengan hanya memperhitungkan biaya produksi variabel seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Akumulasi Biaya
Dalam metode order costing, biaya pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi lainnya kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode penetapan biaya proses, biaya pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan habis pakai serta biaya tenaga kerja.
Varians
- Anggaran Statis dan Anggaran Fleksibel
- Varians Volume Penjualan, Varians Harga, dan Varians Efisiensi
Perbedaannya hanya pada jumlah anggaran fleksibel dihitung berdasarkan tingkat produksi aktual, sedangkan jumlah anggaran statis dihitung berdasarkan tingkat produksi yang dianggarkan. Menurut Hongren, varians anggaran statis adalah perbedaan antara hasil aktual dan jumlah anggaran yang sesuai dengan anggaran statis. Varians anggaran fleksibel adalah perbedaan antara output aktual dan jumlah anggaran fleksibel yang bersangkutan, berdasarkan tingkat output aktual pada periode anggaran.
Varians volume penjualan adalah perbedaan antara jumlah anggaran fleksibel dan jumlah anggaran statis yang bersangkutan. Varians harga adalah perbedaan antara harga aktual dan harga yang dianggarkan dikalikan dengan jumlah input aktual, seperti pembelian langsung atau bahan mentah yang digunakan.
Pengertian Spoilage Goods, Rework, dan Scrap
- Perlakuan Akuntansi untuk Spoilage Goods, Rework, Scrap Berdasarkan Pesanan
- Perlakuan Akuntansi untuk Spoilage Goods, Rework, Scrap Berdasarkan Proses
Pengerjaan ulang adalah proses perbaikan barang yang cacat, hal ini juga dapat disebabkan oleh tindakan pelanggan atau kegagalan internal (William K Carter, 2009:228). Jika pengerjaan ulang disebabkan oleh pelanggan, maka biaya pengerjaan ulang dibebankan pada pesanan, dan idealnya ditutupi dengan kenaikan harga jual. Jika pengerjaan ulang disebabkan oleh kegagalan internal, maka biaya pengerjaan ulang harus dibebankan kepada pengontrol umum pabrik dan dilaporkan secara berkala kepada manajemen.
Sama halnya dengan sistem penetapan biaya berdasarkan pesanan, kerugian produksi pada sistem penetapan biaya berbasis proses juga mencakup biaya sisa bahan baku, biaya barang cacat, dan biaya pengerjaan ulang. Biaya pengerjaan ulang biasanya dibebankan kepada pengontrol pabrik secara umum daripada ke barang dalam proses karena pengerjaan ulang dalam sistem penetapan biaya berbasis proses biasanya disebabkan oleh kegagalan internal daripada permintaan pelanggan (William K. Carter, 2009: 231).
Pengendalian Kualitas
- Diagram Pareto
- Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)
Pengendalian mutu merupakan kegiatan manajemen untuk menjaga dan mengarahkan mutu produk atau jasa suatu badan usaha sesuai rencana (Dorothea, 2003: 22). Menurut Vincent Gasperz, pengendalian mutu adalah “Pengendalian mutu adalah teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.” Pengendalian mutu ini merupakan upaya preventif dan dilakukan sebelum terjadinya cacat produk atau jasa, dengan tujuan agar tidak terjadi cacat mutu pada badan usaha yang bersangkutan.
Pengendalian mutu terdiri atas: (1) pemilihan subjek atau dasar pengendalian, (2) pemilihan satuan pengukuran, (3) penyusunan pengukuran, (4) penyusunan standar kerja, (5) pengukuran kinerja aktual, (6 ) menafsirkan perbedaan antara standar dan data nyata, (7) mengambil tindakan untuk perbedaan tersebut. Sedangkan untuk menjaga kualitas produk dan jasa yang dihasilkan serta sesuai dengan kebutuhan pasar, maka perlu dilakukan pengendalian kualitas terhadap kegiatan proses.
Rerangka Pemikiran
Penulis menghitung biaya produksi termasuk jumlah unit yang rusak untuk menentukan biaya produksi per unit.
Tinjauan Penelitian Terdahulu 1) Yohanes Indra Saputra (2001)
Selvi Triwidarti (2004)
Metode alternatif digunakan untuk menghitung unit yang rusak sebagai bagian dari perhitungan biaya produksi satuan, dimana hasil penjualan produk yang rusak diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa harga pokok penjualan barang rusak yang benar dapat mempengaruhi harga pokok penjualan yang menentukan harga jual yang digunakan perusahaan untuk menjual produknya di pasar.
Muhammad Manggus (2004)
Marwah (2009)
Lydia Fransisca (2011)
Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di PT
Sifat Penelitian
Metode Pengumpulan Data .1 Jenis Data
- Populasi dan Sampel
- Teknik Pengumpulan Data
Sedangkan penulis memperoleh data sekunder dari wawancara perusahaan untuk mendapatkan gambaran jelas bagaimana produk rusak ditangani, dihitung dan dicatat. Sedangkan penulis mengambil sampel lembar biaya produksi obat tablet bulan Januari dan Februari 2012 sebagai sampel penelitian ini. Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab mengenai produk yang rusak kepada manajer dan asisten manajer produksi, sehingga penulis mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penanganan produk yang rusak tersebut.
Yaitu penulis mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang diteliti, dan memperolehnya dengan mempelajari literatur, buku referensi, internet, dan bacaan-bacaan lain yang berkaitan erat dengan produk rusak tersebut. Penelitian kepustakaan disini bertujuan untuk mencari landasan teori pembahasan, serta melengkapi data primer yang penulis peroleh melalui penelitian perusahaan, penulis akan mencoba melakukan penelitian dan membandingkan dengan beberapa buku referensi, literatur yang berkaitan dengan penyusunan teori-teori yang menjadi landasan dan acuan pembahasan.
Metode Analisis Data
Deskriptor kuantitatif adalah teknik analisis data yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari data yang dapat diukur dalam besaran tertentu. Sedangkan deskriptor kualitatif adalah suatu metode untuk menyelidiki objek yang tidak dapat diukur dengan angka atau ukuran lain yang tepat (Drs. Gempur, 2005: 52). Apabila diperlukan penulis melakukan simulasi estimasi terhadap data yang tidak tersedia dan melakukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan metode sistem costing yang penulis peroleh melalui penelitian kepustakaan sehingga semoga penulis dapat memberikan kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam menghadapi permasalahan. dengan produk yang rusak.
Untuk membandingkan perhitungan penulis dengan perusahaan, penulis menggunakan metode sistem biaya proses rata-rata tertimbang khusus, karena perusahaan juga menerapkan metode tersebut. Sedangkan dalam usulan penerapan pengendalian mutu, penulis menggunakan alat dan teknik pengendalian berupa diagram pareto dan diagram sebab akibat.
Gambaran Umum Objek Penelitian .1 Sejarah Singkat Rerusahaan
- Struktur Organisasi Perusahaan
- Proses Produksi
Berfungsi sebagai departemen pendukung teknologi informasi dan bertanggung jawab atas pengadaan/peningkatan peralatan komputer, perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan yang diperlukan oleh karyawan untuk menjalankan fungsinya. Bertanggung jawab untuk menciptakan sistem TI yang terintegrasi seperti Customer Relationship Management (CRM), Supply Chain Management dan Warehouse Management. Departemen ini bertanggung jawab untuk menciptakan strategi pengembangan sumber daya manusia yang kompeten yang didukung oleh budaya perusahaan yang harmonis, serta melaksanakan proses rekrutmen, penempatan karyawan, Individual Development Program (IDP) dan pembuatan sistem yang mampu untuk mendukung terciptanya manusia yang diidam-idamkan. sumber daya.
Departemen ini bertugas menyediakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman serta bertanggung jawab mengamankan aset perusahaan dan melaksanakan administrasi kepegawaian. Pengepakan: proses pengemasan sekunder, strip dimasukkan ke dalam kotak sesuai dengan isi yang ditentukan (misalnya 5 strip, 10 strip), kemudian dimasukkan ke dalam kotak induk. Satu kotak master berisi banyak kotak, misalnya 25 kotak @ 5 strip, 50 kotak @ 10 strip.
Deskripsi Data
- Produk Rusak (Spoilage good)
- Data Perusahaan
- Jenis dan Penyebab Kerusakan
Produk rusak tersebut berasal dari dua sumber, yaitu (1) produk rusak karena kesalahan pemasaran dan (2) produk rusak karena kesalahan produksi. Produk yang rusak karena cacat produksi dibagi menjadi produk rusak yang tidak dapat diproses ulang atau diperbaiki, dan produk cacat yang dapat dikerjakan ulang. Menurut pihak perusahaan, hal ini dianggap sebagai keuntungan perusahaan yang diperoleh dari produk bagus yang diproduksi melebihi standar, sehingga produk bagus dianggap sebagai pengurang jumlah produk cacat.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin menjelaskan mengenai jenis dan penyebab kerusakan produk yang rusak yang kemudian dapat dijadikan saran bagi PT.X untuk mengurangi jumlah produk yang rusak. Dalam hal ini jenis kerusakan seluruh produk yang rusak adalah tablet pecah, sehingga persentase kerusakan jenis ini adalah 100% untuk bulan Januari dan Februari.
Analisis dan Pembahasan
- Perhitungan Harga Pokok Produksi
- Analisa Jenis dan Penyebab Kerusakan
Perhitungan harga pokok produk jadi per unit (inner box) dilakukan oleh perusahaan dengan adanya produk yang rusak. Selanjutnya terkait harga pokok produksi, laporkan di atas dengan pengakuan kerusakan produk yang terjadi selama proses produksi dalam satuan fisik. Jumlah produk yang masuk proses, produk baik dan produk rusak didasarkan pada angka akumulasi seluruh produk tablet yang diproduksi pada bulan Januari dan Februari 2012.
Berdasarkan data laporan produksi bulan Januari dan Februari 2012 dapat disimpulkan bahwa produk yang rusak ada pada PT. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan untuk mengurangi jumlah produk yang rusak dan meningkatkan kualitas produknya.
Kesimpulan
Dalam perhitungannya, perusahaan tidak membedakan antara cacat normal dan cacat abnormal serta tidak menggunakan derajat penyelesaian dalam perhitungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan selama ini belum menerapkan perlakuan akuntansi yang tepat terhadap produk rusak yang terjadi sehingga laporan keuangan yang dihasilkan tidak akurat. Upaya dari PT.
Upaya tersebut berhasil menurunkan jumlah produk rusak pada periode Januari-Februari, terbukti dengan menurunnya jumlah produk rusak pada periode tersebut.
Saran
Agar perusahaan dapat mengetahui jenis kerusakan dan faktor penyebab kerusakan tersebut, maka perusahaan dapat mengambil tindakan cepat untuk mengurangi jumlah produk yang rusak. Upaya yang dilakukan perusahaan harus terus dilakukan, untuk upaya lainnya perusahaan sebaiknya memperhatikan umur mesin agar dapat bekerja secara efisien, merancang pabrik yang bersih dan nyaman, mengontrol penanganan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi, Perusahaan juga sebaiknya menerapkan manajemen persediaan yang baik, misalnya saja menerapkan metode just-in-time yaitu memesan bahan baku pada saat dibutuhkan, sehingga tidak ada bahan baku yang disimpan di gudang dalam waktu lama. X hendaknya membentuk unit pengendalian mutu yang berkesinambungan mulai dari bahan baku hingga produk jadi sehingga pengendalian mutu dapat dilakukan secara lebih teratur dan optimal.
Penulis berharap pada penelitian selanjutnya dapat membahas mengenai tiga jenis produk rusak yaitu pembusukan, pengerjaan ulang, dan skrap. Oleh karena itu, penulis juga berharap agar penelitian selanjutnya dapat melihat sisi perpajakan berdasarkan hasil laporan laba rugi.