• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tarif Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Samarinda

N/A
N/A
Abdillah Hasby Chairi

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Tarif Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Samarinda"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS TARIF BUS ANTAR KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) SAMARINDA – BALIKPAPAN

BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL

KENDARAAN (BOK), ABILITY TO PAY (ATP), DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)

(Studi Kasus: Terminal Sungai Kunjang Samarinda dan Terminal Batu Ampar Balikpapan)

Oleh:

Mathilda Cindy Emba 1909026006

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

2023

(2)

UNIVERSITAS MULAWARMAN FAKULTAS TEKNIK

PS S1 TEKNIK SIPIL PERTAMBANGAN LINGKUNGAN INDUSTRI PS D3 TEKNIK PERTAMBANGAN

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Mathilda Cindy Emba

NIM : 1909026006

Peminatan : Transportasi

Judul Skripsi : Analisis Tarif Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Samarinda – Balikpapan Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP), dan Willingness To Pay (WTP) (Studi Kasus: Terminal Sungai Kunjang Samarinda dan Terminal Batu Ampar Balikpapan)

Usulan Pembimbing 1 : Dr. Johannes Edward Simangunsong, S.T., M.T.

Usulan Pembimbing 2 : M. Jazir Alkas, S.T., M.T.

Dilaksanakan : Semester Genap 2022/2023

1. Judul Skripsi

Analisis Tarif Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Samarinda – Balikpapan Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP), dan Willingness To Pay (WTP) (Studi Kasus: Terminal Sungai Kunjang Samarinda dan Terminal Batu Ampar Balikpapan).

2. Latar Belakang

Kota Samarinda dan Kota Balikpapan yang merupakan simpul dari pertumbuhan industri, jasa, perdagangan dan transportasi dari kota dan kabupaten sekitarnya merupakan salah satu keunggulan komparatif terhadap pertumbuhan daerah. Keberhasilan pembangunan kedua daerah ini tidak

(3)

terlepas dari peran aktif sektor jasa transportasi sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, politik dan pertahanan keamanan. Keberhasilan pembangunan akan menjadi kian berarti apabila diikuti oleh penyediaan pelayanan transportasi yang memadai bagi pengguna jasa tersebut.

Perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh mobilitas pergerakan masyarakat, semakin besarnya tingkat mobilitas masyarakat maka sangatlah dibutuhkan akan pelayanan di bidang transportasi. Salah satu sarana transportasi yang dapat diharapkan menanggulangi meningkatnya tarikan dan bangkitan perjalanan antar kota adalah transportasi umum seperti Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP).

Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) berperan sebagai penghubung antar satu wilayah ke wilayah lain untuk satu kegiatan antar wilayah baik berupa kegiatan bisnis, pendidikan, budaya, pariwisata ataupun kegiatan lainnya yang berada dalam lingkup provinsi. Bus AKDP ini memiliki peranan lain yaitu sebagai mengurangi intensitas kemacetan jalan raya di jalur kedua wilayah tersebut sehingga pengguna kendaraan pribadi yang masuk di dalam kota tersebut dapat dikurangi jumlahnya serta meningkatkan jumlah penumpang angkutan umum dalam kota tersebut.

Penelitian ini mencoba mengaitkan hubungan faktor-faktor angkutan umum terhadap efektifitas pelayanan angkutan umum, berupa : kemampuan membayar (ability to pay), keinginan untuk membayar (willingness to pay), tarif, faktor muat (load factor), waktu tempuh, jarak tempuh, dan jumlah armada.

Adapun permasalahan dalam analisa ini adalah apakah tarif angkutan umum yang berlaku saat ini khususnya angkutan bus antar kota dalam provinsi Trayek Samarinda – Balikapapan telah sesuai apabila ditinjau dari biaya operasional kendaraan dan apakah tarif yang berlaku saat ini telah sesuai

(4)

ditinjau dari kemampuan penumpang (ATP) maupun persepsi atau kemauan penumpang (WTP).

Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu penelitian sehingga mengetahui tarif ideal angkutan bus AKDP jurusan dari Kota Samarinda menuju Kota Balikpapan dan sebaliknya.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka diketahui rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah tarif yang digunakan penyedia jasa angkutan umum bus AKDP jurusan Samarinda – Balikpapan untuk saat ini sudah sesuai dengan SK Gubernur yang berlaku ditinjau dari Biaya Operasional Kendaraan (BOK)?

2. Apakah tarif yang berlaku saat ini telah sesuai ditinjau dari kemampuan membayar penumpang (ability to pay) dan keinginan membayar penumpang (willingness to pay) terhadap jasa angkutan umum bus AKDP Trayek Samarinda – Balikpapan?

3. Apakah tarif yang berlaku saat ini sudah ideal bagi pengguna jasa (user) dan penyedia jasa (operator) angkutan umum bus AKDP?

4. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, diketahui tujuan dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besarnya Biaya Operasional Kendaraan pada angkutan umum bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) Trayek Samarinda – Balikpapan.

(5)

2. Untuk mengetahui tarif dilihat dari kemampuan membayar pengguna jasa angkutan umum bus AKDP (ability to pay) dan keinginan membayar pengguna jasa angkutan umum bus AKDP (willingness to pay).

3. Untuk mengetahui tarif yang ideal bagi penyedia jasa dan pengguna angkutan umum bus AKDP Trayek Samarinda – Balikpapan pada Terminal Sungai Kunjang Samarinda dan Terminal Batu Ampar Balikpapan.

5. Batasan Masalah

Penelitian yang dilakukan memiliki batasan-batasan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Terminal Sungai Kunjang Samarinda dan Terminal Batu Ampar Balikpapan.

2. Penelitian ini membahas tarif bus berdasarkan biaya operasional kendaraan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ditinjau dari segi pengusaha angkutan, dan pengguna angkutan umum Trayek Samarinda – Balikpapan pada Terminal Sungai Kunjang Samarinda dan Terminal Batu Ampar Balikpapan.

3. Angkutan umum yang diamati adalah bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang memiliki fasilitas AC dengan tujuan Samarinda – Balikpapan atau sebaliknya.

4. Menentukan besaran Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dapat dilakukan secara survey lapangan atau di dapat juga dari data sekunder dari instansi yang terkait baik dari operator atau regulator bus AKDP Samarinda – Balikpapan dengan menggunakan pedoman teknik penyelenggaraan angkutan umum di wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur dengan nomor SK.687/AJ.206/DRJD/2002 keluaran Direktorat Jenderal Perhubungan Darat tahun 2002.

5. Menentukan besaran kemampuan membayar pengguna jasa angkutan umum (ability to pay) dan keinginan membayar pengguna jasa angkutan

(6)

umum (willingness to pay) dilakukan secara studi kuesioner terhadap penumpang (user) bus AKDP Samarinda – Balikpapan.

6. Harga BBM dan Sparepart adalah harga yang berlaku pada saat penelitian berlangsung.

7. Tarif bus AKDP saat penelitian adalah senilai Rp 55.000,00.

6. Tinjauan Pustaka 6.1 Angkutan Umum

Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993, Angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Sedangkan kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang dilayani dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam trayek. Pembagian trayek tetap dan teratur berdasarkan operasi pelayanannya adalah sebagai berikut :

a. Trayek Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan lintas batas negara trayek yang wilayah pelayanannya lebih dari satu provinsi.

b. Trayek Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), trayek yang wilayah pelayanannya melebihi satu wilayah kabupaten/kota namun masih dalam satu provinsi.

c. Trayek Perkotaan, trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II atau trayek dalam daerah khusus ibukota.

d. Trayek Pedesaan, trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah kabupaten Daerah Tingkat II

6.2 Tarif Angkutan Umum

(7)

Menurut Departemen Perhubungan (2002), Tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan pada setiap penumpang kendaraan angkutan umum yang dinyatakan dalam rupiah. Penetapan tarif dimasukkan untuk mendorong terciptanya penggunaan prasarana dan sarana pengangkutan secara optimum dengan mempertimbangkan lintasan yang bersangkutan.

Guna melindungi konsumen, pemerintah menetapkan batas tarif maksimum, dan bila dianggap perlu untuk menjaga persaingan sehat, pemerintah juga menetapkan tarif minimum. Sementara itu tarif harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih memberikan keuntungan wajar kepada pihak pengusaha angkutan umum dan dapat diterima konsumen.

Penentuan tarif ini harus berdasarkan sistem pembentukannya yang diatur oleh pemerintah. Ada tiga cara dalam menentukan sistem pembentukan tarif, yaitu :

1. Sistem pembentukan tarif dasar produksi jasa (cost of service pricing), dimana tarif dibentuk atas dasar biaya produksi jasa transportasi ditambah dengan keuntungan yang layak bagi kelangsungan hidup dan pengembangan perusahaan, diantaranya adalah :

a. Direct Cost (Biaya Langsung) b. Indirect Cost (Biaya Tak Langsung)

2. Sistem pembentukan tarif atas dasar nilai jasa (value of service pricing), dimana tarif didasarkan atas nilai yang dapat diberikan terhadap jasa pelayanan transportasi.

3. Sistem pembentukan yang didasarkan pada elastisitas kurva permintaan terhadap jasa (charging what the traffic will bear), dimana tarif berada diantara tarif minimum dan tarif maksimum, sehingga tarif ini berusaha dapat menutupi seluruh biaya variable sebanyak mungkin dan sebagian dari biaya tetap (fixed cost).

6.3 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)

(8)

Menurut Rahman (2012), Biaya operasional kendaraan didefinisikan sebagai biaya semua faktor operasional dari suatu kendaraan untuk tujuan tertentu dalam kondisi normal. Jika ditinjau dari kegiatan usaha angkutan biaya yang dikeluarkan, untuk suatu produksi jasa angkutan yang akan dijual kepada pemakai jasa, dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu :

a. Biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan perusahaan;

b. Biaya yang dikeluarkan untuk operasi kendaraan, dan

c. Biaya yang dikeluarkan untuk retribusi, iuran, sumbangan, dan yang berkenaan dengan pemilikan usaha dan operasi.

BOK seperti yang diungkapkan oleh Tjokroadiredjo (1997), Bergantung dari jumlah dan tipe kendaraan yang memakai jalan yang dinilai, termasuk maksud dan tujuan dari perjalanan itu (trip classification). Selain itu BOK dipengaruhi oleh geometri alinemen jalan: bila melalui jalan dengan banyak tanjakkan terjal, pemakaian bahan bakar akan lebih banyak, jadi BOK akan lebih tinggi pemakaiannya.

Penentuan tarif angkutan umum berdasarkan biaya operasional kendaraan dapat menggunakan beberapa metode perhitungan diantaranya :

a. Metode Departemen Pekerjaan Umum b. Metode Departemen Perhubungan

c. Metode Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT) d. Metode Pacific Consultant International (PCI)

6.4Ability To Pay (ATP)

Menurut Tamin (1999), Ability To Pay adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa angkutan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Besaran ATP didapatkan dari pendekatan alokasi biaya yang dikeluarkan untuk transportasi dan juga banyaknya perjalanan yang dilakukan

(9)

pengguna. Nilai ini menunjukkan seberapa besar masyarakat mampu membayar tarif atau ongkos perjalanan yang dilakukan. Dengan menggunakan metode travel cost individual, maka nilai ATP didapat dengan menggunakan persamaan:

ATPindividual=Ic x %TC

D ……….(6.1)

Dengan :

Ic = Penghasilan

%TC = Persentase travel cost yang dikeluarkan D = Frekuensi perjalanan

Menurut Permata (2012), Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besaran nilai ATP adalah:

1. Penghasilan keluarga per bulan

Bila pendapatan total keluarga semakin besar, tentunya semakin banyak uang yang dimilikinya sehingga akan semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakannya.

2. Alokasi biaya transportasi

Semakin besar alokasi biaya transportasi yang disediakan sebuah keluarga, maka secara otomatis akan meningkatkan kemampuan membayar perjalanannya, demikian pula sebaliknya.

3. Intensitas perjalanan

Semakin besar intensitas perjalanan keluarga tentu akan semakin panjang pula jarak (panjang) perjalanan yang ditempuhnya, maka akan semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus disediakan.

4. Jumlah anggota keluarga

(10)

Semakin banyak jumlah anggota keluarga tentunya akan semakin banyak intensitas perjalanannya, semakin panjang jarak yang ditempuhnya dan secara otomatis akan semakin banyak alokasi dana dari penghasilan keluarga per bulan yang harus disediakan.

6.5Willingness To Pay (WTP)

Menurut Tamin (1999), Willingness To Pay adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisa WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dan jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Dalam permasalahan transportasi WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :

1. Produk yang ditawarkan

Produk yang ditawarkan/disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi semakin banyak jumlah armada angkutan yang melayani tentunya lebih menguntungkan pihak pengguna.

2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan

Dengan produksi jasa angkutan yang besar, maka tingkat kualitas pelayanan akan lebih baik, dengan demikian dapat dilihat pengguna tidak berdesak- desakkan dengan kondisi tersebut tentunya konsumen dapat membayar yang lebih besar.

3. Utilitas pengguna terhadap angkutan umum tersebut

Jika manfaat yang dirasakan konsumen semakin besar terhadap suatu pelayanan transportasi yang dirasakannya tentunya semakin besar pula kemauan membayar terhadap tarif yang berlaku, demikian sebaliknya jika manfaat yang dirasakan konsumen rendah, maka konsumen akan enggan untuk menggunakannya, sehingga kemauan membayarnya pun akan semakin rendah.

(11)

4. Penghasilan pengguna

Bila seseorang mempunyai penghasilan yang besar maka tentunya kemauan membayar tarif perjalanannya semakin besar. Hal ini disebabkan oleh alokasi biaya perjalanannya lebih besar, sehingga akan memberikan kemampuan dan kemauan membayar tarif perjalanannya semakin besar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Christoph Breidert, dkk. (2006), WTP diklasifikasikan menjadi revealed preference dan stated preference.

Untuk penelitian ini nilai WTP diperoleh dari survei secara langsung kepada responden dan didapatkan nilai rata-rata (mean) WTP dengan rumus :

MWTP=1 n

i=0 n

WTPi ……….…………(6.2)

Dengan :

MWTP = Rata-rata WTP N = Ukuran sampel

WTPi = Nilai WTP maksimum responden ke-i

6.6 Penelitian Terdahulu

6.6.1 John H. Frans,dkk (2016)

John H. Frans,dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP), dan Willingness To Pay (WTP) di Kabupaten TTS” ini bertujuan untuk mengetahui tarif berdsarkan Biaya Operasional Kendaraan, kemampuan membayar (ATP) dan keinginan membayar (WTP) pengguna jasa angkutan umum di Kota Soe, serta untuk menganalisis tarif ideal berdasarkan kemampuan membayar (ATP) dan keinginan membayar (WTP) pengguna jasa angkutan umum dan berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK).

Trayek angkutan umum yang akan diamati pada penelitian ini adalah trayek Terminal Haumeni-Pasar Inpres Kota Soe dan trayek Terminal Baru-Pasar Inpres Kota Soe. Analisa BOK akan menggunakan dua metode yaitu Metode

(12)

Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005 (Pd. T- 15- 2005-B) dan Metode Direktorat Jendral Perhubungan Darat Nomor SK.687/AJ.206/DRJD/2002.

Sedangkan analisa perhitungan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) menggunakan metode cross tabulation dan travel budged. Hasil analisa diketahui bahwa tarif yang berlaku dilapangan saat ini lebih besar dari tarif hasil perhitungan. Tarif yang berlaku adalah Rp.3000,00, sedangkan hasil perhitungan besarnya tarif BOK berdasarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yaitu Rp. 2205,27 dan Rp. 1962,14, sedangkan berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum yaitu Rp. 2621,89 dan Rp. 2059,73. Nilai ATP adalah Rp.

2.752,05 dan nilai WTP adalah Rp. 1.995,50. Nilai BOK, ATP dan WTP berada di bawah tarif umum yang berlaku saat ini di Kota Soe sudah sesuai jika ditinjau berdasarkan perhitungan nilai tarif batas atas dan nilai tarif batas bawah.

6.6.2 Yoana Febriana Sary (2017)

Yoana dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Tarif TOL Berdasarkan Pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pada Rencana Jalan TOL Balikpapan-Samarinda” ini bertujuan untuk menganalisis Willingness To Pay (WTP), Ability To Pay (ATP) dan juga Biaya Operasional Kendaraan (BOK) pada rencana tol Balikpapan – Samarinda. Analisis yang digunakan dalam perhitungan tarif jalan tol pada penelitian ini adalah Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) yang berfokus pada pendapat para pengguna jalan, serta metode Biaya Operasional Kendaraan (BOK).

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner menggunaakan metode wawancara berlokasi di jalan poros Balikpapan – Samarinda dengan jumlah sampel yang didapat sebanyak 202 responden. Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) yang digunakan adalah metode perhitungan LAPI ITB. Berdasarkan hasil analisis dari metode Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP) dan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) didapatkan nilai tarif ideal jalan tol Balikpapan – Samarinda untuk golongan I sebesar Rp.811,578/km, golongan II sebesar Rp.1.217,368/km, golongan III

(13)

sebesar Rp.1.623,157/km, golongan IV sebesar Rp.2.028,947/km, golongan V sebesar Rp.2.434,736/km.

6.6.3 Fadila Rahmawati,dkk (2021)

Fadila Rahmawati,dkk dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Tarif Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP), dan Willingness To Pay (WTP) Bus Batik Solo Trans Pada Masa Pandemi COVID-19 (Studi Kasus Koridor 1 dan 2)” ini bertujuan untuk mengetahui desain tarif BST koridor 1 dan 2 berdasarkan perhitungan BOK, ATP, dan WTP. Data didapatkan dari kuesioner yang disebarkan kepada penumpang BST. Penelitian ini menggunakan metode Slovin untuk menentukan jumlah sampel dengan nilai (e) sebesar 10%. Untuk perhitungan Biaya Operasional Kendaraan menggunakan metode Kementrian Perhubungan dengan load factor rencana sebesar 70%. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini didapatkan nilai ATP pekerja lebih besar dari nilai WTP pekerja.

ATP pekerja yaitu sebesar Rp.6.520,96 untuk koridor 1 dan Rp.7.139,11 untuk koridor 2. Sedangkan untuk nilai WTP pekerja yaitu sebesar Rp.3.735,52 untuk koridor 1 dan Rp.3.629,31 untuk koridor 2. Untuk nilai ATP mahasiswa pada koridor 1 sebesar Rp.2.752,68 dan koridor 2 sebesar Rp.2.068,24.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan nilai WTP mahasiswa yang lebih besar yaitu Rp.3.258,62 untuk koridor 1 dan Rp.3.285,71 untuk koridor 2. Untuk tarif berdasarkan perhitungan BOK adalah Rp.8.965,98 per penumpang/rit untuk koridor 1 dan Rp.5.823,06 per penumpang/rit untuk koridor 2. Secara umum pada kategori mahasiswa diperlukan desain tarif BST baru yang sesuai dengan kemampuan membayar. Apabila nilai tarif yang ditentukan lebih besar dari ATP, maka jumlah selisih dapat dijadikan sebagai besaran subsidi yang harus ditanggung oleh pemerintah. Sedangkan untuk kategori pekerja, nilai ATP berada di atas nilai WTP. Desain tarif yang ideal terletak di antara nilai ATP dan WTP untuk penyesuaian pelayanan tarif.

6.6.4 Zulfa Lisgia Salsabila (2022)

(14)

Zulfa dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Tarif Angkutan Antar Kota Samarinda – Balikpapan Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK)”

ini bertujuan untuk menganalisis Biaya Operasional Kendaraan (BOK) pada setiap armada yang telah dipilih. Data di dapat dengan survey loadfactor pada setiap armada dan juga wawancara dengan pengelola bus AKDP. Dari hasil analisis Biaya Operasioanal Kendaraan (BOK) yang ada dilakukan evaluasi perbandingan dengan analisis menggunakan metode yang sesuai dengan Direktorat Jendral Perhubungan Darat Republik Indonesia (SK.687/AJ.206/DRJD/2002). Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini didapatkan tarif bus AKDP pada analisis tarif berdasarkan BOK menggunakan loadfactor ideal (70%) sebesar Rp.34.000. Sedangkan tarif berdasarkan BOK menggunakan loadfactor di lapangan (37%) sebesar Rp.64.000. Sedangkan tarif yang berlaku di lapangan adalah Rp.43.000, dan tarif yang ditetapkan pemerintah ialah Rp.28.500. Terdapat perbandingan tarif loadfactor ideal 70% dan loadfactor lapangan 37% dalam 1 rit perjalanan.

Seharusnya dalam kondisi normal pendapatan 1 rit adalah sebesar Rp.1.088.000. Selama pandemik loadfactor 1 rit perjalanan adalah 37% sama dengan 17 orang penumpang, tarif yang dikenakan adalah Rp.43.000 sehingga pendapatan per rit adalah Rp.731.000. Untuk mengejar pendapatan ideal dengan loadfactor 70% seharusnya tarif dinaikkan menjadi Rp.64.000.

Artinya sekali perjalanan operator bus mengalami kerugian sebesar Rp.357.000. Tarif Rp.64.000 sudah setara dengan nilai Biaya Operasional Kendaraan, yang artinya operator tidak mengalami kerugian.

7. Metodologi Penelitian

(15)

8. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.1 sebagai berikut :

Tabel 8.1 Jadwal Kegiatan Penelitian XN

o. Kegiatan

Februari 2023

Maret 2023

Appril

2023 Mei 2023 Juni 2023 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Studi

Literatur 2 Penyusun

an Proposal 3 Pengump ulan Data 4 Pengolah an Data

(16)

5 Analisa Data 6 Penulisan

Laporan

9. Daftar Pustaka

1. Breidert, C., Hahsler, M., & Reutterer, T. (2006). A Review for Measuring Willingness-to-Pay. Innovative Marketing: 1-32.

2. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat SK.687/AJ.206/DRJD/2002.

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

3. Febriana Sary, Y. (2017). Analisis Tarif TOL Berdasarkan Pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay Pada Rencana Jalan TOL Balikpapan – Samarinda. Samarinda: Universitas Mulawarman.

4. Frans, J. H.,dkk. (2016). Kajian Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan, Ability To Pay dan Willingness To Pay. Kupang:

Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana.

5. Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 41 Tentang Angkutan Jalan.

6. Permata, Muhammad Rahmad. (2012). Analisa To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Kereta Api Bandara Soekarno Hatta-Manggarai.

Jakarta: Universitas Indonesia.

7. Rahman. (2012). Analisa Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi Rute Palu – Poso. Palu: Universitas Tadulako.

8. Rahmawati, F., Yulianto, B., & Musthofiah, A. (2021). Analisis Tarif Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Ability To Pay (ATP), dan Willingness To Pay (WTP) Bus Batik Solo Trans Pada Masa Pandemi COVID-19 (Studi Kasus: Koridor 1 dan 2). Jurnal Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 4: 275-282.

(17)

9. Salsabila, Zulfa Lisgia. (2022). Analisis Tarif Angkutan Antar Kota Samarinda – Balikpapan Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan (BOK). Samarinda: Universitas Mulawarman.

10. Tamin, O. Z., dkk. (1999). Studi Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis Ability To Pay (ATP) dan To Pay (WTP) di DKI Jakarta. Jurnal Transportasi. Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT).

Vol 1, No 2, hal 121-135, ISSN: 1411-2442. Bandung.

Samarinda, 03 Februari 2023

Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang mengusulkan,

Dr. Ery Budiman, ST, MT Mathilda Cindy Emba NIP. 197511182003121003 NIM. 1909026006

Referensi

Dokumen terkait

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG ANTAR KOTA PADA JALUR KARANGPLOSO - LANDUNGSARI BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN adalah hasil karya saya, dan dalam

Dari analisa keterjangkauan daya beli masyarakat yang telah dilakukan yakni dengan menentukan nilai kemampuan membayar Ability To Pay dan kemauan membayar Willingness To Pay untuk air