Ampak
APLIKASI TEKNIK SELF TALK PADA TEKNIK COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPHY UNTUK MENGELOLA OVERTHINKING
[email protected]
A. PENDAHULUAN MUQODDIMAH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat jasmani dan Rohani, sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini tepat waktu dengan lancer.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Sang Revolusioner Akbar yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membantu kita menuju jalan yang haq. Tak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah bergai ilmu pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan Penelitian yang berjudul “Aplikasi Teknik Self Talk pada Teknik Cognitive Behaviour Theraphy untuk Mengelola Overthinking” untuk memenuhi tugas mata kuliah Dakwah Dan Konseling Digital .
Penulis tentu menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharap kritik serta saran dari Bapak Dosen dan para pembaca penelitian ini, supaya penelitian ini nantinya dapat menjadi penelitian yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada penelitian ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.Pada hakekatnya, kehidupan tak lepas dari masalah yang menimpa diri kita.
Setiap permasalahan yang dialami tentunya akan membuat kita untuk terus menerus memikirkan hal tersebut atau bisa disebut overthinking.
HERMENEUTIK Y
Overthinking adalah perilaku atau bias yang terjadi secara normal pada siapapun yang melibatkan proses berpikir yang umumnya dialami oleh manusia. Jika seseorang terus-menerus mempunyai beberapa pikiran yang berlebihan, akibatnya akan menghalangi kemajuan hidupnya. Ternyata jika memikirkan sesuatu yang berlebihan akan memberikan kesehatan seseorang menjadi turun serta membuat dirinya semakin tertekan.1 Menurut
1 Theodorus Alkino et al., “Pandangan Masyarakat Terhadap Overthinking Dan Relasinya Dengan Teori Rational Emotive Brief Therapy,” Reposetory (2022).
Lisda Shofia, dkk. overthinking juga termasuk kedalam psychological disorder atau gangguan psikologis karena dapat membuat kecemasan pada penderitanya. Seseorang yang memiliki kecemasan berlebih dapat menimbulkan sakit fisik.2 Overthinking juga sering disebut paralysys analysys, dimana orang tersebut terus menerus memikirkan suatu permasalahan tanpa menemukan solusi.3 Dari penejlasan diatas peneliti menyimpulkan ada banyak istilah dalam overthinking, yang pada intinya merupakan perilaku bias karena mencemaskan apa yang kan terjadi kedepannya berlebihan hingga mengganggu kemajuan dalam hidupnya.
FENOMENA
Tanpa kita sadari, overthinking seringkali membuang waktu kita dan juga menguras energi. Orang yang selalu overthinking maka bisa jadi akan sulit untuk bertindak.
Sehingga hal ini dapat membuat kita terjebak dalam anxiety atau mengalami gangguan kecemasan. Gangguan overthinking sangat nyata dan serius, yang mana dapat diperumpamakan sama halnya seperti penyakit jantung dan diabetes.4 Sebagaimana digambarkan oleh Remez Sasson, “ibarat tubuh terikat dengan tali yang terhubung ke sebuah tiang dan berulang kali berputar-putar saja”. Artinya, akibat dari pemikiran yang tidak produktif ini membuat seseorang terjebak dalam kondisi stagnan sehingga tidak mampu melakukan hal-hal baru dan menghalangi kemajuan hidup seseorang. karena berlangsung terus-menerus dan berulang-ulang berpikir saja. 5
Ada banyak penyebab overtinking, akan tetapi pada umumnya terjadi ketika seseorang sedang mempertimbangkan suatu keputusan, mencoba memahami tindakan atau keputusan orang lain, memprediksikan masa depan, merefleksikan apa yang telah terjadi.6 Sependapat dengan Fakhir, ia menjelaskan bahwa orang yang mengalami overthinking memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya adalah (1) kurang berhati-hati dalam memutuskan sebuah keputusan, (2) dalam memcahkan masalah sering menghambat kemampuan
2 Lisda Shofia, “Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup”, Jurnal Plakat Vol. 2 No. 2 (2020) 3 Fakhir, R. M. (2019). Dampak Buruk Overthinking Bagi Psikologis Dan Kesehatan. JurnalPosMedia.Com.
http://jurnalposmedia.com/overthinking-dan-dampak-buruknya/
4 Alkino et al., “Pandangan Masyarakat Terhadap Overthinking Dan Relasinya Dengan Teori Rational Emotive Brief Therapy.”
5 Agustine, D. (2019, July). “Overthinking” dan Cara Mengatasinya”. Kompas. Diambil dari laman website https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/08/185153923/5-cara-mengatasi-overthinking-agar-tidak-
berdampak-negatif?page=all pada tanggal 30 september 2023 pukul 11.35 WIB.
6 Lisda Sofia et al., “Mengelola Overthinking Untuk Meraih Kebermaknaan Hidup,” Jurnal Plakat 2, no. 2 (2020): 118–129.
berpikir rasional, (3) mudah capek secara emosional, dan (4) kesulian dalam menghadapi adaptasi kebiasan baru. 7 Berikut peta konsep dampak permasalahan yang dialami konseli.
Keterangan : 1. Dijauhi Teman
Ketika seseorang merasa dijauhi temannya pastilah ia akan sedih, sehingga sebagai orangs ekitar (orang tua, teman, kekasih, dll) harus membantunya. Karena pada saat itu juga, konseli hanya dapat menerima dan akan menjadi penyebab toxic friendship atau persahabatan yang tidak sehat. ada banyak dampak negatif yang akan dirasakan jika terlalu lama berada dalam toxic friendship , seperti tekanan emosional, citra diri negatif, hingga depresi. Bahkan jika tidak segera diatasi, toxic friendship juga akan mengganggu perkembangan kepribadian dan kelancaran belajar konseli.
Sehingga sangat penting peran orang sekitar untuk memberikan perhatian lebih ketemannya, khususnya dalam mengenali sikap perubahan dan dampak dalam kepribadian konseli. Adapun menurut Matthew Goldine PhD, seorang Psikolog memberikan penjelasan terkait hal ynag bisa dilakukan ketika seseorang mengalami ini adalah berbicara dari hati ke hati. Berkaitan dengan self talk, berbicara dengan diri sedniri, sebagai konselor menjadi pendengar yang baik, tidak perlu menghakimi konsei itu sendiri maupun temannya. 8
2. Terbebani
Merasa terbebani merupakan salah satu hal yang bisa menjadi penyebab terjadinya burnout. Baiasanya merasa terbebani ini timbul karena adanaya sikap tidak asertif, self control yang kurang baik, dan kurangnya apresiasi pa diri sedmdiri.
7 Fatkhur, R. M., “Dampak Buruk Overthinking Bagi Psikologis Dan Kesehatan”, JurnalPosMedia.Com. 2019. : 120-129.
8 https://www.orami.co.id/magazine/anak-dimusuhi-temannya
Konseli Dijauhi
teman Terbebani Tidak
Dihargai
Sehingga banyak pekerjaan di luar kewajiban yang harus dikerjakan karena tidak sanggup untuk bilang tidak. Dalam hal ini, yang harus dilakukan konseli adalah melatij dirinya jikalau merasa tidak sanggup untuk mem-back up rekan kerjamu, maka katakan tidak. Jangan pernah paksakan dirimumengerjakan semuanya.
Prioritaskan pekerjaan utama yang memang harus diselesaikan dengan cepat.
Berusaha berkata sejujurnya pada rekanmu bahwa diri mu tidak memiliki cukup waktu untuk mengerjakan pekerjaan mereka. 9 atau konseli juga bisa menerapkan pada dirinya metode katarsis (pelepasan emosi) agar tidak ada beban menjanggal dalam diri konseli. 10
3. Tidak Dihargai
Pada hakekatnya, mendapat penolakan di lingkungan sosial mengalami perasaan sedih, kecewa, dan merasa tidak dihargai sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Sebaiknya, orang tua tidak menganggap hal ini sebagai masalah sepele. Sehingga orang tua mampu rangkullah mereka dengan lembut. Sebab, studi di Journal of Biological Sciences menyebutkan bahwa pengalaman penolakan sosial sangat m sangat mirip dengan rasa sakit fisik. Jadi, bersikaplah lembut pada buah hati. 11
GABUNGAN
Berdasarkan kondisi real dilapangan yang ditemukan peneliti dengan berbagai indicator yang cukup signifikan dengan modifikasi dari Hilma Nabila dan Farahiyah , yakni tumbuhnya rasa cemas, sering merenung, banyak berfikir menjadi sulit mmengambil keputusan, sedikit kehilangan kepercayaan diri, dan brooding (melakukan aktivitas pada saat sedih, murung, maupun depresi), peneliti berinisiatif untuk menerapkan salah satu teknik dalam teori konseling. 12
HERMENEUTIK X
Teknik self-talk merupakan berasal dari Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) yang dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irrasional yang salah satunya didapat melalui belajar sosial. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional.). Sehingga teknik self
9 https://www.qubisa.com/microlearning/merasa-terbebani-jadi-penyebab-burnout 10 https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2020/1/30/teknik-konseling-kreatif.html
11 http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/12731/2/E021171001_skripsi_02-12-2021%20bab%201-2.pdf 12 Yusuf, A., & Haslinda. Implementasi teknik self talk untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di smp negeri 1 pangkep. DIKDAS MATAPPA: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar , vol. 2 no. 1 (2019).
talk sebagai sebuah pep talk (pembicaraan yang dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian atau antusiasme) positif yang kepada seseorang yang diberikan oleh dirinya.13 Self-talk secara bahasa berasal dari bahasa inggris, self adalah diri, sendiri, dirinya (sendiri), dapat mengatur sendiri. Dan talk berarti percakapan, pembicaraan, perbincangan, omongan, berbicara, dan hal yang dibicarakan.14 Menurut Hackfod and Scwenkmezger self-talk adalah dialok yang mana individu menafsirkan perasa an dan persepsi, mengatur dan mengubah evaluasi atau keyakinan, serta memberikan instruksi dan penguatan kepada diri sendiri.15 Tekknik self talk dianggap mampu mengelola overthinking seseorang karena self talk merupakan bagian dari Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) yang bertujuan untuk mengubah pandangan yang irrasional menjadi rasional sehingga dapat merubah pandangan negatif mengenai perasaan dan keinginan seseorang untuk mencapai tujuannya. 16 Hal penting yang perlu disadari juga adalah keputusan untuk bersikap dan bertindak di tentukan oleh Self-talk. Bahkan perintah dari orang lain hanya akan dilaksanakan setelah melalui pertimbangan menggunakan Self-talk. Self-talk dapat dimanfaatkan untuk membangun diri dan membangun kompetensi baru, dengan menggunakannya sebagai mekanisme pertahanan saat menghadapi masalah. Teknik Self-talk dapat dilakukan sendiri oleh responden dimanapun dirinya berada dan tanpa membutuhkan alat bantu apapun. Responden memilih sendiri kata atau kalimat positif yang disukainya sebagai teknik meningkatkan rasa percaya diri sesuai dengan overthinking yang dialaminya.17 Dewa ketut mwmbgai tahapan dalam Teknik ini menjadi empat tahap :
a) Tahap Pengajaran,
Yakni konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana irasional berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b) Tahap Persuasif
13 Merry Reviliana, “PENGGUNAAN TEKNIK POSITIVE SELF-TALK UNTUK MEMBANTU MENGEMBANGKAN MOTIVASI BELAJAR PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020,” Skripsi (2020).
14 Decherney, Alan. H; Goodwin, T. & Murphy, “Current Diagnosis and Therapy”, 10thedition., New York.
Mc Graw Hill Medical Publishing, 2007, hal .25
15 Micheael,Murphy. A Foundation For Positive Mental Imagery And Positive Self-Talk For Us In An Appreciative Manager Model. Benecdictineuniversity.Dissertasio, 2019.
16 Fizry Aprilia Hidayatullah, “Konseling Rational Emotive Behavior Therapy Dengan Teknik Self-Talk Untuk Mengurangi Overthinking Karir Pada Remaja (Studi,” Skripsi (2021): 11.
17 Ibid. : 14-17.
Yakni konselor berusaha meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang ia kemukakan tersebut merupakan pandangan yang salah.
Kemudian konselor juga mencoba meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien tersebut adalah pandangan yang salah.
c) Tahap Konfrontasi
Yakni konselor mengubah cara berfikir klien yang tidak logis dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika.
d) Tahap Pemberian Tugas
Yakni konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat jika mereka merasa dikucilkan dari pergaulan, atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan cara berfikirnya.18
PENELITIAN TERDAHULU
Sebagaimana penelitian ynag dilakukan oleh Candtika (2023) dengan judul penelitian “Cognitive Behaviuor Theraphy Dengan Teknik Self Talk Untuk Mengatasi Masalah Kognitif Pada Individu Di Fase Dewasa Muda”. Dalam penelitiannya menjelaskan Penggunaan treatment Cognitive Behaviuor Theraphy Dengan Teknik Self Talk dengan tujuan untuk membiasakan klien dalam mengubah pikiran negatifnya menjadi pikiran alternative yang lebih positif dilakukan dengan mengubah pandangan yanf membuat dirinya selalu berlebihan dalam cara berfikir dan melatih konseli agar bisa mengolah pola pikir yang negatif menjadi pola pikir yang lebih positif.19 Sependapat dengan yang dilakukan oleh Nyimas Aliyas (2022) dalam penelitiannya yang berjudul
“Gambaran Strategi Coping Pada Perempuan Yang Kehilangan Orang Tua Di Masa Pandemi Covid 19”. Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perempuan yang berusia 19- 25 tahun dan juga mengalami kehilangan orang tua di masa pandemi covid 19 mampu menyelesaikan masalahnya dengan Teknik self talk yaitu berbicara merenung secara pribadi dengan diri sendiri dan juga menguatkan diri sendiri.20 Peneliti lainnya, (Yusuf &
Haslinda, 2019) juga mengungkapkan bahwa individu dapat melakukan self talk dengan
18 Lina Agustina, Saman. Abdul, and Putra Jaya, “Pengaruh Layanan Konseling Individual Melalui Pendekatan REBT DenganTeknik Kognitif Terhadap Cara Mengatasi Overthinking Di SMP Marie Joseph Jakarta,” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran 4, no. 1 (2022): 468–472.
19 Candtika, “Cognitive Behaviuor Theraphy Dengan Teknik Self Talk Untuk Mengatasi Masalah Kognitif Pada Individu Di Fase Dewasa Muda”, Jurnal Pekerjaan Sosial Vol. 6 No. 1 (2023).
20 Nyimas Aliyah, “Gambaran Strategi Coping Pada Perempuan Yang Kehilangan Orang Tua Di Masa Pandemi Covid 19” jurnal penelitian psikologis vol. 9 no. 1 (2022).
berbicara pada dirinya sendiri baik yang di katakan bersifat positif ataupun negatif dengan mengaitkan masalah yang ada pada diri individu sebagai wujud mekanisme coping yang dilakukan
HIPOTESIS
Adapun dugaan penelitian dalam penelitian ini adalah Teknik Self Talk mampu mengaplikasikan dalam pengelolaan overhinking seseorang
JUDUL
Sehingga berdasarkan data yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mengusung judul penelitisn ini berupa “Aplikasi Teknik Self Talk Pada Teknik Cognitive Behaviour Theraphy Untuk Mengelola Overthinking”.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Polit & Back, penelitian Deskriptif Kualitatif (QD) adalah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif Penelitian kualitatif untuk suatu kajian yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini umumnya digunakan untuk fenomena social. Salah satunya bimbingan dan konseling.
21 Diperkuat oleh pendapat ( Hancock et al., 2009), Penelitian kualitatif adalah payung istilah yang digunakan untuk merujuk pada desain perspektif teoretis seperti penelitiannarasi, fenomenologi, penelitian tindakan, studi kasus, etnografi, penelitian sejarah, dan analisis konten.22Menurut Bradway, C. Dkk., Deskriptif kualitatif (QD) difokuskan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan pertanyaan siapa,apa, dimanadan bagaimana suatuperistiwa atau pengalaman terjadi hingga akhirnya dikaji secara mendalam untuk menemukan pola pola yang muncul pada peristiwa tersebut.23 Sehingga peneliti mneyimpulkan bahwa deskriptif kualitatif (QD) adalah suatu metode penelitian yang bergerak pada pendekatan kualitatif sederhana
21 Wiwin Yuliani, METODE PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF DALAM PERSPEKTIFBIMBINGAN DAN KONSELING, jurnal Quanta Vol.2 No. 2 (2018), HAL. 83.
22 Hancock, B., Ockleford, E.,& Windridge, K. (2009). An Introduction to Qualitative Research, National Institute for Health Research (NIHR). The NIHR RDS EM/YH.Heppner, P. Paul et., al. (2008). Research Design in
Counseling. Thomson: Canada Kim, H., Sefcik, J. S., & Bradway, C. (2016). Characteristics of Qualitative Descriptive Studies: A Systematic Review. Research in Nursing & Health.40(1), 23–42.
doi:10.1002/nur.21768
23 Bradway, C. Characteristics of Qualitative Descriptive Studies: A Systematic Review. Research in Nursing & Health.40(1), (2016). 23–42. doi:10.1002/nur.21768
dengan diawali proses atau peristiwa penjelas yang akhirnya dapat ditarik suatu generalisasi yang merupakan sebuat kesimpulan dari proses atau peristiwa tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti membaca sumber yang relevan untuk memperoleh data yang diperlukan dan lebih mengutamakan artikel penelitian yang termuat dalam jurnal, serta wawancara untuk mengumpulkan informan terkait pertanyaan ataupun pernytaan peneliti, baik itu pertanyaan tertulis maupun lisan.
C. HASIL DAN DISKUSI
1. Proses Munculnya Masalah
Konseli terlihat bak-baik saja dari luar dan mencoba menetralisi apa yang ia alami. Kecuali dengan orang-orang dekatnya. Ia mengalami overthinking sudah sejak lama, dari SMA sekalipun. Namun, tambah dewasa bukannya malah berkurang malah bertambah. Terdapattiga dampak yang ia rasakan karena kecemasannya yang berlebihan. Yaitu merasa dijauhi teman, terbebani, dan merasa tidak dihargai..
2. Proses Pelaksanaan
Peneliti menggunakan Teknik sekf talk untuk mengelola overthinking konselinya. Dikarenakan Teknik self talak dianggap oleh pneleti mampu mengelola pikiran maupun perasaan yang dialami konseli. Inti masalah yang dialami konseli adalah overthinking. Sehingga memiliki dampak-dampak terhadap aktifitas yag dilakukan oleh konseli dilihat dari perilaku yang Nampak dari konseli itu sendiri.
Dalam penelitian ini, kegiatan konseling terdiri dari 6 pertemuan dengan rincian sebagai berikut.
1. Pertemuan pertama, pemberian pre-test kepada konseli pembinaan hubungan antara konselor dan konseli, identifikasi masalah dan dampaknya.
2. Pertemuan kedua, yaitu Tahap pelaksanaan (pengajaran), dampak 1 3. Pertemuan ketiga, Tahap pelaksanaan (persuasive), dampak 2 4. Pertemuan keempat, Tahap pelaksanaan (konfrontasi), dampak 3
5. Pertemuan kelima, Tahap pelaksanaan (Pemberian Tugas) dan Pemberian post-test 6. Pertemuan keenam, Evaluasi dan Penutupan sesi konseling.
Adapun tabel sistematik perencanaan konseling adalah sebagai berikut.
No. Perlakuan Tahap Kegiatan Waktu
1. Pemberian Pre-Test &
Pembinaan hubungan antara konselor dan
a. Membangun rapport (hubungan keakraban) antara konselor dan konseli dg dialog interaktif
60 Menit
konseli serta
Identifikasi masalah
b. Konselor menjelaskan asas-asas dan tujuan konseling
c. Konselor dan konseli membuat kesepakatan peraturan selama proses konseling masih berjalan
d. Konselor mulai menjelaskan pentingnya pengendalian emosi bersamaaan dengan pemberian pre- test
e. Konseli mengisinya dan konselor memperhatikan perilaku nonverbal konselinya.
f. Konselor mengidentifikasi masalah beserta dampaknya
g. Konselor dan konseli mendiskusikan hasil yang diharapkan dari proses konseling
h. Konselor menjelaskan Teknik Self talk
2. Tahap Pelaksanaan D1 a. Konselor mengidentifikasi masalah beserta dampaknya
b. Konselor dan konseli mendiskusikan hasil yang diharapkan dari proses konseling
c. Konselor menjelaskan Teknik Self talk
45 menit
3. Tahap pelaksanaan D2 (persuasive)
a. Konseli membayangkan bagaimana emosi negative (overthinking) pada diri konseli bisa menjadi masalah b. Konselor meminta konseli untuk
meluapkan emosinya dengan menggambar
c. Konselor meminta konseli untuk meninterpretasikan gambarannnya
45 menit
d. Konselor memaklumi apa yang dirasakan konseli.
4. Tahap pelaksanaan D3 (konfrontasi)
a. Konseli mulai menerima pandangan baru masalahnya
b. Konselor menunjukkan gambar tentang otak kita yang memiliki 100 milyar sel
c. Konselor mengajak konseli untuk mengubah pikiran negative menjadi positif
d. Konselor dan konseli sama-sama merumuskan bagaimana cara mengendalikan emosi negatifnya (overthinking)
45 menit
5. Tahap pelaksanaan (Pemberian Tugas) dan Pemberian post-test dan
a. Konselor meminta konseli untuk menggambarkan perasaanya saat ini b. Konselor menunjukkan kata Mutiara
dari orang yang diidolakan konseli c. Konselor memberikan tugas kepada
konseli untuk menggambarkan tahapan seorang overthinking sampai ia berhasil
menyembuhkannya
d. Konselor memberi kesempatan kepada konseli untuk menanyakan yang belum dipahami
45 menit
6. Evaluasi dan Penutupan a. Konseli menyampaikan apa yang dirasakan setelah menggunakan teknik yang sudah dipraktekkan b. Konselor menganalisis apa yang
telah dicapai oleh konseli mulai pertemuan sebelumnya-sekarang c. Konselor terus memberikan motivasi
30 menit
positif kepada konseli
d. Konselor mengucapkan terimakasih dan permintaan maaf kepada
konseli.
Pada pertemuan pertama, target peneliti adalah mampu membangun rapport dan sudah mnegidentofikasi masalah konseli. Sehingga dalam hal ini, yang peneliti lakukan adalah membangun hubungan dengan konseli dan memberikan Pre-Test serta melakukan Identifikasi masalahnya. Pada tahap ini, peneliti tidak ada kesulitan dakam membangun rapport dengan konseli, dikarenakan sudah menjalin akarab sebelumnya dg melakukan dialog interaktif dan membuat kesepakatan selamaa proses konseling. Selain itu, peneliti juga berusaha menjelaskan asas-asas dan tujuan konseling, yang mana dalam hal ini menjelaskan bahwa peneliti ingin membantu mengendalikan permasalahan yang dialami konseli beserta urgensinya. Peneliti mengidentifikasi masalah beserta dampaknya dengan cara memperhatikan perilaku nonverbal oleh konseli.
Pada pertemuan kedua, target peneliti adalah konseli mampu mencari kelbihan diri sendiri. Dalam hal ini peneliti sudah mulai memberikan treathment, khususnya untuk mengendalikan dampak satu, dijauhi teman. Beberapa perilaku Nampak dari konseli pada dampak ini yaitu pertama, ia merasa rendah diri. Hal itu dibuktikan ia selalu menjunjung oarng lain berlebeihan sehingga berkecil hati dan tidak mengapresiasi dirinay sedniri. Kedua, sulit berbagi cerita. Hal ini dibuktikan dengan sikap iaa yang menutup diri, bodo smat dengan sekitar, dan tidaka da sapa balik saat disapa. Ketiga, malas bergaul. Hal itu dibuktikan dengan sikapnya dia yang suka menyendiri, menajdi mahasiswa kupu (kuliah pulang) padahal aslinya senang berorganisasi dulu waktu sma. Sehingga hal yang dilakukan konselor pada pertemuan ini adalah dengan menunjukkan foto kebersamaan konseli dan temannya yang tertawa lepas dengan tujuan untuk membangkitkan semangatnya agar bisa kembali ke pribadinya yang baik.
Pada pertemuan ketiga, target peneliti adalah agar konseli benar-benar stop membandingka pencapaiannya dengan orang lain. Dalam hal ini, ia menjadikan semuannya beban, sehingga berdampak kepada sikapnya yang sering kurang fokus, malas kuliah, dan moodswing. Hsl ini dibuktikan dengan perilaku Nampak konseli yang saat melakukan self talk yang ternyata apa yang ia ucapkan ngelantur kesana kemari dan sambil bercandaan
layaknya orang stress. Sehingga yang dilakukan konselor pada pertemuan ini adalah memberikan motivasi dari seorang figure tokoh idolanya konseli.
Pada pertemuan keempat, targetpeneliti adalah agar konseli memiliki prinsip yang kuat. Dengan tujuan ia yang merasa tidak dihargai agar menjadi merasa berharga sendiri oleh dirinya, perlu menghiraukan apa yang dilakukan oleh temannya tekait pembagian tugas yang tidak adil, tidak suka keramaian, dan menjadi orang yang independent. Sehingga yang dilakukan konselor dalam pertemuan ini adalah dengan memutarkan video singkat untuk pengentasan overthinkingnya dengan dampak-dampak hebat yang akan terjadi berkepanjangan serta memberikan motivasi melalui kata-kata Mutiara oleh public figure.
Pada pertemuan klima, target peneliti adalah konseli benar-benar yakin dengan versi terbaik dirinya sendiri. Dalam hal ini, konselor meminta konseli untuk menggambarkan perasaannya dan memberikan skala perubahan antara 1-10 serta memberikan kesempatan untuk mennayakan apa yang kiranya masih mengganjal dalam hatinya.
Pada pertemuan keenam, target peneliti adalah evaluasi dan penutupan sesi konseling.
Yang mana dalam hal ini, peneliti meminta konseli untuk mengungkapkan segala unek- uneknya selama proses konseling. Dari perilaku non verbal konseli, konselor menyimpulkan bahwaa konseli sedikit ada perubahan, dan sebagai konselor tetap mengapresiasi apa yang telah dicapai oleh konseli mulai pertemuan sebelumnya-sekaranf. Tak lupa konselor juga memberi motivasi kepada konseli yaitu ‘Nikmati prosesmu, jangan bandingkan dengan orang lain, karena tidak semua bunga bermekaran bersamaan”. Kemudian, konselor menutup sesi konseling dengan mengucapkan terimakasih dan permintaan maaf kepada konseli serta memberi kesempatan kepada konseli untuk memberikan kritik saran yang membangun.
KESIMPULAN
Teknik Self tak mampu digunakan untuk mengendalikan overthinking seseorang. hal ini dibuktikan oleh konselor yang mampu memberikan perubahan kepada diri konseli walaupun sedikit. Dan yang mana hakekatnya, kembli kepada diir konseli. Akan tetapi, tanpa ada usaha dari konselor untuk membantunya tidaklah konseli sadar aka napa yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA