Nama : Aqil Abyan Nim : 2110113004 Mata Kuliah : Filsafat Hukum
Tugas : 4
Filsafat hukum sebagai kontrol sosial dan program sosial
A. Hukum sebagai kontrol sosial
hukum sebagai alat kontrol sosial manusia, maka hukum merupakan salah satu alat pengendali sosial yang berarti bahwa ia merupakan sesuatu yang dapat menetapkan tingkah laku manusia. Tingkah laku ini dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang menyimpang terhadap aturan hukum. Sebagai akibatnya, hukum dapat memberikan sanksi atau tindakan terhadap si pelanggar, karena itu, hukum pun menetapkan sanksi yang harus diterima oleh pelakunya, hal ini berarti bahwa hukum mengarahkan agar masyarakat berbuat secara benar menurut aturan sehingga ketentraman dapat terwujud
Fungsi hukum dalam kelompok di atas, yakni menerapkan mekanisme kontrol sosial yang akan membersihkan masyarakat dari sampah masyarakat yangtidak dikehendaki sehingga hukum mempunyai fungsi untuk mempertahankan eksistensi kelompok itu. Anggota kelompok akan berhasil mengatasi tuntutan yang menuju kearah penyimpangan.1
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H. memaparkan salah satu ciri yang menonjol dari hukum dalam masyarakat modern adalah penggunaannya secara sadar oleh masyarakatnya. Hukum tidak hanya dipakai untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengarahkannya kepada tujuan-tujuan yang dikehendaki, menghapuskan kebiasaan yang dipandang tidak sesuai lagi, menciptakan pola- pola kelakuan baru, dan sebagainya.2
B. Hukum sebagai program sosial
Roscoe Pound adalah sarjana yang mengemukakan pemikiran mengenai penggunaan hukum sebagai sarana atau alat untuk melakukan rekayasa sosial, dengan mengemukakan konsep
“Law as tool of social engineering”. Pound menyatakan bahwa, hukum tidak hanya sekedar dapat digunakan untuk melanggengkan kekuasaan,namun hukum dapat berfungsi sebagai alat rekayasa sosial (law as tool of social engineering).3 Pendapat Pound di atas berbeda dengan pendapat Mazhab Sejarah yang menyatakan bahwa, hukum tumbuh dan berkembang bersama masyarakat yang digerakkan oleh kebiasaan. Pound sebagai penganut aliran Sociological Jurisprudence berpendapat bahwa hukumlah yang seharusnya menjadi instrumen/alat untuk mengarahkan masyarakat menuju pada sasaran yang hendak dicapai, bahkan jika diperlukan
1 Kamarusdiana ,MH 2018., Filsafat Hukum, hlm 59
2 Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. dan. Rio Adhitya, S.T., S.H., M.Kn.. FILSAFAT HUKUM. Depok, PT RajaGrafindo, hlm 39
3 .Lily Rasjidi, “Dasar-Dasar Filsafat Hukum”, Citra Aditya, Bandung, 1990, hal 47.
hukum dapat digunakan untuk menghilangkan berbagai kebiasaan masyarakat yang bersifat negative.4
Dalam praktek pemerintahan di Indonesia konsep law as tool of social engineering diperkenalkan oleh Mochtar Kusumaatmadja yang menyatakan bahwa, hukum di Indonesia tidak cukup berperan sebagai alat, melainkan juga sebagai sarana pembaharuan masyarakat.
Mochtar Kusumaatmadja lebih lanjut menyatakan bahwa:
“Pendayagunaan hukum sebagai sarana untuk merekayasa masyarakat menuju skenario kebijakan pemerintah (eksekutif) amatlah terasa diperlukan oleh negara-negara berkembang,
jauh melebihi kebutuhan negara-negara industri maju yang telah mapan, karena negara- negara maju telah memiliki mekanisme hukum yang telah “jalan” untuk mengakomodasi perubahan-perubahan di dalam masyarakat , sedangkan negara-negara berkembang tidaklah demikian”
Berdasarkan pendapat di atas lebih memperjelas pendirian Mochtar yang hendak menyatakan bahwa, mekanisme hukum di negara-negara berkembang belum semapan di negara-negara maju.
Oleh karena itu hukum diperlukan untuk merekayasa perilaku/sikap masyarakat
4 Satjipto Rahardjo, “Ilmu Hukum”, Alumni, Bandung,1986, hal 110-111.