• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ARSITEKTUR NUSANTARA MEMPENGARUHI BENTUK BANGUNAN YANG BERKEMBANG DI INDONESIA”

N/A
N/A
Thessa Labangara

Academic year: 2023

Membagikan "“ARSITEKTUR NUSANTARA MEMPENGARUHI BENTUK BANGUNAN YANG BERKEMBANG DI INDONESIA”"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Bahasa Indonesia

INDONESIA DAN ARSITEKTUR

“ARSITEKTUR NUSANTARA MEMPENGARUHI BENTUK BANGUNAN YANG BERKEMBANG DI INDONESIA”

Disusun Oleh :

Nama : Thessalonika Labangara NIM : 22211004

Dosen Pembimbing:

1. Moh. Fachruddin Suharto, S.T., M.Sc.

2. Desty Rara R. Kalude, S.T., M.Ars.

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Negeri Manado

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang "Arsitektur nusantara mempengaruhi bentuk bangunan yang berkembang di Indonesia”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia.

Maksud ditulisnya makalah ini di samping untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia, juga untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang menulis makalah serta menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai arsitektur nusantara.

Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan kalimat maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah yang telah di susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Tondano, November 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......i

DAFTAR ISI.....ii

BAB I PENDAHULUAN.....1

A. Latar belakang...1

B. Rumusan masalah...1

C. Tujuan...2

BAB II PEMBAHASAN.....3

A. Pengaruh globalisasi terhadap arsitektur Indonesia...3

B. Perkembangan munculnya arsitektur nusantara...4

C. Arsitektur nusantara sulit diterapkan pada masa sekarang...5

D. Morfologi dan konsep ruang bangunann arsitektur Nusantara...….5

E. Arsitektur nusantara dapat dikembangkan sebagai jati diri Indonesia...10

BAB III PENUTUP...11

A. Kesimpulan...11

B. Saran...12

DAFTAR PUSTAKA...13

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia atau Nusantara merupakan kepulauan yang menjadi silang budaya pergerakan manusia pada abad-abad pra sejarah. Persilangan tersebut pada akhirnya membentuk suatu persebaran budaya yang beraneka ragam. Keragaman budaya arsitektur pun juga memiliki perjalanan panjang diantara budaya suku-suku di Nusantara ini hasil karya tersebut adalah kekayaan arsitektur yang mengagumkan.

Arsitektur Nusantara identik dengan arsitektur Indonesia adalah suatu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan suatu suku bangsa atau bangsa. Sedangkan budaya terbentuk karena adat istiadat dan tradisi yang berkesinambungan dan mengalami titik tumbuhnya sendiri-sendiri. Hal tersebut menjadi ‘Genius loci” Nusantara. Arsitektur Indonesia/Nusantara yang secara berabad-abad telah menciptakan struktur luar dan struktur dalam bidang bangunan.

Indonesia memiliki ribuan pulau beserta penghuninya yang berarti masyarakat disetiap pulau memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda. Hal ini juga berlaku untuk dunia arsitekturnya yang disebut dengan arsitektur Nusantara, arsitektur yang mencerminkan keragaman budaya asli milik Indonesia. Keanekaragaman ini menjadi sebuah bukti bahwa bangsa ini kaya, tapi kenyataannya masyarakatnya sendiri tidak mau mengakuinya. Tidak bangga dengan apa yang dimiliki, tapi justru menyisihkan dan menggantikannya dengan keseragaman arsitektur.

Saat ini kita semua sedang merasakan transformasi budaya besra-besaran dan transformasi tersebut tidak saja mempengaruhi ilmu arsitektur yang saat ini mengalami pergeseran dalam bidang tampilan bentuk/fasade maupun dalam tatanan ruang. Oleh karena itu, Arsitektur Indonesia merupakan suatu di antar identitas dari suatu pendukung kebudayaan dan patut di lestarikan agar tetap berkelanjutan secara Sustainable dari generasi ke generasi agar tetap mengetahui akar budaya yang terkait dengan bangunan arsitektur.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap arsitektur Indonesia?

2.

Bagaimana perkembangan munculnya arsitektur Nusantara?

3.

Mengapa arsitektur Nusantara sulit diterapkan di kehidupan sekarang?

(5)

4.

Bagaimana konsep ruang dan morfologi bentuk bangunan arsitektur Nusantara?

5. Bagaimana arsitektur Nusantara dapat di kembangkan sebagai arsitektur jati diri Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap arsitektur Indoenesia.

2. Mengetahui perkembangan munculnya arsitektur nusantara.

3. Mengetahui alasan arsitektur nusantara sulit diterapkan di jaman sekarang.

4. Mengetahui konsep ruang dan morfologi bangunan arsitektur Nusantara.

5. Mengetahui bagaimana arsitektur Nusantara dapat dikembangkan sebagai arsitektur jati diri Indonesia.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A.

Pengaruh globalisasi terhadap arsitektur Indonesia

Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komukasi antar masyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama.

Dampak yang pertama dari globalisasi terhadap arsitektur adalah menghilangnya budaya atau tradisi yang ada di masyarakat dan diganti dengan sesuatu yang umum atau global, kalau para arsitek dan kliennya tidak memandang tradisi sebagai suatu yang layak dipertahankan dan belum tentu sesuatu yang global itu sesuai dengan nilai-nilai dalam Masyarakat. Contoh hal ini dapat kita lihat pada rumah khas Jogja yaitu Joglo. dimana sekarang ini rumah itu sudah jarang kita jumpai di masyarakat dan diganti dengan rumah-rumah yang minimalis.

Makin banyak pula kompleks-kompleks perumahan di Indonesia yang mengambil nama-nama asing seperti: “San Diego”, Raffles Garden”, Rich Palace”, dan lainnya yang membuat masyarakat rela meninggalkan nilai-nilai kelokalannya.

Globalisasi banyak membawa pengaruh ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dampak paling umum yang bisa dirasakan adalah terjadinya penyeragaman bentuk. Masyarakat yang dulunya beragam karena tradisi dan adat istiadat yang berbeda di tiapdaerah, kini menjadi seragam akibat pelepasan diri dari tradisi dan adat istiadat yang mengikat mereka untuk mengikuti gaya hidup global yang dianggap modern. Hal ini pun terjadi di bidang arsitektur. Hampir seluruh bangunan yang berdiri di Indonesia telah mengalami perubahan, yang awalnya selalu menunjukkan identitas lokal dengan mengikuti aturan yang berlaku di daerahnya, kini terlihat adanya keseragaman bentuk secara global sehingga tidak jelas lagi itu bangunan apa dan berasal dari mana.

Indonesia memiliki kekayaan arsitektur atau disebut dengan arsitektur Nusantara yang tercermin dari ragam bentuk rumah adat tradisionalnya. Namun sekarang, kekayaan ragam tersebut tidak lagi terlihat dan tergantikan oleh keseragaman bangunan-bangunan bergaya arsitektur. Masyarakat lebih memilih mendirikan bangunan yang bertemakan kemewahan, seperti bangunan klasik Eropa yang banyak menampilkan ornamen-ornamen rumit atau lukisan-lukisan bergambar manusia. Atau sebaliknya, masyarakat akibat pengaruh kehidupan modern yang menuntut kemudahan dan efisiensi waktu, akhirnya lebih memilih mendirikan

(7)

bangunan dengan konsep minimalis. Kedua gaya ini sama sekali tidak mencerminkan identitas asli bangsa Indonesia

Gejala perubahan ini juga dialami oleh para perancang bangunan. Sulit menemukan corak kenusantaraan pada hasil karya arstitek sekarang. Rancangan bangunan yang dibuat,kini banyak mengadaptasi rancangan tokoh baik dari segi desain maupun pemilihan material pembangunnya. Tuntutan masyarakat akan kemudahan dan efisiensi waktu membuat arsitek mau tidak mau harus mengikuti pemikiran tokoh untuk merancang bangunan yang mengutamakan fungsinya.

Konsekuensinya, ornamen pada bangunan dikurangi, beton dipilih sebagai material utama, dan bentuk banguna diubah menjadi lebih sederhana, yaitu tidak jauh dari bentuk kubus. Konsep perancangan ini berbeda dengan konsep asli Indonesia yang identik dengan ukiran tradisional, bentuk fisik bangunan yang kompleks, dan material lokal seperti kayu atau batu alam.

B. Perkembangan munculnya arsitektur Nusantara

Kebudayaan adalah perpaduan antara hasil dari budi dan daya sehingga menjadi idea. Idea adalah wujud dari kebudayaan yang sebagian besar terjadi dari berbagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang banyak hidup bersama dalam suatu masyarakat. Semuanya berkaitan dalam satu sistem wujud pertama oleh para ahli antropologi dan sosiologi disebut sebagai sistem budaya (Cultural System), dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai adat atau adat-istiadat/tradisi.

Warisan arsitektur Nusantara sebagian besar di Indonesia ini mengalami banyak permasalahan untuk mampu bertahan dan berlanjut sampai masa yang akan dating. Dalam artian, tetap dihidupkan oleh masyarakat pewarisnya. Karena memang banyak hal yang menyebabkan ditinggalkanya. Hal tersebut mudah terjadi karena kemajuan teknologi sehingga dapat merubah tata cara hidup, kehidupan sosial dan budaya. Sehingga agar kita tetap dapat memiliki peninggalan / warisan tersebut harus memiliki kekuatan usaha dan upaya serta daya untuk berlanjut.

Bentuk dan wujud bangunan tradisional yang dibangun penuh dengan tradisi lebih kuat dan banyak yang memukau bagi pengamatnya. Namun sayangnya

(8)

bangunan bangunan tersebut saat ini telah banyak berubah menjadi monument. Hal ini menimbulkan pemikiran tersendiri dalam benak sebagian besar dari mereka yang pernah menyaksikannya. Unsur-unsur bangunan arsitektur tradisional yang memiliki makna merupakan warisan budaya daerah yang terkenal dengan ciri- ciri khas tradisionalnya yang tidak menutup kemungkinan bahwa bangunan – bangunan tradisional akan menjadi bentuk baru tanpa memperhatikan makna yang terkandung, Seperti pada Tradisional (Minangkabau) “Gedung” akan melakukan hal yang serupa demi mencapai bangunan tradisional yang modern.

C. Arsitektur Nusantara sulit diterapkan pada masa sekarang

Masyarakat yang telah mengikuti pola hidup modern akan selalu mengedepankan segala hal yang mudah dan cepat sehingga akan berdampak pula pada keinginan mereka untuk mendirikan bangunan yang fungsional. Di sisi lain, arsitektur Nusantara adalah arsitektur yang memiliki makna di setiap bagiannya sehingga arsitektur ini menjadi rumit dan banyak memakan waktu. Perbedaan mudah dan rumit, serta cepat dan lama inilah yang membuat eksistensi arsitektur Nusantara semakin tergeser oleh arsitektur.

Dari sudut pandang arsitek, berbagai filosofi, langgam, bahan, struktur, dan konstruksi terbaru sudah demikian membingungkan. Tatanan dan aturan tradisional dengan berbagai keunikan cara dan penamaan elemen konstruksi menjadi tambahan permasalahan baru bagi arsitek masa kini yang ingin mencoba bereksplorasi dengan kenusantaraan. Kerumitan inilah yang membuat arsitektur Nusantara semakin dijauhi.

Oleh karena itu, perlu formula baru untuk mengurangi kesulitan ilmu arsitektur dan perlu pemahaman baru agar dapat menerapkan arsitektur Nusantara dengan lebih sederhana.

Arsitektur Nusantara dinilai kuno karena tidak bisa berkembang mengikuti perubahan jaman. Ibarat pakaian, agar arsitektur Nusantara dapat diterapkan kembali oleh masyarakat, maka ia harus ditampilkan menjadi sosok masa kini. Itu berarti, arsitektur Nusantara harus dikolaborasikan dengan apa yang menjadi tren sekarang.

Seperti saat ini, batik sudah bisa digunakan dalam acara sehari-hari mulai acara formal hingga informal. Karena batik telah mengalami transformasi bentuk, bukan lagi berupa kain yang melilit tubuh bagian bawah dengan kebaya sebagai atasannya, atau sebagai pakaian acara resmi para orang tua diacara formal. Batik sekarang telah diaplikasikan ke dalam bentuk yang lebih beragam sepertitas, gaun, jaket, dan bahkan motif sepatu sehingga kain batik bukan lagi sebagai pakaian untuk kalangan tertentu saja, tapi dapat digunakan oleh seluruh kalangan.

D. Morfologi dan Konsep ruang bangunan arsitektur Nusantara

1. Morfologi bentuk ruang

(9)

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non- fisik. Salah satunya Arsitektur Tradisional yang berupa bentuk rumah tradisional dan bangunan lainnya yang beragam dan tersebar di seluruh nusantara. Dalam Arsitektur Tradisional di tiap daerah di nusantara selalu ada yang menjadi ciri khas baik dilihat dari material dan bentuknya sebagai identitas lokal yang khas daerah tersebut.

Secara Morfologi yang lebih menekankan pada pembahasan bentuk geometrik dalam mengindetifikasi karakteristik lingkungan yang diwujudkan melalui bentuk bangunan.

Salah satu pandangan mengenai arsitektur adalah melihat dari perspektif manusia yang terdiri dari kepala, badan dan kaki. Pandangan lain menyebutkan bahwa karya arsitektur yang unggul adalah hasil karya yang memiliki nilai dan berpijak pada keseimbangan eksplorasi makna arsitektur ini salah satunya dapat dikaji dari pendekatan filsafat manusia yang melihat sebagai acuan hasikarya .

Konsep bangunan tradisional dipengaruhi oleh konsep budaya yang kental dan yang dikaitkan dengan tubuh manusia terdiri dari kepala, badan, kaki. Secara umum, konsep rumah panggung yang terdiri dari kepala, badan, kaki lebih mendominasi. Hal tersebut terjadi pada semua bangunan arsitektur di Indonesia khususnya seperti di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan untuk di pulau Jawa tidak demikian konsep rumah panggung hanya dikenal di daerah Jawa Barat, untuk Jawa Tengah tidak demikian

Pada umumnya karya arsitektur bangunan di Indonesia berupa konstruksi pangung kecuali di Jawa tengah dan jawa timur hal tersebut disebakan iklim yang melintas di Indonesia ini adalah beriklim tropis lembab. Bentuk-bentuk bangunan secara umum adalah geometrik seperti pada rumah Jawa yang dipengaruhi oleh Pendekatan geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri. Arsitektur bangunan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Secara umum struktur bangunan terbagi dalam 3 bagian . kepala badan, dan kaki.

(10)

2. Konsep ruang

Secara Filosofi konsep ruang pada bangunan tradisional penuh dengan makna dan mengandung arti yang sangat tinggi seperti pada rumah Jawa (rumah Joglo).

Contoh : Filosofi Rumah Jawa tipe Joglo “Rumah joglo merupakan bangunan

arsitektur tradisional Jawa Tengah yang dilengkapi dengan kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama sebagai penjangga bangunan sserta tumpang sari yang berupa balok yang disangah oleh soko guru”

Rumah joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional Jawa Tengah. Rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru. Susunan ruang pada bangnan ruang tengah sebagai area pertemuan yaitu Pendopo yang terletak di depan dan tidak mempunyai dinding terbuka secara filosofi orang Jawa siap menerima tamu siapapun. Pringgitan adalah tempat untuk pertunjukan wayang dan dalem atau omah njero berfungsi sebagai ruang keluarga.

Rumah Tinggal Bali sebagai contoh, pola ruang rumah Tradisional Bali.

Secara umum rumah Bali berpatokkan pada “Kaje Gunung Agung dan Lot Laut ”.

(11)

Bali berasal dari kata “BAL” = Kekuatan, dan Bali = berarti Pengorbanan Contoh nilai budaya Bali yang membagi budaya dalam 4 katagori yaitu :

 Tata krama = kebiasaan sopan santun

 Nguopin = gotong royong

 Ngayah atau ngayang = kerja bakti untuk keperluan agama

 Sistem kasta = Sistem yang mempengaruhi proses berlasungnya satu perkawinan.

Sedangkan konsep hierarki ruang pada bangunan arsitektur Bali berorientasi pada hirarki ruang yang terdiri dari triloka dan triangga.

 Orientasi kosmologi atau sang mandala

 Kesimbangan kosmologi atau manik ring cucupu

 Dimensi tradisional Bali berdasarkan proporsi dan skala manusia.

Konsep dasar Arsitektur bangunan diharapkan dapat berpegang pada :

 Kawruh

Merupakan ilmu yang memiliki berbagai dasar-dasar filsafat, ekologi, teknologi, estetik, tata laksana, tata ritual, sosiologi dan secara terperinci.

Merupakan sarana untuk membentuk dan mengembangkn individu dan masyarakat adalah “Kawruh hidup”.

 Dharma/Mission

Menciptakan ‘’wadah hidup’’ bagi kehidupan manusia yang utuh, selamat sejahtera di dunia dan akhirat. Memapankan diri manusia dalam dirinya, dalam keluarga, masyarakat dengan lingkungan alam, serta merta Tuhan Yang Maha Esa.

 Tertib Tata Laksana

Mengkukuhkan manusia sebagai subyek, terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, alam semesta, serta Tuhan Yang Maha Esa. Pengukuhan tersebut disertai tangung jawab dunia akhirat. Mengugah dan melatih kemandirian, Membangkitkan, meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan.

(12)

Rumah tradisional nusantara yang sudah memberanikan diri untuk

mengkombinasikan bentuk tradisional dengan bentuk modern. Sebagai hasil akhir yang paling berperan adalah elemen estetika berupa “Ornamen” yang

menggambarkan tentang kehidupan pada umumnya bermotif flora dengan sulur- sulurnya dan bentuk laian seperti fauna/binatang. Apa yang sudah dilakukan cukup baik hanya transformai bentuk harus dipikirkan secara matang, sehingga terkesan seperti tidak terencana dengan baik.

Ornamen mengalami moderenisasai dengan canopy dari beton. Dengan komposisi warna yang lebih modern yang mempergunakan ragam hias dengan warna alam merah, putih, hitam dan kuning. Ornamen yang biasa dipergunakan adalah bentuk ayam, burung, kijang, kucing, kumbang, kupu-kupu, kerbau, dan monyet. Pada saat ini sudah banyak arsitektur bangunan tradisional di modifiksi berdasarkan

kebutuhan dan dan fungsi nya. Ornamen tersebut banyak dipergunakan dan diletakkan di ujung pada atap bangunan.

(13)

E. Arsitektur Nusantara dapat dikembangkan sebagai jati diri Indonesia

Batik sekarang telah diaplikasikan ke dalam bentuk yang lebih beragam seperti tas, gaun, jaket, dan bahkan motif sepatu. Sehingga kain batik bukan lagi sebagai pakaian untuk kalangan tertentu saja, tapi dapat digunakan oleh seluruh kalangan. Arsitektur Nusantara seharusnya juga dapat meniru kain batik yang mampu bangkit kembali menjadi identitas bangsa. Membangkitkan kembali semangat berarsitektur Nusantara bukan berarti harus mengikuti segala aturan yang berlaku dalam tradisi atau membangun bangunan dengan fisik yang mirip sekali dengan rumah-rumah tradisional. Menurut F.

Silaban salah seorang arsitek besar pada era Soekarno (Yu Sing, 2010), untuk mengadopsi arsitektur tradisional, bukan bentuknya yang diambil, tetapi dipelajari jiwanya. Barangkali memang itulah sikap yang tepat untuk mengembangkannya, yaitu dengan melakukan adaptasi, bukan duplikasi atau replikasi.

Mengadaptasi nilai lokal dapat dilakukan dengan menjadikan ciri-ciri fisik, makna filosofi, adaptasi terhadap iklim, material lokal, potensi alam, dan ornamen- ornamentradisional sebagai sumber eksplorasi untuk dikembangkan. Arsitektur Nusantara tidak harus terlihat tradisional secara fisik, tetapi dengan adanya eksplorasi tadi, maka arsitektur Nusantara akan dapat lebih luwes diterapkan di masa sekarang dengan tampilan unik seperti halnya batik dalam wujud pakaian masa kini. Dengan cara seperti itu, arsitektur Nusantara bukan lagi menjadi sesuatu yang harus ditutupi dan disisihkan , tetapi harus dikembangkan dan diperkenalkan kepada dunia sebagai arsitektur identitas Bangsa.

(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Globalisasi memberi pengaruh ke dalam arsitektur Indonesia, mengubah perwajahan arsitektur di Indonesia menjadi seragam mengikuti model arsitektur sehingga tidak lagi menampakkan identitas bangsa.

2. Konsep Arsitektur Nusantara identik dengan arsitektur Indonesia konsep rancangan pembangunan rumah/bangunan modern perlu juga di kaji lebih dalam untuk mengetahui kelemahan dan kelebihannya. Kini di era abad 21 banyak bangunan rumah gedung perkantoran maupun bangunan komersil lainnya yang memasukkan unsur tradisional masing-masing daerahnya

3. Arsitektur nusantara sulit diterapkan di kehidupan sekarang karena masyarakat sudah banyak terjejali pengaruh arsitektur global yang dianggap maju sehingga mereka menganggap arsitektur nusantara menjadi hal yang kuno. masyarakat hidup dalam dunia modern juga menuntut segala sesuatunya mudah dan cepat. Sementara arsitektur Nusantara memiliki makna di setiap bagiannya sehingga arsitekur Nusantara ini menjadi rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat didirikan.

4. Konsep ruang dan konsep bangunan sudah tepat berkaitan dengan letak geografis Indonesia/Nusantara karena bentukkan atap tersebut sesuai dengan kondisi iklim.

5. Konsep ornamen tradisional pada arsitektur merupakan pembauran dari seni klasik dan modern. Hasil karya atau wujud dari pembauran tersebut tergantung dari sumber mana yang lebih kuat yang akan memberi kesan/corak yang lebih dominan.

6. Konsep dan pemahaman tentang karakteristik bentuk bangunan dan ruang yang mengandung filosofi tinggi.

7. Konsep warna yang pada umumnya digunakan untuk bangunan tradisional saat ini masih banyak yang mengunakan warna-warna yang sama, merah, hitam, putih, kuning walaupun saat ini banyak produk cat yang lain dan bukan terbuat dari bahan alami. Diharapkan sudah beralih pada value warna yang ada dengan, intesitas,warna dan proporsi perpaduan yang harmonis.

8. Arsitektur Nusantara dapat kembali dikembangkan dengan membentuk formula baru yang mengkombinasikan arsitektur Nusantara dengan pengetahuan arsitektur masa kini sehingga dapat mengurangi kompleksitas arsitektur Nusantara ketika diterapkan.

Pola pikir para arsitek juga harusdiubah menjadi lebih kreatif agar dapat menghadirkan corak Nusantara kedalam karya-karyanya.

(15)

B. Saran

1. Saran untuk pemerintah

 Mengadakan berbagai acara pameran kebudayaan yang berkaitan dengan arsitektur untuk mengingatkan kembali masyarakat bagaimana sebenarnya arsitektur bangsa kita.

 Memasukkan unsur ke Nusantaraan di setiap pembangunan fisik daerah seperti mendirikan kantor pemerintahan, terminal atau bangunan-bangunan publik lainnya dengan corak arsitektur daerah setempat.

2. Saran untuk Institusi Pendidikan Arsitektur

 Meningkatkan intensitas kuliah formal maupun non formal tentang arsitektur Nusantara bagi mahasiswa di bidang sipil dan perencanaan

 Mengadakan penelitian secara rutin untuk mengkaji lebih dalam mengenai arsitektur Nusantara dan penerapannya di kehidupan modern

 Mengadakan sayembara desain yang bertemakan Nusantara kepada mahasiswa.

3. Saran untuk Masyarakat

 Meningkatkan kesadaran diri untuk lebih mengenal dan menganggap arsitektur Nusantara sebagai arsitektur Indonesia.

(16)

 Menggunakan kembali arsitektur Nusantara menjadi konsep dasar rancangan tempat tinggal.

DAFTAR PUSTAKA

Prijotomo, Joseph.2004. Arsitektur Nusantara Menuju Keniscayaan, Cetakan Pertama.Surabaya: Wastu Lanas Grafika

Widjil Pangarsa, Galih. 2006. Merah Putih Arsitektur Nusantara. Yogyakarta: Andi Adonara.2009. “Globalisme dan Pengaruhnya Pada Arsitektur”.

http://stenmannz.blogspot.com/2009/06/globalisme.html .Diunduh: 17Maret 2012

(17)

arsitekiki.2008.“. 17 maret 2012. Kenalan sama Arsitektur Nusantara

http://arsitekiki.blogspot.com/2008/02/kenalan-sama-arsitektur-Nusantara.html Kamus Besar. 18maret 2012 http://www.kamusbesar.com/27350/Nusantara Prijotomo, Joseph.2010.“Arsitektur Nusantara-Arsitektur Naungan, Bukan Lindungan(Sebuah Reorientasi Pengetahuan Arsitektur Tradisional) http://www.putumahendra.com/?p=988

Rahadi, Rosi.2008.“ Arsitektur Nusantara adalah Arsitektur Ramah Lingkungan

http://iramuakhadah.blogspot.com/2011/01/arsitektur-Nusantara-adalah-arsitektur.html . Tribinuka, Tjahja.2010.“Antara Arsitektur Vernakular, Tradisional, Nusantara, dan Indonesia”. http://architect-news.com/index.php/arsitektur-tradisional/69-tatanan- tradisional/96-antara-arsitektur-vernakular-tradisional-Nusantara-dan-indonesia Tribinuka, Tjahja.2010.“Evolusi Arsitektur Nusantara http://architect-

news.com/index.php/arsitektur-tradisional/54-bentuk/91-evolusi-arsitektur- Nusantara Arya Ronald, 1997. Ciri-ciri Karya Budaya Di Balik Tatbir Keagungan Rumah Jawa,Penerbit Universitas Atmajaya, Yogyakarta,

Frick, Heinz, 1997, Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia, Kanisius:

Yogyakarta.

Heuken, Historical Sites of Jakarta, Cipta Loka Caraka, Jakarta Mangunwijaya, 1985 Wastu Citra, Gramedia, Jakarta Soekmono,1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid 1 - 3, Kanisius, Yogyakart.

Sumintarja Djauhari, 1999. Arsitektur Tradisional dan Kriterianya, Makalah pada Lokakarya Upaya Pel

Sumintarja Djauhari, 1978. Kopendium Sejarah Arsitektur Jilid I, yayasan lembaga Penyelidikan Masalah bangunan, Bandung .

Referensi

Dokumen terkait

Pertama , budaya malu dalam masyarakat Jepang terdiri dari dua konsep yang menjadi tolak ukur pada setiap tindakan yang mereka lakukan, yaitu kouchi. (malu umum) dan

Berbicara masalah bentuk arsitektur islam khususnya tentang masjid, hal ini tidak lepas dari bangunan atau pendirian masjid yang pertama kali didirikan oleh nabi Muhammad SAW

dampak yang timbul pada masyarakat secara umum akibat pengaruh budaya organisasi yang dibawa oleh karyawan ke lingkungan tempat tinggalnya. Sederajat dalam

Oleh karena itu, Lasem Cultural center hadir sebagai solusi dari permasalahan yang ada yang didesain dengan pendekatan akulturasi budaya dan arsitektur yang terjalin di kola Lasem untuk