• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum dalam Audit Investigasi

N/A
N/A
Adam am

Academic year: 2024

Membagikan " Aspek Hukum dalam Audit Investigasi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER

“ FRAUD AUDIT : ASPEK HUKUM DALAM AUDIT INVESTIGATIF “

Dosen : Dr. ANTAR M.T. SIANTURI Ak., MBA, CA., QIA

D I S U S U S U N O L E H :

NASYWA ALIFA QOLBINA (022121159) ADAM ARMANSYAH M (022121178)

KELOMPOK X

KELAS Q3A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PAKUAN

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan paper ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Fraud Audit, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar.

Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Aspek Hukum dalam Audit Investigatif” yang harus diketahui bagi mahasiswa. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini hingga selesai. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bogor, 1 Maret 2024

Tim Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang ...

1.2 Rumusan Masalah ...

1.3 Tujuan...

BAB II PEMBAHASAN ...

2.1 Hak & Kewajiban Auditan Investigatif ...

2.2 Hambatan Pelaksanaan Audit Investigatif ...

2.3 Syarat-syarat agar pelimpahan Kewenangan secara mandat dapat dilaksanakan ...

2.4 Hambatan yang sering timbul dalam pelaksanaan Audit Investigatif terjadi pada tahapan apa? ...

BAB III PENUTUP ...

3.1 Kesimpulan...

DAFTAR PUSTAKA ...

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Audit investigatif merupakan jenis audit yang dilakukan dengan pendekatan investigatif. Auditor yang melakukan audit investigatif dituntut untuk menggunakan keahlian seperti seorang penyidik, dengan lebih banyak bersifat intelektual dan tepat dalam menentukan alur pikir "pelaku" penyimpangan dan penerapannya di lapangan.

Ruang lingkup audit investigatif mencakup batasan tentang lokus, tempus, dan hal-hal lain yang relevan dengan kegiatan yang menjadi target audit investigative.

Audit investigatif dapat dilakukan secara reaktif atau proaktif. Audit investigatif dikatakan reaktif apabila auditor melaksanakan audit setelah mendapatkan informasi dari pihak lain mengenai kemungkinan adanya tindak kondisi dan kejahatan.

Dalam audit investigatif, auditor juga dapat melakukan audit kompensasi kerugian keuangan negara. Audit pengungkapan kerugian keuangan negara bertujuan untuk menyatakan pendapat mengenai nilai kerugian keuangan negara yang disebabkan oleh penyimpangan dari hasil penyidikan dan digunakan untuk mendukung tindakan litigasi.

Audit investigatif adalah jenis audit yang dilakukan untuk mengungkapkan adanya tindakan ketentuan, mencakup keuangan, atau pelanggaran hukum dalam suatu organisasi.

Dalam melakukan audit investigatif, terdapat hak dan kewajiban yang harus dipahami dan diperhatikan oleh auditor. Berikut adalah beberapa hak dan kewajiban dalam audit investigatif:

1. Hak dalam Audit Investigatif:

• Hak untuk mengakses informasi: Auditor investigatif memiliki hak untuk mengakses semua informasi yang relevan dengan kasus yang sedang terjadi. Hal ini termasuk akses ke dokumen, catatan keuangan, dan data lainnya yang diperlukan untuk mengungkap kerentanan atau pelanggaran.

• Hak untuk meminta kerjasama: Auditor investigatif memiliki hak untuk meminta kerjasama dari pihak terkait dalam organisasi yang sedang melamar. Ini termasuk hak untuk meminta wawancara dengan karyawan, manajemen, atau pihak lain yang terkait dengan kasus.

• Hak untuk menjaga kerahasiaan: Auditor investigatif memiliki hak untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama proses audit. Hal ini penting untuk memastikan bahwa informasi yang sensitif atau rahasia tidak bocor dan dapat mempengaruhi integritas pengawasan.

(5)

2. Kewajiban dalam Audit Investigatif

• Kewajiban untuk tujuan: Auditor investigatif memiliki kewajiban untuk tetap obektif dan tidak memihak dalam melakukan penyelidikan. Mereka harus megumpulkan dan mengumpulkan bukti dengan cermat tanpa adanya bias atau preerensi pribadi.

• Kewajiban untuk profesionalisme: Auditor investigatif memiliki kewajiban untuk menjalankan tugas mereka dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Mereka harus mengikuti standar etika dan pedoman yang berlaku dalam audit profesi.

• Kewajiban untuk melaporkan temuan: Auditor investigatif mempunyai kewajiban untuk melaporkan temuan mereka secara akurat dan tepat waktu. Laporan audit investigatif harus mencakup hasil penyelidikan, temuan, rekomendasi, dan langkah- langkah yang harus diambil untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

• Kewajiban untuk menjaga kerahasiaan: Auditor investigatif memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama proses audit. Mereka tidak boleh mengungkapkan informasi yang sensitif atau rahasia kepada pihak yang tidak berwenang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Hak & Kewajiban Auditan Investigatif 2. Jelaskan Hambatan pelaksanaan Audit Investigatif

3. Sebutkan syarat-syarat agar pelimpahan kewenangan secara mandat dapat dilaksanakan.

4. Jelaskan pada umumnya hambatan yang sering timbul dalam pelaksanaan Audit Investigatif terjadi pada tahapan apa?

1.3 Tujuan

1. Dapat memberikan penjelasan mengenai Hak & Kewajiban Auditan Investigatif 2. Dapat memberikan penjelasan mengenai Hambatan pelaksanaan Audit Investigatif 3. Agar mengetahui syarat pelimpahan kewenangan secara mandat dapat dilaksanakan 4. Dapat mengetahui Hambatan yang sering timbul dalam pelaksanaan Audit Investigatif

pada tahapannya.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hak & Kewajiban Auditan Investigatif

1. Hak Auditan Investigatif

a. Mengetahui Adanya Penugasan Audit Investigatif

Auditan investigatif berhak mengetahui tentang adanya penugasan audit investigatif terhadapnya untuk menjamin transparansi pelaksanaan audit investigatif. Aspek Hukum dalam Audit Investigatif 49

b. Mendapat Kesempatan untuk Memberikan Tanggapan Saat Melakukan Pembicaraan Akhir

Hal ini berkaitan standar pelaksanaan audit investigatif yang mengharuskan auditor investigatif untuk meminta tanggapan/pendapat terhadap hasil audit investigatif yang dikemukakan pada saat melakukan pembicaraan akhir dengan auditan investigatif (Angka 7400 Permenpan Nomor PER/05/M.PAN/03/2008).

Salah satu cara yang efektif untuk memastikan bahwa suatu laporan hasil audit investigatif dipandang adil, lengkap, dan objektif adalah dengan adanya reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang tidak hanya mengemukakan simpulan auditor investigatif saja, melainkan memuat pula pendapat/tanggapan pejabat yang bertanggung jawab tersebut. Tanggapan tersebut harus dievaluasi dan dipahami secara seimbang dan objektif, serta disajikan secara memadai dalam laporan hasil audit investigatif.

2. Kewajiban Auditan Investigatif

Membantu kelancaran pelaksanaan audit investigatif, misalnya pemberian data untuk keperluan audit investigatif. Berikut adalah beberapa kewajiban yang terkait dengan audit investigatif:

1. Kewajiban untuk melakukan audit investigatif dengan integritas, objektivitas, dan independensi.

2. Kewajiban untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti dengan cermat dan teliti.

3. Kewajiban untuk melaporkan temuan audit investigatif secara jujur dan akurat.

4. Kewajiban untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama proses audit investigatif.

(7)

2.2 Hambatan Pelaksanaan Audit Investigatif

Dalam pelaksanaan audit investigatif ada kalanya menemui hambatan, antara lain sebagai berikut.

1. Keterbatasan kewenangan dalam mengumpulkan data/bukti yang diperlukan.

2.

Rentang waktu terjadinya kasus penyimpangan dengan waktu dilaksanakannya audit investigatif cukup jauh sehingga menyebabkan data/bukti yang diperoleh tidak lengkap untuk menyusun simpulan hasil audit.

3.

Data yang diperlukan tidak tersedia atau tidak diberikan oleh auditan.

4.

Pihak yang diperlukan untuk memberikan keterangan/klarifikasi sulit diperoleh baik karena menghindar untuk memberikan keterangan/klarifikasi maupun karena tidak diketahui lagi domisilinya.

5. Adanya kemungkinan beda persepsi mengenai kecukupan bukti audit dengan bukti hukum antara auditor dengan pihak penegak hukum dalam menyimpulkan terjadinya penyimpangan dan dasar untuk melakukan tindakan hukum lebih lanjut.

Penting bagi auditor investigatif untuk mengatasi hambatan-hambatan ini dengan hati-hati dan profesional. Mereka memerlukan strategi yang tepat, menjaga integritas, dan bekerja sama dengan pihak terkait untuk mencapai tujuan penyelidikan.

2.3 Syarat-syarat agar pelimpahan Kewenangan secara mandat dapat dilaksanakan

Untuk dapat dilaksanakan, pelimpahan kewenangan secara mandat harus memenuhi beberapa syarat. Berdasarkan informasi yang ditemukan, syarat-syarat tersebut meliputi:

1. Definitifitas Delegasi

Delegasi harus bersifat definitif, yang berarti delegasi tidak dapat lagi menggunakan izin yang telah dilimpahkan.

2. Kesepakatan antara Mandat Pemberi dan Mandat Penerima

Kewenangan pelimpahan harus dilakukan secara sukarela dan dengan kesepakatan antara mandat pemberi mandat (organ pemerintahan yang lebih tinggi) dan mandat penerima (organ pemerintahan yang lebih rendah).

3. Legalitas Tindakan Pemerintah

Legalitas tindakan pemerintah harus memperhatikan izin, prosedur, dan substansi. Kewenangan pelimpahan harus didasarkan pada ketentuan peraturan- undangan yang berlaku. Mandat harus memiliki dasar hukum yang jelas dan sah.

(8)

4. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

• Tanggung jawab pelaksanaan wewenang tidak beralih dan tetap berada pada pemberi mandat.

• Tanggung jawab pribadi karena mal-administrasi, seperti melawan hukum, dilarang sah, dan gratifikasi, menjadi tanggung jawab pelaku

Meskipun kewenangan dilimpahkan, tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada pemberi mandat. Penerima mandat bertanggung jawab untuk melaksanakan wewenang yang diberikan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Tidak adanya pelimpahan lebih lanjut

Kewenangan yang telah dilimpahkan tidak boleh didelegasikan lebih lanjut kepada pihak lain, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.

6. Pelaksanaan Tugas Rutin

Pelimpahan kewenangan dalam bentuk mandat biasanya terkait dengan pelaksanaan tugas rutin. Hal ini berarti bahwa penerima mandat harus menjalankan tugas tersebut secara teratur dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2.4 Hambatan yang sering timbul dalam pelaksanaan Audit Investigatif terjadi pada tahapan apa?

Peraturan Menpan Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit, tahap audit investigatif dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu:

pelaksanaan, pelaporan dan tindak lanjut yang dapat dirinci sebagai berikut.

1. Tahap pelaksanaan terdiri dari perencanaan, supervisi, pengumpulan dan pengujian bukti, dan dokumentasi.

a. Perencanaan

Dalam setiap penugasan audit investigatif, auditor investigatif harus menyusun rencana audit. Rencana audit tersebut harus dievaluasi, dan bila perlu, disempurnakan selama proses audit investigatif berlangsung sesuai dengan perkembangan hasil audit investigatif di lapangan. Perencanaan audit investigatif dibuat dengan tujuan untuk meminimalkan tingkat risiko kegagalan dalam melakukan audit investigatif serta memberikan arah agar pelaksanaan audit investigatif efisien dan efektif. Rencana audit investigatif dibuat untuk setiap penugasan audit investigatif berdasarkan informasi yang diterima. Sumber informasi dapat berasal dari pengaduan masyarakat, pengembangan hasil audit kinerja maupun audit lainnya, permintaan instansi aparat penegak hukum serta permintaan instansi lainnya. Setelah diterima, tiap informasi harus dianalisis dan dievaluasi tentang dugaan adanya kasus penyimpangan dengan pendekatan Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana atau yang lebih populer disebut pendekatan 5W + 1H (What, Who, Where, When, Why, dan How).

Tujuan analisis dan evaluasi ini adalah untuk menentukan tiga keputusan yaitu:

melakukan audit investigatif, meneruskan ke pejabat yang berwenang, atau tidak perlu menindaklanjuti.

(9)

Jika keputusannya adalah untuk melakukan audit investigatif, APIP harus menentukan rencana tindakan yang berupa langkah‐langkah berikut:

1) menentukan sifat utama pelanggaran;

2) menentukan fokus perencanaan dan sasaran audit investigatif;

3) mengidentifikasi kemungkinan pelanggaran hukum, peraturan, atau perundang‐undangan, dan memahami unsur‐unsur yang terkait dengan pembuktian atau standar;

4) mengidentifikasi dan menentukan prioritas tahap‐tahap audit investigatif yang diperlukan untuk mencapai sasaran audit investigatif;

5) menentukan sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan audit investigatif;

6) melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang, termasuk instansi penyidik, apabila perlu.

Selain itu, analisis dan evaluasi informasi akan menghasilkan hipotesis, yaitu anggapan atas tindakan dan aktivitas tertentu yang mungkin telah terjadi, dimana data atau informasi yang tersedia sangat terbatas. Hipotesis tersebut dijadikan dasar penyusunan program audit. Rencana audit yang telah ditetapkan tidak bersifat final. Perkembangan hasil audit investigatif mungkin mengharuskan auditor investigatif untuk memperluas audit sehingga rencana yang telah disusun sebelumnya harus dimutakhirkan. Hal‐hal yang dapat menjadi pertimbangan perlunya pemutakhiran rencana audit antara lain:

• bukti yang diperoleh tidak mengarah pada sasaran audit yang semula ditetapkan;

• pihak‐pihak yang semula direncanakan untuk memberikan bukti tidak kooperatif;

• waktu yang semula direncanakan untuk melaksanakan suatu prosedur ternyata tidak mencukupi.

b. Supervisi

Pada setiap tahap audit investigatif, pekerjaan auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan auditor. Supervisi merupakan tindakan yang terus‐ menerus selama pekerjaan audit, mulai dari perencanaan hingga diterbitkannya laporan audit.

Supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun metodologi audit yang antara lain untuk mengetahui:

1) pemahaman tim audit atas tujuan dan rencana audit;

2) kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit;

3) ketaatan terhadap prosedur audit;

4) kelengkapan bukti‐bukti yang terkandung dalam kertas kerja audit;

5) mendukung temuan dan rekomendasi;

6) pencapaian tujuan audit.

(10)

Semua pekerjaan audit investigatif harus direviu secara berjenjang dan periodik agar menjamin bahwa perkembangan audit investigatif tetap efisien, efektif, mendalam, objekfif, dan sesuai dengan ketentuan.

c. Pengumpulan dan Pengujian Bukti

Auditor investigatif harus mengumpulkan dan menguji bukti untuk mendukung simpulan dan temuan audit investigatif. Pelaksanaan pengumpulan dan evaluasi bukti harus difokuskan pada upaya pengujian hipotesis untuk mengungkapkan:

• fakta‐fakta dan proses kejadian (modus operandi);

• sebab dan dampak penyimpangan; dan

• pihak‐pihak yang diduga terlibat/bertanggung jawab atas kerugian keuangan negara/daerah.

1) Pengumpulan Bukti Dalam pengumpulan bukti harus diperhatikan hal‐hal sebagai berikut.

a) Tujuan pengumpulan bukti adalah untuk menentukan apakah informasi awal yang diterima dapat diandalkan atau menyesatkan.

b) Auditor investigatif harus mengumpulkan bukti audit yang cukup, kompeten dan relevan.

c) Bukti digolongkan menjadi bukti fisik, bukti dokumen, bukti kesaksian, dan bukti analisis.

d) Pengumpulan bukti harus dilakukan dengan teknik‐teknik tertentu antara lain wawancara kepada pengadu, saksi, korban, dan pelaku; reviu catatan; pengumpulan bukti forensik; pengintaian dan pemantauan; serta penggunaan teknologi komputer.

e) Bukti audit harus diperoleh dengan tidak menggunakan metode sampling, melainkan harus secara keseluruhan populasi.

f) Auditor dapat menggunakan tenaga ahli apabila pengetahuan dan pengalamannya tidak memadai untuk mendapatkan bukti yang cukup, kompeten dan relevan.

2) Pengujian Bukti

Dalam pengujian bukti harus diperhatikan hal‐hal sebagai berikut.

a) Auditor harus menguji bukti audit yang dikumpulkan untuk menilai kesahihan bukti yang dikumpulkan selama pekerjaan audit.

b) Auditor menguji bukti yang telah dikumpulkan untuk menilai kesesuaian bukti dengan hipotesis.

c) Bukti diuji dengan memperhatikan urutan proses kejadian (sequences) dan kerangka waktu kejadian (time frame) yang dijabarkan dalam bentuk bagan arus kejadian (flow chart) atau narasi.

d) Teknik‐teknik yang dapat digunakan untuk menguji bukti antara lain inspeksi, observasi, wawancara, konfirmasi, analisis, pembandingan, rekonsiliasi dan penelusuran kembali.

(11)

d. Dokumentasi

1) Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan dokumen audit investigatif dalam bentuk kertas kerja audit.

2) Dokumen audit investigatif harus disimpan secara tertib dan sistematis agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis.

3) Pembuatan kertas kerja audit investigatif harus tetap mematuhi tata cara pembuatan kertas kerja audit yang baik.

4) Hasil audit investigatif harus didokumentasikan dalam berkas audit investigatif secara akurat dan lengkap.

5) Pedoman audit internal investigatif harus secara khusus dan jelas menekankan kecermatan dan pentingnya ketepatan waktu.

6) Laporan temuan audit investigatif dan pencapaian hasil audit investigatif harus didukung dengan dokumentasi yang cukup dalam berkas audit investigatif.

7) APIP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang wajar mengenai pengamanan dan penyimpanan dokumen audit selama waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.

8) Dokumen audit memungkinkan dilakukannya reviu terhadap kualitas pelaksanaan audit, yaitu dengan memberikan dokumen audit tersebut kepada pereviu, baik dalam bentuk dokumen tertulis maupun dalam format elektronik.

9) Apabila dokumen audit hanya disimpan secara elektronik, APIP harus yakin bahwa dokumentasi elektronik tersebut dapat diakses sepanjang periode penyimpanan yang ditetapkan dan akses terhadap dokumentasi elektronik tersebut dijaga secara memadai.

2. Tahap Pelaporan terdiri: kewajiban membuat laporan, cara dan saat pelaporan, bentuk dan isi laporan, kualitas laporan, pembicaraan akhir dengan auditi dan penerbitan dan distribusi laporan.

a. Kewajiban Membuat Laporan Laporan hasil audit investigatif dibuat dengan memperhatikan hal‐hal sebagai berikut.

1) Dibuat secara tertulis dengan tujuan untuk memudahkan pembuktian dan berguna untuk proses hukum berikutnya.

2) Fakta‐fakta harus diungkapkan untuk membantu pemahaman pembaca laporan.

3) Harus memuat bukti‐bukti baik yang mendukung maupun yang melemahkan temuan audit.

4) Harus didukung dengan kertas kerja audit investigatif yang memuat referensi kepada semua wawancara, kontak, atau aktivitas audit investigatif yang lain.

5) Harus mencerminkan hasil yang diperoleh dari audit investigatif, termasuk denda, penghematan, pemulihan, tuduhan, rekomendasi, dan sebagainya.

6) Harus ditulis dalam bentuk deduktif, menggunakan kalimat dan pernyataan yang berupa ulasan dan kalimat topik serta penulisan kalimat dan paragraf harus singkat, sederhana, dan langsung.

7) Harus ringkas tanpa mengorbankan kejelasan, kelengkapan, dan ketepatan untuk mengomunikasikan temuan audit investigatif yang relevan.

(12)

8) Tidak boleh mengungkapkan pertanyaan yang belum terjawab, atau memungkinkan interpretasi yang keliru.

9) Tidak boleh mengandung opini atau pandangan pribadi.

10) Semua penilaian, kesimpulan, pengamatan, dan rekomendasi harus berdasarkan fakta yang tersedia.

11) Kelemahan sistem atau permasalahan manajemen yang terungkap dalam audit investigatif harus dilaporkan ke pejabat yang berwenang dengan segera.

b. Cara dan Saat Pelaporan

1) Laporan hasil audit investigatif dibuat secara tertulis dan segera setelah berakhirnya pelaksanaan audit investigatif.

2) APIP harus menetapkan kapan laporan akan diberikan secara tertulis, sesuai dengan situasi dan kasus yang diaudit.

c. Bentuk dan Isi Laporan Laporan hasil audit investigatif minimal harus memuat hal‐hal sebagai berikut.

1) Dasar melakukan audit 2) Identifikasi auditi

3) Tujuan/sasaran, lingkup, dan metodologi audit

4) Pernyataan bahwa audit investigatif telah dilaksanakan sesuai standar audit 5) Fakta‐fakta dan proses kejadian mengenai siapa, dimana, bilamana,

bagaimana dari kasus yang diaudit 6) Sebab dan dampak penyimpangan

7) Pihak yang diduga terlibat atau bertanggung jawab

8) Dalam pengungkapan pihak yang bertanggung jawab atau yang diduga terlibat, auditor harus memperhatikan azas praduga tidak bersalah yaitu dengan tidak menyebut identitas lengkap.

d. Kualitas Laporan Agar berkualitas laporan hasil audit investigatif harus memenuhi syarat berikut.

1) Akurat dan jelas, singkat, menunjukkan hasil‐hasil relevan dan upaya auditor investigatif.

2) Disajikan secara langsung, tepat secara gramatikal, menghindari penggunaan kata yang tidak perlu, mengganggu, atau membingungkan.

3) Disajikan dengan baik, relevan dengan audit investigatif, dan mendukung penyajian.

4) Dilaksanakan dan dilaporkan secara cermat dan tepat waktu.

e. Pembicaraan Akhir dengan Auditi

1) Laporan hasil audit investigatif dipandang adil, lengkap, dan objektif dengan adanya reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab.

2) Tanggapan harus dievaluasi dan dipahami secara seimbang dan objektif, serta disajikan secara memadai dalam laporan hasil audit investigatif.

(13)

3) Apabila tanggapan dari auditi bertentangan dengan simpulan dalam laporan hasil audit investigatif, dan menurut pendapat auditor investigatif tanggapan tersebut tidak benar, maka auditor investigatif harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan tersebut beserta alasannya secara seimbang dan objektif.

4) Sebaliknya, auditor harus memperbaiki laporannya, apabila auditor berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.

f. Penerbitan dan Distribusi Laporan

1) Laporan hasil audit investigatif harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.

2) Dalam hal yang diaudit merupakan rahasia negara, untuk tujuan keamanan negara, atau menurut peraturan perundang‐undangan dilarang dipublikasikan, maka APIP harus membatasi pendistribusian laporan tersebut.

3. Tahap Tindak lanjut yaitu tanggung jawab APIP untuk memantau Tindak Lanjut Temuan.

APIP harus memantau tindak lanjut hasil audit investigatif yang dilimpahkan kepada aparat penegak hukum.

Standar ini mengharuskan APIP untuk mengadministrasikan temuan audit investigatif guna keperluan pemantauan tindak lanjut dan pemutakhiran data hasil audit investigatif, termasuk yang hasil akhirnya berupa tuntutan perbendaharaan atau tuntutan ganti rugi (TP/TGR).

APlP harus memantau tindak lanjut kasus penyimpangan yang berindikasi adanya tindak pidana korupsi/perdata yang dilimpahkan kepada Kejaksaan atau Komisi Pemberantasan Korupsi.

Dalam pelaksanaan audit investigatif, kendala seringkali muncul pada tahapan Pelaksanaan dan Pelaporan . Pada tahap Pelaksanaan, auditor harus menguasai gambaran besarnya terlebih dahulu dan melakukan penalaran untuk menentukan kesimpulan wajar atau tidaknya suatu data individu. Sementara itu, pada tahap Pelaporan, auditor harus memperhatikan kompleksitas perhitungan yang umumnya terjadi dalam audit investigatif, yang didasarkan atas kontrak yang sangat rumit dan kemungkinan terjadinya perubahan dan renegosiasi berkali-kali

(14)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Audit investigatif adalah jenis audit yang dilakukan dengan pendekatan investigatif. Auditor dalam audit investigatif menggunakan keahlian seperti seorang penyidik. Audit investigatif memiliki ruang lingkup yang mencakup batasan tentang lokus, tempus, dan hal-hal lain yang relevan dengan kegiatan yang menjadi target audit investigatif. Selain itu, audit investigatif dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada aspek tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian internal, serta memiliki peran dalam penegakan hukum oleh penyidik.

Pada dasarnya, hak dan kewajiban dalam audit investigatif bertujuan untuk memastikan bahwa audit investigatif dilakukan dengan profesionalisme, integritas, dan objektivitas. Auditor investigatif memiliki hak untuk mengakses informasi yang relevan dan menggunakan metode investigasi yang sesuai, sementara juga memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan informasi dan melaksanakan audit dengan itikad dengan baik.

Dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, kewenangan pelimpahan secara mandat dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan-undangan yang berlaku.

Audit investigatif meliputi beberapa tahapan, seperti pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjut. Setiap tahapan memiliki peran penting dalam mengungkap kebenaran dan menyusun laporan audit investigatif. Dengan demikian, hambatan dalam pelaksanaan audit investigatif seringkali muncul pada tahapan Pelaksanaan dan Pelaporan.

Penting bagi auditor investigatif untuk menguasai teknik-teknik audit investigatif, menjaga integritas, dan bekerja sesuai dengan standar audit. Auditor investigatif juga perlu mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaan audit investigatif.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Modul_01-Audit Investigatif_Aspek & Konsepsi.pdf https://pusdiklatwas.bpkp.go.id/katapel/audit-investigatif.php https://www.bpkp.go.id/gorontalo/konten/1789/investigasi.bpkp

http://bakpknstan.com/artikel/peran-audit-investigatif-dalam-pengungkapan-fraud/

Jurnal Perundang-undangan Indonesia - 'pelimpahan kewenangan'

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jateng/baca-artikel/14419/Yuk-Sejenak-kita-Kupas- Mengenai-Sumber-Kewenangan-Berupa-Delegasi.html

Audit Investigatif – Modul Pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam menganalisis akuntansi forensik dan audit investigatif diterapkan dalam pelaksanaan prosedur audit dan

Mengajar di prodi Akuntansi, prodi Pendidikan Akuntansi dan prodi D3 Akuntansi UNY antara lain pada mata kuliah:.. Akuntansi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah FIQIH IBADAH. Disusun

Mata Kuliah : Aspek Hukum dalam

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENERAPAN AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI DALAM MENDETEKSI FRAUD DI

Rumusan masalah penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam menganalisis akuntansi forensik dan audit investigatif diterapkan dalam pelaksanaan prosedur audit dan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Disusun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan audit investigatif, bagaimana tata cara pengumpulan alat bukti audit dan pengembangannya menjadi alat bukti hukum terkait Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, dan bagaimana peran audit investigatif dalam menjadikan alat bukti audit sebagai alat bukti hukum untuk Pembuktian Tindak Pidana Korupsi oleh Pusat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan