LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA HILL DEXTRA IRREPONIBLE
TINDAKAN HERNIORRHAPHY TEKNIK ANESTESI REGIONAL (SPINAL)
DI RSUD INDRAMAYU
Disusun Oleh:
INDRIANI NIM. 210106078
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
(.……….) (.……….)
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2024
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi
Hernia merupakan penonjolan abnormal dari organ, jaringan, atau bagian pada dinding perut atau rongga perut ke rongga tubuh lainnya (pinggul atau pelvis, dada atau toraks) yang dilapisi selaput dinding perut (peritonium) menonjol, melalui bagian lemah dinding perut yang bisa berisi usus atau organ perut lainnya.
Hernia inguinalis adalah hernia yang umum terjadi dan muncul tonjolan di selangkangan atau skrotum (Nianingsih, 2019).
Anatomi dan Fisiologi:
1) Testis berfungsi untuk menghasilkan sperma dan mengeluarkan testoteron.
2) Skrotum berfungsi sebagai pembungkus testis yang tergantung di luar rongga abdomen yang berupa kulit, letaknya di sudut antara kedua pangkal paha.
3) Angulus inguinalis, saluran inguinalis merupakan tempat bagi testis, saluran sperma, serta skrotum (kantong testis) pada laki-laki.
2. Etiologi/faktor risiko
Penyebab hernia inguinalis yang utama adalah melemahnya dinding otot perut serta peregangan yang terus menerus dialami oleh otot.
1) Jenis kelamin laki-laki, penderita hernia lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.
2) Keturunan atau genetik meningkatkan risiko terjadinya hernia
3) Kondisi medis tertentu, misal pada batuk kronis, merokok dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah sehingga meningkatkan risiko terjadinya hernia
4) Sembelit kronis, mengejan saat buang air besar dapat menyebabkan hernia
5) Obesitas, kelebihan berat badan dapat memberikan tekanan ekstra pada perut
6) Kehamilan, tekanan dari janin yang berkembang dapat melemahkan otot-otot perut dan menyebabkan peregangan pada otot perut
7) Pekerja kasar, beriri dalam waktu yang lama atau melakukan pekerjaan fisik yang berat (termasuk mengangkan benda berat) akan meningkatkan risiko terkena hernia inguinalis
8) Kelahiran prematur, bayi yang lahir prematur berisiko mengalami hernia karena saluran inguinalis belum tertutup sempurna
3. Tanda dan gejala
Tanda yang biasanya yaitu tampak adanya benjolan, nyeri atau rasa penuh di sekitar area selangkangan yang muncul ketika tegang, menangis, batuk, berdiri, atau mengangkat beban berat.
4. Klasifikasi
a. Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya
1) Reponible : tonjolan hernia dapat dimasukan kembali, tonjolan tersebut biasanya dapat didorong atau masuk ke dalam perut saat penderita sedang berbaring
2) Irreponible : tonjolan hernia yang tidak dapat dimasukan kembali, cincin angulus atau saluran inguinalis tidak mampu mengeluarkan usus kembali karena tonjolan terlalu besar
3) Inkarserata : bagian usus yang mencuat dan terjebak dalam kantong ovarium atau testis, menggangu bagian tertentu dari usus atau jaringan lemak sehingga terjadi adesi atau perlekatan antar ususnya, karena lengket yang mengakibatkan tonjolan tidak dapat kembali lagi
4) Strangulata : usus yang mencuat (melintir) terjepit oleh dinding otot dan tidak bisa masuk kembali. Strangulata atau strangulasi dapat menyebabkan gangren, jaringan usus mati karena tidak mendapat suplai darah
b. Klasifikasi hernia berdasarkan diagnosis
1) Limfadenopati inguinal : pembesaran kelenjar limfe yang ada di inguinal
2) Lipoma : tumor jinak yang berada di inguinal
3) Hidrokel : terisi cairan pada prosesus vaginalis yang membuat testis berair
4) Testis ektopik : testis turun secara abnormal yang penempatanya tidak tepat di skrotum atau tersangkut di rongga abdomen
5. Patofisiologi
Patofisiologi hernia inguinalis dikaitkan dengan kegagalan prosesus vaginalis dan kelemahan dinding abdomen sehingga usus atau organ perut lainnya terjebak di sekitar area inguinalis yang dapat disebabkan oleh faktor genetik, jenis kelamin laki-laki, bayi lahir prematur, batuk kronis, sembelit kronis, obesitas, kehamilan, dan pekerja tertentu seperti mengangkat beban berat dan terlalu lama berdiri.
6. Pemeriksaan diagnostik/pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang padat dilakukan antara lain USG, MRI, dan CTscan untuk memastikan lokasi hernia dan mengetahui isi kantong hernia.
B. JENIS PEMBEDAHAN
Herniorrhapy merupakan metode operasi hernia untuk memperbaiki kekuatan dinding perut dengan membuat sayatan pada daerah inguinal atau perut dekat lipatan paha. Ketika kantung hernia sudah didapatkan, jaringan/organ isi hernia dikembalikan ke lokasi seharusnya dan kentong hernia di buang dan antar otot atau ligamen di mana hernia tebentuk dijahit kembali sehingga luban hernia tertutup.
Penderita perlu menjalani operasi apabila:
1) Hernia tidak dapat dimasukkan kembali (irreponible) 2) Hernia mengganggu aktivitas sehari-hari
3) Hernia menyebabkan gangguan pencernaan, mual muntah, perut kembung, tidak kentut dan tidak bisa buang air besar (BAB)
Persiapan pasien
1) Puasa untuk dewasa 8-12 jam
2) Berhenti minum obat pengencer darah sejak seminggu sebelum operasi 3) Hernia inkarserata atau strangulata membutuhkan operasi darurat
C. TEKNIK ANESTESI
Teknik Anestesi Regional dengan Metode Spinal Anestesi
Spinal anestesi merupakan blokade saraf yang menciptakan kondisi anestesi dan relaksasi otot terutama pada anggota tubuhh bagian abdomen ke bawah, metode spinal anestesi yaitu dengan menyuntikkan obat anestesi lokal secara langsung ke dalam cairan serebrospinalis di dalam ruang subarachnoid.
Perisapan alat dan obat
1) Needle spinal ukuran 25G, 26G, 27G 2) Spuit 3cc, 5cc, 10cc
3) Handscoon steril 4) Kassa steril 5) Alkohol 6) Betadin 7) Bupivacaine 8) Efedrine 9) Atropin Sulfate
D. FOKUS PENGKAJIAN 1. Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 53 tahun Jenis kelamin : L
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Pasien mengeluh benjolan dilipatan paha sebelah kanan, benjolan tersebut tidak dapat masuk kembali, benjolan sudah ada sejak bertahun-tahun. Pasien mengaku benjolan terasa nyeri ketika batuk, berdiri, mengedan atau saat mengangkat beban berat.
Pasien merasakan keluhan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Diagnosa medis : Hill dextra irreponible
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
GCS: E4V5M6 Total 15
Kesadaran : compos mentis/apatis/delirium/somnolen/sopor/koma
Tanda-tanda vital:
Nadi 62 x/menit; Suhu 360C; TD 103/71 mmHg; MAP 92 mmHg;
RR 21x/menit; BB: 57 kg; TB: 168cm; BMI: 20,3
Pemeriksaan B4 (Bladder)
a) Nyeri BAAK ada Tidak b) Urine disertai darahada Tidak
poliurioliguriaanuriaretensi urininkontensia c) Nyeri tekan pada ginjal YaTidak
d) Pembesaran pada ginjal YaTidak e) Produksi urine : ….. ml
Pemeriksaan B5 (Bowel) a) Bising usus 8 x/menit b) Mual YaTidak c) Muntah Tidakada : kali
d) Nyeri menelanYaTidak e) Nyeri perut Tidakada : f) Borborygmi YaTidak g) Distensi YaTidak
h) Asitesshifting dullnessundulasiTidak i) Pembesaran heparYaTidak
j) Palpasi Regio Ingunalis benjolan(+)dextrasinistra
dapat masuk kembalitidak dapat kembali ke abdomen
2. Data Fokus Anetesi (AMPLE):
a) Allergi
(1) Riwayat alergi makanandisangkal (2) Riwayat alergi obat-obatandisangkal (3) Lainnyatidak ada
b) Medikasi
Riwayat penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat antihipertensi, diuretik, digitalis, antidiabetik antikoagulan:disangkal
c) Past illness
Riwayat penyakit sistemik (DM, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hepar, gangguan perdarahan, serta riwayat penyakit keluarga):disangkal
d) Last meal
Makan dan minum terakhir : 12.00
Lama puasa : 8 jam
e) Evironments
Kebiasaan buruk, seperti riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol, kondisi lingkungan yang berhubungan dengan penyakit:perokok sosial
E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung dibuktikan dengan bradikardi
2. Risiko cedera anestesi berhubungan dengan tindakan spinal anestesi
3. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan durasi pembedahan yang lama dan lingkungan ekstrem
F. INTERVENSI Problem
Rencana Tindakan
Tujuan Intervensi
Risiko cedera
anestesi Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama fase preanestesi, cedera akibat anestesi tidak terjadi di intraanestesi dan
pascaanestesi Dengan kriteria:
1. Tidak terjadi reaksi alergi 2. Status hemodinamik stabil 3. Respirasi stabil
4. Termoregulasi stabil 5. Tidak terjadi PONV pasca
anestesi
1. Pengkajian AMPLE, usia dan berat badan pasien.
2. Kaji kesiapan pasien
sebelum operasi: puasa, ganti baju, IV line lancar
3. Siapkan peralatan anestesi (mesin, STATICS, spinal), obat-obatan dan cairan sesuai jenis anestesi
4. Kolaborasi pemberian obat premedikasi
5. Observasi tanda-tanda vital Penurunan curah
jantung Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama fase intraanestesi, frekuensi nadi meningkat
Dengan kriteria:
1. Frekuensi nadi > 60 x/menit
2.
Tekanan darah sistolik > 90 3. Kekuatan nadi perifermmHgmeningkat
4. Tidak ada nyeri dada 5. Tidak ada sesak napas 6. Frekuensi napas normal
(12-20 x/menit)
1. Observasi tanda-tanda vital 2. Pastikan IV line lancar 3. Monitoring intake dan output
cairan
4. Loading sirkulasi dengan larutan kristaloid atau koloid 5. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum memberikan obat
6. Kolaborasi pemberian obat Atropin Sulfate (SA) dengan dosis 0,5 mg via bolus (2 cc spuit) dan diulangi jika perlu 7. Monitoring saturasi oksigen 8. Kolaborasi pemberian
oksigen dengan nasal kanul Ketidakefektifan
termoregulasi Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama fase pascaanestesi,
termoregulasi membaik Dengan kriteria:
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Pasien mengatakan tidak kedinginan
3. Tidak terjadi shivering 4. Tidak terjadi sianosis 5. Tanda-tanda vital dalam
batas normal (sistol antara 90-120 mmHg atau diastol 60-80 mmHg, nadi 60-100 x/menit, pernapasan 12-20 x/menit)
1. Observasi suhu tubuh 2. Observasi tanda-tanda
sianosis (warna kulit) 3. Observasi tanda-tanda vital 4. Berikan selimut
penghangat
5. Identifikasi perubahan saturasi oksigen
6. Kolaborasi pemebrian oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Christy, dr K. (2020, March 5).Operasi Herniorafi - Apa dan Bagaimana Prosedur Dilakukan?Linksehat.com. https://linksehat.com/artikel/herniorafi
Igirisa, R., Lampus, H., & Lengkong, A. (2023). Patofisiologi dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hernia Inguinalis pada Anak Pathophysiology and Associated Factors of Inguinal Hernia in Children.Medical Scope Journal, 5(1), 38–44. https://doi.org/10.35790/msj.v5i1.4
Joseph , N. (2021, February 4).Hernia Inguinalis: Obat, Penyebab, Gejala, dll.Hello Sehat. https://hellosehat.com/pencernaan/pencernaan-lainnya/hernia-inguinalis/
Krismonika, A., Rohmah, M., & Madani, U. (2023).ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS DENGAN INTERVENSI PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DIRUANG MAWAR RSUD KABUPATEN TANGERANG.
Soenarjo, Marwoto, Witjaksono, Satoto, H., Budiono, U., Lian, A., Jatmiko, H. D., Leksana, E., Harahap, M. S., Istanto, W., Arifin, J., Listlyanto, J., Sutlyono, D., Primatika, A. D., Sasongko, H., Susilowati, D., Villyastuti, Y. wahyu,
Hendriarto, H., Yusmalinda, & Mochamat. (2015).Anestesiologi(Soenarjo &
H. D. Jatmiko, Eds.; 2nd ed.). Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi Dan Terapi Intensif (PERDATIN) CABANG JAWA - TENGAH. (Original work published 2013)
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA HILL DEXTRA IRREPONIBLE
TINDAKAN HERNIORRHAPHY TEKNIK ANESTESI REGIONAL (SPINAL)
DI RSUD INDRAMAYU
Disusun Oleh:
INDRIANI NIM. 210106078
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
(.……….) (.……….)
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2024
LEGALISASI LAPORAN KASUS *
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama pembimbing :………
Jabatan :………
Ruang :………
Menyatakan bahwa mahasiswa berikut telah mengambil kasus kelolaan dan melakukan penggkajian hingga evaluasi tindakan keperawatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan telah diperiksa.
Nama mahasiswa :………
NIM :………
Judul kasus :………
Demikian lembar legalisasi laporan kasus ini dibuat tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Indramayu ,………...
Pembimbing
(.………...)
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PADA PASIEN HILL DEXTRA IRREPONIBLE DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI HERNIORRHAPHY DENGAN TINDAKAN ANESTESI
REGIONAL (SPINAL) DI RUANG IBS RSUD INDRAMAYU PADA TANGGAL 03/01/2024
I. PENGKAJIAN A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Tanggal lahir (umur) : 3/10/1970 (53 tahun)
No.CM : 02226636
Jenis kelamin : L
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Rancajawat Kec. Tukdana
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal MRS : 3/Jan/2024
Tanggal pengkajian : 3/Jan/2024 Jam Pengkajian: 20.30 2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 30
Jenis kelamin : L
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Jawa
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Rancajawat Kec. Tukdana
b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama :
Pasien mengeluh benjolan dilipatan paha sebelah kanan, benjolan tersebut tidak dapat masuk kembali, benjolan sudah ada sejak bertahun-tahun. Pasien mengaku benjolan terasa nyeri ketika batuk, berdiri, mengedan atau saat mengangkat beban berat. Pasien merasakan keluhan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
2) Keluhan lainnya : Sering merasa mual, tidak ada demam dan tidak ada batuk. Pasien mengaku hanya memiliki satu skrotum sejak kecil.
3) Diagnosis Medis : Hill dextra irreponible 4) Rencana Tindakan Operasi : Herniorraphy
5) Data Fokus Anetesi (AMPLE):
f) Allergi
(4) Riwayat alergi makanan disangkal (5) Riwayat alergi obat-obatandisangkal (6) Lainnyatidak ada
g) Medikasi
Riwayat penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat antihipertensi, diuretik, digitalis, antidiabetik antikoagulan:
disangkal h) Past illness
Riwayat penyakit sistemik (DM, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hepar, gangguan perdarahan, serta riwayat penyakit keluarga):disangkal i) Last meal
Makan dan minum terakhir: 12.00
Lama puasa : 8 jam
j) Evironments
Kebiasaan buruk, seperti riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol, kondisi lingkungan yang berhubungan dengan penyakit:perokok sosial
2. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum
GCS:E4V5M6Total15
Kesadaran :compos mentis/apatis/delirium/somnolen/sopor/koma Tanda-tanda vital: Nadi 62 x/menit; Suhu 360C; TD 103/71 mmHg;
MAP 92 mmHg; RR 21x/menit; BB: 57 kg; TB: 168cm; BMI: 20,3
b. Pemeriksaan 6 B 1) B1 (Breathing)
a) Look externally(wajah)
Normal Edema Luka pada wajah
Kumis/jenggotMikrognathia Gigi palsu
Gigi goyang Gigi maju Hilangnya gigi b) Evaluate Thyromental distance
(1) Kemampuan membuka mulut≥3 jari YaTidak (2) Jarak Thyro - Mental≥3 jari YaTidak (3) Jarak Hyoid - Tiroid≥2 jari YaTidak c) Mallampati score IIIIIIIV
d) Obstruction or obesity(Obstruksi jalan napas)
YaTidak e) Neck mobility
(1) Bentuk leher SimetrisTidak simetris
(2) Leher pendek Ya Tidak
(3) Dagu dapat menyentuh dada Ya Tidak (4) Ekstensi leher dan kepala Ya Tidak (5) Rotasi leher dan kepala Ya Tidak (6) Bekas luka di leher Ya Tidak (7) Menggunakan neck collar Ya Tidak f) Penggunaan otot bantu napas Ya Tidak g) Pernapasan cuping hidung Ya Tidak h) Perkusi paru sonor hipersonor dullness
i) Suara napas trakeal bronchial bronkovesikular
vesikulerrochi wheezing
stridor snoring gurgling
2) B2 (Blood)
a) Konjungtiva :anemistidak b) Kulit :pucattidak c) CRT : 2 detik
d) Pembesaran vena jugularis :YaTidak e) Ictus cordis : (-), pelebaran cm
f) Perdarahan :adatidak Lokasi perdarahan : ….
Jumlah perdarahan : …. ml
g) Pulsasi pada dinding torax teraba
LemahKuatTidak teraba h) Batas-batas jantung normal adalah:
(1) Batas atas….. (N = ICS II) (2) Batas bawah …. (N = ICS V)
(3) Batas kiri….. (N = ICS V Mid Clavikula Sinistra) (4) Batas kanan….. (N = ICS IV Mid Sternalis Dextra) i) BJ I tunggalgandaregularirregular
j) BJ II tunggalgandaregularirregular k) Bunyi jantung tambahan
BJ III (-)Gallop Rhythm (-)Murmur (-) 3) B3 (Brain)
a) Kaku kuduk ada Tidak b) Kejang ada Tidak c) Tremor ada Tidak d) Nyeri kepalaada Tidak
e) Pupil isokorunisokormidriasismiosis
tidak ada reaksi f) Parese ada Tidak
g) Plegi ada Tidak
4) B4 (Bladder)
f) Nyeri BAAK ada Tidak g) Urine disertai darahada Tidak
poliurioliguriaanuriaretensi urininkontensia
h) Nyeri tekan pada ginjal YaTidak i) Pembesaran pada ginjal YaTidak j) Produksi urine : ….. ml
5) B5 (Bowel)
k) Bising usus 8 x/menit
l) Mual YaTidak
m) Muntah Tidakada : kali n) Nyeri menelanYaTidak o) Nyeri perut Tidakada : p) Borborygmi YaTidak q) Distensi YaTidak
r) Asitesshifting dullnessundulasiTidak s) Pembesaran heparYaTidak
t) Palpasi Regio Ingunalis benjolan(+)dextrasinistra
dapat masuk kembalitidak dapat kembali ke abdomen
6) B6 (Bone)
a) Pemeriksaan tulang belakang (1) Kelainan tulang belakang :
kyposisscoliosislordosis
perlukaaninfeksifibrosis (2) Mobilitas :leluasaterbatas (3) Lainnya …
b) Pemeriksaan ekstremitas (1) Ekstremitas atas
Otot antar sisi kanan dan kirisimetrisasimetris
Jejas ada Tidak
Deformitas ada Tidak
Fraktur ada Tidak
Atropi otot ada Tidak IV line : terpasang di kiri ukuran 20G ROM…
Lainnya:
(2) Ekstremitas bawah
Otot antar sisi kanan dan kirisimetrisasimetris
Jejas ada Tidak
Deformitas ada Tidak
Fraktur ada Tidak
Atropi otot ada Tidak IV line : terpasang di… ukuran…
ROM…
Lainnya:
(3) Kesimpulan palpasi ekstremitas : Edema :
Uji kekuatan otot :
3. Data penunjang diagnostik a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI Darah rutin Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit MCV MCH MCHC RDW-CV Masa Pembekuan Masa Perdarahan
5,500
*3.24
*8.9
*26.7 274,000
82.2
*27.5 33.4
*14.7 10’00’’
3’00
4,400-11,300 4.4-5.9 12.5-17.3
40-52 150,000-400,000
80-100 28-33 33-36 11.5-14.1
6-15 1-3
/uL 10^6uL
g/dL
% uL fL pg g/dL
% Menit Menit KIMI KLINIK
Glukosa darah
Glukosa sewaktu 94 74-180 mg/dl
b. Pemeriksaan radiologi -
c. Lain-lain
Hasil pemeriksaan -
4. Terapi saat ini -
5. Faktor penyulit -
6. Kesimpulan status fisik (ASA) : 2 7. Pertimbangan Anestesi
Jenis Anestesi : Regional Anestesi Teknik Anestesi : Spinal
Indikasi : Tindakan Herniorrhaphy pada Hill Dextra Irreponible
II. ANALISIS DATA A. Praanestesi
Data Etiologi Masalah Anestesi
DS :
Pasien mengatakan akan menjalani tindakan anestesi dan pembedahan
Pasien mengaku hanya memiliki satu skrotum sejak kecil
DO :
Tampak benjolan dilipatan paha sebelah kanan
Penggunaan teknik spinal anestesi, penusukan pada lumbal
Risiko Cedera Anestesi
B. Intraanestesi
Data Etiologi Masalah Anestesi
DS
Pasien mengeluh sesak DO
Nadi : 57 x/menit
Tampak perubahan irama jantung (bradikardi) Nadi perifer teraba lemah
Perubahan irama jantung
Penurunan curah jantung
C. Pascaanestesi
Data Etiologi Masalah Anestesi
DS
Pasien mengatakan tubuhnya terasa dingin
DO
Kulit teraba dingin Pasien tampak pucat Peningkatan frekuensi nadi Peningkatan frekuensi pernapasan
Durasi pembedahan yang lama, terpapar lingkungan ekstrem
Ketidakefektifan termoregulasi
III. MASALAH KESEHATAN ANESTESI
A. Praanestesi : Risiko cedera anestesi (prioritas sedang) B. Intraanestesi : Penurunan curah jantung (prioritas tinggi) C. Pascaanestesi : Ketidakefektifan termoregulasi (resiko rendah)
1. Prioritas tinggi (mengancam nyawa)
2. Prioritas sedang (mengancam status kesehatan)
3. Prioritas rendah (situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik)
Daftar Masalah
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung dibuktikan dengan bradikardi
5. Risiko cedera anestesi berhubungan dengan tindakan spinal anestesi 6. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan durasi pembedahan
yang lama dan lingkungan ekstrem
IV. Rencana Tindakan Praanestesi
Problem
Rencana Tindakan
Tujuan Intervensi
Risiko cedera anestesi
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama fase preanestesi, cedera akibat anestesi tidak terjadi di
intraanestesi dan pascaanestesi Dengan kriteria:
1. Tidak terjadi reaksi alergi 2. Status hemodinamik stabil 3. Respirasi stabil
4. Termoregulasi stabil 5. Tidak terjadi PONV pasca
anestesi
1) Pengkajian AMPLE, usia dan berat badan pasien.
2) Kaji kesiapan pasien sebelum operasi: puasa, ganti baju, IV line lancar
3) Siapkan peralatan anestesi (mesin, STATICS, spinal), obat-obatan dan cairan sesuai jenis anestesi
4) Kolaborasi pemberian obat premedikasi
5) Observasi tanda-tanda vital
Nama : Tn. R No. CM : 02 22 66 36
Umur : 53 tahun Diagnosa : Hill Dextra Irreponible
Jenis Kelamin : L Ruang : Manalagi 1
ASSESMEN PRA INDUKSI/
RE-ASSESMEN Tanggal : 3/Jan/2024
Kesadaran Tekanan Darah Nadi
RR Suhu Saturasi O2
Gambaran EKG
: compos mentis : 103/71 mmHg : 62 x/menit : 21 x/menit : 360C : 99 %
: Normal sinus rhythm (Normal ECG) Pemasangan IV line
Kesiapan cairan infus dan darah Kesiapan mesin anestesi
Kesiapan peralatan anestesi General Anestesi
Spinal Anestesi Sumber gas medik Kesiapan obat-obatan Obat anestesi
Obat emergensi
Penyakit yang diderita Gigi palsu
Alergi Lensa kontak
Penggunaan obat sebelumnya
:1 buah2 buahtangan kiri
:tidaksiap, RL (Kristaloid) Hes (Koloid) :siaptidak
:siaptidak :siaptidak
:siaptidakO2,N2O, air
:siaptidak :Bupivacaine :…
:… :…
:siaptidak
:Atropin Sulfate 0,25 mg/ml 2 amp :Ephedrine 50mg/ml 1 amp :…
:…
:tidak adaada, sebutkan…
:tidak adaada, permanensudah dilepas :tidak adaada, sebutkan…
:tidak adaada, sudah dilepas :tidak adaada, sebutkan…
Catatan lainnya :
V. Rencana Tindakan Intraanestesi
Problem
Rencana Tindakan
Tujuan Intervensi
Penurunan curah jantung
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama fase intraanestesi, frekuensi nadi meningkat
Dengan kriteria:
1. Frekuensi nadi > 60 x/menit
2. Tekanan darah sistolik > 90 mmHg
3. Kekuatan nadi perifer meningkat
4. Tidak ada nyeri dada 5. Tidak ada sesak napas
6. Frekuensi napas normal (12-20 x/menit)
1) Observasi tanda-tanda vital 2) Pastikan IV line lancar 3) Monitoring intake dan output
cairan
4) Loading sirkulasi dengan larutan kristaloid atau koloid
5) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum memberikan obat
6) Kolaborasi pemberian obat Atropin Sulfate (SA) dengan dosis 0,5 mg via bolus (2 cc spuit) dan diulangi jika perlu 7) Monitoring saturasi oksigen 8) Kolaborasi pemberian oksigen
dengan nasal kanul
Nama : Tn. R No. CM : 02 22 66 36
Umur : 53 tahun Diagnosa : Hill Dextra Irreponible
Jenis Kelamin : L Ruang : Manalagi 1
INTRA ANESTESI
Infus perifer : Tempat dan ukuran 1. RL (Ringer Lactate) 2. RL
3.
Obat-obatan / Infus Atropin Sulfate = 2 cc via bolus
Ondansentron = 4 mg/2ml
CVC : - Posisi
TerlentangLithotomiPerlindungan mata
ProneLateralKaKiLain-lain Premedikasi
Oral : I.M : I.V: Ondansentron
Induksi N2O / O2 / Air
Intravena : Inhalasi Gas :Isof/Sevo/Des %
Tata Laksana Jalan nafas RR N TD
Face mask No Oro/Nasopharing
28 220
ETT No. Jenis Fiksasi cm
20 200
LMA No Jenis 16 180
Trakheostomi 12 160
Bronkoskopi fiberoptik *N 8 180 140
Glidescope ˅ Sis 160 120
Lain-lain ˄ Dis 140 100
Intubasi + RR 120 80
SudahtertidurBlindOralNasalKaKi 100 60
Trakheostomi 80 40
Sulit ventilasi 60 20
Sulit intubasi 0
Dengan stiletCuffLevel ETTPack
Ventilasi Mulai anestesiX→ Selesai anestesi←X Mulai pembedahanO→ Selesai pembedahan←O Intubasi↑Ekstubasi↓ Pemantauan
SpontanKendaliVentilator: TV RR PEEP Konversi……. SpO2 %
Tindakan Anesetesi PE CO2 mmHg
Teknik Regional/Blok Perifer FiO2
JenisSpinalLokasiL 3-4Jenis Jarumspinocan/ No25G Cairan infus ml
KateterYaTidak Fiksasi …… cm Darah ml
Obat -obat : Perdarahan ml
Komplikasi
Hasil :Total BlokPartialGagal …… Lama pembiusan : 1 jam 15 menit Masalah intraanestesi…Penurunan curah jantung Lama Pembedahan : 1 jam 00 menit
VI. Rencana Tindakan Pascaanestesi
Problem Rencana Tindakan
Tujuan Intervensi
Ketidakefektifan termoregulasi
Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama fase pascaanestesi,
termoregulasi membaik Dengan kriteria:
1. Suhu tubuh dalam batas normal
2. Pasien mengatakan tidak kedinginan 3. Tidak terjadi shivering 4. Tidak terjadi sianosis 5. Tanda-tanda vital dalam
batas normal (sistol antara 90-120 mmHg atau diastol 60-80 mmHg, nadi 60-100 x/menit, pernapasan 12-20 x/menit)
1) Observasi suhu tubuh
2) Observasi tanda-tanda sianosis (warna kulit)
3)Observasi tanda-tanda vital 4)Berikan selimut penghangat 5)Identifikasi perubahan
saturasi oksigen 6)Kolaborasi pemebrian
oksigen
Nama : Tn. R No. CM : 02 22 66 36
Umur : 53 tahun Diagnosa : Hill Dextra Irreponible
Jenis Kelamin : L Ruang : Manalagi 1
PASCA ANESTESI
CATATAN PASIEN DI RUANG PEMULIHAN : Waktu masuk : 22.15
Tanda vital : TD: 115/78 mmHg Nadi: 72x/menit RR: 18x/menit Temperatur: 360C Kesadaran :Sadar betulBelum sadarTidur dalam
Pernafasan :SpontanDibantuVAS Penyulit intra operatif : -
Intruksi khusus : -
Lama masa pulih :
Mengkonfirmasikan ke ruangan untuk menjemput pasien : KELUAR KAMAR PEMULIHAN
Jam keluar dari RR : 22.30 ke ruangrawat inapICUpulanglain-lain SCORE ALDRETE :
SCORE STEWARD : SCORE BROMAGE : 2 SCORE PADSS :
SCORE SKALA NYERI :Wong Baker:______
Nyeri : ada tidak
Risiko jatuh :tidak berisikorisiko rendahrisiko tinggi Risiko komplikasi respirasi : ada tidak
Risiko komplikasi kardiosirkulasi : ada tidak Risiko komplikasi neurologi : ada tidak Lainnya :
28
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Saturasi O2 Pergerakan Gerakan penuh dari tungkai 0
24 220
20 200
16 180
Pernapasan Pernapasan Tak mampu ekstensi tungkai 12 160 1
8 180 140 160 120
Sirkulasi Kesadaran Tak mampu fleksi lutut 140 100 2
120 80 100 60
Aktivitas Motorik
Tak mampu fleksi pergelangan kaki 3
80 40
60 20
0
Kesadaran
SKALA NYERI (Lingkar)
ALDRETE
SCORE STEWARD
SCORE BROMAGE
SCORE
INSTRUKSI PASCA BEDAH : Pengelolaan nyeri : ketorolac Penanganan mual/muntah : ranitidine Antibiotika : -
Obat-obatan lain : - Infus : RL Diet dan nutrisi : -
Pemantauan tanda-tanda vital : setiap 5 menit selama pasca anestesi Lain-lain :
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien yang diserahkan melalui perawat ruangan/ICU : 1.
VII. Implementasi
Tanggal /Jam
Problem Implementasi Respons Paraf
03/01/24 20.30
Risiko cedera anestesi
1. Pasang alat pemantau saturasi oksigen 2. Pasang alat pemantau
tekanan darah, nadi 3. Mengkaji kesiapan
pasien (alergi, lama puasa, ganti baju, IV line lancar )
4. Persiapan alat (mesin, STATICS, dan spinal) 5. Persiapan obat anestesi
dan obat emergency 6. Pemberian kolaborasi
obat premedikasi ondansentron
1. Saturasi oksigen dalam batas normal SpO2100%
2. Tekanan darah dalam batas normal 103/71 mmHg
3. HR dalam batas normal. Nadi 62 x/menit
4. Tidak terjadi reaksi alergi, puasa 8 jam, IV line lancar
5. Tidak terjadi mual muntah
Nama : Tn. R No. CM : 02 22 66 36
Umur : 53 tahun Diagnosa : Hill Dextra Irreponible
Jenis Kelamin : L Ruang : Manalagi 1
03/01/24 21.20
Penurunan curah jantung
1. Monitoring tanda-tanda vital
2. Monitoring IV line, inptake dan output cairan
3. Loading cairan dengan larutan kristaloid atau koloid
4. Monitoring tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
5. Kolaborasi pemberian obat Atropin Sulfate (SA) 0,5 mg via bolus 6. Monitoring saturasi
oksigen, kolaborasi pemberian oksigen dengan kanul nasal
1. Pasien mengeluh dadanya sesak
2. Tekanan darah 90/65 mmHg
3. HR 57 x/menit 4. IV line lancar,
loading cairan RL 5. Saturasi oksigen
dalam batas normal SpO299%
03/01/24 22.15
Ketidak efektifan termoregulasi
1. Monitoring suhu tubuh 2. Periksa tanda-tanda
sianosis (warna kulit) 3. Monitoring tanda-tanda
vital
4. Memberikan selimut hangat
5. Monitoring saturasi oksigen, kolaborasi pemberian oksigen dengan kanul nasal
1. Pasien mengeluh kedinginan
2. Kulit pasien teraba dingin
3. Pasien tampak pucat 4. HR 78 x/menit 5. SpO299%
VIII. Catatan Perkembangan
Tanggal/Jam Problem Evaluasi Paraf
03/01/24 20.45
Risiko cedera anestesi b/d tindakan spinal anestesi
S: Pasien mengeluh benjolan dilipatan paha sebelah kanan, benjolan terasa nyeri ketika batuk, berdiri, dan mengangkat beban berat, pasien mengaku hanya memiliki satu skrotum sejak kecil. Pasien mengatakan telah puasa dari jam 12 siang.
O: TD 103/71 mmHg Nadi 62 x/menit RR 21 x/menit SpO2100%. MAP 92 mmHg.
A: Jenis pembedahan herniorrhaphy dengan tindakan spinal anestesi
P: Persiapan pasien, persiapan alat dan obat-obatan I: Pemberian kolaborasi obat premedikasi
E: Tidak terjadi reaksi alergi, tanda-tanda vital dalam batas normal, IV line lancar, pasien telah puasa selama 8 jam, tidak terjadi mual dan muntah.
R: Lanjutkan intervensi selama fase intra anestesi 03/01/24
21.40
Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung dibuktikan dengan bradikardia
S: Pasien mengeluh dadanya sesak
O: TD 95/65 mmHg Nadi 57 x/menit SpO2 99%. Nadi perifer teraba lemah
A: Perubahan irama jantung (bradikardia)
P: Loading cairan dengan larutan RL, kolaborasi pemberian obat untuk menaikan frekuensi nadi.
I: Kolaborasi pemberian Atropin Sulfate (SA) 0,5 mg via bolus (2 cc spuit)
E: Peningkatan frekuensi nadi menjadi 63 x/menit
R: lanjutkan intervensi dengan monitoring tanda-tanda vital
03/01/24 22.20
Ketidak efektifan termoregulasi b/d durasi pembedahan dan paparan lingkungan ekstrem
S: Pasien mengeluh kedinginan
O: Kulit pasien teraba dingin, pasien tampak pucat HR 78 x/menit SpO299%
A: Peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan frekuensi nadi, perubahan suhu tubuh pasien
P: Monitoring tanda sianosis
I: Kolaborasi pemberian selimut hangat dan pemberian oksigen dengan nasal kanul
E: Ketidakefektifan termoregulasi teratasi sebagian R: lanjutkan intervensi selama fase pasca anestesi
IX. Serah Terima Ruang Pulih Sadar ke Ruang Rawat Inap
S
(Situation)
Nama : Tn R Usia : 53 tahun Jenis kelamin : L No. CM : 02 22 66 36
Diagnosa : Hill Dextra Irreponible
TD 98/66 Nadi 78 x/menit RR 22 x/menit SpO299%
Kesadaran compos mentis
B
(Background)
Riwayat pembedahan herniorrhaphy dengan spinal anestesi Riwayat pemberian obat:
Premedikasi Ondansentron 4mg/2ml Atropin Sulfate 0,5 mg (2 cc spuit)
A
(Assestment/Analisis)
Ketidakefektifan termoregulasi
R
(Recommendation)
Kolaborasi pemberian obat phetidine dengan dokter Sp.An
Nama : Tn. R No. CM : 02 22 66 36
Umur : 53 tahun Diagnosa : Hill Dextra Irreponible
Jenis Kelamin : L Ruang : Manalagi 1
Lampiran 1
Lampiran 2