• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN FRAKTUR ANTEBRACHII DIRUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN FRAKTUR ANTEBRACHII DIRUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fraktur adalah istilah terputusnya kontinuitas tulang baik seluruhnya maupun sebagian, yang didefinisikan berdasarkan ragam dan luasnya (Suriya 2019). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2015 terdapat sekitar 13 juta kasus patah tulang dengan angka kejadian sebesar 2,7%. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan kasus patah tulang yaitu 28 juta orang mengalami patah tulang dengan angka kejadian sebesar 4,2%.

Pada tahun 2011-2013, lebih dari 5,6 juta orang meninggal akibat kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami patah tulang. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2018 di Indonesia, angka kejadian patah tulang tercatat sebesar 5,5%.

Tujuan Penulisan

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat harus fokus secara penuh atau komprehensif tidak hanya pada pemberian pelayanan tetapi juga pada tindakan preventif terhadap pasien (Sulistyowati dan Handayani 2012).

Manfaat Penulisan

TINJAUAN TEORI

Konsep Dasar Penyakit

  • Pengertian
  • Etiologi
  • Klasifikasi
  • Patofisiologi
  • Manifestasi Klinis
  • Pemeriksaan Diagnostik
  • Komplikasi
  • Penatalaksanaan Medis

Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat (1): kondisinya nyeri dan dapat muncul retakan kecil pada kulit disertai bekas luka. Level (II): patah tulang dan cedera yang lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang besar. Pukulan langsung memberikan tekanan langsung pada tulang sehingga mengakibatkan patah tulang di lokasi kekerasan.

Komplikasi lebih lanjut termasuk patah tulang yang tidak dapat sembuh dalam waktu 6-8 bulan, penyatuan yang tertunda, kondisi tulang di mana fragmen tidak dapat menyatu dengan baik, artritis, distrofi simpatik (refleks) setelah trauma. Dalam melakukan pengobatan patah tulang, sangat penting untuk mengetahui letak tulang yang patah, serta jenis patah tulang itu sendiri, (Zuhrotul 2016) menjelaskan pengobatan awal patah tulang yaitu reduksi, untuk mengembalikan posisi fragmen tulang ke posisi semula. keseragaman dan anatominya. rotasi.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian Keperawatan
  • Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi

Reduksi, untuk mengubah panjang dan kesetaraan garis tulang yang dapat dicapai dan mengubah fungsi normal serta menghindari komplikasi seperti kekakuan, deformasi atau perubahan bentuk dan perubahan osteoartritis. Penahan, imobilisasi patah tulang berfungsi mencegah tulang berputar dan mencegah perpindahan yang dapat mengancam fusi tulang. Langkah penilaian ini menggunakan dua tahap yaitu: anamnesis dan pemeriksaan fisik (head to toe) (Purwanto 2016).

Dalam evaluasi ini dapat ditentukan apakah akan terjadi patah tulang dan menentukan berapa lama patah tulang tersebut akan berlangsung serta menentukan berapa lama tulang akan tetap menempel. Pantau kondisi umum selama ambulasi - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat, kruk.

Pathways

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

  • Pengkajian
  • Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosis keperawatan gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi yang dibuktikan dengan tangan pasien tampak bengkak dan berdarah. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi yang ditandai dengan tangan pasien tampak bengkak dan berdarah. 28. tempat tidur di kamar mandi) mendapat informasi bahwa pasien mengatakan tidak berani bepergian dengan ambulans karena kakinya sakit dan pasien tampak tegang.

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi, ditandai dengan tangan pasien tampak bengkak dan berdarah. 29. mandi) diperoleh data bahwa pasien mengatakan tidak berani ambulasi karena kakinya sakit dan pasien tampak tegang. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal diperoleh data S : pasien menyatakan nyeri saat bergerak, pasien mengeluh sulit menggerakkan tangannya karena nyeri, O : pasien tampak dalam posisi berbaring di tempat tidur, pasien tampak takut untuk menggerakkan tangannya.

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi diperoleh data : S : pasien menyatakan nyeri pada bekas pembedahan, O : terdapat luka bedah mulut, tangan pasien tampak bengkak dan berdarah. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik obat diperoleh data S : pasien mengatakan tangannya masih terasa nyeri, namun sudah sedikit berkurang P : klien mengatakan nyeri berdenyut V : perih R : tangan kiri S : 3, T : nyeri saat digerakkan, pasien menahan rasa sakit dan tampak meringis. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal diperoleh data S : pasien menyatakan nyeri saat bergerak, pasien mengeluh tangannya sulit digerakkan karena nyeri, O : pasien tampak berbaring di tempat tidur, pasien tampak takut untuk bergerak tangannya.

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan peredaran darah S-data yang diperoleh: pasien menyatakan nyeri pada bekas luka. Hasil evaluasi yang penulis peroleh setelah pelaksanaan selama 3 hari, penulis memperoleh data S : pasien mengatakan sakit untuk digerakkan, pasien mengeluh sulit menggerakkan lengannya karena nyeri, O : pasien seperti berbohong turun. Ditemukan 3 diagnosa yaitu: nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik, dibuktikan dengan pasien datang dengan keluhan nyeri berdenyut pada tangan kiri, penurunan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, dibuktikan dengan nyeri saat bergerak, mengerang, kesulitan beraktivitas dan penurunan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan peredaran darah yang ditandai dengan tangan pasien bengkak dan berdarah.

PEMBAHASAN

Pengkajian Keperawatan

Dari data tersebut, diagnosis keperawatan nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik dapat ditegakkan, dibuktikan dengan pasien melaporkan nyeri berdenyut di tangan kirinya. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen berbahaya fisik dibuktikan dengan pasien melaporkan nyeri berdenyut di tangan kirinya. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, dibuktikan dengan nyeri saat bergerak, keluhan kesulitan melakukan aktivitas.

Nyeri akut yang berhubungan dengan agen berbahaya fisik dibuktikan dengan pasien menyatakan nyeri berdenyut di tangan kirinya. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal yang ditandai dengan nyeri saat bergerak, mengerang, kesulitan dalam melakukan aktivitas. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen berbahaya fisik dibuktikan dengan pasien melaporkan nyeri berdenyut di tangan kirinya.

Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik diperoleh data S : klien menyatakan tangannya masih merasakan nyeri dengan skala 4 P : klien menyatakan nyeri berdenyut Q : tertusuk-tusuk R : tangan kiri S : 4, T : nyeri saat bergerak pasien tampak menahan rasa sakitnya dan tampak meringis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa permasalahan penurunan mobilitas fisik terkait gangguan muskuloskeletal belum terselesaikan dan penulis berencana untuk melanjutkan intervensi. Nyeri Akut Terkait Cedera Fisik Data yang didapat S : Klien menyatakan tangannya masih terasa nyeri pada skala 4. Pasien tampak kesakitan, tampak meringis.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis nyeri terkait agen perusak fisik belum teratasi dan penulis berencana melanjutkan intervensi keesokan harinya yaitu kerjasama pemberian analgetik. Jadi dapat disimpulkan bahwa permasalahan gangguan mobilitas fisik terkait gangguan muskuloskeletal belum teratasi dan penulis berencana melanjutkan intervensi keesokan harinya yaitu latihan ambulasi sederhana yang dapat dilakukan (misalnya berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi.

Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut adalah pengalaman sensitif atau sentimental dengan intensitas ringan hingga sedang yang berkembang secara tiba-tiba atau perlahan dan berlangsung kurang dari 3 bulan dan berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional (IDDPP Satgas PPNI 2017). Metode relaksasi nafas dalam merupakan suatu metode keperawatan dimana perawat melatih klien teknik melakukan pernafasan dalam, pernafasan lambat (penundaan ide secara maksimal) &. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diagnosis nyeri yang berhubungan dengan faktor merugikan fisik belum teratasi dan penulis berencana melanjutkan intervensi keesokan harinya yaitu dengan pemberian ketorolac 2x30 mg intravena.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa permasalahan gangguan mobilitas fisik terkait gangguan muskuloskeletal belum terselesaikan dan penulis berencana melanjutkan intervensi pada keesokan harinya yaitu identifikasi nyeri dan keluhan fisik lainnya. Alasan penulis mengangkat diagnosis gangguan integritas kulit adalah karena selama evaluasi diperoleh data subjektif: pasien menyatakan nyeri di lokasi operasi saat bergerak. Dalam merumuskan rencana keperawatan penulis kurang akurat dalam mendokumentasikan tujuan dan kriteria hasil, seharusnya penulis mengacu pada kecerdasan (spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, tepat waktu) sehingga penulis mengetahui tujuan yang ingin dicapai, sedangkan penulis intervensi keperawatan menggunakan teknik perawatan integritas kulit.

Hasil evaluasi yang diperoleh penulis setelah dilaksanakan selama 3 hari, penulis memperoleh data S : pasien menyatakan nyeri pada bekas operasi, O : terdapat luka bekas operasi, tangan pasien mengalami bengkak dan mengeluarkan darah. Setelah penulis melakukan pengkajian selama tiga hari di ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada tanggal 04 Februari s/d 06 Februari 2021 dan asuhan keperawatan pada Ny. T dilakukan dengan diagnosis fraktur antebrachial. Data obyektif yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien tampak meringis, tampak gelisah, tampak kesakitan, pasien tampak berbaring di tempat tidur, pasien tampak takut menggerakkan tangannya karena rasa sakit, ada luka bedah oral, pasien tangan tampak bengkak, tampak berdarah, TD: 117/87 mmHg, N: 90x/menit, S : 36.7°c, RR : 20x/menit.

Evaluasi atau catatan perkembangan klien dalam asuhan keperawatan pasien fraktur antebrachial di RS Islam Baitussalam 2 Sultan Agung Semarang, 3 diagnosa keperawatan yang tidak terselesaikan yaitu : nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal, gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi. Perawat hendaknya meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan seluruh tim kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tindakan agar asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik. JUDUL KTI : Asuhan Keperawatan Ny T dengan Fraktur Antebrachial di Ruang Baitussalam 2 RS Islam Sultan Agung Semarang DOSEN : Ns. Dwi Retno Sulistyaningsih, M.Kep, Sp.KMB.

PENUTUP

Kesimpulan

Data subjektif pasien menunjukkan nyeri berdenyut pada tangan kiri, nyeri seperti ditusuk dengan skala 4, pasien mengatakan nyeri jika digerakkan, pasien mengeluh sulit beraktivitas, aktivitas pasien ditunjang dengan keluarga. Perencanaan yang akan dilakukan pada pasien Ny. T adalah : mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, intensitas dan kedalaman nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, menawarkan metode nyeri non farmakologi (nafas dalam), berkolaborasi dalam pemberian obat pereda nyeri. Identifikasi nyeri atau keluhan fisik lainnya, pantau kondisi umum saat berjalan, fasilitasi aktivitas berjalan dengan alat bantu, anjurkan berjalan dini.

Pelaksanaannya dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun berdasarkan kondisi hari pertama hingga hari terakhir. Tindakan yang dilakukan selama 3 hari adalah: mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kelebihan dan kedalaman nyeri, mengidentifikasi derajat nyeri, menawarkan metode nyeri non farmakologi (nafas dalam), kerjasama pemberian analgesik. Mengidentifikasi nyeri atau keluhan fisik lainnya, memantau kondisi umum saat ambulasi, memfasilitasi aktivitas ambulans dengan alat bantu, mengajarkan ambulasi dini.

Saran

Konfigurasi patah tulang dan implan yang digunakan pada kasus patah tulang femur akibat trauma di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2015 – Desember 2016.” Implementasi perawat dalam pelaksanaan mobilisasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah ORIF di ruang ortopedi RSUD Dr. “Keperawatan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas fisik pasien stroke non hemoragik di RSKD DADI Makssar.” Jurnal Media Keperawatan.

C - Protein Reaktif Sebagai Deteksi Dini Infeksi Pada Operasi Fraktur Tertutup di Rumah Sakit Umum Pusat Haji ADAM MALIK MEDAN." Universitas Sumatera Utara. Latar belakang meliputi : pengertian, data atau angka kejadian, dampak atau akibat serta peranan perawat.

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pecidera fisik berdasarkan kriteria hasil yaitu

KESIMPULAN Pada pasien An.Z dengan kasus post op amputasi femur distal sinistra diperoleh masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, risiko jatuh