• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN STRUMA DI RUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

N/A
N/A
Gemilang Makmur .P

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN STRUMA DI RUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG "

Copied!
73
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar belakang

Menurut fisiologi (eutiroidisme, hipotiroidisme dan hipertiroidisme), morfologi (gondok difus dan nodular) dan gambaran klinis, gondok semuanya dapat diklasifikasikan (gondok toksik dan tidak toksik) (Assagaf et al., 2015). Nodul tiroid lebih sering terjadi pada wanita, usia lanjut, kekurangan yodium, dan riwayat paparan radiasi. Insiden nodul tiroid meningkat secara linear seiring bertambahnya usia, riwayat paparan radiasi pengion, dan defisiensi yodium.

Ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, nodul tiroid umum terjadi hanya pada sekitar 1,5% dan seringkali bersifat ganas pada sekitar 26%. Dampak penyakit gondok pada tubuh adalah membesarnya kelenjar tiroid sehingga dapat mempengaruhi posisi organ di sekitarnya. Jika terjadi kembung, ia akan memiliki bentuk leher besar yang mungkin asimetris atau tidak, disertai kesulitan menelan dan bernapas (Assagaf et al., 2015).

Kita dapat membandingkan beberapa penelitian retrospektif dan menunjukkan bahwa tiroidektomi total mengurangi kekambuhan gondok multinodal. Beberapa ahli bedah masih melakukan tiroidektomi parsial, namun tiroidektomi total umumnya merupakan pilihan terbaik (Assagaf et al., 2015).

Tujuan Penulisan

Manfaat Penulisan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis karyanya yang berjudul “Keperawatan Bagi Ny. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien masalah penyakit gondok di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penyakit gondok dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah penyakit gondok.

KONSEP DASAR

Konsep Dasar Penyakit

Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3, dimensi folikel lebih besar dan berat kelenjar tiroid dapat bertambah sekitar 300-500 gram (Oetomo, 2013). Aktivitas utama kelenjar tiroid adalah fokus menyerap yodium dari darah untuk menghasilkan hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) akan menyebabkan tubuh melakukan kompensasi terhadap penyakit gondok, yang merupakan proses adaptasi terhadap kekurangan hormon tiroid.

Namun pembesaran ini juga bisa terjadi sebagai respons terhadap sekresi berlebihan dari kelenjar pituitari, TSH (Dewantini, 2019). Penyempitan jantung terjadi akibat rangsangan berlebihan pada jantung oleh hormon tiroid, yang dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi jantung dan takikardia bahkan fibrilasi atrium jika dihambat. Dermatopati tiroid terutama terdiri dari penebalan kulit di atas dasar tibia (miksedema di depan tibia), yang disebabkan oleh glikosaminoglikan.

Operasi ini melibatkan pengangkatan sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum operasi tidak diperlukan pengobatan dan setelah operasi anda akan dirawat selama kurang lebih 3 hari. Oleh karena itu, untuk menjaga TSH tetap rendah, hormon tiroid (T4) juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi setelah operasi pengangkatan kelenjar tiroid.

Konsep dasar keperawatan

Tiroksin digunakan untuk mengecilkan ukuran gondok dan diyakini bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi oleh TSH. Sebaiknya tanyakan dulu penyakit yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita penyakit gondok lebih dari satu kali, atau ada tetangga atau warga sekitar yang pernah menderita penyakit gondok. Akibatnya luka operasi akan meninggalkan bekas sehingga ada kemungkinan klien dipermalukan oleh orang lain.

Selama tiroidektomi pasca operasi, biasanya Anda akan melihat luka operasi ditutup dengan kain kasa steril yang ditempel dengan hipafik dan dipasang saluran pembuangan. Bentuk kepala mesocephalic, rambut bersih, tidak ada gangguan pada mata, hidung bersih, tidak ada sekret, kemudian mulut bersih, ada luka operasi di leher, ada perban ( Soehardi, 2019).

Pathways

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

  • PENGKAJIAN
    • DATA UMUM
    • PENGKAJIAN KESEHATAN FUNGSIONAL
    • PEMERIKSAAN FISIK
    • Data penunjang
  • Analisa data
  • Diagnosa keperawatan
  • PLANNING
  • IMPLEMENTASI
  • EVALUASI

Pukul 19.05 teridentifikasi skala nyeri, data respon subjektif klien menyatakan nyeri skala 5, data objektif respon klien tampak meringis kesakitan. Pada pukul 19.15 saat dikooperatifkan dengan pemberian obat pereda nyeri, respon data subjektif klien menyatakan tidak diberikan obat pereda nyeri, terlihat respon data objektif klien menimbulkan pertanyaan. Pukul 19.35 belajar cuci tangan, respon data subyektif klien mengatakan tidak mengetahui cara cuci tangan yang benar, respon data obyektif klien tampak bingung.

Pada tanggal 16 Februari 2021 pukul 20.00 dilakukan diagnosa ketiga yaitu pemantauan pola dan jam tidur, respon data subyektif klien menyatakan pola tidurnya terganggu, respon data obyektif klien tampak gelisah. Pada tanggal 17 Februari 2021 pukul 10.00 dilakukan diagnosa pertama yaitu menentukan lokasi, ciri-ciri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri, data subjektif respon klien menyatakan nyeri masih dirasakan, respon klien terhadap data objektif gelisah. Pukul 10.05 dilakukan identifikasi skala nyeri, respon data subjektif klien menyatakan nyeri mulai berkurang, respon data objektif klien masih tampak meringis nyeri.

Pukul 10.15 Bekerja sama dalam pemberian obat analgetik, respon subyektif klien mengatakan diberi obat analgesik, respon obyektif klien terhadap data tampak kooperatif. Pukul 10.35 dia belajar cara mencuci tangan, respon data klien subjektif mengatakan dia sudah mengetahui cara mencuci tangan yang benar, respon data klien objektif sepertinya mengerti. Pada tanggal 17 Februari 2021 pukul 11.00 WIB dilakukan diagnosa ketiga yaitu pemantauan pola dan jam tidur, respon subyektif data klien mengatakan pola tidurnya sedikit membaik, respon obyektif data klien tampak tenang.

Pukul 11.05 memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan, data respon subyektif klien menunjukkan sudah mengetahui tekniknya, data respon obyektif klien sedikit santai dan tenang. Pukul 11.10 beliau merekomendasikan pelaksanaan kegiatan secara bertahap, data subyektif klien menjawab mampu melaksanakan kegiatan secara bertahap, data obyektif klien bekerjasama. Pukul 11.15 ikut pemberian analgesik, data subjektif klien menjawab mendapat obat pereda nyeri, data objektif klien respon kooperatif dan tenang.

Pukul 11.35 dipelajari cara cuci tangan yang benar, respon data subyektif klien dipahami, respon data obyektif klien. Pukul 11.40 beliau menjelaskan tanda dan gejala infeksi, respon data subyektif klien mengatakan memahami apa yang dikatakan perawat, respon data obyektif klien kooperatif. Pukul 12.10 disarankan melakukan aktivitas secara bertahap, respon data subjektif klien menyatakan mampu melakukan aktivitas secara bertahap, respon data objektif klien kooperatif.

Penulis menegakkan diagnosis ini karena klien menyatakan dalam evaluasi mengalami nyeri dan memenuhi syarat data objektif 80%. Setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria penurunan keluhan nyeri, penurunan kecemasan, penurunan seringai. Intervensi keperawatan yang penulis tentukan adalah pengenalan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.

Implementasi yang penulis lakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan oleh penulis dan semua intervensi yang ditawarkan dapat terlaksana karena Ibu I bekerjasama. Klien mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan penulis dan aktif ketika penulis melaksanakannya. Evaluasi penulis setelah memberikan asuhan keperawatan diperoleh data klien menunjukkan nyeri leher mulai berkurang dari skala 5 ke skala 2 dan klien tampak tenang dan rileks.

Penulis membuat diagnosis ini karena klien selama pengkajian menunjukkan adanya luka di leher dan memenuhi persyaratan 80% data objektif. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko terjadinya infeksi dapat teratasi dengan kriteria : berkurangnya kemerahan, berkurangnya nyeri. Intervensi keperawatan yang penulis identifikasi adalah sebagai berikut: pantau tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak.

Pelanggan mendengarkan dan memperhatikan penjelasan penulis serta aktif ketika penulis melakukannya. Intervensi keperawatan yang ditetapkan penulis untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring memiliki tujuan dan kriteria hasil sebagai berikut. Setelah melakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan intoleransi aktivitas dapat dihilangkan dengan kriteria: berkurangnya keluhan mudah lelah, semakin mudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Evaluasi yang dilakukan penulis setelah dilakukan asuhan keperawatan didapatkan data klien menyatakan toleransi aktivitas sudah teratasi, TD : 120/80mmHg, S : 36°c, RR : 20x/menit, N : 78x/menit. Dalam kasus Ny. Defisit pengetahuan ini harus menjadi salah satu dari tiga diagnosis prioritas yang harus penulis atasi karena klien sering menelan garam.

Kesimpulan

Pelaksanaan ini memakan waktu 3x8 jam, pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Saran

Karakteristik eutiroidisme pada pasien stoma multinodous tidak toksik di bagian bedah RS prof. Pengalaman Pasien Gondok dengan Trakeostomi di Rumah di Jalan Langsep Kecamatan Tajinan. STRUMA NODULAR NON-TOXIC) TERHADAP Ny. R DI RUANG OPERASI RSD MAYJEND HM RYACUDU KOTABUMI LAMPUNG UTARA. MEREKA YANG BERTAHAN SETELAH OPERASI DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIMBANGAN GIZI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG AIR RUMAH SAKIT.

Asuhan keperawatan pada klien Tn. Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Unissula Semarang pada: Hari: Senin. Judul KTI : Asuhan Keperawatan Ny. I Dengan Masalah Gondok di Ruang Baitussalam 2 RS Islam Sultan Agung Semarang.

Menyatakan bahwa mahasiswa sebagaimana tersebut di atas telah benar-benar berkonsultasi dengan dosen pembimbing KTI pada tanggal 26 Januari 2021 sampai dengan tanggal 31 Mei 2021. Bertempat di program studi DIII Keperawatan FIK Unissula Semarang. Revisi lagi bab 1, tambahkan peran perawat di bab 1, jangan terlalu banyak di bab 2, sesuaikan ukuran partisi.

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi keperawatan Hari Rabu, 24 Februari 2021 jam 08.55 WIB dengan diagnosa keperawatan gangguan ventilasi spontan, memonitor pola napas frekuensi, kedalaman, usaha napas,